Setelah aspek perancangan arsitektural yang meliputi penentuan luas lantai dasar dan luas lantai
berulang (tipikal) diperiksa dan diuji kesesuaiannya dengan kebutuhan fungsioal, maka
bangunan tinggi perlu diuji stabilitasnya, terutama terhadap gempa bumi. Nah, stabilitas
bangunan terhadap beban gempa dapat diperoleh dari :
a. Berat Sendiri Bangunan :
Penahan momen guling (tumbang) gempa diperoleh dari berat sendiri bangunan, yaitu
WG= 1,2 DL + 1,6 LL
Dalam analisis stabilitas bangunan akan dihasilkan momen guling gempa
ME = HE. hE = V. 2/3H
Dimana :
- V adalah beban geser dasar akibat gempa (SNI Gempa untuk Bangunan Gedung, SNI 03-17262002).
- H adalah tinggi Bangunan
Momen penahan guling diperoleh dari massa bangunan :
MG = WG. d
Dimana :
WG adalah berat total bangunan
d adalah jarak dari titik berat massa bangunan ke titik guling
Stabilitas bangunan akan tercapai, jika persyaratan berikut terpenuhi : MG/ ME 1,5
Jika persamaan tersebut tidak terpenuhi, maka dapat dilakukan beberapa modifikasi, seperti :
membuat podium, basement, dll
b. Membuat podium :
Penambahapodium n seperti gambar di bawah ini dapat memperbesar jarak d, sehingga nilai
MG akan bertambah besar dan diharapkan dapat memenuhi persamaan MG/ ME 1,5
Dengan
Tiang
Pancang
Adanya pondasi tiang pancang pada dasar bangunan dapat lebih memperkuat bangunan, karena
bangunan seakan- akan mempunyai akar yang mengikat tanah di sekitar tiang pancang. Membuat
bangunan semakin kokoh dan stabil
.
c. Membuat Basement
Adanya basement pada bangunan tingkat tinggi menyebabkan penambahan nilai MG yang
diperoleh dari tekanan tanah pasif (P), sehingga momen penahan guling menjadi :
MG = WG . d + P. e
Dimana :
P adalah resultan tekanan pasif tanah pada basement
e adalah titik tangkap gaya resultan terhadap muka tanah.
d. Gabungan Podium dan Basement
Penggabungan podium dan basement (dengan atau tiang pancang) pada bangunan tinggi bukan
saja akan memperbesar nilai d, tapi juga nilai MG
Perencanaan gedung bertingkat harus dipikirkan dengan matang karena menyangkut investasi
dana yang jumlahnya tidak sedikit. Berbagai hal perlu ditinjau yang meliputi beberapa kriteria,
yaitu 3S : strength, stiffness, dan serviceability. Analisis struktur gedung bertingkat dapat
dilakukan dengan computer berbasis elemen hingga (finite element) dengan sofware yang telah
umum digunakan oleh para perencana, misalnya : SAP (Structure Analysis Program) atau
ETABS
(Extended
3D
Analysis
Building
Systems).
Konsep perancangan konstruksi didasarkan pada analisis kekuatan batas (ultimate-strength) yang
mempunyai daktilitas cukup untuk menyerap energi gempa sesuai peraturan yang berlaku.
Berbagai macam kombinasi pembebanan yang meliputi beban mati, beban hidup, beban angin,
dan beban gempa dihitung dengan pemodelan struktur 3-D (space-frame). Kombinasi
pembebanan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1,4DL
1,2DL + 1,6LL
Keterangan :
DL = Beban mati (Dead Load)
LL = Beban Hidup (Live Load)
EX = Beban gempa searah sumbu x (Earthquake- X)
EY = Beban gempa searah sumbu y (Earthquake- Y)
Di negara Indonesia ada 3 jenis sistem struktur yang digunakan yaitu:
1. Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB) atau Ordinary Moment Resisting Frame
(OMRF)
Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk di zona gempa 1 dan 2
yaitu wilayah dengan tingkat gempa rendah. Acuan perhitungan yang digunakan adalah SNI 032847-2002 pasal 3 sampai pasal 20.
2. Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) atau Intermediate Moment
Resisting Frame (IMRF)
Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk di zona gempa 3 dan 4
yaitu wilayah dengan tingkat gempaan sedang. Pasal- pasal yang digunakan dalam SNI 03-28472002 adalah Pasal 3 sampai pasal 20, ditambah dengan pasal 23.2 sampai dengan 23.10.2
3. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) atau Special Moment Resisting Frame
(SMRF)
Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk pada zona 5 dan 6 yaitu
wilayah dengan tingkat gempaan tinggi atau diaplikasikan dalam perencanaan High Rise
Building.
Langkah pertama yang harus diperhatikan dalam perencanaan gedung adalah pengumpulan data
proyek yang meliputi :
Data bangunan,
Data gambar proyek, terdiri dari gambar arsitektur, gambar struktur, gambar potongan,
dan denah lantai,
Data lain yang menyangkut RKS (Rencana Kerja dan Syarat- syarat)
B. Bahan Struktur
1. Beton
Untuk struktur kolom, sloof, balok lantai dan plat lantai digunakan beton dengan kuat tekan
beton yang disyaratkan, fc = 25 MPa (setara dengan beton K-300). Modulus elastis beton, Ec =
4700(fc') = 2,35.104 MPa = 2,35.107 kN/m2 dengan angka poison = 0,20.
2. Baja Tulangan
Untuk baja tulangan dengan D 12 mm digunakan baja tulangan ulir BJTD 40 dengan tegangan
leleh baja, fy = 400 MPa. Untuk baja tulangan dengan D < 12 mm digunakan baja tulangan polos
BJTP 24 dengan tegangan leleh baja, fy = 240 MPa. Modulus elastis baja, Es = 2,1.105 MPa.
3. Baja Profil
Mutu baja profil yang digunakan untuk struktur baja harus memenuhi persyaratan setara dengan
BJ-37.
C. Pra-eliminari Desain:
1. Perencanaan plat
Penentuan dimensi terdiri dari dimensi plat dan dimensi plat atap. Masing- masing
menggunakan SNI 03-2847-2002 dengan pasal :
Menganalisa gaya- gaya yang terjadi pada plat, digunakan Peraturan Beton Bertulang
Indonesia (PBBI 1971 pasal.13.3 tabel 13.3.1 dan tabel 13.3.2), sedangkan perletakkan
yang diasumsikan jepit penuh digunakan C.K Wang dan C.G Salmon jilid 2,
Penulangan plat,
Penentuan dimensi balok terdiri dari : Perencanaan lebar efektif balok (SNI 03-28472002 pasal 10.10.2),
Perhitungan poer,
Perhitungan sloof.
5. Penulangan
Penulangan dihitung berdasarkan data-data yang diperoleh dari out put SAP atau ETABS.
Dari out put SAP atau ETABS diperoleh nilai gaya geser (D), momen lentur (M), momen
torsi (T), dan nilai gaya aksial (P). Kemudian dihitung kebutuhan tulangan pada balok,
kolom dan pondasi.
Perhitungan penulangan geser, lentur, dan puntir pada semua komponen struktur utama.
Penabelan penulangan yang terpakai pada elemen struktur yang dihitung (struktur atas
dan
struktur
bawah).
D. Cek Persyaratan
1. Plat
Kontrol perlu tulangan suhu dan susut : SNI 03-2847-2002 pasal 9.12.2.1 dan pasal
10.4.3
2. Balok
3. Kolom
4. Poer
E. Gambar Perencanaan
1. Gambar arsitek terdiri dari :
Gambar denah.
Gambar tampak.
Potongan memanjang.
Potongan melintang.
3. Gambar detail :
F. Jenis Beban
1. Beban mati (Dead load)
Beban mati yang merupakan berat sendiri konstruksi (specific gravity) menurut Tata Cara
Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F), adalah seperti Tabel
berikut :
No
Konstruksi
Berat
Satuan
Baja
7850
kg/m3
Beton bertulang
2400
kg/m3
Beton
2200
kg/m3
250
kg/m2
450
kg/m2
Curtain wall+rangka
60
kg/m2
Cladding + rangka
20
kg/m2
2200
kg/m3
2200
kg/m3
Plafon+penggantung
20
kg/m2
10
Mortar
2200
kg/m3
11
Tanah, Pasir
1700
kg/m3
12
Air
1000
kg/m3
13
Kayu
900
kg/m3
14
Baja
7850
kg/m3
15
Aspal
1400
kg/m3
16
Instalasi plumbing
50
kg/m2
Untuk perencanaan beban bangunan di luar negeri, harus diperhitungkan juga beban banjir,
beban suhu, beban Salju, dan beban Es. Semuanya ada di ASCE 7-10.
2. Beban hidup (Live load)
Beban hidup yang bekerja pada lantai bangunan Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk
Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F), adalah sebagai berikut :
V = C . I / R .Wt
Dimana :
C= nilai faktor response gempa, yang ditentukan berdasarkan wilayah gempa kondisi
tanah dan waktu getar alami.
Wt = jumlah beban mati dan beban hidup yang direduksi (faktor reduksi diambil = 0,5)
yang bekerja di atas taraf penjepitan lateral.
Analisis statik dilakukan dengan meninjau secara bersamaan 100% gempa arah X dan 30%
gempa
arah
Y,
dan
sebaliknya.
b. Metode Dinamik (Response Spectrum)
Besar beban gempa ditentukan oleh percepatan gempa rencana dan massa total struktur.
Massa total struktur terdiri dari berat sendiri struktur dan beban hidup yang dikalikan
dengan faktor reduksi 0,5.
Percepatan gempa diambil dari data zone Wilayah Gempa Indonesia menurut Tatacara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002) dengan
memakai spektrum respons yang nilai ordinatnya dikalikan dengan koreksi I/R.
Detail perencanaan struktur gedung dengan ETABS mulai dari pemodelan struktur,
pembebanan, analisis gempa, dan perhitungan strukturnya bisa dibaca disini.
Perkembangan ilmu teknik sipil dirasakan begitu cepat karena adanya keinginan dan kebutuhan
manusia yang semakin meningkat, seperti banyaknya gedung- gedung tinggi, jembatan,
bangunan air, dan sarana prasarana lainnya. Sekarang untuk merencanakan semua itu tidaklah
menjadi masalah dan bisa dilakukan dengan cepat karena kecanggihan teknologi untuk
mendesain berbagai bangunan sipil.
ETABS (Extended Three dimension Analysis of Building Systems) adalah salah satu progam
computer yang digunakan khusus untuk perencanaan gedung dengan konstruksi beton, baja, dan
komposit. Software tersebut mempunyai tampilan yang hampir sama dengan SAP karena
dikembangkan oleh perusahaan yang sama (Computers and Structures Inc, CSI) yaitu salah satu
perusahaan pembuat piranti lunak (software) untuk perencanaan- perencanaan struktur. Softwaresoftware dari CSI tersebut sudah digunakan oleh ribuan engineer di lebih dari 160 negara.
Sistem Struktur
Asumsi yang Digunakan
Peraturan dan Standar Perencanaan
Material Struktur
4.1. Beton
4.2. Baja Tulangan
4.3. Baja Profil
Gambar 5. Input Gempa Statik Ekuivalen (Otomatis) dengan Auto Lateral Load
Cara ini dilakukan dengan user coefficient - auto lateral load, dengan memberikan angka faktor
respon gempa (C) pada load case gempa arah x dan y, sehingga beban gempa sebesar Fi secara
otomatis sudah bekerja pada pusat massa gedung tiap lantai.
Gambar 6. Input Beban Gempa Statik Ekuivalen secara Manual pada Tiap lantai
Gaya gempa statik ekuivalen bekerja pada pusat massa bangunan tiap lantai dengan besar 100%
arah yang ditinjau dan 30% arah tegak lurusnya. Tinjauan beban gempa dari 2 arah tersebut
untuk mengantisipasi datangnya gempa dari arah yang tidak bisa diperkirakan dengan pasti.
Gambar 13. Informasi Luas Tulangan, Momen dan Gaya Geser yang Ditinjau
Informasi yang muncul setelah run analisis beberapa dapat dikontrol dengan hitungan manual,
jika hasil yang muncul sudah benar/ mendekati, maka selanjutnya output tersebut dapat diolah
untuk desain struktur yang meliputi keamanan dimensi, penulangan, dll