STRUKTUR BETON
BERTULANG 1
LENTUR PADA BALOK T
Abstrak Kompetensi
Kami menyadari bahwa dalam penulisan template tugas ini tidak terlepas
dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan kritikan dan saran
sehingga template tugas ini dapat terselesaikan dengan baik.
Kami menyadari sepenuhnya template tugas ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu kami berharap semoga template tugas ini dapat
memberikan manfaat bagi semua orang.
Kelompok 2
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah,
atau agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta
yang terbuat dari semen dan air membentuk suatu massa mirip batuan.
Terkadang terdapat bahan aditif yang ditambahkan untuk menghasilkan
beton dengan karakteristik tertentu, seperti kemudahan pengerjaan
( workability ), durabilitas, dan waktu pengerjaan. (Nawy, 1996) Seperti
halnya pada material mirip batuan lainnya, beton memiliki kuat tekan yang
tinggi dan kuat tarik yang sangat rendah. Agar bisa digunakan dengan baik
dalam suatu struktur, beton harus dikombinasikan dengan bahan yang
memiliki kuat tarik bagus seperti baja tulangan, sehingga jadilah suatu
bahan struktur yang disebut dengan beton bertulang. Dengan kata lain,
beton bertulang adalah suatu kombinasi antara beton dan baja, dimana
tulangan baja berfungsi untuk menyediakan kuat tarik yang tidak dimiliki
beton. Gambar 2.1 memperlihatkan kekuatan balok yang secara nyata dapat
ditingkatkan dengan menambahkan baja tulangan di daerah tarik.
Selain untuk meningkatkan kuat tarik pada balok, baja tulangan yang
mampu menerima tekan dan tarik juga dimanfaatkan untuk menyediakan
sebagian dari daya dukung kolom beton dan kadang-kadang didalam
daerah tekan balok.
Konstruksi balok-T
Pada konstruksi balok-T, sayap dan badan balok harus dibangun
menyatu bila tidak harus dilekatkan bersama secara efektif.
Lebar pelat efektif sebagai sayap balok-T tidak boleh melebih
seperempat panjang bentang balok, dan lebar efektif sayap yang
menggantung pada masing-masing sisi badan balok tidak boleh
melebihi : (a) Delapan kali tebal pelat; dan (b) Setengah jarak
bersih ke badan di sebelahnya.
Untuk balok dengan pelat pada satu sisi saja, lebar sayap efektif
yang menggantung tidak boleh melebihi: (a) Seperduabelas
Struktur Beton Bertulang 1
1 Anita Intan Nura Diana, MT 2020
1
panjang bentang balok; (b) Enam kali tebal pelat; dan(c) Setengah
jarak bersih ke badan di sebelahnya
Balok yang terpisah, dimana bentuk-T digunakan untuk
memeberikan sayap untuk luasan tekan tambahan, harus
mempunyai ketebalan sayap tidak kurang dari setengah lebar
badan dan lebar efektif sayap tidak lebih dari empat kali lebar
badan.
Bila tulangan lentur utama pada pelat yang dianggap sebagai
sayap balok-T (tidak termasuk konstruksi balok usuk) paralel
dengan balok, tulangan tegak lurus terhadap balok harus
disediakan pada sisi teratas pelat
Tulangan transversal harus didesain untuk memikul beban
terfaktor
sesuai dengan berikut ini: pada lebar pelat yang menggantung
yang diasumsikan bekerja sebagai kantilever, untuk balok yang
terpisah, seluruh lebar sayap yang menggantung harus
diperhitungkan. Untuk balok-T lainnya, hanya lebar efektif pelat
yang menggantung perlu diperhitungkan.
Tulangan transversal harus dispasikan tidak lebih jauh dari lima kali
tebal pelat, atau juga tidak melebihi 450 mm.
3.2 Balok Penampang T
Pada suatu sistem pelat lantai satu arah seperti ditunjukkan dalam
gambar 3.16, pelat diasumsikan memikul beban dalam salah satu arah dan
disalurkan oleh balok dalam arah tegak lurusnya. Pada masa kontruksi,
kolom beton pada umumnya dicor terlebih dahulu hingga mengeras.
Setelah itu baru dilakukan pengecoran pada balok dan pelat secara
bersamaan,sebagai hasilnya pelat dapat berfungsi sebagai sayap atas dari
balok. Pada balok tengah, sayap akan terbentuk di kedua sisi dari balok, dan
mengasilkan penampang balok T.
Suatu balok penampang T yang mengalami lentur ditunjukkan pada
gambar 3.17. pada bagian lapangan (potongan A) terjadi momen positif, sisi
bawah balok mengalami tarik dan sisi atas balok mengalami tekan. Maka
sayap balok akan berfungsi daerah tekan beton. Pada kasus ini, daerah
tekan beton dapat berupa persegi atau juga dapat berupa penampang T,
seperti ditunjukkan pada gambar 3.17.b dan d. Dibagian tumpuan
(dipotongan B) terjadi momen negatif, sehingga sisi atas balok mengalami
tarik dan sisi bawah balok mengalami tekan. Sehingga daerah tekan beton
dapat dipastikan berupa penampang persegi. (Gambar 3.17.c)
Ccw = 0,85f’cbwa
Sehingga :
T – C cf
0,85 f ' c b w
Tinggi sumbu netral dapat dihitung, c = a/β1 dan regangan tarik pada
tulangan baja, εt dapat diperiksa apakah sudah lebih besar dari regangan
luluh. Akhirnya momen nominal penampang dapat dihitung sebagai berikut :
hf a
(
Mn = Ccf d−
2 ) ( )
+C cw d−
2
εt = ( d−c
c )
0.003
nilai εt harus lebih besar dari 0,005 untuk penampang terkendali tarik.
Sesuai SNI 2847:2013 pasal 10.5.2. disebutkan bahwa Luas tulangan
minimum untuk balok penampang T, tidak kurang dari yang disyaratkan
dalam persamaan 3.26, hanya saja nilai bw diganti dengan 2bw atau be yang
diambil yang terkecil.
Contoh Soal
1. Suatu konstruksi plat lantai dengan denah strukturnya ditunjukkan dalam
gambar C. 3.9. Hitunglah besarnya kuat momen rencana ɸMn dari balok
anak pada potongan A-A dan B-B. Anggap balok sebagai balok T.
Gunakan nilai f’c = 25Mpa,fy = 400Mpa
Ternyata nilai A lebih kecil daripada h f dan juga lebih kecil dari d’,
sehingga As’ dapat diabaikan dalam perhitungan M n. Hal ini merupakan
hal umum dijumpai pada balok T dengan momen positif. Balok dengan
daerah tekan yang lebar tidak memerlukan tulangan tekan untuk
meningkatkan momen nominal. Tulangan tekan yang dipasang lebih
diperuntukkan bagi kekontinuan penulangan, mereduksi lendutan balok
atau juga untuk tempat pemasangan tulangan geser.
Selanjutnya periksa apakag tulangan tarik benar sudah luluh :
c = a/β1 = 25,525/0,85 = 28,85 mm
εt = ( d−c
c )
0.003 =
510−28,85
28,85
0,003=0,05> ε y ¿ fyIEs = 0,002)
εt = ( d−c
c )
0.003 =
535−28,85
28,85
0,003=0,0526> 0,005
a 24,52
Mn =As . fy ( d
2
) = 2280(400) 510−( 2 )
=453,938,880 Nmm
Sehingga dengan menganggap tulangan D16 pada penampang balok plot. B-B
adalahbagian dari tulangan tarik maka:
Dengan menggunakan nilai d1 = 65mm, dan d =d1 =600 -65 = 535mm,maka dapat di
hitung kuat moment rencana penampang. Penampang ini termasuk penampang dengan
tulangan rangkap, Sehingga analisis penampang dilakukan sesuai prosedur analisis balok
bertulang rangkap. Asumsikan balok tulangan baja tekan belum luluh,sehingga dapat
dituliskan gaya dalam yang bekerja pada tampang berikut.
1
C1 = 0.85∫ ab (a = β 1c =0.85c)
e
C1 = 0.85(25)(0.80c)(350) = 5,418,75c
1
c−65
{
C1 = A12 600 ( ) c−d
c | }
−0,85 ∫ ❑ = 1.140 600
e
c[ ( )
−0.85(25)
]
= 684.000 ( c−65
c )
– 24,225
T = A1 ∫ ❑=2,670(400) = 1.068.000 N
y
T = C5+ C1
1
c−d 135,7−65
∫ ❑=600( c ) (
= 600
135,7 )
= 312,75 Mpa
e
C3 = 684.000 ( d −cc )
i
– 24.225 = 332.309 N
d i−c 535−135,77
E1 = ( )c
0,003 =
135,77 ( )
0,003 = 0.0088 > 0.005
Jadi tulangan tarik sudah luluh dan penampang terkendali tarik ∅ =0,90 kemudian hitung
∅ Mn2 dengan menggunakan persamaan 3,46 :
∅ Mn = ∅ ¿
= 0.90(735.703,69(535 – 115,40/2 + 332.309(535 – 65))
Untuk pemeriksaan tulangan luas tulangan minimum, karena 2b (=600) < b 2 (= 1.750
❑
1,4 1,4
A2 = 2bd= ( 600 ) ( 535 )=1.123,5 mm2 < A2.
min
fy 400
CONTOH 2
Karena regangan pada tulangan baja melebihi regangan luluhnya, maka tulangan
baja tarik dipastikan sudah luluh pula. Karena jarak ke tulangan tarik terluas
5. Menghitung kuat moment rencana
Untuk menghitung ∅ Mn dapat digunakan persamaan 3.52
Mn = C ( d−hj
2 )
+C (
d−a
2 )
cw
4.1 Kesimpulan
http://teknikelektronika.com/pengertian-analisi-korelasi-sederhana-rumus-
pearson/