Anda di halaman 1dari 69

KULIAH BETON 1BALOK

TORSI
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
OLEH IR. ESTER PRISKASARI, MT
Torsi
• https://www.youtube.com/watch?v=1YTKedLQOa0
• Bila beban eksternal bekerja terletak jauh dari bidang vertical lentur,
maka balok akan terkena gaya yang menyebabkan memutar sumbu
longitudinalnya, yang dikenal sebagai torsi, selain juga bekerja gaya
geser dan momen lentur.
• Torsi adalah puntiran suatu benda yang disebabkan oleh momen yang
bekerja pada benda tersebut secara sumbu longitudinal.
• Torsi pada elemen struktur dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis; statis
tertentu, dan statis tidak tentu
TORSI
• Torsi Keseimbangan, atau disebut juga sebagai torsi statis tertentu
(statically determinate torsion), yaitu apabila momen torsi yang
terjadi karena dibutuhkan untuk keseimbangan struktur dan dapat
ditentukan dengan statika saja;
• Torsi Kompatibilitas, atau disebut juga torsi statis tak tentu (statically
indeterminate torsion), dimana momen torsi ini tidak dapat
ditentukan dari statika saja dan rotasi (puntir) dibutuhkan untuk
kompatibilitas (keserasian) deformasi antara elemen-elemen struktur
yang saling berhubungan, seperti balok spandrel, pelat atau kolom.
,. i

TORSI
Pada Gambar 5.1.a hingga 5.1.e, beberapa contoh balok yang dikenakan torsi ditunjukkan.
Di angka-angka ini, hasil torsi baik dari mendukung pelat atau balok di satu sisi saja,
atau beban pendukung yang bertindak jauh melintang ke sumbu longitudinal balok.
Tegangan geser akibat torsi menciptakan tegangan tegangan diagonal yang
menghasilkan tegangan diagonal retak. Jika anggota tidak cukup kuat untuk torsi,
kegagalan getas mendadak bisa terjadi.
Karena geser dan momen biasanya berkembang bersamaan dengan torsi
desain yang masuk akal harus secara logis menjelaskan interaksi gaya-gaya ini
Namun, cracking variabel, file perilaku beton yang tidak elastis,
dan keadaan stres yang rumit yang diciptakan oleh interaksi geser, momen, dan torsi
membuat analisis yang tepat menjadi tidak layak.
Desain torsi saat ini Pendekatan mengasumsikan tidak ada interaksi antara lentur, geser dan torsi.
Penguatan untuk masing-masing gaya ini dirancang secara terpisah dan kemudian digabungkan
kita dapat melihat bahwa torsi yang
diterapkan menyebabkan bilah
berubah bentuk dengan memutar
Polar moment inersia adalah menentukan
resistansi dari deformasi torsi penampang, karena
hanya bentuk penampang
Tegangan geser akibat torsi
• 
Pada penampang persegi panjang, dengan asumsi sifat
elastis, tegangan geser bervariasi besarnya dari nol di pusat
massa hingga maksimum di titik tengah sisi panjang
seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 5.2. Tegangan geser maksimum diberikan
sebagai

Nilai pendekatan dari


=
x merupakan sisi pendek sedangkan y merupakan
sisi panjang
Tekanan Utama Akibat Torsi Murni

Ketika balok yang ditunjukkan pada Gambar 5.4.a dikenai torsi murni, tegangan geser akan
berkembang di empat sisi seperti yang ditunjukkan oleh elemen Penekanan utama pada elemen-
elemen ini adalah ditunjukkan pada Gambar 5.4.b. Kekuatan tarik utama sama dengan tegangan
tekan utama dan keduanya sama untuk tegangan geser. Pada akhirnya, ketika kekuatan tarik utama
melebihi kekuatan tarik maksimum balok, akan terjadi retakan berputar di sekitar luar permukaan
balok seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.4.c. Pada member beton bertulang, retakan seperti itu
akan menyebabkan keruntuhan getas kecuali i penguatan torsdiberikan untuk membatasi
pertumbuhan retakan ini. Sengkang tertutup dan membujur palang di sudut bagian biasanya
digunakan sebagai tulangan torsi.
.

Tekanan Utama Karena Torsi, Geser, dan Momen.

Jika balok mengalami torsi, geser, dan lentur, dua tegangan geser bertambah
satu sisi wajah dan melawan satu sama lain di sisi berlawanan, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 5.5 Karena itu, retakan miring dimulai dari
permukaan di mana tegangan geser menambah (retak AB) dan meluas serat
tegangan ekstrim jika momen lentur besar, retakan akan hampir memanjang vertikal
melintasi bagian belakang (crack CD) Tegangan tekan di bagian bawah balok kantilever
mencegah retakan meluas sampai ke ketinggian penuh wajah depan dan belakang
Torsi pada Elemen Beton Bertulang
Selama ini analisis torsi pada material beton bertulang didasarkan atas dua teori,
yaitu:
1. Teori Elastisitas Klasik, yaitu teori yang menggunakan rumus matematis (St. Venant,
1853)
2. Teori Plastisitas, yang menggunakan analogi timbunan pasir (Nadai, 1931)
• Berdasarkan hasil eksperimen, perilaku beton terhadap torsi lebih baik didekati dengan
teori plastisitas.
• Oleh karena itu, pembahasan torsi pada material beton bertulang umumnya
menggunakan pendekatan plastis. Torsi pada struktur beton biasanya selalu disertai
dengan geser dan lentur. Menurut Nawi (1985), kapasitas beton sederhana dalam
menahan gaya torsi apabila dikombinasikan dengan beban-beban lain – seperti gaya
geser, gaya normal, momen lentur – dalam banyak hal lebih kecil daripada apabila hanya
menahan gaya torsi yang sama tanpa dikombinasikan dengan gaya lainnya. Sebagai
akibatnya pada elemen beton tersebut harus diberikan penulangan untuk menahan
torsi.
22.7 - Kekuatan torsi SNI 2847-2019

• R22.7 - Kekuatan torsi


• Desain untuk torsi pada pasal ini berdasarkan analogi rangka batang ruang
tabung dinding tipis. Balok yang menerima torsi dianggap sebagai tabung
dinding tipis dengan mengabaikan penampang beton inti balok solid seperti
yang ditunjukkan di Gambar R22.7(a). Segera setelah balok beton bertulang
retak oleh torsi, kekuatan torsi terutama disediakan oleh sengkang tertutup
dan tulangan longitudinal yang ditempatkan di dekat permukaan komponen
struktur. Dalam analogi tabung dinding tipis, kekuatan diasumsikan
disediakan oleh kulit luar penampang secara kasar terpusat dalam sengkang
tertutup. . Baik penampang berongga maupun solid dianggap sebagai
tabung dinding tipis baik sebelum maupun sesudah retak
22.7 - Kekuatan torsi SNI 2847-2019
•• Di
  tabung dinding tipis tertutup, hasil perkalian tegangan geser τ dan tebal dinding t di
sembarang titik di perimeter tabung diketahui sebagai aliran geser (shear flow), q = τ t.
Aliran geser q akibat torsi seperti ditunjukkan oleh Gambar 22.7(a), dan terjadi secara
konstan pada semua titik di perimeter tabung dan bekerja di tengah ketebalan dinding
tabung. Pada sembarang titik sepanjang
• perimeter tabung tegangan geser akibat torsi adalah τ = dimana adalah luas bruto
yang dilingkupi oleh lintasan aliran geser, ditunjukkan terasir pada Gambar R.22.7(b), t
adalah tebal dinding pada titik dimana τ dihitung. Untuk komponen struktur berongga
dengan dinding menerus, termasuk luas lubang
• Kontribusi beton terhadap kekuatan torsi diabaikan. Untuk kombinasi geser dan torsi,
kontribusi beton terhadap terhadap kekuatan geser tidak perlu dikurangi. Prosedur
desain untuk kekuatan torsi diturunkan dan dibandingkan dengan hasil uji dari
MacGregor and Ghoneim (1995) dan Hsu (1997).
22.7.1 Umum

•  22.7.1.1 Pasal ini harus diterapkan pada komponen struktur jika ,


dimana ϕ diberikan pada Pasal 21 dan ambang torsi diberikan di
22.7.4. Jika maka diperbolehkan untuk mengabaikan pengaruh torsi.
Penjelasan
• Momen torsi yang tidak melampaui batas ambang torsi tidak akan
mengakibatkan penurunan kapasitas lentur maupun geser yang
signifikan sehingga dapat diabaikan.
Batasan desain
• Batas
  420 MPa pada nilai dan yang digunakan pada desain sebagian
besar tulangan geser dan torsi dimaksudkan untuk mengontrol lebar dari
retak miring. Kekuatan leleh yang lebih tinggi yaitu 550 MPa
diperbolehkan untuk desain geser pada tulangan kawat ulir yang dilas juga
dimaksudkan untuk mengontrol lebar retak miring, hal ini berdasarkan
penelitian Guimares et al. (1992), Griezic et al. (1994), dan Furlong et al.
(1991). Secara khusus, pengujian balok ukuran penuh yang dijelaskan oleh
Griezic et al. (1994) menunjukkan bahwa lebar retak miring akibat geser
pada saat beban layan akan lebih kecil pada balok bertulangan kawat ulir
yang dilas dan dirancang dengan kekuatan leleh 520 MPa dibandingkan
balok bertulang dengan sengkang ulir Mutu 420
22.7.3.1 dan 22.7.3.2

•  22.7.3.1 Jika dan dibutuhkan untuk kesetimbangan, komponen harus


didesain untuk menahan .
• 22.7.3.2 Pada struktur statis tak tentu dimana dan reduksi terjadi
karena redistribusi gaya internal setelah retak torsi, diperbolehkan
untuk mereduksi nilai sampai , dimana retak torsi dihitung sesuai
22.7.5
• 22.7.3.3 Jika diredistribusi sesuai 22.7.3.2, momen dan geser
terfaktor yang digunakan untuk desain komponen struktur
berdampingan (adjoining members) harus setimbang dengan torsi
yang tereduksi.
Penjelasan
•   Momen
1. torsi tidak dapat direduksi dengan redistribusi gaya internal (22.7.3.1). Torsi jenis ini dianggap
sebagai torsi kesetimbangan (equilibrium torsion) karena momen torsi dibutuhkan agar struktur dalam
keseimbangan. Untuk kondisi ini, seperti yang digambarkan pada Gambar R22.7.3(a), tulangan torsi
harus disediakan untuk menahan momen torsi desain total.

2. Momen torsi bisa direduksi dengan redistribusi gaya internal setelah retak (22.7.3.2) jika torsi terjadi
dari komponen struktur terpuntir untuk mempertahankan kompatibilitas deformasi. Torsi jenis ini
disebut torsi kompatibilitas.

• Untuk kondisi ini, seperti yang diilustrasikan pada Gambar R22.7.3(b), kekakuan torsi sebelum retak
terkait dengan penampang yang tak retak menurut teori St. Venant. Pada keadaan retak torsi,
bagaimanapun, puntir besar terjadi oleh momen torsi yang pada dasarnya bernilai konstan,
menghasilkan redistribusi gaya yang besar pada struktur (Collins and Lampert 1973; Hsu and Burton
1974). Momen retak torsi pada kombinasi geser, momen, dan torsi berdasarkan pada tegangan tarik
utama sedikit lebih rendah dari yang digunakan pada R22.7.5.
Penjelasan
•• Jika
  momen torsi melebihi momen torsi retak (22.7.3.2), momen torsi terfaktor
maksimum yang sama dengan momen torsi retak diasumsikan terjadi di penampang
kritis di dekat muka tumpuan. Adanya momen torsi terfaktor maksimum bertujuan
untuk membatasi lebar retak torsi.
• Ketentuan 22.7.3.2 berlaku untuk kondisi rangka tipikal dan teratur. Dengan susunan
layout yang menyebabkan rotasi torsi yang signifikan pada panjang tertentu
komponen struktur, seperti pembebanan momen torsi yang besar yang terjadi di
dekat kolom kaku (stiff column), atau kolom yang berotasi pada arah berlawanan
karena menerima beban lain, disarankan untuk melakukan analisis yang lebih detail.
• Jika momen torsi terfaktor dari analisis elastis berdasarkan pada properti penampang
tak retak berada di antara dan , tulangan torsi harus didesain untuk menahan
momen torsi yang dihitung
 22.7.4.1 Ambang batas torsi harus
dihitung sesuai Tabel 22.7.4.1(a) untuk
penampang solid dan Tabel 22.7.4.1(b)
untuk penampang berongga, dimana Nu
adalah positif untuk tekan dan negatif
untuk tarik.
Acp = luas yang dibatasi oleh keliling luar
penampang beton, mm2
Act = luas bagian penampang antara
muka tarik lentur dan pusat gravitasi
penampang bruto, mm2
Ag = luas bruto penampang beton, mm2.
Untuk penampang berlubang, Ag adalah
luas beton saja dan tidak termasuk luas
lubang
pcp = keliling luar penampang beton,
mm
Icr = momen inersia penampang retak
yang ditransformasi ke beton, mm4
fct = kekuatan tarik belah rata-rata
terukur beton ringan, MPa
 
22.7.5 Retak torsi
22.7.5.1 Retak torsi () harus dihitung sesuai
Tabel 22.7.5.1 untuk penampang solid dan
berongga, dimana 𝑵𝒖 positif untuk tekan dan
negatif untuk tarik.
R22.7.5 penjelasan Retak torsi - Momen
retak torsi akibat tarik murni diturunkan
dengan mengganti penampang aktual
dengan tabung dinding tipis ekuivalen
dengan ketebalan dinding t sebelum retak
sebesar 0,75 , dan luasan yang dilingkupi oleh
garis pusat dinding Ao sama dengan 2 Retak
diasumsikan terjadi ketika tegangan tarik
utama mencapai
22.7.6 Kekuatan torsi

• R22.7.6 Kekuatan torsi - Kekuatan torsi desain ϕTn harus sama


dengan atau lebih besar dari momen torsi Tu akibat beban terfaktor.
Dalam menghitung Tn, seluruh torsi diasumsikan ditahan oleh
sengkang dan tulangan longitudinal, mengabaikan kontribusi beton
pada kekuatan torsi. Pada saat yang sama, kekuatan geser nominal
yang disediakan oleh beton, Vc diasumsikan tidak berubah karena
adanya torsi.
  = luas bruto yang dilingkupi oleh
Ao
lintasan alir geser, mm2
= luas yang dilingkupi oleh garis pusat
tulangan torsi transversal tertutup
terluar, mm2
At = luas satu kaki sengkang tertutup
yang menahan torsi dalam spasi s, mm2
fyt = kekuatan leleh tulangan
transversal yang disyaratkan fy, MPa
ph = keliling garis pusat tulangan torsi
transversal tertutup terluar, mm
Torsi pada Elemen Beton Bertulang
•  Dengan adanya penulangan horizontal dan vertikal untuk menahan
bagian dari momen torsi ini menyebabkan adanya elemen baru dalam
penyusunan gaya-gaya dan momen-momen dalam penampang.
Perumusannya sebagai berikut

• = kekuatan torsi nominal total yang diperlukan pada penampang, termasuk


penulangannya
• = kekuatan torsi nominal beton sederhana
• = Kekuatan torsi yang disumbangkan oleh tulangan
Torsi pada Elemen Beton Bertulang
• Tulangan yang berkontribusi dalam memberikan kekuatan torsi Ts
 adalah tulangan memanjang dan tulangan sengkang tertutup. Untuk
menghitung besarnya Ts ini perlu dilakukan analisis terhadap sistem
gaya-gaya yang bekerja pada penampang melintang elemen struktur
yang telah terpilin (warping) pada keadaan batas keruntuhan.
Pendekatan yang dapat dilakukan adalah (Nawi, 1985):
Torsi pada Elemen Beton Bertulang
1. Teori Lentur Miring yang berdasarkan atas pendekatan deformasi
datar untuk penampang datar yang mengalami lentur dan torsi.
2. Teori Analogi Rangka Batang yang merupakan modifikasi analogi
rangka batang untuk desain sengkang geser menjadi metode yang
dapat diterapkan untuk mencari sengkang torsiona
Torsi pada Elemen Beton Bertulang
Teori Lentur Miring
ada saat elemen beton memikul momen torsi, aksi lawan dari tulangan
transversal dalam bentuk tulangan pengikat tertutup adalah sama seperti
tulangan sengkang dalam melawan gaya geser akibat lentur. Sebelum
beton mengalami retak, peran tulangan belum ada atau masih sedikit.
Akan tetapi setelah beton retak, tulangan memikul bagian yang banyak
dari momen torsi, dimana sumbangan dari beton hanya 40% dari
kekuatan torsi dari penampang beton tanpa tulangan. Namun demikian,
menurut teori lentur miring, pola keruntuhan tetap merupakan
keruntuhan dengan pola lentur miring, seperti terlihat pada Gambar 5.
Torsi pada Elemen Beton Bertulang
• Teori lentur miring meninjau perilaku deformasi internal deretan
penampang di sepanjang balok yang mengalami torsi terpilin (warping).
Gambar 5(a) memperlihatkan penampang balok yang mengalami
momen lentur  Mu, dimana bidang keruntuhan penampang balok tetap
datar setelah melentur. Selanjutnya jika momen torsi Tu bekerja
bersamaan dengan momen lentur  Mu, dan beban tersebut melebihi
batas keruntuhan, maka kombinasi beban tersebut mengakibatkan
terjadinya permukaan lentur yang miring. Garis netral penampang
miring dan daerah yang diarsir pada Gambar 5(b) memperlihatkan
daerah beton tertekan yang sudah tidak datar lagi dan membentuk
sudut θ terhadap penampang melintang datar semula.
Torsi pada Elemen Beton Bertulang
• Nawi (1985) menjelaskan bahwa teori lentur miring ini
mengidealisasikan daerah tertekan sebagai tinggi yang seragam. Retak
pada ketiga permukaan lain dari penampang melintang dianggap
tersebar merata, dimana sengkang tertutup pada permukaan ini
menahan gaya melalui aksi pasak (dowel) dengan beton. Gaya-gaya
yang bekerja pada bidang yang terlentur miring dapat dilihat pada
Gambar 6. Pada gambar tersebut, ditunjukkan poligon gaya yang
meliputi tahanan geser beton fc, gaya aktif tulangan baja memanjang
pada daerah tertekan TL dan gaya blok tekan Cc.

Anda mungkin juga menyukai