Anda di halaman 1dari 23

MODUL PERKULIAHAN

STRUKTUR BETON
BERTULANG 1
LENTUR PADA BALOK T

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


Teknik Teknik Sipil 11 TKS5311 1. Istiara(718511001)
2. Midi Agus
Permana(718510960)
3. Suhadi (718510975)
4. Rizaldy Pramundhito
(718510966
5. Ikadi Teguh Gemilang
(718510970)
6. Moh. Faisol (718510995)
7. Moh. Farhan Suyadiputera
(718510974)

Abstrak Kompetensi

Diisi oleh dosen pembimbing Diisi oleh dosen pembimbing

KATA PENGANTAR
Struktur Beton Bertulang 1
1 Anita Intan Nura Diana, MT
2020
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas perkenan dan
Rahmat-Nya kepada kami, sehingga template tugas ini dengan judul: “Lentur
Pada Balok T” dapat kami selesaikan tepat pada waktunya sesuai dengan yang
diharapkan. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan template tugas ini tidak terlepas
dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan kritikan dan saran
sehingga template tugas ini dapat terselesaikan dengan baik.

Kami menyadari sepenuhnya template tugas ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu kami berharap semoga template tugas ini dapat
memberikan manfaat bagi semua orang.

Sumenep, Desember 2020

Kelompok 2

Struktur Beton Bertulang 1


2 Anita Intan Nura Diana, MT
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konstruksi bangunan sipil biasa dirancang dengan umur layan tertentu,


namun sering terjadi sebelum umur layan tersebut tercapai bangunan beton
bertulang sudah mengalami penurunan kekuatan struktur. Hal ini dapat
disebabkan oleh perubahan fungsi bangunan, pemberian beban yang
berlebihan, kesalahan dalam desain atau kesalahan dalam pelaksanaan
konstruksi, ataupun akibat gempa dan kebakaran. Oleh karena itu perlu
dilakukan analisis ulang terhadap kapasitas tampang dari elemen-elemen
struktur bangunan, salah satunya adalah elemen balok. Balok adalah
merupakan komponen struktural suatu konstruksi yang memiliki peran
untuk memikul beban lentur, geser, dan aksial. Dalam memikul beban
struktur balok akan mengalami gaya-gaya dalam berupa momen, geser, dan
normal serta juga akan mengalami deformasi. Balok yang mengunakan
material beton akan mempunyai kelemahan dalam hal menahan tarik maka
untuk menambah kekuatan tarik dari beton digunakanlah tulangan baja
yang dipasang didaerah tarik. Penambahan tulangan tarik pada balok beton
akan menyebabkan perbedaan pola keruntuhan beton yang terjadi. Dalam
desain lentur tulangan tarik harus didesain memenuhi persyaratan daktilitas
agar keruntuhan yang terjadi adalah keruntuhan tarik yang bersifat daktail,
dan harus dihindari desain tulangan dengan keruntuhan tekan yang bersifat
mendadak getas. Sebagian besar struktur beton dapat dibagi menjadi balok
dan pelat beton yang berperan utama terkena dampak oleh beban 2 lentur.
Pelat dan balok bekerja bersama-sama dalam menahan beban yang
diterapkan. Maka dari itu balok akan mempunyai perpanjangan pada bagian
atas yang disebut flensa dan pada bagian balok di bawah pelat disebut web.
Pada balok- T, penting untuk memastikan interaksi antara balok dan pelat
terhubung dengan solid.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Lentur pada Balok T?

2. Bagaimana cara menganalisa Lentur pada Balok T?

Struktur Beton Bertulang 1


3 Anita Intan Nura Diana, MT
2020
1.3. Tujuan

1. Untuk menetahui apa yang dimaksud Lentur pada Balok T

2. Untuk mengetahui bagaimana cara menganalisaLentur pada Balok T

Struktur Beton Bertulang 1


4 Anita Intan Nura Diana, MT
2020
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1Beton Bertulang 

Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah,
atau agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta
yang terbuat dari semen dan air membentuk suatu massa mirip batuan.
Terkadang terdapat bahan aditif yang ditambahkan untuk menghasilkan
beton dengan karakteristik tertentu, seperti kemudahan pengerjaan
( workability ), durabilitas, dan waktu pengerjaan. (Nawy, 1996) Seperti
halnya pada material mirip batuan lainnya, beton memiliki kuat tekan yang
tinggi dan kuat tarik yang sangat rendah. Agar bisa digunakan dengan baik
dalam suatu struktur, beton harus dikombinasikan dengan bahan yang
memiliki kuat tarik bagus seperti baja tulangan, sehingga jadilah suatu
bahan struktur yang disebut dengan beton bertulang. Dengan kata lain,
beton bertulang adalah suatu kombinasi antara beton dan baja, dimana
tulangan baja berfungsi untuk menyediakan kuat tarik yang tidak dimiliki
beton. Gambar 2.1 memperlihatkan kekuatan balok yang secara nyata dapat
ditingkatkan dengan menambahkan baja tulangan di daerah tarik.

Selain untuk meningkatkan kuat tarik pada balok, baja tulangan yang
mampu menerima tekan dan tarik juga dimanfaatkan untuk menyediakan
sebagian dari daya dukung kolom beton dan kadang-kadang didalam
daerah tekan balok.

Struktur Beton Bertulang 1


5 Anita Intan Nura Diana, MT
2020
2.2 Gaya Statis
Perilaku statis suatu struktur adalah respon struktur akibat beban statis.
Beban statis adalah beban yang mempunyai arah yang tetap. Respon
struktur akibat gaya statis ini ditunjukkan dengan deformasi yang terjadi
pada struktur. Jika deformasi yang terjadi sudah mencapai regangan retak,
maka respon struktur akan menunjukkan fenomena retak. Dari pengamatan
respon struktur akibat gaya statis dapat diketahui kekuatan struktur, yang
dimaksud dengan kekuatan struktur adalah kemampuan struktur menerima
beban luar yang besarnya makin meningkat hingga struktur mencapai
keruntuhan. Kemampuan struktur ditunjukkan dengan kekakuan struktur
yang diperoleh dari hubungan antara gaya dan lendutan. Selain itu dapat
diketahui perilaku statis lainnya yaitu pola retak struktur hingga mencapai
keruntuhan (Riyanto, 2010). Gaya-gaya statis pada umumnya dapat dibagi
lagi menjadi beban mati, beban hidup, dan beban akibat penurunan atau
efek termal. Beban mati, adalah beban-beban yang bekerja vertikal ke
bawah pada struktur dan mempunyai karakteristik bangunan, seperti
misalnya penutup lantai, alat mekanis, partisi yang dapat dipindahkan,
adalah beban mati. Berat eksak elemen-elemen ini pada umumnya diketahui
atau dapat dengan mudah ditentukan dengan derajat ketelitian cukup
tinggi. Beban hidup adalah beban-beban yang bisa ada atau tidak ada
padabstruktur untuk suatu waktu yang diberikan. Meskipun dapat
berpindah pindah, beban hidup masih dapat dikatakan bekerja secara
perlahan-lahan pada struktur
2.3 Hubungan Antara Beban dan Lendutan
Hubungan antara beban dan lendutan balok beton bertulang seperti
pada gambar 2.2. Hubungan antara beban dan lendutan terdiri atas tiga
daerah sebelum terjadinya runtuh (Nawy, 2003) sebagai berikut: a. Daerah I :
Taraf praretak, dimana batang-batangnya strukturalnya bebas retak.
Segmen praretak dari kurva beban - defleksi berupa garis lurus yang
memperlihatkan perilaku elastis penuh. Tegangan tarik maksimum pada
balok lebih kecil dari kekuatan tariknya akibat lentur atau lebih kecil dari
modulus rupture ( fr) beton. b. Daerah II : Taraf beban pascaretak, dimana
batang-batang struktural mengalami retak-retak terkontrol yang masih
dapat diterima, baik distribusinya maupun lebarnya. Balok pada tumpuan
sederhana retak akan terjadi semakin lebar pada daerah lapangan,
sedangkan pada tumpuan hanya terjadi retak minor yang tidak lebar.
Apabila sudah terjadi retak lentur maka kontribusi kekuatan tarik beton
sudah dapat dikatakan tidak ada lagi. Ini berarti pula kekakuan lentur
penampangnya telah berkurang sehingga kurva beban – defleksi didaerah
ini akan semakin landai dibanding pada taraf praretak. c. Daerah III : Taraf

Struktur Beton Bertulang 1


6 Anita Intan Nura Diana, MT
2020
retak pasca-serviceability, dimana tegangan pada tulangan tarik sudah
mencapai tegangan lelehnya. Diagram beban defleksi daerah III jauh lebih
datar dibanding daerah sebelumnya. Ini diakibatkan oleh hilangnya
kekuatan penampang karena retak yang cukup banyak dan lebar sepanjang
bentang. Jika beban terus ditambah, maka regangan εs pada 10 tulangan
sisi yang tertarik akan terus bertambah melebihi regangan lelehnya εy tanpa
adanya tegangan tambahan. Balok yang tulangan tariknya telah leleh
dikatakan telah runtuh secara struktural. Balok ini akan terus mengalami
defleksi tanpa adanya penambahan beban dan retaknya semakin terbuka
sehingga garis netral terus mendekati tepi yang tertekan. Pada akhirnya
terjadi keruntuhan tekan sekunder yang mengakibatkan kehancuran total
pada beton daerah momen maksimum dan segera diikuti dengan terjadinya
rupture.

2.4 Pola Keretakan


Retak adalah jenis kerusakan yang paling sering terjadi pada struktur
beton, yang secara visual tampak seperti garis. Retak yang terjadi pada saat
beton mulai mengeras (beton belum mampu menahan beban layan) antara
lain terjadi karena pembekuan udara dingin (pada daerah dengan musim
dingin), susut (shrinkage), serta penurunan (settlement). Retak yang terjadi
saat beton mengeras salah satunya adalah retak structural. Retak ini terjadi
karena adanya pembebanan 11 yang mengakibatkan timbulnya tegangan
lentur, tegangan geser, dan tegangan tarik (Aziz, 2014). Pada dasarnya ada
tiga jenis keretakan pada balok, (Gilbert, 1990): 1. Retak Lentur (flexural
crack) Retak yang terjadi akibat beban lentur yang jauh lebih besar dari
beban geser. Terjadi di daerah yang mempunyai harga momen lentur lebih
besar dan gaya geser kecil. Arah retak terjadi hampir tegak lurus pada
sumbu balok. 2. Retak Geser (shear crack) Retak yang terjadi akibat gaya

Struktur Beton Bertulang 1


7 Anita Intan Nura Diana, MT
2020
geser, dan bentuk dari retak ini akan membentuk sudut 45º terhadap gaya
yang bekerja pada komponen tersebut. Retak ini terjadi pada lokasi yang
belum mengalami retak lentur, dan hal ini terjadi karena gaya geser yang
ada lebih besar dari momen yang terjadi. 3. Retak geser-lentur (flexural
shear crack) Retak yang terjadi pada bagian balok yang sebelumnya telah
terjadi keretakan lentur. Retak geser lentur merupakan perambatan retak
miring dari retak lentur yang sudah terjadi sebelumnya.

Gambar 2.3 Retak pada Balok Beton Bertulang (Gilbert, 1990)

2.5 Pengertian Umum Balok T


Pada umumnya pelat-pelat lantai dan balok-balok merupakan satu
kesatuan secara otomatis balok-balok dilengkapi dengan suatu tambahan
lebar dibagian atasnya yang disebut flens. Balok-balok seperti itu dikenal
sebagai balok-balok T. Bagian balok dibawah flens disebut badan. Tegangan
lentur flens tidak sama untuk tiap balok tegangan ini terbesar pada badan

Struktur Beton Bertulang 1


8 Anita Intan Nura Diana, MT
2020
dan cenderung untuk turun sesuai dengan jarak dar badan. (Ferguson dkk,
1994). Balok berflens terutama digunakan pada penampang-penampang
pada lapangan. Hal ini adalah karena dilapangan flens mengalami tekan,
artinya flens mempunyai kontribusi terhadap kekuatan momen pada
lapangan. Pada tumpuan, flens mengalami tarik; dengan demikian bagian
tumpuan diabaikan dalam perhitungan kekuata momen penampang
tumpuan. Dengan perkataan lain, penampang balok adalah penampang
terbalik, bertulang rangkap yang mempunyai tekan As’ di bagian bawa dan
tulangan As di bagian atas. Prinsip-prinsip dasar yang digunakan dalam
desain balok segiempat juga berlaku unutk balok -T. Perbedaan utama antar
penampang segiempat dengan penampang balok-T adalah dalam
perhitungan gaya tekan Cc Bergantung pada tinggi garis netral c. (Nawy,
1990)

Struktur Beton Bertulang 1


9 Anita Intan Nura Diana, MT
2020
BAB 3
METODE PERHITUNGAN

3.1 Analisis Penampang Balok dengan Flens T


Penampang balok T dan L terutama digunakan pada daerah lapangan
seperti diperlihatkan pada gambar 2.4. Hal ini dikarenakan pada
penampang yang terletak di daerah lapangan flens mengalami tekan,
artinya flens mempunyai pengaruh terhadap kapasitas momen internal di
daerah lapangan. Sebaliknya di daerah tumpuan, flens mengalami tarik,
dengan demikian diabaikan dalam perhitungan kekuatan penampang.

Lebar bagian pelat yang diperhitungkan dapat bekerjasama dengan balok


(lebar flens) harus ditentukan berdasarkan ketentuan SNI 2847-2013.

Peraturan SNI 2847-2013 Dalam pemodelan balok-T mengacu pada SNI


2847-2013 pasal 8.12 tentang Konstruksi balok-T :

 Konstruksi balok-T
 Pada konstruksi balok-T, sayap dan badan balok harus dibangun
menyatu bila tidak harus dilekatkan bersama secara efektif.
 Lebar pelat efektif sebagai sayap balok-T tidak boleh melebih
seperempat panjang bentang balok, dan lebar efektif sayap yang
menggantung pada masing-masing sisi badan balok tidak boleh
melebihi : (a) Delapan kali tebal pelat; dan(b) Setengah jarak bersih
ke badan di sebelahnya.
 Untuk balok dengan pelat pada satu sisi saja, lebar sayap efektif
yang menggantung tidak boleh melebihi: (a) Seperduabelas
Struktur Beton Bertulang 1
1 Anita Intan Nura Diana, MT 2020
0
panjang bentang balok; (b) Enam kali tebal pelat; dan(c) Setengah
jarak bersih ke badan di sebelahnya
 Balok yang terpisah, dimana bentuk-T digunakan untuk
memeberikan sayap untuk luasan tekan tambahan, harus
mempunyai ketebalan sayap tidak kurang dari setengah lebar
badan dan lebar efektifsayap tidak lebih dari empat kali lebar
badan.
 Bila tulangan lentur utama pada pelat yang dianggap sebagai
sayap balok-T (tidak termasuk konstruksi balok usuk) paralel
dengan balok, tulangan tegak lurus terhadap balok harus
disediakan pada sisi teratas pelat
 Tulangan transversal harus didesain untuk memikul beban
terfaktor
sesuai dengan berikut ini: pada lebar pelat yang menggantung
yang diasumsikan bekerja sebagai kantilever, untuk balok yang
terpisah, seluruh lebar sayap yang menggantung harus
diperhitungkan. Untuk balok-T lainnya, hanya lebar efektif pelat
yang menggantung perlu diperhitungkan.
 Tulangan transversal harus dispasikan tidak lebih jauh dari lima kali
tebal pelat, atau juga tidak melebihi 450 mm.
3.2 Balok Penampang T
Pada suatu sistem pelat lantai satu arah seperti ditunjukkan dalam
gambar 3.16, pelat diasumsikan memikul beban dalam salah satu arah dan
disalurkan oleh balok dalam arah tegak lurusnya. Pada masa kontruksi,
kolom beton pada umumnya dicor terlebih dahulu hingga mengeras.
Setelah itu baru dilakukan pengecoran pada balok dan pelat secara
bersamaan,sebagai hasilnya pelat dapat berfungsi sebagai sayap atas dari
balok. Pada balok tengah, sayap akan terbentuk di kedua sisi dari balok, dan
mengasilkan penampang balok T.
Suatu balok penampang T yang mengalami lentur ditunjukkan pada
gambar 3.17. pada bagian lapangan (potongan A) terjadi momen positif, sisi
bawah balok mengalami tarik dan sisi atas balok mengalami tekan. Maka
sayap balok akan berfungsi daerah tekan beton. Pada kasus ini, daerah
tekan beton dapat berupa persegi atau juga dapat berupa penampang T,
seperti ditunjukkan pada gambar 3.17.b dan d. Dibagian tumpuan
(dipotongan B) terjadi momen negatif, sehingga sisi atas balok mengalami
tarik dan sisi bawah balok mengalami tekan. Sehingga daerah tekan beton
dapat dipastikan berupa penampang persegi. (Gambar 3.17.c)

Struktur Beton Bertulang 1


1 Anita Intan Nura Diana, MT 2020
1
Gambar 3.16. Balok T pada sistem plat satua arah.

Gambar 3.17. Momen negatif dan positif balok penampang T

In = jarak bersih antar 2 badan balok yang berdekatan

I = panjang bentang balok

Gambar 3.18 Syarat lebar efektif balok T

Struktur Beton Bertulang 1


1 Anita Intan Nura Diana, MT 2020
2
Dalam hal analisis penampang balok T, maka lebar sayap yang
diperhitungkan dalam analisis dihitung berdasarkan lebar efektif, beyang
dalam SNI 2847:2013 pasal 8.12 diatur sebagai berikut :
Untuk balok T, lebar total sayap tekan, bedibatasi sebesar seperempat
bentang balok, dan lebar sayap dari masing-masing sisi badan balok
dibatasi sebesar :
 8 kali tebal pelat sayap
 Setengan jarak bersih ke badan balok terdekat
Cara analisis balok penampang T hampir serupa dengan balok persegi.
Distribusi tegangan tekan pada beton mengikuti blok tegangan Whitney.
Prosedur analisis kuat momen nominal, Mn untuk suatu penampang T dapat
dibedakan menjadi 2 macam kategori. Dalam kategori pertama, tinggi
efektif blok tegangan Whitney, a, kurang atau samadengan tebal sayap
tekan, hf. Untuk kategori kedua, tinggi efektif blok tegangan Whitney, a,
lebih besar dari tebal sayap penampang. Dalam banyak hal, kasus pertama
akan lebih sering dijumpai daripada kasus kedua.
Untuk kategori I, tinggi blok tegangan Whitney akan kurang atau
samadengan tebal dari sayap tekan, seperti ditunjukkan dalam gambar 3.19.
Analisis Mndilakukan seperti halnya pada

analisis balok persegi bertulangan tunggal. Yang membedakan bahwa lebar


daerah tekan adalah samadengan lebar efektif sayap, be. Langkah yang
dapat ditempuh adalah sebagai berikut :

1. Asumsikan a = β1c < hf


2. Asumsikan εs> εy

Struktur Beton Bertulang 1


1 Anita Intan Nura Diana, MT 2020
3
3. Dari kesetimbangan gaya, dan menggunakan lebar efektif bemaka
diperoleh :
As1 f y
a=
0,85 f ' c b
4. Periksa apakah a ≤ hf (jika tidak, maka masuk kedalam kategori
dua)
5. Periksa kembali apakah εt> εy
6. Hitung Mn sebagai berikut :
a
Mn =As . fy ( d  )
2

Analisi balok penampang T akan masuk sebagai kategori dua, apabila


syarat dalam langkah keempat dalam kategori satu tidak terpenuhi, atau
dengan kata lain tinggi blok tegangan Whitneymelebihi tinggi bagian sayap.
Guna keperluan analisis, maka penampang balok T dapat dipisahkan
menjadi dua bagian seperti diperlihatkan pada gambar 3.20

Pada bagian pertama penampang (gambar 3.20.b) gaya tekan yang


bekerja pada sisi sayap tekan adalah :

Ccf = 0,85f’c (bebw)hf (3.49)

sedangkan gaya tekan pada bagian badan adalah :

Ccw = 0,85f’cbwa (3.50)

Struktur Beton Bertulang 1


1 Anita Intan Nura Diana, MT 2020
4
Dalam persamaan 3.50, tinggi blok tegangan Whitney, a, belum diketahui, namun
dapat dicari dari kesetimbangan gaya sebagai berikut : T= Asfy =Ccf + Ccw

Sehingga :

T – C cf
(3.51)
0,85 f ' c b w

Tinggi sumbu netral dapat dihitung, c = a/β1dan regangan tarik pada


tulangan baja, εt dapat diperiksa apakah sudah lebih besar dari regangan
luluh. Akhirnya momen nominal penampang dapat dihitung sebagai berikut :

hf a
(
Mn = Ccf d−
2) ( )
+C cw d−
2
(3.52)

Hampir sebagian besar penampang balok T merupakan penampang


terkendali tarik, dengan faktor reduksi kekuatan, ɸ = 0.90. Untuk memeriksa
hal ini maka dapat dihitung perbandingan nilai c/dtdimana nilai c/dtuntuk
penampang terkendali tarik tidak lebih besar dari 0,375. Atau dapat pula
dihitung besarnya nilai εt dengan menggunakan persamaan

εt = ( d−c
c )
0.003 (3.53)

nilai εtharus lebih besar dari 0,005 untuk penampang terkendali tarik.
Sesuai SNI 2847:2013 pasal 10.5.2. disebutkan bahwa Luas tulangan
minimum untuk balok penampang T, tidak kurang dari yang disyaratkan
dalam persamaan 3.26, hanya saja nilai bw diganti dengan 2bw atau beyang
diambil yang terkecil.
Tabel nilai p dan Ru (=Mu/bd2) untuk penampang terkendali tarik, ε t ¿ 0,005
dan ɸ = 0.90
pc (Mpa) fy (Mpa) β1 pb pmaks Ru (Mpa)
20 400 0,850 0,0217 0,01355 4,100
25 400 0,850 0,0271 0,001693 5,125
30 400 0,836 0,0320 0,01998 6,065
35 400 0,800 0,0357 0,02231 6,828
40 400 0,764 0,0390 0,02436 7,513

Contoh Soal
1) Suatu konstruksi plat lantai dengan denah strukturnya ditunjukkan dalam
gambar C. 3.9. Hitunglah besarnya kuat momen rencana ɸMn dari balok
anak pada potongan A-A dan B-B. Anggap balok sebagai balok T.
Gunakan nilai f’c = 25Mpa,fy = 400Mpa

Struktur Beton Bertulang 1


1 Anita Intan Nura Diana, MT 2020
5
Penyelesaian :
1. Hitung lebar efektif bagian sayap balok, dengan mengambil nilai terkecil
dari :
1 7000
be ≤ = =1.750 mm
4 4
be ≤ bw + 2(8hf)=300 + 16(20) = 2220 mm
sehingga nilai be = 1750mm
2. Untuk penampang balok Potongan A-A, hitung ɸMn dan Asmin
As = 6(380) = 2280mm2
As’= 2(490)=980mm2
Asumsikan bahwa balok termasuk dalam kategori pertama ( a ≤ hf ) dan
asumsikan pula tulangan tarik sudah luluh ( ε t > εt ):

As1 f y 2280× 400


A= = =24,52 mm<h f (¿ 120 mm)
0,85 f ' c b 0,85× 25 ×1750

Ternyata nilai A lebih kecil daripada h f dan juga lebih kecil dari d’,
sehingga As’ dapat diabaikan dalam perhitungan M n. Hal ini merupakan
hal umum dijumpai pada balok T dengan momen positif. Balok dengan
daerah tekan yang lebar tidak memerlukan tulangan tekan untuk
meningkatkan momen nominal. Tulangan tekan yang dipasang lebih
diperuntukkan bagi kekontinuan penulangan, mereduksi lendutan balok
atau juga untuk tempat pemasangan tulangan geser.
Selanjutnya periksa apakag tulangan tarik benar sudah luluh :
c = a/β1 = 25,525/0,85 = 28,85 mm

Struktur Beton Bertulang 1


1 Anita Intan Nura Diana, MT 2020
6
510−28,85
εt= ( d−c
c )
0.003 =
28,85
0,003=0,05> ε y ¿fyIEs = 0,002)

jadi tulangan tarik sudah luluh, selanjutnya periksa apakah penampang


terkendali tarik :
535−28,85
εt= ( d−c
c )
0.003 =
28,85
0,003=0,0526> 0,005

sehingga penampang terkendali tarik, ɸ = 0,90.

a 24,52
Mn =As . fy ( d 
2 (
) = 2280(400) 510−
2 )
=453,938,880 Nmm

ɸMn = 0,90(453,938,880)=408,544,992 Nmm = 408,54 kNm


Untuk pemeriksaan luas tulangan minimum, karena 2bw (=600) < bw
(=1,750mm), dan karena fs’< 30Mpa, maka :
1,4 1,4
Asmin = (600 )( 510 ) =1,071mm2< As
f y 2bwd= 400
3. Untuk penampang balok potongan B-B, hitung ɸMndan Asmin. Balok pada
potongan B-B memikul beban negatif, sehingga sisi sayap balok akan
memikul tarik dan sisi bawah badan balok memikul gaya tekan. Dalam SNI
2847:2013 pasal 10.6.6. dinyatakan bahwa sebagian tulangan tarik lentur
harus didisstribusikan keseluruh lebar efektif sayap.

Sehingga dengan menganggap tulangan D16 pada penampang balok


plot. B-B adalahbagian dari tulangan tarik maka:

A1 = 3(490) + 6(200) = 2.670 mm2

A1 = 3(380) = 1.140 mm2

Dengan menggunakan nilai d1= 65mm, dan d =d1=600 -65 = 535mm,maka


dapat di hitung kuat moment rencana penampang. Penampang ini
termasuk penampang dengan tulangan rangkap, Sehingga analisis
penampang dilakukan sesuai prosedur analisis balok bertulang rangkap.
Asumsikan balok tulangan baja tekan belum luluh,sehingga dapat
dituliskan gaya dalam yang bekerja pada tampang berikut.
1

C1 = 0.85∫ ab (a = β 1c =0.85c)
e

C1 = 0.85(25)(0.80c)(350) = 5,418,75c
1
c−65
1
C1 = A 2 600
{c−d
c ( ) | }
−0,85 ∫ ❑ = 1.140 600
e
c [ ( )
−0.85(25)
]
Struktur Beton Bertulang 1
1 Anita Intan Nura Diana, MT 2020
7
= 684.000 ( c−65
c )
– 24,225

T = A1 ∫ ❑=2,670(400) = 1.068.000 N
y

Susun persamaan kesetimbangan antara T 3C3 dan Cc Untuk mendapatkan


nilai C;

T =C5+C1

1.068.000 = 5,418,75c + 684.000 ( c−65


c )
-24.225

5.418.75c2 – 408.225c – 44.460.000 = 0

Diperoleh c= 135,77 mm a = β 1c =0,85 (135,77) = 115,40 mm


1

Hitung nilai ∫ ❑C3 dan Cc


s

1
c−d 135,7−65
∫ ❑=600( c )
= 600 (
135,7 )
= 312,75 Mpa
s

(<fy = 400 Mpa, tulangan tekan belum luluh, jadi sesuai asumsi awal)

C5 = 5.418.75c = 5.418.75(135,77) = 735.703,69 N

d i−c
C3 = 684.000 ( ) c
– 24.225 = 332.309 N

Regangan pada tulangan tarik adalah :

d t −c 535−135,77
εt = ( ) c
0,003 = (
135,77 )
0,003 = 0.0088 > 0.005

εs = εt = 0,008 > εy (=0,002)

Jadi tulangan tarik sudah luluh dan penampang terkendali tarik ∅ =0,90
kemudianhitung ∅ Mn2 dengan menggunakan persamaan 3,46 :

∅ Mn= ∅ ¿

= 0.90(735.703,69(535 – 115,40/2 + 332.309(535 – 65))

= 456.602,941 N.mm = 456,60kN.m

Struktur Beton Bertulang 1


1 Anita Intan Nura Diana, MT 2020
8
Untuk pemeriksaan tulangan luas tulangan minimum, karena 2b

(=600) < b2 (= 1.750 mm), dan karena ∫ ❑30 Mpa maka


e

1,4 1,4
A2 min = 2bd= ( 600 ) ( 535 )=1.123,5 mm2 < A2.
fy 400

Contoh Soal
2) Hitunglah kuat momen rencana, ɸMn dan AS min untuk penampang balok T
ditunjukkan dalam gambar C.3.10. Asumsikan bahwa mutu beton dan
tulangan baja adalah f’c ¿ 25 Mpa, fy ¿ 400 Mpa.

Keterangan :

As = Luas

be = lebar efektif sayap

bw=lebar badan balok

Struktur Beton Bertulang 1


1 Anita Intan Nura Diana, MT 2020
9
a = tinggi blok tegangan whitney

d =jarak dari serat tekan terjauh ke pusat tulangan tarik longitudinal, mm

Penyelesaian :

1. Menghitung lebar efektif be


Asumsikan balok tersebut adalah balok T tunggal, dengan bagian sayap
digunakan untuk menambah luas daerah tekan. Balok demikian dalam
pasal 8.12.4 disyaratkan bahwa ketebalan sayap tidak kurang dari setengah
lebar badan balok dan lebar efektif sayap tidak lebih dari empat kali lebar
badan balok.
Dari ketentuan tsb maka terpenuhi hf (= 125 mm) =
1 1
b w (¿ × 250 mm=125 mm),danb e ( ¿ 400 mm ) < 4 b w (¿1000 mm), Sehingga
2 2
b e =450 mm.
2. Menghitung nilai a.
Asumsikan a <h f (balok T kategori pertama), Nilai a dihitung sebagai
berikut :
As f y 6 × 490 ×400
a= '
= =138,35 mm> hf (¿125 mm)
0,85 f be
c
0.85 × 25× 400
Dalam Gambar C.3,10.b, ditunjukkan bahwa tinggi blok tegangan tekan
beton melebihi bagian sayap balok, dengan demikian balok T ini masuk
dalam kategori kedua, sehingga untuk keperluan analisis selanjutnya balok
dipisah menjadi dua bagian, yaiutu balok A dan balok B seperti
ditunjukkan dalam Gambar C.3.10.c dan d.
3. Analisis M n untuk balok T dengan a> hf .
Gaya tekan pada balok A, dihitung menggunakan Persamaan 3.49;

C cf =0.85 f ´c ( bc −bw ) h f =0,85 ( 25 ) ( 400−250 ) ( 125 )=398.437,5 N

Dengan menggunakan T = A s f y =6 ( 490 )( 400 )=1.176 .000 N , maka nilai a


dapat dihitung dari Persamaan 3.51 :
T −C cf 1.176.000−398.437,5
a= ´
= =146,365 mm
0,85 f bw
c
0,85 x 25 x 250
Menggunakan nilai a tersebut, maka dapat dihitung besarnya gaya tekan
pada balok B :

C cw =0.85 f ´c b w a=0,85 ( 25 ) ( 250 ) ( 146,365 )=777,564,06 N

4. Periksa regangan pada tulangan tarik.


Nilai c=a/B 1 = 146,365/0,85 = 172,19 mm, regangan pada tulangan baja.
Struktur Beton Bertulang 1
2 Anita Intan Nura Diana, MT 2020
0
610 – 172,19
εs = ( d−c
c )
0.003 =
172,19
0,003=0,0076> ε y(¿0,002)

Karena regangan pada tulangan baja melebihi regangan luluhnya, maka


tulangan baja tarik dipastikan sudah luluh pula. Karena jarak ke tulangan
tarik terluas
5. Menghitung kuat moment rencana ɸMn
Untuk menghitung ∅ Mndapat digunakan persamaan 3.52
1 1
Mn= Ccf d ( 2 )
hhhhhh H f hh + Ccw d a
2 ( )
Mn= 398.437,5(610 – (125/2)) + 777.564,06(610 -(146.365/2))
= 635.556,470 N.mm
∅ Mn=0,90(635.556,470) = 572.000,823 N.mm = 572 kN.m
6. Periksa apakah A s ≥ A s min
1,4 1,4
A s min= bw d= ( 250 ) ( 610 )=533,75 mm2 < A2
fy 400

Struktur Beton Bertulang 1


2 Anita Intan Nura Diana, MT 2020
1
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Balok berperilaku sebagai balok “T” pada saat terjadi momen positif
dimana sisi bawah balok mengalami tarik dan sisi atas balok mengalami
tekan dan berperilaku seperti balok biasa pada saat terjadi momen negatif
dimana sisi atas balok mengalami tarik dan sisi bawah balok mengalami
tekan

Pada suatu sistem pelat lantai satu arah seperti ditunjukkan dalam
gambar 3.16, pelat diasumsikan memikul beban dalam salah satu arah dan
disalurkan oleh balok dalam arah tegak lurusnya. Pada masa kontruksi,
kolom beton pada umumnya dicor terlebih dahulu hingga mengeras.
Setelah itu baru dilakukan pengecoran pada balok dan pelat secara
bersamaan,sebagai hasilnya pelat dapat berfungsi sebagai sayap atas dari
balok. Pada balok tengah, sayap akan terbentuk di kedua sisi dari balok, dan
mengasilkan penampang balok T.

Suatu balok penampang T yang mengalami lentur ditunjukkan pada


gambar 3.17. pada bagian lapangan (potongan A) terjadi momen positif, sisi
bawah balok mengalami tarik dan sisi atas balok mengalami tekan. Maka
sayap balok akan berfungsi daerah tekan beton. Pada kasus ini, daerah
tekan beton dapat berupa persegi atau juga dapat berupa penampang T,
seperti ditunjukkan pada gambar 3.17.b dan d. Dibagian tumpuan
(dipotongan B) terjadi momen negatif, sehingga sisi atas balok mengalami
tarik dan sisi bawah balok mengalami tekan. Sehingga daerah tekan beton
dapat dipastikan berupa penampang persegi. (Gambar 3.17.c)

Struktur Beton Bertulang 1


2 Anita Intan Nura Diana, MT 2020
2
Daftar Pustaka

Pustaka yang berupa judul buku

Agus Setiawan, S.T., M.T.2016. Perencanaan Struktur Beton Bertulang (Berdasarkan


SNI 2847:2013). Jakarta:Erlangnga

http://lib.unnes.ac.id/36234/

https://journal.uny.ac.id/index.php/inersia/article/viewFile/10540/8046

Struktur Beton Bertulang 1


2 Anita Intan Nura Diana, MT 2020
3

Anda mungkin juga menyukai