Pada gambar (a) tampak depan, baik tulangan pokok maupun tulangan
bagi semuanya dipasang di atas. Tulangan pokok terletak paling atas
(pada urutan ke-1 dari atas), dan tulangan bagi menempel di bawahnya
(urutan ke-2 dari atas).
Jadi pada gambar (a) tampak atas, tulangan pokok jika dilihat dari atas
tampak sebagai garis horisontal (dilihat dari bawah) dan diberi simbol
dengan mendukung berjumlah 1 buah, artinya tulangan didukung
(dipasang dari kanan) dan pada urutan ke-1. Untuk tulangan bagi jika
dilihat dari atas tampak sebagai garis vertikal (dilihat dari kanan), dan diberi
simbol dengan mendukung berjumlah 2 buah, artinya tulangan didukung
(dipasang di atas) dan pada urutan ke-2.
Syarat Tulangan
Rasio luas tulangan tarik terhadap luas efektif penampang tidak boleh
kurang dari minimum = 1,4 / fy .
Luas tulangan pokok tidak boleh kurang dari luas yang diperlukan untuk
tulangan susut dan suhu.
Jarak tulangan pokok pusat ke pusat (pkp) 3h atau (pkp) 500 mm.
Jarak tulangan susut dan suhu 5h atau 450 mm.
Diameter tulangan pelat tidak boleh kurang dari 8 mm.
Bila pelat dapat berputar (berotasi) bebas pada tumpuan, maka pelat
dikatakanbertumpu bebas.
- Bila tumpuan mampu mencegah pelat berotasi dan relatif sangat kaku
terhadap momen puntir, maka pelat itu dikatakan terjepit penuh.
- Bila balok tepi tidak cukup kuat untuk mencegah rotasi sama sekali, maka
pelat ituterjepit sebagian (terjepit elastis).
Analisis pelat satu arah
Analisis pelat satu arah pada dasarnya sama dengan analisis balok,
dimana lebar pelat diambil 1 m (1000 mm) dan tingginnya setebal pelat
(ditentukan).
Analisis Momen Lentur
Analisis momen lentur pada pelat satu arah sebenarnya dapat dianggap
sebagai gelegar diatas banyak tumpuan. Selain itu pada SNI-03-2847-2002
mengijinkan untuk menentukan momen lentur dengan menggunakan
koefisien momen, asalkan dipenuhi syarat-syarat seperti dibawah ini,
Panjang bentang seragam, jika ada perbedaan selisih bentang yang
terpanjang dengan bentang sebelahnya yang lebih pendek maksimum
20%.
Beban hidup harus < 3 kali beban mati
Penentuan panjang L untuk bentang yang berbeda :
Untuk momen lapangan, L = bentang bersih diantara tumpuan.
Untuk momen tumpuan, L = rata-rata bentang bersih pada sebelah kiri dan
kanan tumpuan.
Untuk dapat lebih memahami analisis perhitungan pelat satu arah, dibawah
ini diberikan langkah langkah perhitungan pelat satu arah sebagai berikut
:
Tentukan tebal pelat, dengan syarat batas lendutan.
Hitung beban-beban : beban mati, beban hidup dan beban berfaktor
Contoh Soal
Diketahui pelat lantai seperti pada gambar dibawah ditumpu bebas pada
tembok bata, menahan beban hidup 150 kg/m 2 dan finishing penutup pelat
( tegel, spesi, pasir urug ) sebesar 120 kg/m2. Pelat ini terletak dalam
lingkungan kering. Mutu beton fc = 20 MPa, Mutu baja fy = 240 MPa.
Penyelesaian:
Tentukan tebal pelat (berkenaan syarat lendutan).
Tebal minimum pelat hmin, untuk fy = 240 MPa dan pelat ditumpu bebas
pada dua tepi adalah :
hmin = L/20 = 3,60 / 20 =
tebal pelat ditentukan h = 0,14 m = 140 mm
Penghitungan beban beban yang terjadi
qu = 1,2 qd + 1,6 ql
qD akibat berat sendiri
qD dari finishing penutup lantai
qD total
beban hidup qL
beban berfaktor qu
= h p D
= 140 20 10/2
= 115 mm
b) Tulangan tumpuan
Contoh Soal :
Pelat satu arah dengan penampang seperti tergambar, bentang 4 m. Mutu beton fc =
20 MPa, Mutu baja fy = 300 MPa, selimut beton p = 20 mm dan b = 1000 mm. Tentukan
beban hidup yang dapat dipikul oleh pelat.
Diketahui : L = 4 m, D = 16 mm, s = 180 mm, h = 165 mm
Penyelesaian
As
= 0,25.3,14.D2.b/s = 0,25.3,14.162.1000/180 = 1117 mm2
d
= h p D/2
=165 mm 20 mm 16/2 mm = 137 mm
Simbol gambar di atas sama dengan simbol pada gambar penulangan 1 arah.
Perlu ditegaskan : untuk pelat 2 arah, bahwa di daerah lapangan hanya ada tulangan
pokok saja (baik arah lx maupun arah ly) yang saling bersilangan, di daerah tumpuan
ada tulangan pokok dan tulangan bagi (tulangan susut dan suhu).
Metode Analisis Struktur Pelat Dua Arah
1. Metode pendekatan PBI 1971(Koefisien Momen)
2. Metode desain langsung
3. Metode portal ekivalen
4. Metode garis leleh (yield line theory)
Persyaratan tebal pelat lantai 2 arah
1. Tebal minimum pelat tanpa balok
= 100 mm
dimana :
In = bentang bersih terbesar antara kedua arah
= Eb.lb / Es.Is
bersih
h minimum
= 120 mm
m > 2
h minimum
= 90 mm
dimana :
pelat
dengan lebar yang dibatasi secara lateral oleh garis garis sumbu tengah dari panel
panel yang bersebelahan (bila ada) pada tiap sisi balok.
m
= nilai rata rata untuk semua balok pada tepi tepi dari suatu panel
b. Terjepit elastis, terjadi apabila pelat pada tumpuan merupakan satu kesatuan dengan
balok pemikul yang relative tidak terlalu kaku, sehingga memungkinkan terjadi rotasi.
c. Terjepit penuh, hal ini terjadi apabila penampang pelat diatas tumpuan tidak dapat
berotasi akibat beban, misalnya pada balok pemikul yang relative kaku atau pada
kondisi pelat yang simetris.
Beban mati :
= 0,001 . X . qu . lx2
qu
dimana :
qu
Contoh Soal
Beban hidup pelat = 4 kN/m2
Tebal pelat
= 120 mm
Beban finishing
= 0,8 kN/m2
Lebar balok
Mutu Beton (fc)
= 250 mm
= 20 MPa
= 400 MPa
Selimut beton
= 20 mm
arah
Tebal pelat tidak boleh lebih dari :
h =
=
= 125,93 mm
= 90,83 mm
= 3,7964 kNm
= 1,4612 kNm
= - 7,6902 kNm
= - 5,5486 kNm
Mu = 7,6902 kNm
Mn =
=
Rn =
= 9,6127 kNm
m=
= 1,2413
= 23,53
(1 -
= 0,0032
min =
=
(1 -
= 0,0035
s
Jadi pakai D8 160 mm
= 308
= 163, 11 mm ~ 160 mm
1.
2.
3.
4.
arah yang saling tegak lurus tidak boleh lebih kecil dari 0,2 atau lebih besar dari 5,0.
Penentuan Momen Statik M0
Pada dasarnya ada empat langkah utama dalam desain panel lantai :
Tentukan momen statik total di masing masing arah yang saling tegak lurus.
Distribusikan momen total untuk desain penampang terhadap momen negatif dan
positif.
Distribusikan momen negatif dan positif ke jalur kolom dan jalur tengah dan ke balok
panel, apabila ada. Jalur kolom mempunyai lebar 25% dari lebar portal ekivalen di
masing masing sisi as kolom, dan keseimbangan di dalam lebar portal ekivalen
adalah jalur tengah.
Selaraskan ukuran dan distribusi dari penulangan ini pada kedua arah yang saling
tegak lurus tersebut.
Dengan demikian, penentuan nilai dari momen yang didistribusikan menjadi tujuan
utama. Tinjaulah panel interior tipukal yang mempunyai dimensi as l1 dalam arah dari
momen yang sedang ditinjau dan dimensi l2 dalam arah yang tegak lurus l1, seperti
terlihat digambar. Bentang bersih ln diukur dari muka ke muka kolom, kepala kolom,
atau dinding. Nilainya tidak boleh lebih kecil dari 0,65 l1, dan tumpuan tumpuan
berbentuk lingkaran dipandang sebagai tumpuan bujur sangkar yang luas penampang
sama. Momen statik totalnya adalah M0 = 1/8.w.l2. Di dalam panel slab dua arah
sebagai komponen dua dimensi, idealisasi struktur dengan cara konversi menjadi portal
ekivalen memungkinkan perhitungan M0 sekali dalam arah x dan sekali lagi dalam arah
orthogonal y. Apabila suatu diagram benda bebas dari panel interior tipikal seperti
terlihat dalam gambar (a) ditinjau, kondisi simetri mereduksi geser dan momen puntir
menjadi sama dengan nol di sepanjang tepi segmen potongan. Apabila tidak ada
kekangan di kedua ujung A dan B, maka panel tersebut dapat dipandang sebagai hanya
ditumpu dalam arah bentang ln. Apabila kita melakukan pemotongan di tengah bentang,
seperti terlihat dalam gambar (b), dan meninjau setengah panelnya sebagai diagram
benda bebas, maka momen M0 di tengah bentang adalah :
(c) Jalur kolom dan jalur tengah dari portal ekivalen (arah y)
(a) Denah
Kolom memberikan tahanan torsi Mt yang ekivalen dengan intensitas momen torsional
mt yang bekerja. Ujung ujung eksterior dari jalur jalur slab berotasi melebihi bagian
tengah karena adanya deformasi torsional. Untuk memperhitungkan rotasi dan
deformasi tersebut, kolom aktual dan jalur slab transversal secara konseptual diganti
dengan sebuah kolom yang ekivalen sedemikian hingga fleksibilitas kolom ekivalen
tersebut sama dengan jumlah dari fleksibilitas kolom aktual dan fleksibilitas jalur slab.
Asumsi tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan
1/Kec = 1/Kc + 1/Kt
dimana :
Kec = kekakuan lentur kolom ekivalen, momen per rotasi satuan
Kc = jumlah dari kekakuan lentur kolom atas dan bawah di
joint,
momen per rotasi satuan
Kt
= kekakuan torsional balok torsional, momen per rotasi satuan.
Faktor induksi didekati dengan (1 + 3h/L). Perhitungan eksak faktor induksi dapat
dilakukan dengan metode analogi kolom yang menggunakan slab sebagai kolom yang
analog.
Rumus yang lebih sederhana untuk Kc memberikan hasil di dalam 5% dari nilai yang
lebih teliti dari rumus Kc sebelumnya, yaitu
Kc = 4EI / Ln 2h
dimana h adalah tebal slab. Kekakuan torsional slab di dalam garis kolom adalah
Kt = . 9.Ecs.C / L2(1 c2/L2)3
dimana :
L2
= lebar jalur
Ln
= panjang bentang
c2
= dimensi kolom dalam arah sejajar balok torsional dan
konstanta
torsionalnya
C = (1 0,63x/y)x3 y/3
dimana :
x
= dimensi yang lebih pendek dari bagian persegi panjang
dari
potongan melintang di pertemuan kolom (misalnya tinggi slab)
y
= dimensi yang lebih panjang dari bagian persegi panjang
dari
potongan melintang di pertemuan kolom (misalnya lebar
kolom)
Kekakuan slab dinyatakan dengan rumus
Ks = 4.Ecs.Is / Ln c1 / 2
Apabila kekakuan efektif kolom Kec dan kekakuan slab Ks telah didapatkan, maka
analisis portal ekivalen dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode yang
sesuai, misalnya relaksasi atau distribusi momen.
Faktor distribusi untuk momen ujung jepit (fixed end moment, FEM) adalah
DF = Ks / K
dimana K = Kec + Ks(kiri) + Ks(kanan)
Metode portal ekivalen merupakan metode terpenting yang dibahas karena terbatasnya
metode desain langsung di dalam penggunaannya pada sistem lantai prategang dua
arah dan dibutuhkannya penentuan kekakuan yang teliti di joints slab kolom di dalam
proses desain.
Contoh Soal
Dimana :
ly
lx
ly/lx
= 6000 mm
= 4000 mm
= 6000/4000 = 1,5 < 2 (OK)
Maka pelat tersebut merupakan pelat 2 arah. Berdasarkan nilai ly/lx yang telah
diperoleh, maka dapat digunakan tabel 1.3.2 PBI 1971, untuk mencari nilai koefisien
momen (X) yang dipakai dalam menghitung nilai momen arah x (Mlx) dan momen arah
y (Mly), dengan nilai koefisien tersebut adalah sebagai berikut :
Xx = 36
Xy = 36
Nilai momen yang bekerja pada pelat adalah sebagai berikut:
Mlx
= - Mtx
= - 0,001 . qu . Lx2 . Xx
= - 0,001. 417,2. 42. 36
= - 240,31 kgm
Mly
= - Mty
= - 0,001 . qu . Ly2 . Xy
= - 0,001. 417,2.(6)2. 36
= - 540,69 kgm
Penulangan pelat dihitung sebagai berikut :
Penulangan arah X
Mu
= 240,31 kgm = 2403072 Nmm
L
= 4 m > 3,5 m, maka d (tinggi efektif) dihitung sebagai berikut :
d
= h 30 = 100 30 = 70 mm
As
= Mu / . . d. fy = 2403072 / 0,8 . 0,925 . 70 . 400 = 115,98 mm 2
Diameter tulangan yang digunakan D = 12 mm.
As tulangan = ..d2 = ..122= 113,04 mm2
Jumlah tulangan yang digunakan
n = As / As tulangan = 115,98 / 113,04 = 1,03 buah ~ 2 buah
As pakai = As. Jumlah tulangan = 115,98 . 2 = 231,96 mm 2/meter lebar pelat
Pengecekan terhadap rasio penulangan
= As pakai / b.h = 231,96 / 1000.70 = 0,0039
min = 0,0035
max = 0,0163
min = 0,0035 < = 0,0039 Ok
Penulangan arah Y
Mu
= 540,69 kgm = 5406900 Nmm
d
= 100 30 = 70 mm
As
= Mu / . . d . fy = 5406900 / 0,8 . 0,925 . 70 . 400 = 260,95 mm 2
Diameter tulangan yang digunakan D12.
As tulangan = ..D2 = ..122 = 113,04 mm2