DOSEN PENGAMPU
Chairil Anwar, S.ST
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan
tugas makalah Struktur Beton II sub materi Kolom Beton Bertulang ini.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam penulisan makalah ini, baik secara material maupun
moril. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, kami ucapkan terima kasih
kepada :
1.
2.
Kedua orang tua kami yang mendukung secara material dan moril.
3.
kesempurnaan, namun demikian telah memberikan manfaat bagi kami. Akhir kata
kami berharap makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang
bersifat membangun akan kami terima dengan senang hati.
Balikpapan,
Penulis
ii
Maret 2014
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL...............................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................
ii
DAFTAR ISI......................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................
1.3 Tujuan.........................................................................................
11
16
23
25
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
iii
27
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Jenis-Jenis Kolom
Gambar 3.3
Kolom Utama
10
Gambar 3.4
14
Gambar 3.5
14
Gambar 3.6
15
Gambar 3.7
17
Gambar 3.8
Pembuatan dinding
17
Gambar 3.9
17
18
20
21
21
21
22
22
22
23
24
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam suatu struktur bangunan beton bertulang khususnya pada kolom
akan terjadi momen lentur dan gaya aksial yang bekerja secara bersama sama.
Momen - momen ini yang diakibatkan oleh adanya beban eksentris atau adanya
gravitasi dapat menimbulkan beban lateral seperti angin dan gempa atau bisa juga
diakibatkan oleh beban lantai yang tidak seimbang. Maka dari itu, setiap
penampang komponen pada struktur seperti balok dan kolom harus direncanakan
kuat terhadap setiap gaya internal yang terjadi, baik itu momen lentur, gaya aksial,
gaya geser maupun torsi yang timbul sebagai respon struktur tersebut terhadap
pengaruh luar. Kolom yang digunakan untuk memikul beban kombinasi yang
bekerja secara bersamaan mempunyai kapasitas daya dukung yang kecil jika
terbuat dari beton murni. Maka dari itu, untuk meningkatkan kapasitas daya
dukung dan agar kolom menjadi daktail secara signifikan dapat dilakukan dengan
cara menambahkan kebutuhan (rasio) tulangan pada kolom dengan persyaratan
penulangan minimal 1% sampai 6% (SNI 03 2847 2002, Pasal 23.4.3.1.).
Untuk itu, perencana struktur memerlukan program bantu sederhana yang
mudah diterapkan dalam bidang teknik sipil khususnya mengenai kebutuhan
(rasio) tulangan pada kolom berbentuk persegi panjang. Karena banyaknya aspek
yang ditinjau seperti ukuran penampang kolom, mutu beton, mutu tulangan, beban
aksial dan momen yang bekerja serta code yang akan digunakan sehingga
perencana struktur memerlukan waktu yang lama untuk menentukan kebutuhan
(rasio) tulangan pada kolom. Saat ini penggunaan komputer untuk merencanakan
kebutuhan (rasio) tulangan telah dikembangkan seperti PCA column yang berasal
dari Amerika Serikat dan dibuat berdasarkan code ACI 1995. Sedangkan di
Indonesia, perkembangan adanya program bantu untuk memudahkan perhitungan
perencanaan dalam bidang teknik sipil khususnya mengenai kebutuhan (rasio)
tulangan pada kolom berbentuk persegi panjang masih minim jumlahnya.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka permasalahan dapat
dirumuskan adalah:
1. Bagaimana definisi kolom pada bangunan?
2. Bagaimana fungsi kolom pada bangunan?
3. Bagaimana letak kolom yang benar pada bangunan?
4. Bagaimana jenis-jenis kolom yang ada pada dunia Konstruksi?
5. Bagaimana cara mendesain kolom yang tepat?
6. Bagaimana metode pelaksanaan pekerjaan kolom pada bangunan?
7. Bagaimana metode kerja pembongkaran bekisting kolom yang tepat?
8. Bagaimana
metode
kerja
perawatan kolom
yang benar
setelah
pembongkaran bekisting?
1.3
Tujuan
Dari rumusan permasalahan, maka makalah ini disusun dengan tujuan:
1. Untuk mengetahui definisi kolom beton bertulang dalam dunia konstruksi.
2. Untuk mengetahui fungsi kolom beton bertulang pada bangunan.
3. Untuk mengetahui letak kolom yang benar dan sesuai pada bangunan.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis kolom yang ada dalam dunia konstruksi.
5. Untuk mengetahui cara/metode dalam mendesain kolom yang tepat pada
bangunan.
6. Untuk mengetahui metode pelaksanaan pekerjaan kolom yang benar pada
bangunan.
1.4
Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dalam penulisan makalah ini
perlu adanya pembatasan masalah agar pengkajian dapat lebih terfokus dan
terarah, yakni :
1. Definisi Kolom
2. Fungsi Kolom
3. Jenis kolom
4. Metode pelaksanaan pekerjaan kolom
1.5
Metodologi Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, untuk mendapatkan data dan informasi yang
diperlukan kami menggunakan metode studi pustaka. Metode studi pustaka atau
literature ini dilakukan dengan cara mendapatkan data atau informasi tertulis yang
bersumber dari buku-buku, dan berbagai artikel di internet yang menurut kami
dapat mendukung penelitian penyusunan makalah ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
SK SNI T-15-1991-03
Mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas
utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang
tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.
Sudarmoko, 1996
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban
dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang
peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom
merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai
yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur.
SNI-03-2847-2002
Empat ketentuan terkait perghitungan kolom dalam Tata Cara Perhitungan
Beton untuk Bangunan Gedung.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Definisi Kolom
Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan
beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan
angin. Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh.Beban
sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang
diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke
permukaan tanah di bawahnya.
Sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila besar dan jenis pondasinya
sesuai dengan perhitungan. Namun, kondisi tanah pun harus benar-benar sudah
mampu menerima beban dari pondasi. Kolom menerima beban dan meneruskannya
ke pondasi, karena itu pondasinya juga harus kuat, terutama untuk konstruksi rumah
bertingkat, harus diperiksa kedalaman tanah kerasnya agar bila tanah ambles atau
terjadi gempa tidak mudah roboh. Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan
beton.Keduanya merupakan gabungan antara material yang tahan tarikan dan
tekanan.Besi adalah material yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material
yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini dalam struktur beton
memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa
menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan.
3.2
Fungsi Kolom
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi.
Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan
sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat
bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta
beban hembusan angin.
Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban
sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang
diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke
permukaan tanah di bawahnya.
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan
gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang
tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan
kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau bagian
struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada
bangunan.
3.3
atas, artinya letak kolom-kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai, karena
hal ini akan menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi
harus dihindarkan denah kolom portal yang tidak sama untuk tiap-tiap lapis lantai.
Ukuran kolom makin ke atas boleh makin kecil, sesuai dengan beban bangunan
yang didukungnya makin ke atas juga makin kecil. Perubahan dimensi kolom harus
dilakukan pada lapis lantai, agar pada suatu lajur kolom mempunyai kekakuan yang
sama.
3.4
Jenis-Jenis Kolom
terjadinya
kehancuran
seluruh
struktur
sebelum
proses
Kolom Utama
Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya
menyanggah beban utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal
disarankan jarak kolom utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk
menompang lantai tidak tidak begitu besar, dan apabila jarak antara kolom
dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur bangunan harus dihitung.
Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal lantai 2
biasanya dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan pokok 8d12mm, dan
begel d 8-10cm ( 8 d 12 maksudnya jumlah besi beton diameter 12mm 8
buah, 8 10 cm maksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10 cm).
10
Kolom Praktis
Adalah kolom yang berpungsi membantu kolom utama dan juga sebagai
pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter,
atau pada pertemuan pasangan bata, (sudut-sudut). Dimensi kolom praktis
15/15 dengan tulangan beton 4 d 10 begel d 8-20.
Kolom pendek, dimana masalah tekuk tidak perlu menjadi perhataian dalam
merencanakan kolom karena pengaruhnya cukup kecil.
3.5
3.5.1 Analisa
11
Kombinasi Pembebanan
Seperti yang berlaku di SNI Beton, Baja, maupun Kayu.
12
Lantai 5 : 1.0 x 60 = 60 kN
Jadi, lantai paling bawah cukup didesain terhadap beban hidup 210 kN
saja, tidak perlu sebesar 560 = 300 kN.
Dasar dari pengambilkan reduksi ini adalah bahwa kecil kemungkinan
suatu kolom dibebani penuh oleh beban hidup di setiap lantai. Pada contoh di atas,
bisa dikatakan bahwa kecil kemungkinan kolom tersebut menerima beban hidup
60 kN pada setiap lantai pada waktu yang bersamaan. Sehingga beban kumulatif
tersebut boleh direduksi.
Catatan:
Beban ini masih tetap harus dikalikan faktor beban di kombinasi pembebanan,
misalnya 1.2D + 1.6L.
Gaya
dalam yang
diambil
untuk
desain
harus
sesuai
dengan
Perbesaran momen (orde kesatu), dan analisis P-Delta (orde kedua) juga
harus dipertimbangkan untuk menentukan gaya dalam.
13
dengan ukuran terkecil 300mm, maka ukuran arah tegak lurusnya harus
tidak lebih dari 300/0.4 = 750 mm.
Rasio tulangan
Rasio tulangan tidak boleh kurang dari 0.01 (1%) dan tidak boleh lebih dari
0.08 (8%). Sementara untuk kolom pemikul gempa, rasio maksiumumnya
adalah 6%. Kadang di dalam prakteknya, tulangan terpasang kurang dari
minimum, misalnya 4D13 untuk kolom ukuran 250250 (rasio 0.85%).
Asalkan beban maksimumnya berada jauh di bawah kapasitas penampang
sih, oke-oke saja. Tapi kalau memang itu kondisinya, mengubah ukuran
kolom menjadi 200200 dengan 4D13 (r = 1.33%) kami rasa lebih
ekonomis. Yang penting semua persyaratan kekuatan dan kenyamanan
masih terpenuhi.
14
Spasi (jarak bersih) antar tulangan sepanjang sisi sengkang tidak boleh
lebih dari 150 mm.
pertemuan
balok-kolom
kolom
dalam
menahan
beban
gempa.
15
Gambar 3.6 Desain kolom dan pelat lantai dengan mutu beton yang berbeda
Menurut SNI-03
03-2847-2002, ada empat ketentuen terkait perhitungan
kolom:
-
16
maksimum
dari
momen
terhadap
beban
aksial
juga
harus
diperhitungkan.
-
Momen-momen yang bekerja pada setiap level lantai atau atap harus
didistribusikan pada kolom di atas dan di bawah lantai tersebut
berdasarkan kekakuan relative kolom dengan juga memperhatikan
kondisi kekekangan pada ujung kolom.
Adapun dasar-dasar perhitungannya sebagai berikut:
1. Kuat perlu
2. Kuat rancang
3.6
Metode Pelaksanaan
17
18
Tulangan kolom dibuat berkait dengan sloof tulangan ini memiliki besi
utama (yang tegak) dan besi begel (yang kotak-kotak untuk mengikat besi utama.
Jarak antar begel/sengkang berkisar antara 10 hingga 20 cm.
19
tahap
perencanaan,
buat
gambar
desain
bangunan
untuk
gedung
secara
langsung.
Hal
ini
dimaksudkan
untuk
20
21
22
23
3.7
Persiapan Lahan
Pada saat dilakukan bongkaran kolom area kerja harus bebas dari aktifitas
pekerja dan material proyek
Prosedur Pelaksanaan
1. Persiapan Alat TC (Tower Crane).
2. Persiapan Pekerja (2 Orang).
3. Tahap pertama melepas support bekisting kolom.
24
3.8
Kehilangan zat cair yang banyak pada proses awal pngerasan beton yang
akan mempengaruhi proses pengikatan awal beton.
Penguapan air dari beton pada saat pengerasan beton pada hari pertama.
25
Pembesian tulangan kolom dan balok yang tidak sesuai dengan gambar, baik
dari jumlah maupun ukurannya.
Sengkang bagian bawah pada balok banyak yang tidak diikatkan dengan
tulangan utama.
26
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila besar dan jenis
pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun, kondisi tanah pun harus benarbenar sudah mampu menerima beban dari pondasi. Kolom menerima beban dan
meneruskannya ke pondasi, karena itu pondasinya juga harus kuat, terutama untuk
konstruksi rumah bertingkat, harus diperiksa kedalaman tanah kerasnya agar
apabila tanah ambles atau terjadi gempa tidak mudah roboh.
Kolom dalam sebuah konstruksi sangatlah penting untung menahan beban
pada plat lantai dua (khusus bangunan bertingkat. Juga berfungsi sebagai pengikat
dinding, agar tidak mudah roboh.
27
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Cara membuat kolom beton bertulang. Diambil pada 22 Maret
2014 dari http://www.ilmusipil.com/cara-membuat-kolom-beton-bertulang
Anonim. 2010. Desain kolom beton bertulang. Diambil pada 22 Maret 2014 dari
http://duniatekniksipil.web.id/992/desain-kolom-beton-bertulang/
Chairil, Nizar. 2010. Metode kerja kolom gedung. Diambil pada 22 Maret 2014
dari http://www.ilmusipil.com/metode-kerja-kolom-gedung
Departemen Pekerjaan Umum. (1991). SK SNI T-15-1991-03 Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. Bandung: Yayasan
Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan.
Departemen Pekerjaan Umum. (2002). SNI 03-2847-2002 Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. Bandung: Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan.
Dipohusodo, Istimawan. 1993. Struktur Beton Bertulang. Jakarta: Yayasan
Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan.
Hindarto, Probo. 2009. Kolom dalam konstruksi rumah tinggal sederhana.
Diambil
pada
24
Maret
2014
dari
http://probohindarto.wordpress.com/2009/03/28/kolom-dalam-konstruksirumah-tinggal-sederhana/
Tim Redaksi KBBI PB. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
(edisi keempat). Indonesia: PT Gramedia Pustaka Utama.