Anda di halaman 1dari 52

 

 
MODUL PERKULIAHAN
 

 
Struktur Baja 2  

Batang Lentur (Balok-Kolom)


 
 
 

     

  Fakultas  Program Studi  Tatap Muka  Kode MK  Disusun Oleh   

08
  Teknik Perencanaan  Teknik Sipil  W111700020  Ivan Jansen S., ST, MT 
dan Desain   

Abstract  Kompetensi 
 
Modul ini bertujuan untuk memberikan Mahasiswa/i mampu menentukan dan
pemahaman dasar mengenai menghitung kapasitas rencana dari
perencanaan batang lentur pada batang lentur. 
struktur baja
 
 

Batang Lentur ( Flexural Member)

1. Pendahuluan
Balok adalah komponen struktur yang memikul beban-beban gravitasi, seperti beban mati dan
beban hidup dan juga terhadap kombinasi pembebanan lateral seperti salah satunya gempa
yang sesuai dengan peraturan pembebanan. Komponen struktur lentur/balok biasa juga
dikatakan sebagai stuktur yang menggabungkan batang tarik dan batang tekan dengan suatu
separasi. Besar separasi tersebut dapat bersifat tetap atau berubah sebagai fungsi dari posisi.
Untuk penampang komponen struktur lentur yang memiliki satu sumbu simetri atau lebih dan
terbebas dari semua jenis tekuk serta dibebani pada pusat gesernya. Komponen struktur balok
merupakan kombinasi dari elemen tekan dan elemen tarik, sehingga konsep dari komponen
struktur tarik dan tekan yang telah dipelajari akan dikombinasikan pada pembahasan struktur
lentur/balok.

Pembahasan balok ini diasumsikan bahwa balok tak akan tertekuk, karena bagian elemen
yang mengalami tekan, sepenuhnya terkekang baik dalam arah sumbu kuat ataupun sumbu
lemahnya. Asumsi ini mendekati kenyataan, sebab dalam banyak kasus balok cukup
terkekang secara lateral, sehingga masalah stabilitas tidak perlu mendapat penekanan lebih.
Kondisi dari tegangan lentur dapat ditentukan dengan cara berikut ini,

Balok umumnya dipandang sebagai batang yang terutama memikul beban gravitasi
transversal, termasuk momen ujung. Balok pada struktur· dapat disebut sebagai :
 gelagar (biasanya balok dengan jarak antara/ bentang yang Iebar);

‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  2 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
 balok anak (joist/biasanya balok yang dengan jarak antara yang rapat dan sering
berbentuk seperti rangka batang);
 gording (balok atap yang membentang antara rangka batang);
 balok dawai (stringer/balok jembatan longitudinal yang membentang antara balok·balok
lantai);
 rusuk (girt/balok horisontal pada dinding yang terutarna dipakai menahan momen lentur
akibat angin pada sisi bangunan industri; umumnya menyanggah dinding seng/baja
gelombang); dan
 balok ambang (lintels/batang yang menyangga dinding di atas lubang jendela atau
pintu).

Gambar 1. Konstruksi gedung baja bertingkat

Istilah lain seperti "header", "trimmer", dan "rafter" kadang·kadang dipakai, tetapi identiflkasi
balok dengan istilah ini tidak berlaku umum. Balok adalah gabungan dati elemen tarik dan

‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  3 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
elemen tekan. Konsep batang. Tarik dan tekan akan digabungkan dalam pembahasan balok.
Elemen tekan (sayap/flange tekan) yang ditopang (braced) secara integral dalarn arah tegak
lurus bidangnya oleh bagian badan/web (yang menghubungkannya ke sayap tarik yang stabil)
juga dianggap memiliki sokongan samping (lateral) dalarn arah tegak lurus bidang badan.

Jadi tekuk keseluruhan sayap tekan seperti sebagai kolom tidak dapat terjadi sebelum
kapasitas momen batas penampang tercapai. Walaupun kebanyakan balok dalam praktek
memiliki sokongan samping yang memadai sehingga stabilltas lateral tidak perlu ditinjau,
karena persentase keadaan yang stabil mungkin tidak sebesar yang diperkirakan.

Gambar 2. Bentuk umum dari balok/elemen lentur

‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  4 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
Gambar 3. Jenis dari profil balok

‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  5 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
2. Lentur Sederhana Pada Profil Simetris
Rumus umum perhitungan tegangan akibat momen lentur, seperti dipelajari dalam mata
kuliah Mekanika Bahan (=M.c / I ) dapat digunakan dalam kondisi yang umum. Tegangan
pada penampang yang umum dapat dihitung dengan rumus lentur sederhana bila beban
bekerja dalam salah satu arah utama. Bila suatu penampang dengan minimal satu sumbu
simetri dibebani melalui pusat geser sehingga mengalami momen lentur dalam arah
sembarang, maka komponen Mx dan My (dalam arah utarna) dapat ditentukan dan tegangan
dapat dihitung sebagai berikut :

Gambar 4. Modulus penampang berbagai tipe profil

Atau lentur pada keadaan elastis pada balok yamg mempunyai satu sumbu simetri atau lebih,
dimana terdapat sumbu kuat dan sumbu lemah, tegangan lentur yang terjadi sebagai berikut :

‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  6 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
3. Perilaku Balok Terkekang
Distribusi tegangan pada sebuah penampang WF akibat momen lentur, direncanakan
untuk menahan beban lentur arah sumbu kuat penampang (sb.x). Gambar berikut
memperlihatkan balok mengalami lentur terhadap sb.x penampang dan rotasi terjadi
sepanjang sumbu batang (sb.z). Penampang dalam bidang x-y dianggap tetap setelah terjadi
rotasi akibat lentur ;

‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  7 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
Gambar 5. Distribusi tegangan pada berbagai tahapan pembebanan

Tahapan dari distribusi pembebanan pada penampang IWF ini (a) kondisi gaya dalam momen
masih kecil sehingga tegangannya masih elastis atau gaya dalam yang terjadi belum mencapai
titik leleh material fy. Ketika kondisi momen leleh My tercapai yaitu pada kondisi (b), maka
tegangan serat atas atau serat bawah mencapai leleh. Selanjutnya ketika momen ditingkatkan
lagi, tegangan leleh merambat kebagian dalam dari penampang seperti pada gambar (c).
Momen mencapai momen plastis Mp ketika tegangan leleh terjadi pada seluruh penampang
gambar (d).

Terlihat bahwa rasio Mp/My adalah sifat bentuk penampang lintang dan tidak bergantung
pada sifat bahan. Rasio ini disebut faktor bentuk, untuk profil sayap Iebar (W) yang mengalarni
lentur terhadap sumbu kuat (x ), faktor bentuk berkisar antara sekitar 1,09 dan 1,18 dengan

‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  8 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
harga yang umum sebesar 1,12. Dalam arah sumbu lemah (sumbu y), nilai faktor bentuk bisa
mencapai 1,5 .

Secara konservatif dapat dikatakan kapasitas momen lentur (momen plastis) penampang IWF
minimall 10% lebih besar dari kapasitas pada leleh pertama (My).
Prosedur perencanaan sejak Spesiflkasi AISC 1963 menerima bahwa balok memiliki kelakuan
yang sarna seperti yang dibahas di atas.

Gambar 6. Kurva diagram tegangan – regangan material baja

Contoh 1. :

‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  9 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
Berikut beberapa analisis struktur sederhana untuk penentuan momen dan geser balok.

‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  10 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
 

‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  11 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
4. Desain Balok Terkekang Lateral
Tahanan balok dalam desain LRFD harus memenuhi persyaratan:

Dalam perhitungan tahanan momen nominal dibedakan antara penampang kompak, tak
kompak, dan langsing seperti halnya saat membahas batang tekan. Batasan penampang
kompak, tak kompak, dan langsing adalah:

Gambar 7. Tahanan Momen Nominal Penampang Kompak dan Tak Kompak


Penampang Kompak :
Tahanan momen nominal untuk balok terkekang lateral dengan penampang kompak:

‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  12 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
Penampang Tidak Kompak :
Tahanan momen nominal pada saat  = r adalah:

Besarnya tegangan sisa fr = 70 MPa untuk penampang gilas panas, dan 115 MPa untuk
penampang yang dilas. Bagi penampang tak kompak yang mempunyai p <  < r, maka
besarnya tahanan momen nominal dicari dengan melakukan interpolasi linear, sehingga
diperoleh:

‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  13 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
Batas kelangsingan elemen penampang (SNI 03-1729-2002).

Contoh 2 :

‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  14 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
Cek kekuatan balok untuk memikul beban mati, DL= 350 kg/m dan beban hidup, LL = 1500
kg/m. Bentang balok, L = 12 m. Sisi tekan flens terkekang lateral. Gunakan profil baja WF
350.350.12.19 dengan fy = 240 MPa.

Beban merata pada balok dengan bentang 12 m

Profil WF

 Untuk fy = 240 MPa

‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  15 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 

Contoh 3 :

‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  16 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
Cek kekuatan balok untuk memikul beban mati, DL= 350 kg/m dan beban hidup, LL = 1500
kg/m. Bentang balok, L = 12 m. Sisi tekan flens terkekang lateral. Gunakan profil baja WF
300.300.10.15 dengan fy = 450 MPa.

Beban merata pada balok dengan bentang 12 m

Profil WF

 Untuk fy = 450 MPa

‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  17 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 

5. Lendutan Balok

‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  18 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
SNI 03-1729-2002 pasal 6.4.3 membatasi besarnya lendutan yang timbul pada balok.
Dalam pasal ini disyaratkan lendutan maksimum untuk balok pemikul dinding atau finishing
yang getas adalah sebesar L/360, sedangkan untuk balok biasa lendutan tidak boleh lebih dari
L/240.
Pembatasan ini dimaksudkan agar balok memberikan kemampulayanan yang baik
(serviceability). Besar lendutan pada beberapa jenis pembebanan balok yang umum terjadi
ditunjukkan sebagai berikut:
an geser balok.

‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  19 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
  20 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
Contoh 4 :
Cek apakah profil WF 300.200.8.12 dengan Ix = 11300 cm4 cukup kuat dalam memikul beban
mati, DL = 200 kg/m dan beban hidup LL = 400 kg/m dan juga cek lendutan jika panjang
bentang balok L = 8 m. Mutu baja BJ 37. Disyaratkan batas lendutan tak melebihi L/300

 Penampak Kompak !

‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  21 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
Cek syarat kelendutan hanya menggunakan beban hidup saja :

q = 400 kg/m = 4 N/mm


L = 8 m = 8000 mm
E = 200000 MPa
Ix = 11300 cm4 = 113000000 mm4

---  OK!

‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  22 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
Contoh 5 :

Cek profil struktur balok baja berikut ini dengan menggunakan profil WF 500.200.10.16 dengan
(Zx = 2096.36 cm3 ; Ix = 47800 cm4) dan menggunakan material baja grade BJ-37 . Asumsikan
terdapat kekangan lateral yang cukup pada bagian flens tekan profil. Disyaratkan pula bahwa
lendutan tidak boleh melebihi L/300.

Cek untuk syarat lendutan L/300 :

‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  23 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
P = 10 ton = 100000 N
L = 8 m = 8000 mm
E = 200000 MPa
Ix = 11300 cm4 = 113000000 mm4

 OK!

‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  24 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
5. Geser Pada Penampang Gilas
Perencanaan balok yang memiliki bentang panjang biasanya lebih ditentukan oleh syarat
lendutan daripada syarat tahanan. Balok dengan bentang-bentang menengah, ukuran profil
lebih ditentukan akibat lemur pada balok. Namun demikian, pada balok-balok dengan bentang
pendek, tahanan geser lebih menentukan dalam pemilihan profil.

Untuk menurunkan persamaan tegangan geser untuk penampang simetri, maka dapat dilihat
potongan dz dari balok pada gambar berikut dan juga dengan free-body nya. Bila tegangan
geser satuan V, bekerja sejarak y1 dari sumbu netral, makadiperoleh hubungan:

Gambar 8. Penurunan Persamaan Tegangan Geser

‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  25 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
Maka :

V = gaya geser
Q = statis momen terhadap garis netral

Untuk menghitung tegangan geser , bisa menggunakan rumus pendekatan yang berupa nilai
rata- rata dari luas penampang web dan dengan mengabaikan efek dari lubang alat
pengencang atau fastener :

‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  26 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
Contoh 6 :
Hitung distribusi tegangan geser elastik pada profil WF 350.350.12.19 yang memikul beban
geser layan sebesar 95 ton.
Hitung pula berapa besar gaya geser yang dipikul oleh flens dan berapa yang dipikul oleh pelat
web.

Tegangan pada pertemuan antara flens dan web :

‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  27 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
Tampak bahwa 94% gaya geser dipikul oleh web.
Bila digunakan rumus pendekatan,

, maka :

Tahanan Geser Nominal Penampang Gilas :


Kuat geser nominal pelat web ditentukan oleh SNI 03-1729-2002 pasal 8.8.3, yaitu:

Persamaan diatas dapat digunakan bila dipenuhi syarat kelangsingan untuk tebal plat web
sebagai berikut :

Dan kuat geser haruslah memenuhi persamaan :

‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  28 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
Contoh 7 :

, dan hasil
analisa struktur untuk balok memberikan gaya dalam akibat beban geser sebesar 15 ton !!

Cek terhadap kelangsingan untuk tebal web :

Karena sudah memenuhi kondisi untuk kelangsingan, maka :

Maka kapasitas tahanan geser rencana profil adalah 30.321 ton > dari beban geser akibat
pembebanan sebesar 15 ton  OK!!

‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  29 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
6. Beban Terpusat Pada Balok
Bila balok dikenai beban terpusat, leleh lokal akibat tegangan tekan yang tinggi diikuti
dengan tekuk inelastik pada daerah web akan terjadi di sekitar lokasi beban terpusat itu. Gaya
tumpu perlu (RU) pada pelat web harus memenuhi:

Jika ketentuan diatas terpenuhi , maka tidak diperlukan pengaku (stiffner) pada pelat badan
/web

‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  30 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
Gambar 9. Balok Dengan Beban Terpusat

‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  31 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
  32 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
Contoh 8 :

Dari kondisi balok diatas dengan menggunakan profil WF 300.800.14.26 ; dengan k = 24 ; fy =


240 MPa ; N = 200 , cek profil terhadap keperluan stiffner atau tidak!

‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  33 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
‘15 Struktur Baja 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
  34 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
7. Tekuk Torsi Lateral

Gambar 11. Balok degan sokongan samping pada ujung nya saja.

Tekuk torsi lateral adalah kondisi batas yang menentukan kekuatan sebuah balok.
Sebuah balok mampu memikul mom en maksimum hingga mencapai mom en plastis (Mp).
Tercapai atau tidaknya momen plastis, keruntuhan dari sebuah struktur balok adalah salah
satu dari peristiwa berikut:
1. Tekuk lokal dari flens tekan
2. Tekuk lokal dari web dalam tekan lentur
3. Tekuk torsi lateral

‘15 Struktur Baja 2


35 Ivan Jansen S., ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 12. Balok dengan Beban Momen Konstan Tanpa Kekangan Lateral

Ketiga macam keruntuhan tersebut dapat terjadi pada kondisi elastis maupun inelastis.
Gambar 12. menunjukkan perilaku dari sebuah balok yang dibebani momen konstan M
dengan bentang tak terkekang L. Empat kategori dari perilaku balok tersebut adalah :

1. Jika L cukup kecil (L Lpd) maka momen plastis, MP, tercapai dengan deformasi yang
besar. Deformasi yang besar ditunjukkan oleh kapasitas rotasi R. H, dengan R 3 adalah
faktor daktilitas. Kemampuan berdeformasi (kapasitas rotasi) adalah kemampuan menerima
regangan flens yang besar dengan stabil. Perilaku ini ditunjukkan oleh kurva 1 pada
Gambar 12

2. Jika L diperbesar sehingga Lpd < L < Lp , maka balok dapat mencapai MP namun
dengan kapasitas rotasi yang lebih kecil (R < 3). Hal ini dikarenakan kurang cukupnya
kekakuan flens dan/atau web untuk menahan tekuk lokal, atau kurangnya sokongan lateral
untuk menahan tekuk torsi lateral. Perilaku inelastis ini ditunjukkan oleh kurva 2 pada
Gambar 12.

3. Bila panjang bentang tak terkekang diperbesar lagi (Lp < L < Lr), maka M hanya mampu
mencapai Mr dengan kapasitas rotasi yang sangat terbatas. Tekuk lokal flens dan web
serta tekuk torsi lateral mencegah tercapainya Mp.

‘15 Struktur Baja 2


36 Ivan Jansen S., ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4. Perilaku elastis (Lr < L), dengan tahanan momen Mcr ditentukan oleh tekuk elastis,
serta tekuk lokal flens, tekuk lokal web dan tekuk torsi lateral

Tekuk Torsi Lateral Elastis :

Tekuk Torsi Lateral InElastis :

‘15 Struktur Baja 2


37 Ivan Jansen S., ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Desain LRFD Balok IWF,H-beam :

Besarnya kuat nominal momen lentur dari suatu penampang ditentukan sebagai berikut :
A. Kasus 1 Mn = Mp (R 3) .
Agar penampang dapat mencapai kuat nominal Mn = Mp, maka penampang haruslah
kompak untuk mencegah terjadinya tekuk lokal. Syarat penampang tersebut dapat
dilihat melalui tabel batasrasio kelangsingan untuk penampang kompak IWF,H-beam :

‘15 Struktur Baja 2


38 Ivan Jansen S., ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dengan modulus elastisitas bahan Es = 200000 MPa.
Dan untuk kondisi ini, pengaku lateral harus diberikan sehingga panjang bentang tak-
terkekang L tidak melebihi Lpd :

B. Kasus 2 Mn = Mp (R < 3) .
Agar penampang dapat mencpai momen plastis Mp, maka kapasitas rotasi R < 3 ,
dengan penampang haruslah kompak dan tidak terjadi tekuk lokal. Kekangan laterla
haruslah diberikan sehingga panjang bentang tak-terkekang L, tidak melebihi Lp ,
dimana Cb = 1 dan :

C. Kasus 3 Mp > Mn > Mr.


Pada kondisi ini, tekuk torsi lateral untuk penampang kompak ( p ), juat nominal
didekati dengan hubungan linear antara titik 1 (Lp, Mp) dengan titik 2 (Lr,Mp)

‘15 Struktur Baja 2


39 Ivan Jansen S., ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
D. Kasus 4 Mp > Mn > Mr.

‘15 Struktur Baja 2


40 Ivan Jansen S., ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Rasio kelangsingan penampang sebagai berikut :

E. Kasus 5 Mn < Mr.


Hal ini terjadi dengan kondisi L > Lr dan kelangsingan web tidak melebihi r
(penampang kompak).

‘15 Struktur Baja 2


41 Ivan Jansen S., ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Contoh 9.

Penyelesaian:

‘15 Struktur Baja 2


42 Ivan Jansen S., ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
‘15 Struktur Baja 2
43 Ivan Jansen S., ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Contoh 10.

Penyelesaian :

‘15 Struktur Baja 2


44 Ivan Jansen S., ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
‘15 Struktur Baja 2
45 Ivan Jansen S., ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
8. Balok-Kolom
Pada suatu komponen struktur di mana efek gaya aksial maupun momen tidak dapat
diabaikan untuk salah satunya, maka kombinasi dari gaya aksial dan momen lentur
haruslah dipertimbangkan dalam proses desain, komponen ini disebut sebagai elemen
balok-kolom (beam-column). Pada struktur statis tak tentu umumnya sering dijumpai
elemen balok-kolom ini. Perhatikan gambar berikut,

Gambar 10.

Akibat kondisi pembebanan yang bekerja, maka batang AB tidak hanya meimikul beban
merata saja, namun juga harus memikul beban lateral P1. Dalam hal ini batang AB harus
dipertimbangkan dalam desain penampang suatu elemen balok-kolom.
Berbeda dengan batang CD yang hanya didominasi oleh efek lentur saja, gaya dari beban P2
sudah dipikul oleh pengaku-pengaku (bracing) berbentuk X, sehingga batang CD
didesain sebagai suatu elemen balok tanpa pengaruh gaya aksial.
Batang CF dan DE akan memikul gaya aksial tekan maupun tarik saja.
Selain batang AB yang didesain sebagai elemen balok-kolom, batang-batang AC, BD, CE,
DF juga harus didesain sebagai suatu elemen balok-kolom, karena selain memikul gaya aksial
akibat reaksi dari balok-balok AB dan CD, batang-batang ini juga harus menerima transfer
momen yang diberikan oleh batang AB dan CD, sehingga efek lentur dan efek gaya
aksial yang bekerja tidak boleh diabaikan salah satunya.

‘15 Struktur Baja 2


46 Ivan Jansen S., ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tipe-tipe kerumuhan dari suatu komponen struktur yang memikul beban kombinasi antara
gaya aksial dan lentur, umumnya dikategorikan sebagai berikut:
a. Aksial tarik dan lentur, kerumuhan biasanya disebabkan oleh leleh
b. Aksial tekan dan lentur satu sumbu, keruntuhan disebabkan oleh ketidakstabilan dalam
bidang lentur, tanpa terpuntir (sebagai contoh adalah balok-balok dengan beban transversal
tanpa ada pengaruh tekuk torsi lateral)
c. Aksial tekan dan lentur terhadap sumbu kuat, keruntuhan disebabkan oleh pengaruh
tekuk torsi lateral
d. Aksial tekan dan lentur dua arah, untuk penampang yang memiliki kekakuan torsi
yang cukup besar, keruntuhan disebabkan oleh ketidakstabilan dalam salah satu sumbu
utama (sebagai comoh adalah penampang IWF)
e. Aksial tekan dan lentur dua arah, untuk penampang terbuka berdinding tipis,
kerumuhan akan disebabkan oleh kombinasi antara puntir dan lentur.
f. Aksial tekan, lentur dua arah dan torsi, keruntuhan akan disebabkan oleh kombinasi antara
puntir dan lentur jika pusat geser tidak terletak pada bidang lentur.

9. Desain LRFD untuk Balok-Kolom


Perencanaan komponen struktur balok-kolom sesuai SIN-1729:2015 Pasal/Bab H.

Nu adalah gaya tekan aksial terfaktor


Nn adalah tahanan tekan nominal dengan menganggap batang sebagai suatu elemen
tekan murni
adalah faktor reduksi tahanan tekan = 0,85
Mux adalah momen lemur terfaktor terhadap sumbu x, dengan memeperhitungkan
efek orde kedua

‘15 Struktur Baja 2


47 Ivan Jansen S., ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Mnx adalah tahanan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu x.

b adalah faktor reduksi tahanan lentur = 0,90

Muy sama dengan Mux, namun dihitung dengan acuan sumbu y


Mny sama dengan Mnx, namun dihitung dengan acuan sumbu y

Perbesaran Momen Untuk Struktur Tidak-Bergoyang

‘15 Struktur Baja 2


48 Ivan Jansen S., ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Perbesaran Momen Untuk Struktur Bergoyang

Tekuk Lokal Web Pada Struktur Balok-Kolom

‘15 Struktur Baja 2


49 Ivan Jansen S., ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Contoh 11..

Penyelesaian :

‘15 Struktur Baja 2


50 Ivan Jansen S., ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
‘15 Struktur Baja 2
51 Ivan Jansen S., ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
‘15 Struktur Baja 2
52 Ivan Jansen S., ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai