Anda di halaman 1dari 23

elat Tipe B

Pelat Tipe B pada konstruksi ini merupakan pelat yang terjepit elastis pada ketiga sisinya
dengan sisi panjang (ly) = 4 meter dan sisi pendek (lx) = 0,8 meter. Sehingga ly/lx = 5

Dari tabel PBI 1971 diperoleh perhitungan momen sebagai berikut :

–>  Arah x =  Mlx  = -Mtx  = 0,054 * q * lx2

= 0,054 * 0,498 * 0,82

= 0,017 tm

–>  Arah y =  Mly  = 0,019 * q * lx2

= 0,019 * 0,498 * 0,82

= 0,006 tm

–> – Mty = 0,056 * q * lx2

=0,056 * 0,498 * 0,82

= 0,018 tm
Dengan demikian, pembesian pelat tipe B ini adalah sebagai berikut :

Arah x = Mlx = -Mtx = 0,017 tm = 17 kgm (Momen kecil)

Arah y = Mly = 0,006 tm = 6 kgm (Momen kecil)

dan -Mty = 0,018 tm – 18 kgm

Pustaka : Buku menghitung konstruksi beton bertulang, Griya kreasi

Ditulis dalam pelat lantai

3 Komentar

Sistem penulangan pelat


Agu 3

Posted by sanggapramana

 
 
 
 
 
 
19 Votes

Sistem perencanaan tulangan pada dasarnya dibagi menjadi 2 macam yaitu :

1. Sistem perencanaan pelat dengan tulangan pokok satu arah (selanjutnya disebut : pelat
satu arah/ one way slab)
2. Sistem perencanaan pelat dengan tulangan pokok dua arah (disebut pelat dua arah/two
way slab)
1) Penulangan pelat satu arah

a) Konstruksi pelat satu arah.Pelat dengan tulangan pokok satu arah ini akan dijumpai jika
pelat beton lebih dominan menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang satu arah
saja.Contoh pelat satu arah adalah pelat kantilever (luifel) dan pelat yang ditumpu oleh 2
tumpuan.

Karena momen lentur hanya bekerja pada 1 arah saja, yaitu searah bentang L (lihat gambar di
bawah), maka tulangan pokok juga dipasang 1 arah yang searah bentang L tersebut. Untuk
menjaga agar kedudukan tulangan pokok (pada saat pengecoran beton) tidak berubah dari
tempat semula maka dipasang pula tulangan tambahan yang arahnya tegak lurus tulangan
pokok. Tulangan tambahan ini lazim disebut : tulangan bagi. (seperti terlihat pada gambar di
bawah).

Kedudukan tulangan pokok dan tulangan bagi selalu bersilangan tegak lurus, tulangan pokok
dipasang dekat dengan tepi luar beton, sedangkan tulangan bagi dipasang di bagian dalamnya
dan menempel pada tulangan pokok.Tepat pada lokasi persilangan tersebut, kedua tulangan
diikat kuat dengan kawat binddraad. Fungsi tulangan bagi, selain memperkuat kedudukan
tulangan pokok, juga sebagai tulangan untuk penahan retak beton akibat susut dan perbedaan
suhu beton.
Gambar di atas adalah pelat dengan tulangan pokok 1 arah

b) Simbol gambar penulangan.Pada pelat kantilever, karena momennya negatif, maka


tulangan pokok (dan tulangan bagi) dipasang di atas. Jika dilihat gambar penulangan Tampak
depan (gambar (a)), maka tampak jelas bahwa tulangan pokok dipasang paling atas (dekat
dengan tepi luar beton), sedangkan tulangan bagi menempel di bawahnya. Tetapi jika
dilihat pada gambar Tampak Atas (gambar (a)), pada garis tersebut hanya tampak tulangan
horizontal dan vertikal bersilangan, sehingga sulit dipahami tulangan mana yang seharusnya
dipasang di atas atau menempel di bawahnya. Untuk mengatasi kesulitan ini, perlu aturan
penggambaran dan simbol-simbol sbb :
2) Penulangan pelat 2 arah

a) Konstruksi pelat 2 arah.Pelat dengan tulangan pokok 2 arah ini akan dijumpai jika pelat
beton menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang 2 arah. Contoh pelat 2 arah
adalah pelat yang ditumpu oleh 4 sisi yang saling sejajar.

Karena momen lentur bekerja pada 2 arah, yaitu searah dengan bentang (lx) dan bentang (ly),
maka tulangan pokok juga dipasang pada 2 arah yang saling tegak lurus(bersilangan),
sehingga tidak perlu tulangan lagi. Tetapi pada pelat di daerah tumpuan hanya bekerja
momen lentur 1 arah saja, sehingga untuk daerah tumpuan ini tetap dipasang tulangan pokok
dan bagi, seperti terlihat pada gambar dibawah. Bentang (ly) selalu dipilih > atau = (lx),
tetapi momennya Mly selalu < atau = Mlx, sehingga tulangan arah (lx) (momen yang besar )
dipasang di dekat tepi luar (urutan ke-1)
Simbol gambar di atas sama dengan simbol pada gambar penulangan 1 arah.
Perlu ditegaskan : untuk pelat 2 arah, bahwa di daerah lapangan hanya ada tulangan
pokok saja (baik arah lx maupun arah ly) yang saling bersilangan, di daerah tumpuan
ada tulangan pokok dan tulangan bagi.

pustaka : Balok dan pelat beton bertulang, Ali Asroni

sampai jumpa di artikel

perencanaan tulangan pelat

Ditulis dalam pelat lantai

24 Komentar

Pelat beton bertulang (pemula)


Agu 2

Posted by sanggapramana

 
 
 
 
 
 
9 Votes

Pengertian pelat

Yang dimaksud dengan pelat beton bertulang yaitu struktur tipis yang dibuat dari beton
bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban yang bekerja tegak lurus pada
apabila struktur tersebut.Ketebalan bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila dibandingkan
dengan bentang panjang/lebar bidangnya.Pelat beton ini sangat kaku dan arahnya horisontal,
sehingga pada bangunan gedung, pelat ini berfungsi sebagai diafragma/unsur pengaku
horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaran balok portal.

Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan sipil, baik sebagai lantai bangunan,
lantai atap dari suatu gedung, lantai jembatan maupun lantai pada dermaga. Beban yang
bekerja pada pelat umumnya diperhitungkan terhadap beban gravitasi (beban mati dan/atau
beban hidup). Beban tersebut mengakibatkan terjadi momen lentur (seperti pada kasus
balok).

Tumpuan pelat

Untuk merencanakan pelat beton bertulang yang perlu dipertimbangkan tidak hanya
pembebanan saja, tetapi juga jenis perletakan dan jenis penghubung di tempat tumpuan.
Kekakuan hubungan antara pelat dan tumpuan akan menentukan besar momen lentur yang
terjadi pada pelat.

Untuk bangunan gedung, umumnya pelat tersebut ditumpu oleh balok-balok secara monolit,
yaitu pelat dan balok dicor bersama-sama sehingga menjadi satu-kesatuan, seperti pada
gambar (a) atau ditumpu oleh dinding-dinding bangunan seperti pada gambar (b).
Kemungkinan lainnya, yaitu pelat didukung oleh balok-balok baja dengan sistem komposit
seperti pada gambar (c), atau didukung oleh kolom secara langsung tanpa balok, yang dikenal
dengan pelat cendawan, seperti gambar (d).

Jenis perletakan pelat pada balok

Kekakuan hubungan antara pelat dan konstruksi pendukungnya (balok) menjadi satu bagian
dari perencanaan pelat. Ada 3 jenis perletakan pelat pada balok, yaitu sbb :

1) Terletak bebas

Keadaanini terjadi jika pelat diletakkan begitu saja di atas balok, atau antara pelat dan balok
tidak dicor bersama-sama, sehingga pelat dapat berotasi bebas pada tumpuan tersebut, lihat
gambar (1). Pelat yang ditumpu oleh tembok juga termasuk dalam kategori terletak bebas.

2) Terjepit elastis

Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit, tetapi ukuran
balok cukup kecil, sehingga balok tidak cukup kuat untuk mencegah terjadinya rotasi pelat.
(lihat gambar (2))

3) Terjepit penuh
Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit, dan ukuran balok
cukup besar, sehingga mampu untuk mencegah terjadinya rotasi pelat (lihat gambar(3)).

untuk perhitungan, ada artikel sendiri

salam sipil

pustaka : Balok dan pelat beton bertulang, Ali Asroni

Ditulis dalam pelat lantai

4 Komentar

Belajar tentang balok dan pelat beton bertulang


( untuk pemula)
Jul 30

Posted by sanggapramana

 
 
 
 
 
 
22 Votes

Yah, kita ketemu lagi, sekarang saya akan membahas tentang Balok beton bertulang, ni
tulisan saya bersumber dari buku Balok dan pelat beton bertulang oleh Ali Asroni penerbit
graha ilmu bagi yang mau beli bukunya silahkan, bagi yang mau belajar dari sini juga
bisa.maaf untuk simbol2 ada yang tidak dapat dimasukkan karena keterbatasan fitur ini. Lets
start . . . . .

Balok tanpa tulangan

Kita tau sifat beton yaitu kuat terhadap gaya tekan tetapi lemah terhadap gaya tarik.Oleh
karena itu, beton dapat mengalami retak jika beban yang dipikulnya menimbulkan tegangan
tarik yang melebihi kuat tariknya.

Jika sebuah balok beton (tanpa tulangan) ditumpu oleh tumpuan sederhana (sendi dan rol),
dan di atas balok tersebut bekerja beban terpusat P serta beban merata q, maka akan timbul
momen luar sehingga balok akan melengkung ke bawah.

Pada balok
yang melengkung ke bawah akibat beban luar ini pada dasarnya ditahan oleh kopel gaya-gaya
dalam yang berupa tegangan tekan dan tarik. Jadi pada serat-serat balok bagian tepi atas akan
menahan tegangan tekan, dan semakin ke bawah tegangan tersebut akan semakin kecil.
Sebaliknya, pada serat-serat bagian tepi bawah akan menahan tegangan tarik, dan semakin ke
atas tegangan tariknya akan semakin kecil pula.

Pada tengah bentang (garis netral) , serat-serat beton tidak mengalami tegangan sama sekali
(tegangan tekan dan tarik = 0).

Jika beban diatas balok terlalu besar maka garis netral bagian bawah akan mengalami
tegangan tarik cukup besar yang dapat mengakibatkan retak pada beton pada bagian
bawah.Keadaan ini terjadi terutama pada daerah beton yang momennya besar, yaitu pada
lapangan/tengah bentang.

Balok Beton dengan tulangan

Untuk menahan gaya tarik yang cukup besar pada serat-serat balok bagian tepi bawah, maka
perlu diberi baja tulangan sehingga disebut dengan “beton bertulang”. Pada balok beton
bertulang ini, tulangan ditanam sedemikian rupa, sehingga gaya tarik yang dibutuhkan untuk
menahan momen pada penampang retak dapat ditahan oleh baja tulangan.

Karena sifat beton yang tidak kuat tehadap tarik, maka pada gambar di atas, tampak bahwa
balok yang menahan tarik (di bawah garis netral) akan ditahan tulangan, sedangkan bagian
menahan tekan (di bagian atas garis netral) tetap ditahan oleh beton.

Fungsi utama beton dan tulangan

Dari uraian di atas dapat dipahami, bahwa baik beton maupun baja-tulangan pada struktur
beton bertulang tersebut mempunyai fungsi atau tugas pokok yang berbeda sesuai dengan
sifat bahan yang bersangkutan.Fungsi utama beton yaitu untuk

Fungsi utama beton

 Menahan beban/gaya tekan


 Menutup baja tulangan agar tidak berkarat

Fungsi utama baja tulangan

 Menahan gaya tarik (meskipun kuat juga terhadap gaya tekan)


 Mencegah retak beton agar tidak melebar

Faktor keamanan

Agar dapat terjamin bahwa suatu struktur yang direncankan mampu menahan beban yang
bekerja, maka pada perencanaan struktur digunakan faktor keamanan tertentu.Faktor
keamanan ini tersdiri dari 2 jenis , yaitu :

1. Faktor keamanan yang bekerja pada beban luar yang bekerja pada struktur, disebut
faktor beban.
2. Faktor keamanan yang berkaitan dengan kekuatan struktur (gaya dalam), disebut
faktor reduksi kekuatan.

Faktor beban luar/faktor beban

Besar faktor beban yang diberikan untuk masing-masing beban yang bekerja pada suatu
penampang struktur akan berbeda-beda tergantung dari kombinasi beban yang bersangkutan.
Menurut pasal 11.2 SNI 03-2847-2002, agar supaya struktur dan komponen struktur
memenuhi syarat dan layak pakai terhadap bermacam-macam kombinasi beban, maka harus
dipenuhi ketentuan kombinasi-kombinasi beban berfaktor sbb :

1. Jika struktur atau komponen hanya menahan beban mati D (dead) saja maka
dirumuskan : U = 1,4*D
2. Jika berupa kombinasi beban mati D dan beban hidup L (live), maka dirumuskan : U
= 1,2*D + 1,6*L + 0,5 ( A atau R )
3. Jika berupa kombinasi beban mati D,beban hidup L, dan beban angin W, maka
diambil pengaruh yang besar dari 2 macam rumus berikut : U = 1,2*D + 1,0*L +
1,6*W + 0,5 ( A atau R )  dan rumus satunya : U = 0,9*D + 1,6*W
4. Jika pengaruh beban gempa E diperhitungkan, maka diambil yang besar dari dua
macam rumus berikut : U = 0,9*D + 1*E

Keterangan :

U = Kombinasi beban terfaktor, kN, kN/m’ atau kNm

D = Beban mati (Dead load), kN, kN/m’ atau kNm

L = Beban hidup (Life load), kN, kN/m’ atau kNm

A = Beban hidup atap   kN, kN/m’ atau kNm

R = Beban air hujan, kN, kN/m’ atau kNm

W = Beban angin (Wind load) ,kN, kN/m’ atau kNm

E = Beban gempa (Earth quake load), kN, kN/m’ atau kNm, ditetapkan berdasarkan
ketentuan SNI 03-1726-1989-F, Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan
Gedung, atau penggantinya.

Untuk kombinasi beban terfaktor lainnya pada pasal berikut :

1. Pasal 11.2.4 SNI 03-2847-2002, untuk kombinasi dengan tanah lateral


2. Pasal 11.2.5 SNI 03-2847-2002, untuk kombinasi dengan tekanan hidraulik
3. Pasal 11.2.6 SNI 03-2847-2002, untuk pengaruh beban kejut
4. Pasal 11.2.7  SNI 03-2847-2002, untuk pengaruh suhu (Delta T), rangkak, susut,
settlement.

Faktor reduksi kekuatan


Ketidakpastian kekuatan bahan terhadap pembebanan pada komponen struktur dianggap
sebagai faktor reduksi kekuatan, yang nilainya ditentukan menurut pasal 11.3 SNI 03-2847-
2002 sebagai berikut :

1. Struktur lentur tanpa beban aksial (misalnya : balok), faktor reduksi = 0,8
2. Beban aksial dan beban aksial lentur

 aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur : 0,8

 aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur


1. komponen struktur dengan tulangan spiral atau sengkang ikat : 0,7
2. Komponen struktur dengan tulangan sengkang biasa : 0,65

3.  Geser dan torsi : 0,75

4.  Tumpuan pada beton, : 0,65

akhirnya selesai juga, males betul nulis yang begituan tapi aku gak papa untuk kalian
semua.ntar malah gak tau dasarnya malah repot. . .wkwkwkwk. Lanjut . . . . .

Kekuatan beton bertulang

1. Jenis kekuatan

Menurut  SNI 03-2847-2002, pada perhitungan struktur beton bertulang, ada beberapa istilah
untuk menyatakan kekuatan suatu penampang sebagai berikut

1. Kuat nominal (pasal 3.28)


2. Kuat rencana (pasal 3.30)
3. Kuat perlu       (pasal 3.29)

Kuat nominal (Rn) diartikan sebagai kekuatan suatu komponen struktur penampang yang
dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi metode perencanaan sebelum dikalikan dengan
nilai faktor reduksi kekuatan yang sesuai.Pada penampang beton bertulang , nilai kuat
nominal bergantung pada:

 dimensi penampang,
 jumlah dan letak tulangan
 letak tulangan
 mutu beton dan baja tulangan

Jadi pada dasarnya kuat nominal ini adalah hasil hitungan kekuatan yang sebenarnya dari
keadaan struktur beton bertulang pada keadaan normal.Kuat nominal ini biasanya ditulis
dengan simbol-simbol Mn, Vn, Tn, dan Pn dengan subscript n menunjukkan bahwa nilai-
nilai

M = Momen
V = Gaya geser

T = Torsi (momen puntir)

P = Gaya aksial (diperoleh dari beban nominal suatu struktur atau komponen struktur)

Kuat rencana (Rr), diartikan sebagai kekuatan suatu komponen struktur atau penampang
yang diperoleh dari hasil perkalian antara kuat nominal Rn dan faktor reduksi kekuatan.Kuat
rencana ini juga dapat ditulis dengan simbol Mr, Vr, Tr, dan Pr( keterangan sama seperti
diatas kecuali P = diperoleh dari beban rencana yang boleh bekerja pada suatu struktur atau
komponen struktur.

Kuat perlu (Ru), diartikan sebagai kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang
diperlukan untuk menahan beban terfaktor atau momen dan gaya dalam yang berkaitan
dengan beban tersebut dalam kombinasi beban U.Kuat perlu juga bisa ditulis dengan simbol-
simbol Mu, Vu, Tu, dan Pu.

Karena pada dasarnya kuat rencana Rr, merupakan kekuatan gaya dalam (berada di dalam
struktur), sedangkan kuat perlu Ru merupakan kekuatan gaya luar (di luar struktur) yang
bekerja pada struktur, maka agar perencanaan struktur dapat dijamin keamanannya harus
dipenuhi syarat berikut :

Kuat rencanaRr harus > kuat perlu Ru

Prinsip hitungan beton bertulang

Hitungan struktur beton bertulang pada dasarnya meliputi 2 buah hitungan, yaitu hitungan
yang berkaitan dengan gaya luar dan hitungan yang berkaitan dengan gaya dalam.

Pada hitungan dari gaya luar, maka harus disertai dengan faktor keamanan yang disebut
faktor beban sehingga diperoleh kuat perlu Ru.Sedangkan pada hitungan dari gaya dalam,
maka disertai dengan faktor aman yang disebut faktor reduksi kekuatan sehingga diperoleh
kuat rencana Rr = Rn * faktor reduksi, selanjutnya agar struktur dapat memikul beban dari
luar yang bekerja pada struktur tersebut, maka harus dipenuhi syarat bahwa kuat rencana Rr
minimal harus sama dengan kuat perlu Ru.
Prinsip hitungan struktur beton bertulang yang menyangkut gaya luar dan gaya dalam
tersebut secara jelas dapat dilukiskan dalam bentuk skematis, seperti gambar berikut :

Ditulis dalam pelat lantai, perhitungan balok

76 Komentar

Perhitungan pelat lantai sederhana (part 2)


Jul 29

Posted by sanggapramana

 
 
 
 
 
 
14 Votes
Assalamualikum, mari kita lanjutkan perhitungan  plat lantai lanjutan dari part 1, karena
kemarin terhalang oleh seminar ATWP di d3 ftsp ITS Surabaya.Tapi perhitungan ini ada
kaitannya dengan yang part 1 dengan adanya beban total, dll. Mari …

1. Pelat Tipe A

Pelat tipe A ini adalah pelat lantai yang terjepit pada ke-empat sisinya, dengan sisi panjang
nya (ly) = 4 meter, dan panjang sisi lebar nya (lx) = 2,5 meter, sehingga ly/lx = 1,6

Nilai ly/lx ini dicari untuk mendapatkan momen yang sesuai dengan tabel 13.32. PBI 1971

Menghitung Pembesian Pelat

Untuk menghitung pembesian pelat tipe A, perlu dihitung momen-momen pada pelat
tersebut.Dalam menghitung momen pelat, jarak terhadap gaya atau beban yang ada dihitung
langsung ke arah x dan arah y.Dengan demikian, penghitungan momen pada pelat lantai
digunakan tabel 13.32.2 dari PBI 1971. Dengan ly/lx = 1,6 maka diperoleh

 Momen ke arah x ( Mlx)         = – Mtx            = 0,058 * q * lx2

= 0,058 * 0,498 * 2,52

= 0,181 tm

 Momen kea rah y (Myx)         = -Mty            = 0,036 * q * lx2

= 0,036 * 0,498 * 2,52


= 0,112 tm

Keterangan :

 Arah x = perhitungan ke arah lebar pelat


 Arah y = perhitungan ke arah panjang pelat
 Mlx       = momen lapangan ke arah x
 Mtx       = momen tumpuan ke arah x
 Mly       = momen lapangan ke arah y
 Mty      = momen tumpuan ke arah y

Dari pembebanan pelat lantai atap yang sudah dihitung momennya tersebut, dapat dihitung
besi yang akan digunakan untuk pelat tersebut. Pembesian pelat ini dihitung per meter
panjang (m1).Sementara momen ke arah x (Mlx) = 0,181 kgm.Namun, sebelum menghitung
pembesian tersebut perhatikan gambar denah pembesian pelat atap.

Tebal pelat bersih (h) diperoleh dengan rumus berikut :

h= ht – d

= 10 – 1/10 ht

= 10 – 8  = 8 cm

Denah pembesian pelat

Selanjutnya dihitung dahulu perbandingan antara tegangan baja tarik dan n kali tegangan
tekan beton di serat yang paling tertekan pada keadaan seimbang.Tujuannya untuk pembesian
dengan ketentuan
Untuk mendapatkan pembesian pelat ruang dapur tersebut digunakan perhitungan lentur
dengan cara “n” sebagai berikut :
Ber
dasarkan PBI 1971 disebutkan bahwa tulangan minimum pelat ialah :

A min = 0,25 * b * ht

= 0,25 * 100 * 10

= 2,5 cm2

Bila menggunakan tulangan 8 mm atau 0,8 cm, maka luas penampang tulangan adalah :

A = 0,25 * pi * d2
= 0,25 * 3,14 * 0,82

= 0,502 cm2

Catatan : Menurut ketentuan, untuk rumah tinggal digunakan tulangan 8 mm, sedangkan
ruko 10 mm dan untuk gedung bertingkat banyak seperti perkantoran dan pertokoan 10 – 12
mm ( tergantung luas pelat dan besar kecilnya beban-beban yang bekerja pada pelat tersebut )

Banyaknya tulangan

From : buku menghitung konstruksi beton , griya kreasi

Ditulis dalam pelat lantai

96 Komentar

Perhitungan pelat lantai (sederhana) part 1


Jul 26

Posted by sanggapramana

 
 
 
 
 
 
9 Votes
Pelat lantai atap terbuat dari bahan beton

Tebal = 10 cm

Beban-beban yang bekerja pada pelat beton lantai atap tersebut dihitung setiap meter
panjang(m1)

menjadi berat total pelat (q) dengan satuan   t/ m1 .

Berat total pelat merupakan penjumlahan dari

 Berat sendiri pelat


 Beban hidup pada pelat
 Berat sendiri plafond
 Berat penutup aspal/ubin
 Adukan
a)
Berat sendiri pelat = 0,10 x 1 x 2,4 t/ m1 = 0,240 t/ m1

b)      Beban hidup pada pelat = 0,150 t/ m1 ( diambil beban hidup untuk lantai )
c)
Berat sendiri plafond = 0,018 t/ m1

d)     Berat penutup aspal/ubin = ( ketebalan 2 cm ) = 2 x ( 21 + 24 ) = 0,090 t/ m1 ( angka 21


dan 24 diperoleh dari PMI 1971 ).

Jadi, berat total pelat adalah 0,498 t/ m1

MOMEN

Selain beban dari pelat atap juga bekerja momen-momen sehingga perlu dihitung. Momen
adalah gaya atau beban yang bekerja pada suatu benda kemudian dikalikan jarak, sehingga
satuan untuk momen adalah ton meter ( tm ). Bekerjanya gaya selalu tegak lurus terhadap
jarak.

Sebagai missal, di suatu perumahan terdapat portal untuk menyaring agar kendaraan-
kendaraan dengan tinggi tertentulah yang hanya dapat melewati portal tersebut, jika
kita berjalan di atas portal tersebut, bila sudah sampai ditengah bentang maka portal
akan semakin lentur.Kelenturan portal maximum terdapat ditengah-tengah portal
diantara 2 tiang,Dalam istilah teknik tengah balok portal itu adalah lapangan .
Lenturan inilah yang dinamakan momen lapangan maximum ( Mlap.Max ) dengan satuan
ton meter ( tm ). Itulah sebabnya dalam perhitungan konstruksi beton, momen tersebut
akan menimbulkan pembesian sebagai penahan lentur. Adanya momen akan berakibat
suatu bangunan lama kelamaan runtuh.

Pada saat kita berdiri di atas sautu tiang atau dalam istilah teknik dinamakan tumpuan maka
mengalami pembebanan adalah tiang. Bila tiang tersebut dari beton maka tiang hanya
menerima daya tekan murni sehingga tidak diperlukan pembesian. Hal ini sesuai dengan sifat
beton yang kuat terhadap daya tekan, tetapi lemah terhadap daya tarik. Namun, kenyataannya
gaya yang bekerja pada tiang selalu terdapat jarak dari pusat penampang tiang sehingga
menimbulkan momen. OLeh karena itu, tiang beton perlu pembesian.

masi ada lanjutannya harap sabar . . . .!!!hehehe

From : buku menghitung konstruksi beton , griya kreasi

Anda mungkin juga menyukai