Anda di halaman 1dari 24

TUGAS STRUKTUR BAJA

MEMBUAT
RANGKUMAN TORSI,
TEKUK TORSI LITERAL
& PLAT GIRDER
OLEH: DANY BAGAS SETIAWAN
NIM C.111.21.01 36
TEKNIK SIPIL D PAGI
01. TORSI
PENDAHULUAN

Pengaruh torsi/puntir terkadang sangat berperan penting dalam disain struktur. Kasus torsi sering
dijumpai pada balok induk yang memiliki balok-balok anak dengan bentang yang tak sama
panjang. Profil yang paling efisien dalam memikul torsi adalah profil bundar berongga (seperti
cincin). Penampang ini lebih kuat memikul torsi daripada Penampang. bentuk I, kanal, T, siku
atau Z dengan luas yang sama.

Pada tahun 1853 muncul teori klasik torsi dari Saint-Venant, ia mengatakan bahwa jika batang
dengan penampang bukan lingkaran, bila dipuntir maka Penampang yang semula datar tidak akan
menjadi datar lagi setelah dipuntir, Penampang ini menjadi terpilin (warping) keluar bidang.
Definisi Torsi
Suatu batang dijepit dengan kuat pada salah satu
ujungnya dan ujung yang lainnya diputar
dengan suatu torsi (momen puntir, twisting F

moment) T = Fd yang bekerja pada bidang


tegaklurus sumbu batang seperti terlihat pada
Gb. 5-1. Batang tersebut dikatakan dalam
kondisi kena torsi. T adalah torsi (Nm), F adalah T

gaya (N) dan d adalah diameter lengan putar d

(m). Alternatif lain untuk menyatakan adanya F

torsi adalah dengan dua tanda vektor dengan


arah sejajar sumbu batang.
JENIS JENIS TORSI
Pembebanan pada bidang yang tak melalui pusat geser akan mengakibatkan batang terpuntir jika
tidak ditahan oleh pengekang luar. Tegangan puntir akibat torsi terdiri dari tegangan lentur dan
geser. Tegangan ini harus digabungkan dengan tegangan lentur dan geser yang bukan disebabkan
oleh torsi. Torsi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni torsi murni pure torsionalSaint-
Venant‟s torsion dan torsi terpilin warping torsion. Torsi murni mengasumsikan bahwa
penampang melintang yang datar akan tetap datar setelah mengalami torsi dan hanya terjadi
rotasi saja. Penampang bulat adalah satu- satunya keadaan torsi murni. Torsi terpilin timbul bila
flens berpindah secara lateral selama terjadi torsi.
TORSI MURNI SAINT-VENAN’T TORSION
Seperti halnya kelengkungan lentur perubahan kemiringan per satuan panjang dapat
diekspresikan sebagai MEI = 2 2 , yakni momen dibagi kekakuan lentur sama dengan
kelengkungan, maka dalam torsi murni momen M dibagi kekakuan torsi GJ sama dengan
kelengkungan torsi perubahan sudut puntir ø per satuan panjang. Universitas Sumatera Utara 38
M s = GJ d∅ dz 2.55 Dimana: M s : Momen torsi murni Saint-Venant‟s Torsion G : Modulus
Geser J : Konstanta torsi Menurut persamaan tegangan akibat M s sebanding dengan jarak ke
pusat torsi.
TORSI TERPILIN WARPING
Sebuah balok yang memikul torsi M z , maka bagian
flens tekan akan melengkung ke salah satu sisi
lateral, sedang flens tarik melengkung ke sisi lateral
lainnya. Penampang pada Gambar memperlihatkan
balok yang puntirannya ditahan di ujung-ujung,
namun flens bagian atas berdeformasi ke samping
arah lateral sebesar u f . Lenturan ini menimbulkan
tegangan normal lentur tarik dan tekan serta
tegangan geser sepanjang flens. Secara umum torsi
pada balok dianggap sebagai gabungan antara torsi
murni dan torsi terpilin.
ANALOGI TORSI DENGAN LENTUR
Penyelesaian masalah torsi dengan menggunakan persamaan diferensial, memakan waktu yang
cukup banyak, dan cukup digunakan dalam Analisa saja. Untuk keperluan praktik disain,
digunakan analogi antara torsi dan lentur biasa. Misalkan beban Torsi T dikonversikan menjadi
momen kopel PH kali h, maka gaya PH dapat dianggap sebagai beban lateral yang bekerja pada
flens balok.

Sistem struktur pengganti mempunyai gaya geser konstan sepanjang setengah bentang balok,
padahal distribusi gaya geser yang menimbulkan lenturan lateral hanyalah akibat
warping/pemilinan saja. Sehingga struktur pengganti ini akan menimbulkan gaya lateral yang lebih
besar dan akibat nya momen lentur Mf yang menimbulkan tegangan normal juga lebih besar dari
keadaan sebenarnya
GAMBAR ANALOGI TORSI DAN LENTUR
02 TEKUK TORSI LATERAL
PENDAHULUAN
Tekuk torsi lateral adalah suatu gejala dimana akibat momen lentur, balok tiba tiba mengalami
perpindahan (displacement kesamping). Bilamana balok mengalami momen lentur, maka salah
satu flens akan mengalami tegangan tekan dan flens yang lain mengalami tegangan tarik. Flens
yang mengalami tekan berperilaku seperti batang tekan sehingga ada gejala tekuk. Karena tekuk
diarah sumbu lemah flens terhalang oleh web, maka tekuk terjadi diarah sumbu kuat flens yaitu
kearah luar bidang balok. Sebagai akibat balok mengalami perpindahan keluar bidang balok
dengan disertai puntir. Oleh karena itu panjang flens tertekan yang tidak tertumpu menentukan
tekuk torsi lateral. Bila bila balok mengalami tekuk torsi lateral maka balok tersebut tidak dapat
mencapai momen plastisnya. Pada balok yang pendek, tekuk torsi lateral tidak terjadi dan balok
dapat mencapai momen plastisnya.
PERILAKU BALOK I AKIBAT BEBAN
MOMEN SERAGAM
Untuk menurunkan persamaan desain bagi
balok yang mengalami tekuk torsi lateral
gunakan ilustrasi sebuah balok yang menerima
beban momen seragam yang secara lateral.
Beban momen seragam tersebut menyebabkan
tekanan konstan pada flens sepanjang bentang
tak terkekang. Jika ada variasi momen, maka
gaya tekan. flens bervariasi sepanjang bentang
tak terkekang. Hal ini mengakibatkan gaya
tekan rata yang lebih rendah sepanjang
bentang tersebut. Gaya tekan rata-rata yang
lebih ini mengurangi peluang terjadinya tekuk
torsi lateral.
TEKUK TORSI LATERAL ELASTIS
Untuk menurunkan persamaan pada balok I yang mengalami tekuk torsi lteral akibat momen Mo’
menunjukan posisi balok I yang tertekuk.

Beban momen Mo yang diberikan pada bilangan yz dapat diuraikan terhadap x’ ,y’ ,dan z’
menjadi komponen-komponennya yaitu Mx’, My’ , dan Mz’ Dengan mengasumsikan deformasi
kecil, maka kelengkungan pada bidang y’ z’ dapat dituliskan menjadi :
TEKUK TORSI INELASTIS
Ketika serat tekan mencapai regangan sebesar lebih besar dari Ey (E > Fy/E). Pada keadaan ini
cukup potensial untuk terjadi nya tekuk torsi inelastic. Meskipun kekakuan torsi tidak terlalu
terpengaruh oleh residu, namun tegangan residu ini memberi pengaruh cukup besar terhadap
tekan.

Akibat adanya tegangan residu tahan momen elastis maksimum, M adalah:


DESAIN LRFD BALOK I
Setiap komponen struktur yang memikul momen lentur, harus memenuhi persyaratan :

Besarnya kuat nominal momen lentur dari penampang ditentukan


Tabel Batasan Rasio Kelangsingan Ap untuk penampang Balok I :
LENTUR DUA ARAH
Jika penampang bentuk I dibebani oleh momen Mx yang mengakibatkan lentur sumbu kuat, serta
momen My yang mengakibatkan lentur pada sumbu lemah, maka batas kekuatan komponen
struktur tersebut ditentukan oleh leleh akibat kombinasi yang bekerja atau oleh tekuk torsi lateral.
Contoh komponen yang mempengaruhi lentur dalam dua arah adalah struktur gording
Perencanaan struktur baja metode LRFD untuk balok yang mengalami lentur dua arah,
mensyaratkan pemeriksaan terhadap:
03 BALOK PELAT BERDINDING PENUH
(PELAT GIRDER)
PENDAHULUAN
Balok pelat berdinding penuh atau yang lebih sering disebut pelat girder adalah merupakan komponen
struktur lentur yang tersusun dari beberapa elemen pelat. Balok pelat berdinding penuh pada dasarnya
adalah sebuah balok dengan ukuran penampang melintang besar serta bentang yang panjang.
Penampang melintang yang besar tersebut merupakan konsekuensi dari panjangnya bentang balok. Jika
profil baja gilas panas yang masih kurang cukup untuk memikul beban yang bekerja akibat panjangnya
maka alternatif pertama yang ditempuh adalah dengan menambahkan elemen pelat salah satu atau kedua
flens profil. Jika alternatif ini masih belum mampu membantu tahanan momen yang mencukupi, maka
biasanya dibuat sebuah balok yang tersusun elemen-elemen pelat yang disambung satu dengan yang
lainnya (balok pelat berdinding penuh). Jika bentang yang diperlukan sangat panjang, maka tinggi dan
berat balok berdinding penuh akan cukup besar pula, sehingga alternatif lain adalah dengan mengunakan
struktur rangka batang.
Sebelum dikenal metode pengelasan maka
digunakan sambungan baut atau paku keeling
seperti gambar disamping (c). Jenis lain dari
balok pelat berdinding penuh adalah balok hibrida
yang terdiri dari pelat badan dan pelat sayap
dengan mutu baja yang berbeda.

Pada dasarnya balok pelat berdinding penuh


adalah merupakan sebuah balok yang tinggi.
Gambar Penampang Balok pelat Berdinding Penuh Batasan yang digunakan bagi sebuah balok.
Gambar dibawah ini menunjukan kurva hubungan
antara kuat momen nominal Mn vs rasio
kelangsingan. Batasan untuk tekuk torsi lateral
(gambar a dibawah) hanya berlaku untuk
penampang yang kompak.
Kondisi batas untuk balok terlentur
KUAT MOMEN NOMINAL BALOK PELAT
BERDINDING PENUH
Kuat momen nominal dari komponen struktur balok pelat berbanding penuh, ditentukan dalam
SNI 03-1729-2002 pasal 8.4.1:
KUAT GESER NOMINAL
INTERAKSI GESER DAN LENTUR
DESAIN BALOK PELAT BERDINDING
PENUH
Tujuan utama dari proses desain sebuah balok pelat
berdinding penuh adalah menentukan ukuran-ukuran
dari flens ataupun web, disamping itu perlu juga
diputuskan terlebih dahulu pemakaian pengaku-
pengaku vertical serta pengaku-pengaku gaya tumpu.

Proses akhir desain adalah menyambung bagian-


bagian dari suatu balok berdinding penuh dengan
menggunakan alat sambung las. Secara umum proses
desain balok pelat berdinding penuh sebagai berikut :
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai