Anda di halaman 1dari 22

Stabilitas dalam Bangunan Tingkat Tinggi

Setelah aspek perancangan arsitektural yang meliputi penentuan luas lantai dasar dan luas lantai
berulang (tipikal) diperiksa dan diuji kesesuaiannya dengan kebutuhan fungsioal, maka
bangunan tinggi perlu diuji stabilitasnya, terutama terhadap gempa bumi. Nah, stabilitas
bangunan terhadap beban gempa dapat diperoleh dari :
a. Berat Sendiri Bangunan :

Penahan momen guling (tumbang) gempa diperoleh dari berat sendiri bangunan, yaitu
WG= 1,2 DL + 1,6 LL
Dalam analisis stabilitas bangunan akan dihasilkan momen guling gempa
ME = HE. hE = V. 2/3H
Dimana :
- V adalah beban geser dasar akibat gempa (SNI Gempa untuk Bangunan Gedung, SNI 03-17262002).
- H adalah tinggi Bangunan
Momen penahan guling diperoleh dari massa bangunan :
MG = WG. d
Dimana :
WG adalah berat total bangunan
d adalah jarak dari titik berat massa bangunan ke titik guling
Stabilitas bangunan akan tercapai, jika persyaratan berikut terpenuhi : MG/ ME 1,5
Jika persamaan tersebut tidak terpenuhi, maka dapat dilakukan beberapa modifikasi, seperti :
membuat podium, basement, dll
b. Membuat podium :

Penambahapodium n seperti gambar di bawah ini dapat memperbesar jarak d, sehingga nilai
MG akan bertambah besar dan diharapkan dapat memenuhi persamaan MG/ ME 1,5
Dengan
Tiang
Pancang
Adanya pondasi tiang pancang pada dasar bangunan dapat lebih memperkuat bangunan, karena

bangunan seakan- akan mempunyai akar yang mengikat tanah di sekitar tiang pancang. Membuat
bangunan semakin kokoh dan stabil
.
c. Membuat Basement

Adanya basement pada bangunan tingkat tinggi menyebabkan penambahan nilai MG yang
diperoleh dari tekanan tanah pasif (P), sehingga momen penahan guling menjadi :
MG = WG . d + P. e
Dimana :
P adalah resultan tekanan pasif tanah pada basement
e adalah titik tangkap gaya resultan terhadap muka tanah.
d. Gabungan Podium dan Basement

Penggabungan podium dan basement (dengan atau tiang pancang) pada bangunan tinggi bukan
saja akan memperbesar nilai d, tapi juga nilai MG

Tahap Perencanaan Bangunan Bertingkat

Perencanaan gedung bertingkat harus dipikirkan dengan matang karena menyangkut investasi
dana yang jumlahnya tidak sedikit. Berbagai hal perlu ditinjau yang meliputi beberapa kriteria,
yaitu 3S : strength, stiffness, dan serviceability. Analisis struktur gedung bertingkat dapat
dilakukan dengan computer berbasis elemen hingga (finite element) dengan sofware yang telah
umum digunakan oleh para perencana, misalnya : SAP (Structure Analysis Program) atau
ETABS
(Extended
3D
Analysis
Building
Systems).
Konsep perancangan konstruksi didasarkan pada analisis kekuatan batas (ultimate-strength) yang
mempunyai daktilitas cukup untuk menyerap energi gempa sesuai peraturan yang berlaku.
Berbagai macam kombinasi pembebanan yang meliputi beban mati, beban hidup, beban angin,
dan beban gempa dihitung dengan pemodelan struktur 3-D (space-frame). Kombinasi
pembebanan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1,4DL

1,2DL + 1,6LL

1,2DL + 1LL + 1EX + 0,3EY

1,2DL + 1LL - 1EX + 0,3EY

1,2DL + 1LL + 1EX - 0,3EY

1,2DL + 1LL - 1EX - 0,3EY

1,2DL + 1LL + 0,3EX + 1EY

1,2DL + 1LL - 0,3EX + 1EY

1,2DL + 1LL + 0,3EX - 1EY

1,2DL + 1LL - 0,3EX - 1EY

0,9DL + 1EX + 0,3EY

0,9DL + 1EX - 0,3EY

0,9DL - 1EX + 0,3EY

0,9DL - 1EX - 0,3EY

0,9DL + 0,3EX + 1EY

0,9DL + 0,3EX - 1EY

0,9DL - 0,3EX + 1EY

0,9DL - 0,3EX - 1EY

Keterangan :
DL = Beban mati (Dead Load)
LL = Beban Hidup (Live Load)
EX = Beban gempa searah sumbu x (Earthquake- X)
EY = Beban gempa searah sumbu y (Earthquake- Y)
Di negara Indonesia ada 3 jenis sistem struktur yang digunakan yaitu:
1. Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB) atau Ordinary Moment Resisting Frame
(OMRF)
Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk di zona gempa 1 dan 2
yaitu wilayah dengan tingkat gempa rendah. Acuan perhitungan yang digunakan adalah SNI 032847-2002 pasal 3 sampai pasal 20.
2. Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) atau Intermediate Moment
Resisting Frame (IMRF)
Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk di zona gempa 3 dan 4
yaitu wilayah dengan tingkat gempaan sedang. Pasal- pasal yang digunakan dalam SNI 03-28472002 adalah Pasal 3 sampai pasal 20, ditambah dengan pasal 23.2 sampai dengan 23.10.2
3. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) atau Special Moment Resisting Frame
(SMRF)
Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk pada zona 5 dan 6 yaitu
wilayah dengan tingkat gempaan tinggi atau diaplikasikan dalam perencanaan High Rise
Building.
Langkah pertama yang harus diperhatikan dalam perencanaan gedung adalah pengumpulan data
proyek yang meliputi :

Data tanah dari hasil sondir dan boring,

Data bangunan,

Data gambar proyek, terdiri dari gambar arsitektur, gambar struktur, gambar potongan,
dan denah lantai,

Data lain yang menyangkut RKS (Rencana Kerja dan Syarat- syarat)

A. Peraturan dan Standar Perencanaan


1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-1992) atau
ACI 318- 2005.
2. Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F)
atau ASCE 7-10.
3. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002).
4. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002).

B. Bahan Struktur
1. Beton
Untuk struktur kolom, sloof, balok lantai dan plat lantai digunakan beton dengan kuat tekan
beton yang disyaratkan, fc = 25 MPa (setara dengan beton K-300). Modulus elastis beton, Ec =
4700(fc') = 2,35.104 MPa = 2,35.107 kN/m2 dengan angka poison = 0,20.
2. Baja Tulangan
Untuk baja tulangan dengan D 12 mm digunakan baja tulangan ulir BJTD 40 dengan tegangan
leleh baja, fy = 400 MPa. Untuk baja tulangan dengan D < 12 mm digunakan baja tulangan polos
BJTP 24 dengan tegangan leleh baja, fy = 240 MPa. Modulus elastis baja, Es = 2,1.105 MPa.
3. Baja Profil
Mutu baja profil yang digunakan untuk struktur baja harus memenuhi persyaratan setara dengan
BJ-37.

C. Pra-eliminari Desain:
1. Perencanaan plat

Penentuan dimensi terdiri dari dimensi plat dan dimensi plat atap. Masing- masing
menggunakan SNI 03-2847-2002 dengan pasal :

Perencanaan plat 1 arah : SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.2 Tabel 8

Perencanaan plat 2 arah : SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.3

Menganalisa gaya- gaya yang terjadi pada plat, digunakan Peraturan Beton Bertulang
Indonesia (PBBI 1971 pasal.13.3 tabel 13.3.1 dan tabel 13.3.2), sedangkan perletakkan
yang diasumsikan jepit penuh digunakan C.K Wang dan C.G Salmon jilid 2,

Penulangan plat,

Penulangan lentur, susut, dan suhu : SNI 03-2847-2002 pasal 9.12.2.

2. Penentuan dimensi balok dan kolom

Penentuan dimensi balok terdiri dari : Perencanaan lebar efektif balok (SNI 03-28472002 pasal 10.10.2),

Perhitungan penulangan geser : SNI 03-2847-2002 pasal.13.3.1(1)

Perhitungan penulangan torsi : SNI 03-2847-2002 pasal.13.6

3. Struktur kolom, terdiri dari:

Perencanaan kolom portal

Pengaruh kelangsingan kolom : SNI 03-2847-2002 pasal 12.12.2

Perbesaran momen : SNI 03-2847-2002 pasal 12.13.3

Perhitungan penulangan geser : SNI 03-2847-2002 psl.13.3.1(2)

4. Analisa struktur bawah

Perhitungan poer,

Perhitungan pondasi tiang pancang,

Perhitungan sloof.

5. Penulangan

Penulangan dihitung berdasarkan data-data yang diperoleh dari out put SAP atau ETABS.

Dari out put SAP atau ETABS diperoleh nilai gaya geser (D), momen lentur (M), momen
torsi (T), dan nilai gaya aksial (P). Kemudian dihitung kebutuhan tulangan pada balok,
kolom dan pondasi.

Perhitungan penulangan geser, lentur, dan puntir pada semua komponen struktur utama.

Kontrol masing-masing perhitungan penulangan.

Penabelan penulangan yang terpakai pada elemen struktur yang dihitung (struktur atas
dan
struktur
bawah).

Penggambaran detail penulangan.

D. Cek Persyaratan
1. Plat

Kontrol jarak spasi tulangan : SNI 03-2847-2002 pasal.15.3.2

Kontrol jarak spasi tulangan suhu dan susut.

Kontrol perlu tulangan suhu dan susut : SNI 03-2847-2002 pasal 9.12.2.1 dan pasal
10.4.3

Kontrol lendutan : SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.3.4

2. Balok

Kontrol Mnpasang Mn untuk tulangan lentur

3. Kolom

Kontrol kemampuan kolom.

Kontrol momen yang terjadi Mnpasang Mn

4. Poer

Kontrol dimensi poer : SNI 03-2847-2002 pasal13.12.3. 1.(a), pasal.13.12.3. 1.(b),


pasal.13.12.3.1.(c)

Kontrol geser pons.

Geser 1 arah : SNI 03-2847-2002 pasal.13.12.1.1


Geser 2 arah : SNI 03-2847-2002 pasal.13.12.1.2

E. Gambar Perencanaan
1. Gambar arsitek terdiri dari :

Gambar denah.

Gambar tampak.

2. Gambar struktur terdiri dari :

Potongan memanjang.

Potongan melintang.

Gambar denah pondasi.

Gambar denah sloof.

Gambar denah pembalokan.

Gambar denah rencana atap.

3. Gambar detail :

Gambar detail panjang penyaluran.

Gambar detail penjangkaran tulangan.

Gambar detail pondasi dan poer.

F. Jenis Beban
1. Beban mati (Dead load)
Beban mati yang merupakan berat sendiri konstruksi (specific gravity) menurut Tata Cara
Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F), adalah seperti Tabel
berikut :
No

Konstruksi

Berat

Satuan

Baja

7850

kg/m3

Beton bertulang

2400

kg/m3

Beton

2200

kg/m3

Dinding pas bata bt

250

kg/m2

Dinding pas bata 1 bt

450

kg/m2

Curtain wall+rangka

60

kg/m2

Cladding + rangka

20

kg/m2

Pasangan batu kali

2200

kg/m3

Finishing lantai (tegel)

2200

kg/m3

Plafon+penggantung

20

kg/m2

10

Mortar

2200

kg/m3

11

Tanah, Pasir

1700

kg/m3

12

Air

1000

kg/m3

13

Kayu

900

kg/m3

14

Baja

7850

kg/m3

15

Aspal

1400

kg/m3

16

Instalasi plumbing

50

kg/m2

Untuk perencanaan beban bangunan di luar negeri, harus diperhitungkan juga beban banjir,
beban suhu, beban Salju, dan beban Es. Semuanya ada di ASCE 7-10.
2. Beban hidup (Live load)
Beban hidup yang bekerja pada lantai bangunan Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk
Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F), adalah sebagai berikut :

Lantai dan rumah tinggal = 200 kg/m2

Sekolah, kantor, toko, hotel, RS, restoran, asrama = 250 kg/m2

Ruang olahraga = 400 kg/m2

Ruang dansa = 500 kg/m2

Balkon dan lantai dalam ruang pertemua = 400 kg/m2

3. Beban gempa (Earthquake)


Wilayah Indonesia terdiri dari 6 wilayah gempa, dimana wilayah gempa 1 adalah wilayah
kegempaan paling rendah dan wilayah gempa 6 adalah wilayah kegempaan paling tinggi.
Pembagian wilayah gempa ini, didasarkan pada percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh
gempa rencana dengan periode ulang 500 tahun dengan asumsi umur bangunan adalah 50 tahun.
Berikut adalah Gambar Pembagian Zona Gempa di Indonesia

Gambar Pembagian Zona Gempa di Indonesia


Analisis terhadap beban gempa digunakan cara statik ekivalen maupun dinamik (response
spectrum analysis). Dari hasil analisis kedua cara tersebut diambil kondisi yang memberikan
nilai gaya atau momen terbesar sebagai dasar perencanaan. Struktur bangunan dirancang mampu
menahan gempa rencana sesuai peraturan yang berlaku yaitu SNI 03-1726-2002 tentang Tatacara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung. Dalam peraturan ini gempa rencana
ditetapkan mempunyai periode ulang 500 tahun, sehingga probabilitas terjadinya terbatas pada
10 % selama umur gedung 50 tahun.
a. Metode Statik Ekivalen
Gaya geser dasar nominal pada struktur akibat gempa dihitung dengan rumus :

V = C . I / R .Wt
Dimana :

C= nilai faktor response gempa, yang ditentukan berdasarkan wilayah gempa kondisi
tanah dan waktu getar alami.

R = faktor reduksi gempa representatif.

I = faktor keutamaan (diambil, I = 1 )

Wt = jumlah beban mati dan beban hidup yang direduksi (faktor reduksi diambil = 0,5)
yang bekerja di atas taraf penjepitan lateral.

Analisis statik dilakukan dengan meninjau secara bersamaan 100% gempa arah X dan 30%
gempa
arah
Y,
dan
sebaliknya.
b. Metode Dinamik (Response Spectrum)

Besar beban gempa ditentukan oleh percepatan gempa rencana dan massa total struktur.
Massa total struktur terdiri dari berat sendiri struktur dan beban hidup yang dikalikan
dengan faktor reduksi 0,5.

Percepatan gempa diambil dari data zone Wilayah Gempa Indonesia menurut Tatacara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002) dengan
memakai spektrum respons yang nilai ordinatnya dikalikan dengan koreksi I/R.

Detail perencanaan struktur gedung dengan ETABS mulai dari pemodelan struktur,
pembebanan, analisis gempa, dan perhitungan strukturnya bisa dibaca disini.

Ebook Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS

Perkembangan ilmu teknik sipil dirasakan begitu cepat karena adanya keinginan dan kebutuhan
manusia yang semakin meningkat, seperti banyaknya gedung- gedung tinggi, jembatan,
bangunan air, dan sarana prasarana lainnya. Sekarang untuk merencanakan semua itu tidaklah
menjadi masalah dan bisa dilakukan dengan cepat karena kecanggihan teknologi untuk
mendesain berbagai bangunan sipil.
ETABS (Extended Three dimension Analysis of Building Systems) adalah salah satu progam
computer yang digunakan khusus untuk perencanaan gedung dengan konstruksi beton, baja, dan
komposit. Software tersebut mempunyai tampilan yang hampir sama dengan SAP karena
dikembangkan oleh perusahaan yang sama (Computers and Structures Inc, CSI) yaitu salah satu
perusahaan pembuat piranti lunak (software) untuk perencanaan- perencanaan struktur. Softwaresoftware dari CSI tersebut sudah digunakan oleh ribuan engineer di lebih dari 160 negara.

Ebook ini membahas dengan detail cara mendesain struktur


gedung dengan ETABS yang meliputi :
1.
2.
3.
4.

Sistem Struktur
Asumsi yang Digunakan
Peraturan dan Standar Perencanaan
Material Struktur
4.1. Beton
4.2. Baja Tulangan
4.3. Baja Profil

5. Detail Elemen Struktur


5.1. Balok
5.2. Kolom
5.3. Plat Lantai
5.4. Shear Wall
5.5. Momen Inersia Penampang
6. Pemodelan Struktur
6.1. Penggambaran Elemen Balok
6.2. Penggambaran Elemen Kolom
6.3. Penggambaran Elemen Plat
6.4. Penggambaran Elemen Shear Wall
6.5. Pemodelan Pondasi
6.6. Kekakuan Sambungan (joint) Balok- Kolom
7. Denah Struktur
8. Pembebanan
8.1. Kombinasi Pembebanan
8.2. Perhitungan Beban Mati
8.2.1. Beban Mati pada Plat Lantai
8.2.2. Beban Mati pada Plat Atap
8.2.3. Beban Mati pada Balok
8.2.4. Beban pada Tangga
8.2.4.1. Beban pada Plat Tangga
8.2.4.2. Beban pada Bordes
8.3. Beban Hidup
8.4. Beban Gempa
8.4.1. Perhitungan Gempa Statik Ekuivalen secara Otomatis
8.4.1.1. Lantai Tingkat sebagai Diafragma
8.4.1.2. Waktu Getar Alami (T)
8.4.1.3. Faktor Keutamaan
8.4.1.4. Penentuan Jenis Tanah
8.4.1.5. Perhitungan Beban Gempa Nominal (V)
8.4.1.6. Eksentrisitas Rencana (ed)
8.4.2. Perhitungan Gempa Statik Ekuivalen secara Manual

8.4.2.1. Perhitungan Berat Gedung (Wt)


8.4.1.9. Input Beban Gempa Statik Ekuivalen
8.4.3. Analisis Gempa Dinamik Response Spectrum
8.4.3.1. Respons Spektrum Gempa Rencana
8.4.4. Analisis Gempa Dinamik Time History
9. Kontrol dan Analisis
9.1. Analisis Ragam Respon Spektrum
9.2. Partisipasi Massa
9.3. Gaya geser dasar nominal, V (Base Shear)
9.4. Kinerja Sruktur Gedung
9.4.1. Kinerja Batas Layan
9.4.2. Kinerja Batas Ultimit
10. Perhitungan Struktur dengan ETABS
10.1. Peraturan yang Digunakan
10.2. EfektivitasPenampang
10.3. Analisis
10.4. Penulangan Balok
10.4.1. Desain Tulangan Utama Balok
10.4.2. Desain Tulangan Geser (sengkang)
10.4.3. Desain Tulangan Torsi
10.4.4. Kontrol Pesyaratan Balok pada SRPMK
10.4.5. Sketsa Detail Penulangan Balok
10.5. Penulangan Kolom
10.5.1. Desain Tulangan Utama Kolom
10.5.2. Desain Tulangan Geser Kolom
10.5.3. Kontrol Pesyaratan Kolom pada SRPMK
10.5.4. Gambar Detail Penulangan Kolom
10.6. Penulangan Plat Lantai
10.7. Desain Pondasi
10.7.1. Data Tanah
10.7.2. Daya Dukung Pondasi Tiang Bor
11. Perhitungan Estimasi Biaya Pekerjaan Struktur
Semua materi tersebut dibahas dalam 123 halaman. Ebook tersebut juga dilengkapi dengan
Navigasi Bookmark, sehingga Anda dapat dengan mudah mencari topik atau pembahasan
materi yang akan Anda pelajari. Tampilan Ebook tersebut adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Video REVIEW Ebook Aplikasi Perencanaan Struktur dengan ETABS

Screen shoot analisis Gedung yang ditinjau ditunjukkan


sebagai berikut :

Gambar 2. Pemodelan Struktur Gedung Perkantoran 8 Lantai


Pemodelan struktur gedung yang dirancang mampu menahan gempa rencana sesuai peraturan
yang berlaku sesuai SNI 03-1726-2002 tentang Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan Gedung. Dalam peraturan ini gempa rencana ditetapkan mempunyai periode ulang
500 tahun, sehingga probabilitas terjadinya terbatas pada 10 % selama umur gedung 50 tahun.

Gambar 3. Pemodelan Diafragma Kaku pada Plat Lantai


Pada SNI Gempa 1726-2002, pasal 5.3.1 disebutkan bahwa lantai tingkat, atap beton dan sistem
lantai dengan ikatan suatu struktur gedung dapat dianggap sangat kaku (rigid) dalam bidangnya
dan dianggap bekerja sebagai diafragma terhadap beban gempa horisontal.

Gambar 4. Deformasi Struktur dan Waktu Getar Bangunan untuk Mode 1


Denah, konfigurasi, dan kekakuan struktur harus didesain sedemikian rupa sehingga gedung
tidak terlalu fleksible dan waktu getar struktur tidak melebihi standard yang ditetapkan. Selain
itu untuk mencegah adanya puntiran (rotasi) gedung pada Mode 1.

Gambar 5. Input Gempa Statik Ekuivalen (Otomatis) dengan Auto Lateral Load
Cara ini dilakukan dengan user coefficient - auto lateral load, dengan memberikan angka faktor
respon gempa (C) pada load case gempa arah x dan y, sehingga beban gempa sebesar Fi secara
otomatis sudah bekerja pada pusat massa gedung tiap lantai.

Gambar 6. Input Beban Gempa Statik Ekuivalen secara Manual pada Tiap lantai
Gaya gempa statik ekuivalen bekerja pada pusat massa bangunan tiap lantai dengan besar 100%
arah yang ditinjau dan 30% arah tegak lurusnya. Tinjauan beban gempa dari 2 arah tersebut
untuk mengantisipasi datangnya gempa dari arah yang tidak bisa diperkirakan dengan pasti.

Gambar 7. Input grafik Respon Spektrum Gempa


Grafik respon spektrum yang diinput berdasarkan zona gempa dan jenis tanah tempat lokasi
bangunan berada.

Gambar 8. Input Akselerogram Gempa Dinamik Time History


Perhitungan respons dinamik struktur gedung terhadap pengaruh gempa rencana dilakukan
dengan metoda analisis dinamik 3 dimensi berupa analisis respons dinamik linier dan non-linier
time histoy (riwayat waktu) dengan suatu akselerogram gempa yang diangkakan sebagai gerakan
tanah masukan.

Gambar 9. Besarnya Simpangan Gedung yang Terjadi Akibat Gempa


Besarnya simpangan yang terjadi harus dibatasi berdasarkan persyaratan batas layan dan batas
ultimit untuk mencegah ketidaknyamanan penghuni, keretakan beton, kerusakan struktur dan non
struktur.

Gambar 10. Analisis Tegangan pada Plat Lantai


Nilai tegangan yang bekerja pada plat akibat beban hidup dan mati dapat diketahui dengan Shell
Stress kemudian besarnya momen yang muncul dapat dianalis untuk desain penulangan plat
untuk arah memanjang dan melintang.

Gambar 11. Desain Penulangan Arah Memanjang


Luas tulangan yang dibutuhkan untuk arah memanjang dan melintang dapat diketahui secara
otomatis, kemudian dikonversi menjadi berapa banyak jumlah tulangan yang akan digunakan ]
sesuai ]ukuran diameter tulangan di pasaran.

Gambar 12. Diagram Interaksi Kolom


Dari diagram interaksi tersebut dapat diketahui hubungan antara momen dengan gaya aksial yang
bekerja pada kolom

Gambar 13. Informasi Luas Tulangan, Momen dan Gaya Geser yang Ditinjau
Informasi yang muncul setelah run analisis beberapa dapat dikontrol dengan hitungan manual,
jika hasil yang muncul sudah benar/ mendekati, maka selanjutnya output tersebut dapat diolah
untuk desain struktur yang meliputi keamanan dimensi, penulangan, dll

Anda mungkin juga menyukai