Anda di halaman 1dari 102

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Elemen struktur utama dari bangunan ini terdiri dari balok, kolom, pelat
lantai, dan pelat atap yang terbuat dari beton bertulang. Beton sangat kuat
dalam menahan gaya tekan, tetapi lemah terhadap gaya tarik, baja tulangan
kuat terhadap tarikan. Beton bertulang adalah gabungan logis dari dua jenis
bahan yaitu beton polos yang memiliki kekuatan tekan tinggi akan tetapi
kekuatan tarik yang rendah, dan batangan-batangan baja yang ditanamkan di
dalam beton dapat memberikan kekuatan tarik yang diperlukan. (Wang, C.K.
dan Salmon, 1985).
Balok adalah elemen struktural yang menerima gaya-gaya yang bekerja
dalam arah tranversal terhadap sumbunya yang mengakibatkan terjadinya
momen lentur dan gaya geser sepanjang bentangnya (Dipohusodo, 1994).
Balok merupakan elemen struktural yang menyalurkan beban-beban dari
pelat lantai ke kolom sebagai penyangga vertikal. Pada umumnya balok dicor
secara monolit dengan pelat dan secara struktural dipasang tulangan dibagian
bawah atau dibagian atas dan bawah. Dua hal utama yang dialami oleh balok
ialah tekan dan tarik, yang antara lain karena adanya pengaruh lentur ataupun
gaya lateral (Wahyudi L dan Rahim, Syahril A.1999). Hal tersebut yang
membuat penulis tertarik untuk meninjau pelaksanaan pekerjaan balok lantai 2
pada Proyek pembangunan Rumah Susun BPKP Prov. NTT Ini. Sehingga
penulis dapat memahami apa yang didapat dari teori pada perkuliahan dan
dengan apa yang terjadi di lapangan.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana proses pelaksanaan pekerjaan balok lantai 2 pada proyek
pembangunan Rumah Susun BPKP Prov.NTT?

1
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui proses pelaksanaan pekerjaan balok lantai 2 pada proyek
pembangunan Rumah Susun BPKP Prov.NTT.

1.4 Batasan Masalah


Adapun Batasan – Batasan masalah yang tidak termasuk pembahasan
dalam kerja praktek adalah sebagai berikut :
1. Tidak memperhitungkan rencana anggaran biaya pada pekerjaan balok.
2. Tidak memperhitungkan analisa waktu pelaksanaan pekerjaan balok.
3. Tidak membahas perhitungan stuktur pada balok.

1.5 Metode Pengumpulan Data


Dalam hal ini penuliis mengumpulkan data dengan menggunakan beberapa
cara yaitu;
1. Observasi
Yaitu dengan mendatangi langsung objek penelitian guna mengamati dan
mempelajari secara langsung bagaimana metode pelaksanaan pekerjaan di
lapangan.
2. Wawancara (interview)
Selama observasi dilakukan penulis juga melakukan wawancara dan
komunikasi dengan pengawas dan pekerja untuk mendapatkan informasi
yang lebih akurat.

1.6 Gambaran Umum Proyek


1.6.1. Lokasi Proyek
Lokasi Proyek Pekerjaan Pembangunan Rumah Susun BPKP Provinsi NTT
berada di Jl.Bung Tomo III, Kelurahan Kelapa Lima,Kota Kupang Provinsi
NTT. Secara geografis pembangunn Rumah Susun BPKP Prov. Nusa Tenggara
Timur, terletak pada titik kordinat 10”9̍ 17.49”S dan 123̋ 36̍ 48.19”T. Peta lokasi
proyek dapat dilihat pada Gambar 1.1.

2
Gambar 1.1 Peta Lokasi Pembangunan Rumah Susun BPKP Provinsi NTT
(Sumber : Google Map)

Proyek pembangunan Rumah Susun BPKP Provnsi NTT terletak di Jl.Bung


Tomo, Rt/Rw : 021/009 Kelurahan Kelapa Lima,Kecamatan Kelapa Lima,Kota
Kupang. Berikut adalah situasi lingkungan proyek yang dapat dilihat pada
Gambar 1.2

Gambar 1.2 Zoning Terluar Lokasi Proyek


(Sumber : Google Map)

3
Batas – batas wilaya proyek tertera pada gambar 1.2 adalah sebagai berikut :
Batas utara : Jl. Cokroaminoto II
Batas selatan : Jl. Perintis Kemerdekan
Batas timur : Jl. RA Kartini
Batas barat : Jl. Veteran

1.6.2 Sumber Dana


Sumber dana dari program pembangunn rumah susun BPKP Rumah susun
prov. Nusa tenggara timur adalah Anggaran pendapatan dan belanja Negara
(APBN) yang dituangkan melalui dokumen satuaan kerja sementara dengan
biaya 18.501.525.155,(Delapan belas milyar lima ratus satu juta dua puluh lima
ribu seratus lima puluh lima rupiah)

1.6.3 Data Proyek


Data umum Proyek Pekerjaan Pembangunan Rumah Susun BPKP Provinsi
NTT adalah sebagai berikut:
Satuan Kerja : SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi NTT
Paket Pekerjaan : Pembangunan Rumah Susun BPKP Prov.NTT
Lokasi Pekerjaan : Kota Kupang – Nusa Tenggara Timur
Nilai Pekerjaan : Rp.18.501.525.155,33
Sumber Dana : APBN T.A, 2021
Kontraktor Pelaksana : PT. KaruniaGuna Intisemesta
Konsultan Supervisi : KSO, PT. Buana Rekaya Adhigana dan
CV. Ganesha.
Jangka Waktu : 180 Hari Kerja
Pelaksanaan.

4
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Beton Bertulang


Sifat utama dari beton, yaitu sangat kuat terhadap beban tekan, tetapi juga
bersifat getas/mudah patah atau rusak terhadap beban tarik. Sifat utama dari
baja tulangan, yaitu sangat kuat terhadap beban tarik.
Dari sifat utama tersebut, maka jika kedua bahan (beton dan baja
tulangan) dipadukan menjadi satu-kesatuan secara komposit, akan diperoleh
bahan baru yang disebut beton bertulang. Beton bertulang ini mempunyai sifat
sesuai dengan sifat bahan penyusunnya, yaitu sangat kuat terhadap beban Tarik
maupun beban tekan. Beban Tarik pada beton bertulang ditahan oleh
baja tulangan, sedangkan beban tekan ditahan oleh beton(Ali Asroni,2010:21)

2.1.1 Beton
Perkembangan sekarang ini, beton merupakan bahan yang paling
banyak dipakai pada pembangunan dalam bidang teknik sipil, baik pada
bangunan gedung, jembatan, bendung, maupun konstruksi lainnya.
Secara sederhana, beton dibentuk oleh pengerasan campuran antara
semen, air, agregat halus (pasir), dan agregat kasar(kerikil atau batu
pecah). Kadang-kadang ditambahkan pula campuran bahan lain
(admixture) untuk memperbaiki kualitas beton. Campuran dari bahan
susun tersebut yang masih plastis ini dicor ke dalam acuan dan dirawat
untuk mempercepat reaksi hidrasi campuran semen air, yang
menyebabkan pengerasan beton. Bahan yang terbentuk ini mempunyai
kekuatan tekan yang tinggi, tetapi ketahanan terhadap tarik rendah. (Ali
Asroni,2010)

A. Macam-macam beton
Menurut Tjokrodimuljo (1996),macam-macam beton sebagai berikut :
1. Beton normal

5
Merupakan beton yang cukup berat, dengan Berat Volume 2400
kg/m³ dengan nilai kuat tekan 15 - 40 MPa dan dapat menghantar panas.
2. Beton ringan
Merupakan beton dengan berat kurang dari 1800 kg/m³. Nilai
kuat tekannya lebih kecil dari beton biasa dan kurang baik dalam
menghantarkan panas.
3. Beton massa
Beton massa adalah beton yang dituang dengan volume yang
besar yaitu perbandingan antara volume dan luas permukaannya besar.
Apabila dimensinya lebih dari 60 cm biasanya disebut dengan beton
massa.
4. Ferosemen
Adalah suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan
memberikan kepada mortar semen suatu tulangan yang berupa
anyaman. Ferosemen dapat diartikan beton bertulang.
5. Beton serat
Adalah beton komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan
lain yang berupa serat. Bahan serat dapta berupa serat asbes, serat
tumbuh-tumbuhan (rami, bamboo, ijuk), serat plastic (polypropylene)
atau potongan kawat logam.
6. Beton non pasir
Adalah suatu bentuk sederhana dan jenis beton ringan yang
diperoleh menghilangkan bagian halus agregat pada pembuatannya.
Rongga dalam beton mencapai 20-25%.
7. Beton siklop
Beton ini sama dengan beton biasa, bedanya digunakan agregat
dengan ukuran besar-besar. Ukurannya bisa mencapai 20 cm. Namun,
proporsi agregat yang lebih besar tidak boleh lebih dari 20%.
8. Beton hampa (Vacuum Concrete)
Beton ini dibuat seperti beton biasa, namun setelah tercetak padat
kemudian air sisa reaksi disedot dengan cara khusus, disebut cara
vakum (vacuum method). Dengan demikian air yang tinggal hanyalah

6
air yang dipakai sebgai reaksi dengan semen sehingga beton yang
diperoleh sangat kuat.
9. Mortar
Mortar sering disebut juga mortel atau spesi ialah adukan yang
terdiri dari pasir, bahan perekat, kapur dan PC.

B. Kelebihan dan kekurangan beton


Menurut (Mulyono. T, 2004) kelebihan dan kekurangan beton
adalah sebagai berikut :
1. Kelebihan Beton
• Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi.
• Mampu memikul beban yang berat.
• Tahan terhadap temperatur yang tinggi.
• Biaya pemeliharaan yang kecil.
2. Kekurangan Beton
• Bentuk yang telah dibuat sulit diubah.
• Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi.
• Berat.
• Daya pantul suara besar.

C. Kuat Tekan Beton


Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya
tekan persatuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari
sebuah struktur. Semakin tinggi kekuatan struktur yang dikehendaki,
semakin tinggi pula mutu beton yang dihasilkan (Mulyono, 2004).
Nilai kuat tekan beton didapat dari pengujian standar dengan benda
uji yang lazim digunakan berbentuk silinder. Dimensi benda uji standar
adalah tinggi 300 mm dan diameter 150 mm. Tata cara pengujian yang
umumnya dipakai adalah standar ASTM C39-86. Kuat tekan masing-
masing benda uji ditentukan oleh tegangan tekan tertinggi (fc’) yang
dicapai benda uji umur 28 hari akibat beban tekan selama percobaan
(Dipohusodo, 1996).

7
p

d
Gambar 2.1 Benda uji silinder

Rumus yang digunakan untuk mendapatkan nilai kuat tekan beton


berdasarkan percobaan di laboratorium adalah sebagai berikut (Antono,
1995):
Ρ
fc' =
Α
dimana fc’ = kuat tekan (MPa)
P = beban tekan (N)
A = luas penampang benda uji (mm2 )
Beton akan mempunyai kuat tekan yang tinggi jika tersusun dari
bahan lokal yang berkualitas baik. Bahan penyusun beton yang perlu
mendapat perhatian adalah agregat, karena agregat mencapai 70-75%
volume beton (Dipohusodo, 1996). Oleh karena kekuatan agregat sangat
berpengaruh terhadap kekuatan beton, maka hal-hal yang perlu
diperhatikan pada agregat adalah:
a. Permukaan dan bentuk agregat.
b. Gradasi agregat.
c. Ukuran maksimum agregat.

D. Kuat Beton Terhadap Gaya Tarik


Nilai kuat tekan dan tarik beton tidak berbanding lurus. Setiap usaha
perbaikan mutu kekuatan tekan hanya disertai peningkatan kecil nilai kuat
tariknya. Suatu perkiraan kasar yang dapat dipakai, bahwa nilai kuat tarik
bahan beton normal hanya berkisar antara 9% - 15% dari kuat tekannya.
Kuat tarik bahan beton yang tepat sulit untuk diukur. Menurut Dipohusodo

8
(1994), nilai pendekatan yang diperoleh dari hasil pengujian berulang kali
mencapai kekuatan 0,50 – 0,60 kali √𝑓′𝑐 , sehingga untuk beton normal

digunakan nilai 0,57 √𝑓′𝑐.

E. Nilai Slump
Nilai slump digunakan untuk pengukuran terhadap tingkat
kelecekan suatu adukan beton, yang berpengaruh pada tingkat pengerjaan
beton (workability). Semakin besar nilai slump maka beton semakin encer
dan semakin mudah untuk dikerjakan, sebaliknya semakin kecil nilai
slump, maka beton akan semakin kental dan semakin sulit untuk
dikerjakan. Penetapan nilai slump untuk berbagai pengerjaan beton dapat
dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Penetapan nilai slump adukan beton
Pemakaian beton Nilai Slump (cm)
(berdasarkan jenis struktur yang dibuat) Maksimum Minumum
Dinding, plat fondasi dan fondasi
12.5 5
telapak bertulang
Fondasi telapak tidak bertulang, kaison,
9 2.5
dan stuktur dibawah tanah
Pelat, balok, kolom, dinding 15 7.5
Perkerasan jalan 7.5 5
Pembetonan masal ( beton massa) 7.5 2.5
(Sumber : Trokrodimuljo, 2007)

Nilai Slump untuk beton beton mutu tinggi adalah 50-100 mm.
Beton mutu tinggi merupakan beton dengan kekuatan di atas 41,4 mpa.
Sedangkan nilai slump beton mutu tinggi menggunakan superplasticizer
dalam hitungan mix design 25- 50 mm tetapi dalam pelaksanaan nya
dibutuhkan slump diatas 200 mm.

F. Umur Beton
Kekuatan tekan beton akan bertambah dengan naiknya umur beton.
Kekuatan beton akan naik secara cepat (linier) sampai umur 28 hari, tetapi
setelah itu kenaikannya akan kecil. Kekuatan tekan beton pada kasus
tertentu terus akan bertambah sampai beberapa tahun dimuka. Biasanya

9
kekuatan tekan rencana beton dihitung pada umur 28 hari. Untuk struktur
yang menghendaki awal tinggi, maka campuran dikombinasikan dengan
semen khusus atau ditambah dengan bahan tambah kimiadengan tetap
menggunakan jenis semen tipe I (OPC-1). Laju kenaikan umur beton sangat
tergantung dari penggunaan bahan penyusunnya yang paling utama adalah
penggunaan bahan semen karena semen cenderung secara langsung
memperbaiki kinerja tekannya (Mulyono, 2005).
Sedangkan menurut Tjokrodimuljo (2007), kuat tekan beton akan
bertambah tinggi dengan bertambahnya umur. Yang dimaksud umur disini
adalah dihitung sejak beton dicetak.
Laju kenaikan kuat tekan beton mula-mula cepat, lama-lama laju
kenaikan itu akan semakin lambat dan laju kenaikan itu akan menjadi relatif
sangat kecil setelah berumur 28 hari. Sebagai standar kuat tekan beton (jika
tidak disebutkan umur secara khusus) adalah kuat tekan beton pada umur
28 hari. Laju kenaikan beton dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis
semen portland, suhu keliling beton, faktor air-semen dan faktor lain yang
sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton.
Hubungan antara umur dan kuat tekan beton dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Rasio kuat tekan beton pada berbagai umur


Umur beton 3 7 14 21 28 90 365
Semen portland biasa 0.4 0.65 0.88 0.95 1 1.2 1.35
Semen portland dengan
0.55 0.75 0.9 0.95 1 1.15 1.2
kekuatan awal yang tinggi
(Sumber : PBI 1971, NI-2, dalam Tjokrodimuljo, 2007)

G. Pengujian Balok Beton


Pengujian balok dengan cara ditekan dengan alat uji bending. Alat
uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian,
kekuatan lengkung (bending) pada suatu bahan atau material. Pada
umumnya alat uji bending memiliki beberapa bagian utama, seperti:
rangka, alat tekan, point bending dan alat ukur. Rangka berfungsi sebagai
penahan gaya balik yang terjadi pada saat melakukan uji bending. Rangka

10
harus memiliki kekuatan lebih besar dari kekuatan alat tekan, agar tidak
terjadi kerusakan pada rangka pada saat melakukan pengujian. Alat tekan
berfungsi sebagai alat yang memberikan gaya tekan pada benda uji pada
saat melakukan pengujian. Alat penekan harus memiliki kekuatan lebih
besar dari benda yang di uji (ditekan). Point bending berfungsi sebagai
tumpuan benda uji dan juga sebagai penerus gaya tekan yang dikeluarkan
oleh alat tekan. Panjang pendek tumpuan point bending berpengaruh
terhadap hasil pengujian. Alat ukur adalah suatu alat yang yang
menunjukan besarnya kekuatan tekan yang terjadi pada benda uji. Uji
bending adalah suatu proses pengujian material dengan cara di tekan untuk
mendapatkan hasil berupa data tentang kekuatan lengkung (bending) suatu
material yang di uji. Proses pengujian bending memiliki 2 macam
pengujian, yaitu 3 point bending dan 4 point bending.
Secara umum proses pengujian bending memiliki 2 cara pengujian,
yaitu: Three point bending dan Four point bending. Kedua cara pengujian
ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing karena tiap cara
pengujian memilki cara perhitungan yang berbeda-beda.
1. Three Point Bending
Three point bending adalah cara pengujian yang menggunakan 2
tumpuan dan 1 penekan.

Gambar 2.2 Three Point Bending


(Sumber : SNI 03-4154-1996)

Adapun cara pengujian menurut SNI 03-2823-1992 adalah sebagai


berikut; Pengujian kuat lentur, letakkan benda uji pada kedua
tumpuan di bawah mesin pembeban. Ukur jarak bentang kedua
tumpuan kemudian pasang penekan beban pada bagian atas mesin
penekan. Unit tumpuan diatur supaya penekan terletak ditengah

11
bentang, beri beban awal 50% dari perkiraan beban maksimum.
Pembebanan diatur antara 300-500 N/menit. Catat besar beban (P)
pada saat benda uji pecah. Ukur jarak (c) bidang pecah pada
beberapa posisi dan ambil rata-rata serta buat pola keruntuhan.
Hitung kuat lentur benda uji dengan rumus tergantung bentuk
benda uji dan posisi keruntuhan, hiking rata-rata kuat lentur benda
uji.

Gambar 2.3 Sistem Satu Beban Titik


(Sumber : SNI 03-4154-1996)

Gambar 2.4 Sistem Satu Beban Titik


(Sumber : SNI 03-4154-1996)

2. Four Point Bending


Four point bending adalah cara pengujian yang menggunakan 2
tumpuan dan 2 penekan.

Gambar 2.5 Four Point Bending


(Sumber : Khamid, 2011)

12
2.1.2 Baja Tulangan
Besi tulangan atau besi beton (reinforcing bar) adalah batang baja
yang berbentuk menyerupai jala baja yang digunakan sebagai alat penekan
pada beton bertulang untuk memperkuat dan membantu beton di bawah
tekanan. Besi tulangan secara signifikan meningkatkan kekuatan tarik
struktur. (Chen. W.F., & Richard Liew, J.Y. 2002).
A. Syarat Mutu
Adapun syarat mutu yang ditetapkan SNI 2052:2017 yakni sebagai
berikut:
1. Sifat tampak
Baja tulangan beton tidak boleh mengandung serpihan, lipatan,
retakan, gelombang, cerna dan hanya diperkenankan berkarat ringan
pada permukaan.
2. Bentuk
a. Baja tulangan beton polos
Batang baja tulangan beton berpenampang bundar dan permukaan
harus rata tidak bersirip/berulir sesuai
b. Baja tulangan beton sirip/ulir
➢ Permukaan batang baja tulangan beton sirip/ulir harus
bersirip/berulir secara teratur. Setiap batang dapat mempunyai
sirip/ulir memanjang yang searah tetapi harus mempunyai
sirip-sirip dengan arah melintang terhadap sumbu batang
➢ Sirip-sirip/ulir-ulir melintang sepanjang batang baja tulangan
beton harus terletak pada jarak yang teratur. Serta mempunyai
bentuk dan ukuran yang sama. Bila diperlukan tanda angka-
angka atau huruf-huruf pada permukaan baja tulangan beton,
maka sirip/ulir melintang pada posisi di mana angka atau huruf
dapat ditiadakan
➢ Sirip/ulir melintang tidak boleh membentuk sudut kurang dari
45° terhadap sumbu batang.

13
3. Ukuran dan Toleransi
a. Diameter ukuran dan berat per meter baja tulangan beton polos
menutut SNI 2052:2017 seperti tercantum pada Tabel 2.3 Diameter
ukuran sirip/ulir dan berat per meter baja tulangan beton sirip/ulir
seperti tercantum pada Tabel 2.4.

Tabel 2.3 Ukuran baja tulangan beton polos


Diameter Luas penampang Berat nominal
nominal nominal per meter*
No Penamaan (d) (A)
Mm mm2 kg/m
1 P6 6 28 0,222
2 P8 8 50 0,395
3 P 10 10 79 0,617
4 P 12 12 113 0,888
5 P 14 14 154 1,208
6 P 16 16 201 1,578
7 P 19 19 284 2,226
8 P 22 22 380 2,984
9 P 25 25 491 3,853
10 P 28 28 616 4,834
11 P 32 32 804 6,313
12 P 36 36 1018 7,990
13 P 40 40 1257 9,865
14 P 50 50 1964 15,413
CATATAN:
- *sebagai referensi
- Cara menghitung luas penampang nominal, keliling nominal, berat nominal dan
ukuran adalah sebagai berikut:
a) Luas penampang nominal (A)
A = 0,7854 x d2 (mm2)
d = diameter nominal (mm)
0,785 × 0,7854 × d 2
b) Berat nominal = (kg/m)
100

(Sumber : SNI 2052:2017)

14
Tabel 2.4 Ukuran baja tulangan beton sirip/ulir
Tinggi sirip Jarak sirip Lebar sirip Berat
Diameter Luas penam- (H) melintang membujur
Pena- nominal pangnominal Nominal per
No (P) (T) meter
maan (d) (A) min maks Maks Maks
mm mm2 mm mm mm m kg/m

1 S6 6 28 0,3 0,6 4,2 4,7 0,222


2 S8 8 50 0,4 0,8 5,6 6,3 0,395
3 S 10 10 79 0,5 1,0 7,0 7,9 0,617
4 S 13 13 133 0,7 1,3 9,1 10,2 1,042
5 S 16 16 201 0,8 1,6 11,2 12,6 1,578
6 S 19 19 284 1,0 1,9 13,3 14,9 2,226
7 S 22 22 380 1,1 2,2 15,4 17,3 2,984
8 S 25 25 491 1,3 2,5 17,5 19,7 3,853
9 S 29 29 661 1,5 2,9 20,3 22,8 5,185
10 S 32 32 804 1,6 3,2 22,4 25,1 6,313
11 S 36 36 1018 1,8 3,6 25,2 28,3 7,990
12 S 40 40 1257 2,0 4,0 28,0 31,4 9,865
13 S 50 50 1964 2,5 5,0 35,0 39,3 15,413
14 S 54 54 2290 2,7 5,4 37,8 42,3 17,978
15 S 57 57 2552 2,9 5,7 39,9 44,6 20,031
CATATAN:
1. Diameter nominal hanya dipergunakan untuk perhitungan parameter nominal lainnya
dan tidak perlu diukur
2. Cara menghitung luas penampang nominal, keliling nominal, berat nominal dan ukuran
sirip/ulir adalah sebagai berikut:
a) Luas penampang nominal (A)
A = 0,7854 d2 (mm2)
d = diameter nominal (mm) 2
b) Berat nominal = 0,785 × 0,7854 d 0,7 (kg/m)
100
c) Jarak sirip melintang maksimum = 0,70 d
d) Tinggi sirip minimum = 0,05 d
Tinggi sirip maksimum = 0,10 d
e) Jumlah 2 (dua) sirip membujur maksimum = 0,25 K
Keliling nominal (K)
K = 0,3142 x d (mm)
(Sumber : SNI 2052:2017)

15
b. Toleransi diameter
Toleransi diameter baja tulangan beton polos yang ditetapkan SNI
2052:2017 seperti pada Tabel 2.5

Tabel 2.5 Ukuran dan toleransi diameter BjTP


Diameter Toleransi Penyimpangan kebundaran maks
No (d) (t) (p)
Mm Mm Mm
1 6 ± 0,3 0,42
2 8 ≤ d ≤ 14 ± 0,4 0,56
3 16 ≤ d ≤ 25 ± 0,5 0,70
4 28 ≤ d ≤ 34 ± 0,6 0,84
5 d ≥ 36 ± 0,8 1,12
CATATAN:
1) Penyimpangan kebundaran maksimum dengan rumus:
p = (dmaks – dmin) ≤ (2t × 70%)
2) Toleransi untuk baja tulangan beton polos = d – daktual
(Sumber : SNI 2052:2017)

B. Jenis-Jenis Baja Tulangan


Adapun jenis-jenis baja tualngan berdasarkan SNI 2052:2017 antara lain
sebagai berikut:
1. Baja tulangan beton polos (BjTP)
Baja tulangan beton polos adalah baja tulangan beton berpenampang
bundar dengan permukaan rata tidak bersirip/berulir.

Gambar 2.6 Baja tulangan beton polos (BjTP)


(Sumber : SNI 2052:2017 )

Keterangan gambar:
d : diameter

16
2. Baja tulangan beton sirip/ulir (BjTS)
Baja tulangan beton sirip/ulir adalah baja tulangan beton yang
permukaannya memiliki sirip/ulir melintang dan memanjang yang
dimaksudkan untuk meningkatkan daya lekat dan guna menahan
gerakan membujur dari batang secara relatif terhadap beton.
a. Sirip/ulir bamboo

Gambar 2.7 Baja tulangan beton sirip/ulir bambu (BjTS)


(Sumber : SNI 2052:2017)

Keterangan gambar:
H : tinggi sirip/ulir
P : jarak sirip/ulir melintang
W : lebar sirip/ulir membujur
T : Gap/rib

b. Sirip/ulir curam

Gambar 2.8 Baja tulangan beton sirip/ulir curam (BjTS)


(Sumber : SNI 2052:2017)
Keterangan gambar:
H : tinggi sirip/ulir
W : lebar sirip/ulir membujur

17
P : jarak sirip/ulir melintang

c. Sirip/ulir tulang ikan

Gambar 2.9 Baja tulangan beton sirip/ulir tulang ikan (BjTS)


(Sumber : SNI 2052:2017)

Keterangan gambar:
H : tinggi sirip/ulir
P : jarak sirip/ulir melintang
W : lebar sirip/ulir membujur
T : Gap/rib

C. Panjang
Panjang baja tulangan beton yang ditetapkan SNI 2052:2017 adalah 10 m
dan 12 m.

D. Toleransi panjang
Toleransi panjang baja tulangan beton yang ditetapkan SNI 2052:2017,
minimum 0 mm (0 mm), maksimum plus 70 mm (maksimum + 70 mm).

E. Toleransi berat per batang


Toleransi berat per batang baja tulangan beton sirip/ulir yang ditetapkan
SNI 2052:2017 seperti tercantum dalam Tabel 2.6.

18
Tabel 2.6 Toleransi berat per batang BjTS
Diameter nominal Toleransi
(mm) (%)

6≤ d≤8 ±7
10 ≤ d ≤ 14 ±6
16 ≤ d ≤ 29 ±5
d > 29 ±4
CATATAN:
Toleransi berat untuk baja tulangan beton sirip = beratnominal - berataktual x100%berat
Beratnominal

(Sumber : SNI 2052:2017, Tabel 5)

2.2 Struktur Balok


2.2.1 Pengertian Balok
Balok merupakan salah satu elemen struktur sebuah bangunan dengan
bentang horizontal yang dirancang kaku dan untuk menanggung beban dari
plat lantai dan mentransfer beban menuju elemen-elemen kolom penopang.
Balok dikerjakan bersamaan dengan pekerjaan plat lantai agar terbentuk
menjadi satu kesatuan struktur monolit. Balok berfungsi juga sebagai
pengikat kolom-kolom agar jika terjadi pegeseran/pergerakan, kolom-
kolom tersebut tetap dapat bertahan pada bentuk dan posisi nya. Balok
berfungsi juga untuk menahan kondisi pembebanan yang rumit seperti tekuk
atau lentur. Kombinasi gaya tekan dan gaya tarik disebut lentur dan
tegangannya tersebar tidak merata pada potongan melintang. Gaya lentur
akan bertambah jika beban pada balok berlebih sehingga pada daerah yang
bertegangan tinggi terjadi aksi sendi (balok patah dan terdapat sendi pada
titik ini). Tegangan aktual yang timbul pada balok tergantung pada besar
dan distribusi material pada penampang melintang elemem struktur.
Semakin besar balok maka semakin kecil tegangannya. (Ariestadi,2008
;Dian,2008).
Apabila balok bentang sederhana menahan beban yang
mengakibatkan timbulnya momen lentur, maka akan terjadi deformasi
(regangan) lentur pada balok tersebut. Pada kejadian momen lentur positif,

19
regangan tekan akan terjadi di bagian atas dan regangan tarik akan terjadi di
bagian bawah penampang. Regangan tersebut akan mengakibatkan
tegangan-tegangan yang harus di tahan oleh balok, tegangan tekan di bagian
atas dan tegangan tarik di bagian bawah (Dipohusodo, 1994).
Persyaratan balok menurut PBBI 1971.N.I - 2 halaman 91 sebagai
berikut :
1) Lebar badan balok tidak boleh diambil kurang dari 1/50 kali bentang
bersih. Tinggi balok harus dipilih sedemikian rupa hingga dengan
lebar badan yang dipilih.
2) Untuk semua jenis baja tulangan, diameter (diameter pengenal) batang
tulangan untuk balok tidak boleh diambil kurang dari 12 mm. Sedapat
mungkin harus dihindarkan pemasangan tulangan balok dalam lebih
dari 2 lapis, kecuali pada keadaan-keadaan khusus.
3) Tulangan tarik harus disebar merata didaerah tarik maksimum dari
penampang.
4) Pada balok-balok yang lebih tinggi dari 90 cm pada bidang-bidang
sampingnya harus dipasang tulangan samping dengan luas minimum
10% dari luas tulangan tarik pokok. Diameter batang tulangan tersebut
tidak boleh diambil kurang dari 8 mm pada jenis baja lunak dan 6 mm
pada jenis baja keras.
5) Pada balok senantiasa harus dipasang sengkang. Jarak sengkang tidak
boleh diambil lebih dari 30 cm, sedangkan dibagian balok sengkang-
sengkang bekerja sebagai tulangan geser. Atau jarak sengkang
tersebut tidak boleh diambil lebih dari 2/3 dari tinggi balok. Diameter
batang sengkang tidak boleh diambil kurang dari 6 mm pada jenis baja
lunak dan 5 mm pada jenis baja keras.

2.2.2 Macam-macam bentuk balok


Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan Dipohusodo, 1994),
Berdasarkan perencanaan lentur ada beberapa macam bentuk balok beton
bertulang, antara lain:
1. Balok persegi dengan tulangan tunggal

20
Balok persegi dengan tulangan tunggal merupakan balok yang hanya
mempunyai tulangan tarik saja dan dapat mengalami keruntuhan akibat
lentur.
2. Balok persegi dengan tulangan rangkap
Apabila besar penampang balok dibatasi, mungkin dapat terjadi
keadaan dimana kekuatan tekan beton tidak dapat memikul tekanan
yang timbul akibat bekerjanya momen lentur. Maka dipasangnya
tulangan dibagian serat tekan.
3. Balok T
Balok T merupakan balok yang berbentuk huruf T dan bukan berbentuk
persegi sebagian dari pelat akan bekerja sama dengan bagian atas balok
untuk memikul tekan. Perencanaan balok T adalah proses menentukan
dimensi tebal dan lebar flens, lebar dan tinggi efektif badan balok dan
luas tulangan baja tarik.
Berdasarkan tumpuannya ada beberapa macam bentuk balok beton
bertulang, antara lain :
1. Balok Induk
Balok induk adalah balok utama yang bertumpu langsung pada kolom
dan balok yang menghubungkan kolom dengan kolom lainnya. Balok
induk juga berguna untuk memperkecil tebal pelat dan mengurangi
besarnya lendutan yang terjadi. Balok induk direncanakan berdasarkan
gaya maksimum yang bekerja pada balok yang dimensi sama. Untuk
merencanakan balok induk, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
diantaranya :
• Menentukan mutu beton yang akan digunakan
• Menghitung pembebanan yang terjadi (Beban mati, beban hidup)
2. Balok Anak
Balok anak adalah balok yang bertumpu pada balok induk dan tidak
pernah bertumpu langsung pada kolom. Balok anak ini berguna untuk
memperkecil tebal pelat dan mengurangi besarnya lendutan yang
terjadi.

21
3. Balok Bagi
Balok bagi adalah balok yang menghubungkan balok induk dengan
balok anak lainnya/ balok anak dengan balok induk

2.2.3 Peraturan Teknis Pelaksanaan Pembesian Balok


Adapun syarat cara pembengkokan tulangan berdasarkan SNI 2847:
2013 adalah sebagai berikut :
1. Semua tulangan harus dibengkokan dalam keadaan dingin, kecuali bila
diizinkan lain oleh insinyur profesional bersertifikat.
2. Tulangan yang sebagian yang sudah tertanam di dalam beton tidak
boleh dibengkokan dilapangan, kecuali seperti yang ditunjukkan dalam
dokumen kontrak, atau diizinkan oleh insinyur profesional bersertifikat.
3. Pada saat beton dicor, tulangan harus bebas dari lumpur, minyak, atau
pelapis bukan logam lainnya yang dapat menurunkan lekatan. Pelapis
epoksi tulangan baja yang sesuai dengan standar yang dirujuk dalam
peraturan yang diizinkan.
4. Kecuali untuk baja prategang, tulangan baja dengan karat, lapisan
permukaan hasil oksidasi akibat pemanasan (mill scale), atau
kombinasi keduanya, harus dianggap memenuhi syarat, asalkan
dimensi minimum (termasuk tinggi ulir) dan berat benda uji yang
disikat dengan tangan menggunakan kawat baja memenuhi spesifikasi
ASTM yang sesuai yang dirujuk dalam peraturan.
5. Baja prategang harus bersih dan bebas dari minyak, kotoran, lapisan
permukaan hasil oksidasi (scale), lubang permukaan akibat korosi dan
karat yang berlebihan, lapisan tipis karat diizinkan.

2.2.4 Peraturan Teknis Pekerjaan Beton Pada Balok


Adapun peraturan teknis pekerjaan beton pada balok adalah sebagai
berikut:
1. Perencanaan cetakan (bekisting)
Perencanaan cetakan yang sesuai dengan standar Nasional Indonesia
(SNI 2847:2013), yaitu:

22
a. Cetakan harus menghasilkan struktur akhir yang memenuhi bentuk,
garis, dan dimensi komponen struktur seperti yang disyaratkan oleh
dokumen kontrak.
b. Cetakan harus kokoh dan cukup rapat untuk mencegah kebocoran
mortar.
c. Cetakan harus diperkaku atau diikat dengan baik untuk
mempertahankan posisi dan bentuknya.
d. Cetakan dan tumpuannya harus direncanakan sedemikian hingga
tidak merusak struktur yang dipasang sebelumnya.
e. Perancangan cetakan harus menyertakan pertimbangan faktor-faktor
berikut :
- Kecepatan dan metode pengecoran.
- Beban selama pelaksanaan konstruksi, termasuk beban vertikal,
horizontal, dan tumbukan.
- Persyaratan cetakan khusus untuk pelaksanaan konstruksi
cangkang, pelat lipat, kubah, beton arsitektural, atau elemen-
elemen sejenis.
f. Cetakan untuk komponen struktural beton prategang harus
dirancang dan dibuat untuk mengizinkan pergerakan komponen
struktur tanpa kerusakan selama penerapa gaya prategang.
2. Persiapan Peralatan dan Tempat Penyimpanan
Persiapan sebelum pengecoran beton berdasarkan (SNI 2847:2013)
meliputi hal berikut :
a. Semua peralatan untuk pencampuran dan pengangkutan beton harus
bersih.
b. Semua sampah atau kotoran harus dibersihkan dari cetakan yang
akan diisi beton.
c. Cetakan harus dilapisi dengan benar.
d. Bagian dinding bata pengisi yang akan bersentuhan dengan beton
harus dibasahi secara cukup.
e. Tulangan harus benar-benar bersih dari lapisan yang berbahaya.

23
f. Air harus dikeringkan dari tempat pengecoran sebelum beton dicor
kecuali bila tremie digunakan atau kecuali bila sebaliknya diizinkan
oleh petugas bangunan.
g. Semua material halus (laitance) dan material lunak lainnya harus
dibersihkan dari permukaan beton sebelum beton tambahan dicor
terhadap beton yang mengeras.
3. Pengecoran dan Pemadatan.
Sistem pengecoran sebaiknya harus sesuai dengan ketetapan Standar
Nasional Indonesia (SNI 2847:2013) bahwa :
a. Beton harus dicor sedekat mungkin pada posisi akhirnya untuk
menghindari terjadinya segregasi akibat penanganan kembali atau
segregasi akibat pengaliran.
b. Pengecoran beton harus dilakukan dengan kecepatan sedemikian
hingga beton selama pengecoran tersebut tetap dalam keadaan
plastis dan dengan mudah dapat mengisi ruang di antara tulangan.
c. Beton yang telah mengeras sebagian atau telah terkontaminasi oleh
bahan lain tidak boleh dicor pada struktur.
d. Beton yang ditambah air lagi atau beton yang telah dicampur ulang
setelah pengikatan awal tidak boleh digunakan kecuali bila disetujui
oleh insinyur profesional bersertifikat.
e. Setelah dimulainya pengecoran, maka pengecoran tersebut harus
dilakukan secara menerus hingga mengisi secara penuh panel atau
penampang sampai batasnya, atau sambungan yang ditetapkan
sebagaimana diizinkan atau dilarang.
f. Permukaan atas cetakan vertikal secara umum harus datar.
g. Jika diperlukan siar pelaksanaan, maka sambungan harus dibuat
sesuai dengan ketetapan.
h. Semua beton harus dipadatkan secara menyeluruh dengan
menggunakan peralatan yang sesuai selama pengecoran dan harus
diupayakan mengisi sekeliling tulangan dan seluruh celah dan masuk
ke semua sudut cetakan.

24
Pemadatan beton harus mengikuti ketentuan berikut ini ( SNI 03-3976-
1995) :
a. Beton yang dicorkan harus dipadatkan secara sempurna dengan alat
yang tepat agar dapat mengisi sepenuhnya daerah sekitar tulangan,
alat konstruksi dan alat instalasi yang akan tertanam dalam beton dan
daerah sudut acuan;
b. Dalam hal pemadatan beton dilakukan dengan alat penggetar :
- Lama penggetaran untuk setiap titik harus dilakukan sekurang-
kurangnya 5 detik, maksimal 15 detik;
- Batang penggetar tidak boleh mengenai cetakan atau bagian
beton yang sudah mengeras dan tidak boleh dipasang lebih
dekat 100 mm dari cetakan atau dari beton yang sudah mengeras
serta diusahakan agar tulangan tidak terkena oleh batang
penggetar;
- Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang
batang penggetar dan tidak boleh lebih dari 500 mm. Untuk
bagian konstruksi yang sangat tebal harus dilakukan lapis demi
lapis.
Pengambilan sampel berdasarkan ketentuan SNI 03-6880-2016 adalah
sebagai berikut :
a. Untuk setiap campuran beton di proyek yang dicor pada hari yang
sama, ambil sampel beton segar sesuai dengan SNI 2458:2008.
Pengambilan sampel adukan dalam truk atau batch beton harus
diambil secara acak. Kecuali disyaratkan lain, minimal satu sampel
komposit harus diambil untuk setiap 110 m3 beton atau 460 m2 luas
permukaan slab atau dinding, atau bagian-bagiannya. Bila kuantitas
campuran beton total yang ditentukan kurang dari 38 m3, pengujian
kekuatan bisa diabaikan oleh perencana/penanggung jawab struktur.
b. Lembaga pengujian pemilik harus melakukan uji kekuatan beton
selama konstruksi dengan membuat dan merawat spesimen uji sesuai
SNI 4810:2013 dan menguji kekuatan spesimen sesuai ASTM
C39/C39M. Kecuali disyaratkan lain, kekuatan beton untuk

25
penerimaan harus nilai rata-rata hasil uji pada umur 28 hari dari
minimal dua silinder 150 mm x 300 mm atau tiga silinder 100 mm x
200 mm.
4. Perawatan Beton.
Setelah proses pengecoran, beton tidak boleh dibiarkan begitu saja.
Beton harus dirawat agar mutu beton yang dihasilkan sesuai dengan
perencanaan. perawatan beton menurut Standar Nasional Indonesia (SNI
2847:2013), yaitu:
a. Beton (selain beton kekuatan awal tinggi) harus dirawat pada suhu
di atas 10°C dan dalam kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya
selama 7 hari setelah pengecoran kecuali jika dirawat sesuai dengan
perawatan dipercepat.
b. Beton kekuatan awal tinggi harus dirawat pada suhu di atas 10°C dan
dalam kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya selama 3 hari
pertama kecuali dirawat sesuai dengan perawatan dipercepat.

2.2.5 Pembebanan pada Balok


Buku Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan
Gedung (PPPURG, 1987) beban yang terjadi pada srtuktur bangunan
diakibatkan oleh :
a. Beban mati
Beban mati adalah berat dari semua bagian gedung yang bersifat
tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian,
mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari gedung.
b. Beban hidup
Beban hidup adalah beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu gedung, dan kedalamnya termasuk beban-beban
pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat terpindah,
mesin-mesin serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari
gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan

26
lantai dan atap tersebut. Khusus pada atap kedalam beban hidup dapat
termasuk beban yang berasal dari air hujan, baik akibat genangan
maupun tekanan jatuh (energi kinetik) butiran air.
c. Beban angin
Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau
bagian dari gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara.
d. Beban gempa
Beban gempa yaitu semua beban statik ekuivalen yang bekerja
pada gedung atau bagian dari gedung yang menirukan pengaruh dari
gerakan tanah akibat gempa itu. Dalam hal pengaruh gempa pada
struktur gedung ditentukan berdasarkan suatu analisa dinamik, maka
yang diartikan beban gempa disini adalah gaya-gaya yang terjadi oleh
gerakan tanah akibat gempa itu.
e. Beban khusus
Beban khusus adalah semua beban yang terjadi pada gedung atau
bagian dari gedung yang terjadi akibat selisih suhu, pengangkutan dan
pemasangan, penurunan fondasi, susut, gaya-gaya tambahan yang
berasal dari beban hidup seperti gaya rem yang berasal dari kran, gaya
setrifugal dan gaya dinamis yang berasal dari mesin-mesin, serta
pengaruh pengaruh khusus lainya.

2.3 Balok Persegi Panjang Dengan Tulangan Rangkap.


Yang dimaksud dengan balok beton bertulangan rangkap ialah balok
beton yang diberi tulangan pada penampang beton daerah tarik dan daerah
tekan. Dengan dipasangnya tulangan pada daerah tarik dan tekan, maka balok
akan lebih kuat dalam hal menerima beban yang berupa momen lentur.
Pada praktik dilapangan, hampir semua balok selalu dipasang tulangan
rangkap. Jadi balok dengan tulangan tunggal secara praktis tidak ada (jarang
sekali dijumpai). Meskipun penampang beton pada balok dapat dihitung
dengan tulangan tunggal (yang memberikan hasil tulangan longitudinal tarik
saja), tetapi pada kenyataannya selalu ditambahkan tulangan tekan minimal 2

27
batang, dan dipasang bagian sudut penampang balok beton yang menahan
tekan. (Ali Asroni,2010:85)

Gambar 2.10 Letak Tulangan Pada Balok


(Sumber : Ali Asroni,2010:84)

Tulangan longitudinal tarik maupun tekan pada balok dipasang dengan


arah sejajar sumbu balok. Biasanya tulangan tarik dipasang lebih banyak
daripada tulangan tekan, kecuali pada balok yang menahan momen lentur kecil.
Untuk balok yang menahan momen lentur kecil (misanya balok praktis), cukup
dipasang tulangan tarik dan tulangan tekan masing-masing 2 batang (sehingga
berjumlah 4 batang), dan diletakan pada 4 sudut penampang balok.
Untuk balok yang menahan momen lentur besar, tulangan tarik dipasang
lebih banyak dari pada tulangan tekan. Keadaan ini disebabkan oleh kekuatan
beton pada daerah tarik yang diabaikan, sehingga praktis semua beban tarik
ditahan oleh tulangan longitudinal tarik (jadi jumlahnya banyak). Sedangkan
pada daerah tekan, beban tekan tersebut sebagian besar ditahan oleh beton, dan
sisa beban tekan yang masih ada ditahan oleh tulangan, sehingga jumlah
tulangan tekan hanya sedikit. (Ali Asroni, 2010:84).

2.3.1 Sengkang Pada Balok


Karena begel atau sengkang adalah unsur yang tak dapat
disepelekan, maka perencanaan tulangan geser ini harus direncanakan
sedemikian rupa sehingga memenuhi ketentukan teknis kuat dan mampu
untuk memikul beban geser. Pencerminan persyaratan pentingnya begel
ini dituangkan dalam peraturan-peraturan beton Indonesia, PBI-71 dan PB
89.
28
Pada balok senantiasa harus dipasang sengkang. Jarak sengkang
tidak boleh diambil lebih dari 30 cm, sedangkan di bagian-bagian balok
dimana sengkang-sengkang bekerja sebagai tulangan geser, jarak
sengkang-sengkang tersebut tidak boleh diambil lebih dari 2/3 dari tinggi
balok. Diameter batang sengkang tidak boleh diambil kurang dari 6 mm
pada jenis baja lunak dan sedang dan 5 mm pada jenis baja keras.
Ada beberapa macam tulangan sengkang pada balok, yaitu tulangan
sengkang vertikal, tulangan sengkang spiral, tulangan sengkang miring.
Dari ketiga bentuk tulangan sengkang tersebut di atas, bentuk tulangan
sengkang vertikal lebih sering dipergunakan pada konstruksi balok beton
bertulang karena faktor kemudahan pembuatan dan pelaksanaannya.
Tulangan sengkang vertikal dalam pembuatannya disesuaikan dengan
bentuk penampang balok beton yang akan dibuat.
Tulangan sengkang vertikal dalam pembuatannya disesuaikan
dengan bentuk penampang balok beton yang akan dibuat. Tulangan
sengkang berfungsi untuk menahan beban geser pada arah vertikal (tegak
lurus terhadap sumbu batang balok), sedangkan pada arah horizontal (di
bagian atas dan bawah) tidak diperhitungkan menahan beban gaya yang
terjadi pada balok. Beban geser balok menyebabkan terjadinya keretakan
geser. Pada umumnya keretakan geser ini dekat dengan tumpuan balok
yang beban gesernya besar. Kondisi ini menjalar kearah vertikal dan
horizontal menuju tengah bentang balok. Terjadinya retak diagonal geser
pada balok bukan hanya menandakan kegagalan geser tetapi juga
merupakan pengaruh dari tulangan longitudinal. (Astariani, 2010).

2.3.2 Tulangan Torsi Balok


Torsi (twist) atau momen puntir adalah momen yang bekerja
terhadap sumbu longitudinal balok/elemen struktur. Torsi dapat terjadi
karena adanya beban eksentrik yang bekerja pada balok tersebut. Selain
itu, pada umumnya torsi dijumpai pada balok lengkung dan elemen
struktur pada struktur portal ruang. (Ali Asroni, 2010:84).

29
Gambar 2.11 Contoh Torsi Keseimbangan
(Sumber : Ali Asroni,2010:163)

Pada kasus-kasus tertentu, pengaruh torsi lebih menentukan dalam


perencanaan elemen struktur jika dibandingkan dengan pengaruh beban-
beban yang lain, misalnya: torsi pada kantilever atau torsi pada kanopi.
Beban torsi dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu: torsi keseimbangan
dan torsi kompabilitas. Torsi keseimbangan adalah momen torsi yang
timbul karena dibutuhkan untuk keseimbangan struktur, seperti terlihat
pada gambar 2.11(a) sampai dengan gambar 2.11(d). Sedangkan torsi
kompabilitas adalah momen torsi yang timbul karena kompabilitas
deformasi antara elemen-elemen struktur yang bertemu pada sambungan,
seper terlihat pada gambar. (Ali Asroni,2010).

Gambar 2.12 Contoh Torsi Kompabilitas


(Sumber : Ali Asroni,2010:164)

30
BAB 3
MANAJEMEN PROYEK

3.1 Manajemen Proyek


Manajemen proyek terdiri dari dua kata yaitu “Manajemen”
dan “Proyek”. Menurut Husen (2009:2), manajemen adalah suatu ilmu
pengetahuan tentang seni memimpin organisasi yang terdiri atas kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian terhadap
sumber-sumber daya terbatas dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran yang
efektif dan efisien, sedangkan proyek adalah gabungan dari sumber-sumber
daya seperti manusia material, peralatan, dan modal/ biaya yang dihimpun
dalam suatu wadah organisasi sementara untuk mencapai sasaran dan tujuan.
Menurut Dipohusodo (1996:2), manajemen merupakan proses terpadu
dimana individu-individu sebagai bagian dari organisasi dilibatkan untuk
memelihara, mengembangkan, mengendalikan, dan menjalankan program-
program yang kesemuanya diarahkan pada sasaran yang telah ditetapkan dan
berlangsung terus menerus seiring dengan berjalannya waktu, sedangkan
proyek adalah gabungan dari sumber-sumber daya seperti manusia material,
peralatan, dan modal/biaya yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi
sementara untuk mencapai sasaran dan tujuan.
Sehingga dari definisi tersebut terlihat bahwa konsep manajemen proyek
yaitu merencanakan, mengorganisasi, mempimpin, dan mengendalikan sumber
daya perusahaan yang berupa manusia dan material serta mempunyai hierarki
(arus kegiatan) horizontal disamping hierarki vertical.

3.2 Unsur – Unsur Pengelola Proyek

Dalam kegiatan pembangunan proyek konstruksi terdapat suatu proses yang


mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan berupa sebuah
bangunan. Orang atau badan hukum yang berperan dan terlibat dalam proses
pelaksanaan pekerjaan pembangunan proyek disebut sebagai unsur-unsur
pelaksana pembangunan proyek. Masing-masing unsur pelaksana
pembangunan proyek mempunyai tugas, kewajiban, tanggung jawab, hak dan

31
wewenang serta dengan kepentingan yang berbeda-beda sesuai dengan
kedudukan serta kegiatan yang dilakukannya.
Keberhasilan suatu pembangunan proyek konstruksi sangat tergantung dari
koordinasi dan kerja sama yang diciptakan oleh unsur-unsur pengelola proyek.
Dalam Proyek pembangunan Rumah Susun BPKP Provinsi NTT terdapat
beberapa unsur pengelola proyek:
1) Pemberi tugas adalah Dinas PUPR Provinsi NTT
2) Konsultan perencana adalah PT. Adikara Mitracipta
3) Konsultan pengawas adalah PT. Buana Rekayasa Adhigana
4) Kontraktor Pelaksana adalah PT. Karuniaguna Intisemesta

A. Pemberi Tugas
Pemilik proyek atau pemberi tugas adalah orang atau badan hukum yang
memiliki proyek dan memberikan pekerjaan atau menyuruh memberikan
pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan yang membayar biaya pekerjaan
tersebut. Pengguna jasa dapat berupa perseorangan, badan/lembaga pemerintah
maupun swasta. (Ervianto, 2005)
Tugas dan wewenang pemberi tugas adalah sebagai berikut.
1) Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor)
2) Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang
telah dilakukan oleh penyedia jasa.
3) Memberikan fasilitas baik berupa sarana maupun prasarana yang
dibutuhkan oleh pihak penyedia jasa untuk kelancaraan pekerjaan.
4) Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan
5) Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa
sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujdkan sebuah bangunan.
6) Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan dengan
cara menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk bertindak
atas nama pemilik.
7) Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan yang telah sesuai dengan yang
dikehendaki. Pada Proyek pembangunan Rumah Susun BPKP Provinsi

32
NTT yang berkedudukan sebagai pemberi tugas (owner) adalah Dinas
PUPR Provinsi NTT.

B. Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah suatu badan hukum atau perseroan mempunyai
keahlian dalam bidang sipil, arsitektur, mekanikal dan elektrikal, yang membuat
perencanaan, lengkap dengan rencana anggaran biaya, serta memberikan saran
dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu pekerjaan. (Ervianto, 2005)
Tugas dan wewenang dari konsultan perencana adalah sebagai berikut:
1) Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencana-
rencana kerja dan syarat-syarat, hitungan struktur, rencana anggaran
biaya.
2) Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jasa dan pihak
kontraktor tentang pelaksaan pekerjaan.
3) Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal-hal
yang kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja dan syarat-
syarat.
4) Membuat gambar bila terjadi perubahan perencanaan
5) Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek. Pada proyek
pembangunan Rumah Susun BPKP Provinsi NTT yang bertugas sebagai
konsultan perencana adalah PT. Adikara Mitracipta.

C. Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas adalah orang/badan yang ditunjuk pengguna jasa untuk
membantu dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan pembangunan mulai awal
hingga berakhirnya pekerjaan tersebut. (Ervianto, 2005)
Tugas dan kewajiban konsultan pengawas antara lain sebagai berikut:
1) Menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah
ditetapkan.
2) Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik dalam
pelaksanaan pekerjaan.
3) Melakukan perhitungan prestasi pekerjaan.

33
4) Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan).
5) Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan tambah atau
berkurangnya pekerjaan. Pada Proyek pembangunan Rumah Susun BPKP
Provinsi NTT yang bertugas sebagai konsultan pengawas adalah PT.
Buana Rekayasa Adhigana.

D. Kontraktor pelaksana
Pelaksana atau kontraktor dalam UUJK 2/17 tentang jasa kontruksi adalah
penyedia jasa orang perseorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli yang
profesional dibidang pelaksanaan jasa kontruksi yang mampu
menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan
menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lainnya.
➢ Tugas dan wewenang
Tugas dan wewenang dari kontraktor/pelaksana adalah sebagai berikut.
1) Melaksanakan pekerjaan di lapangan sesuai dengan SPK dan spesifikasi.
2) Membuat dan memberikan laporan harian tentang pengawasan dan
pelaksanaan proyek, dan laporan lainnya yang menunjukkan kualitas
pekerjaan kepada konsultan manajemen konstruksi.
3) Memilih dan mempelajari terlebih dahulu gambar-gambar sebelum
melaksanakan pekerjaan dan apabila terdapat kesalahan/kekeliruan dan
kekurangan harus memberitahu kepada Konsultan Pengawas, Konsultan
Perencana dan Pemilik.
➢ Struktur organisasi
Struktur organisasi dalam proyek ini yang bertindak sebagai kontraktor
pelaksana proyek pembangunan Rumah Susun BPKP Provinsi NTT dapat
dilihat pada gambar 3.1

34
Direktur
Dolvianus Usboko

Manajer Manajer
Keuangan Proyek
Jefry Usboko Adrianus Kono

Manajer
Teknik
Robertus Kerowe

Administrasi
Logistik
Teknik
Marselus Krisantus Deny

Surveyor
Muhamad Fadli

Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana


K3
Sipil Arsitektural Mekanikal Elektrikal
Dewi Isnaeni Vredrik Bainlawuil Claudius Herry Samsul Ryan Thedens

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Kontraktor Pelaksana


(Sumber: PT. Karuniaguna Intisemesta)

➢ Tugas dan Tanggung Jawab


1. Direktur
a. Mengimplementasi Visi dan Misi Perusahaan.
b. Menyusun Strategi Bisnis Perusahaan.
c. Melakukan Evaluasi terhadap Perusahaan.
d. Melakukan Rapat.
e. Menunjuk Orang yang Mampu Memimpin.
f. Mengawasi Situasi Bisnis.
2. Manajer Proyek
a. Menentukan kebijaksanaan pelaksanaan jasa manajemen proyek
konstruksi.
b. Memimpin, mengkoordinir dan melaporkan kepada konsultan
pengawas terkait dengan kegiatan pelaksanaan proyek.
c. Membuat dan mengontrol time schedule poyek yang akan
dilaksanakan.

35
d. Menandatangani berita acara serah terima pekerjaan
e. Membuat dan mengatur perencanaan kegiatan operasional
pelaksanaan proyek
f. Melaksanakan, mengkoordinir, dan mengontrol kegiatan
operasional pelaksanaan proyek.
g. Menyetujui dan menandatangani semua dokumen yang bersifat
usulan, permintaan, pembelian, pemakaian dan pembayaran
untukkebutuhan proyek konstruksi.
h. Menyelenggarakan rapat-rapat koordinasi dengan pihak luar, yang
berkaitan dengan kebutuhan proyek.
i. Menandatangani laporan bulanan terkait dengan pelaksanaan
proyek konstruksi.
3. Site Manager
Tugas dan tanggung jawab:
a. Membuat perencanaan kegiatan operasional pelaksanaan proyek

b. Mengatur kegiatan operasional pelaksanaan proyek

c. Melaksanakan kegiatan operasional pelaksanaan proyek

d. Mengontrol pelaksanaan operasional pelaksanaan proyek

4. Site Engineer
Adapun tugas lain seorang site engineer yang lebih spesifik meliputi:
a. Memberikan rekomendasi usulan desain kontruksi kepada tim serta
mencari solusi dari permasalahan-permasalahan teknis yang
dihadapi dalam proses pengerjaan proyek.
b. Menyampaikan petunjuk teknis kepada tim dalam melaksanakan
segala pekerjaan sesuai bidang
c. Memberikan penilaian terhadap perkembangan proses pengerjaan
proyek
d. Menjamin isi Kerangka Acuan Kerja (KAK) dapat terpenuhi sesuai
dengan ketentuan
e. Membantu tim di lapangan dalam mgnendalikan kegiatan
kontraktor agar lebih efektif dan efisien.

36
f. Melakukan pengecekan terhadap semua laporan kinerja teknis
yang ada.
g. Menyusun rencana kerja semua staf dan pekerja yang terlibat, baik
di lapangan maupun laboratorium.
5. Administrasi dan Keuangan
a. Bersama teknis dan adminitrasi kontrak menyusun cashflow
proyek.
b. Menyelenggarakan tata usaha surat-menyurat dan tata usaha
pimpinan.
c. Menyelenggarakan inventarisasi, pemeliharaan, dan pengawasan
terhadap bangunan kantor proyek beserta perlengkapannya.
d. Menyelenggarakan tata usaha perjalanan dinas dan pemeliharaan
kendaraan bermotor.
e. Menyeleggarakan tata usaha kepegawaian di proyek.
f. Bersama staf teknis dan adminitrasi kontrak menyiapkan berita
acara pembayaran angsuran harga kontrak.
g. Melakukan pengendalian likui ditas proyek dengan mengusahakan
sumber dana berupa pembayaran prestasi kerja, dana dari
perusahaan dan lain-lain, serta mengendalikan penggunaan dana
proyek.
6. Pelaksana Sipil (Structure Engineering)
Structure Engineering adalah orang yang bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa suatu struktur bangunan yang dikerjakan benar-
benar aman untuk dilanjutkan ke tahap konstruksi. Biasanya orang
dibidang ini akan lebih banyak di balik layar untuk melakukan
perhitungan terkait desain, tinggi, dan fungsi sebuah bangunan mulai
dari bawah bagian struktur pondasi sampai dengan atap.
Tugas seorang structure engginering juga meliputi:
a. Menjalankan tugas yang diberikan oleh site engineer
b. Membuat perhitungan struktur bangunan secara kompleks
c. Menganalisa struktur yang telah diberikan oleh pihak Konsultan

37
7. Pelaksana Arsitektur (Architect Engineering)
Architect Engineering adalah bagian yang bertanggung jawab
untuk merancang desain, konstruksi dan pengoperasian bangunan
termasuk analisis dan desan terpadu sistem lingkungan meliputi
pencahayaan, pipa ledeng, konservasi energi, perlindungan kebakaran
dan alur transportasi vertikal & horizontal.
Tugas seorang architect engineering adalah:
a. Menyiapkan dan memperbaiki gambar untuk diberikan kepada
atasan.
b. Menganalisa gambar yang telah dibuat oleh drifter
c. Membuat shop drawing yang bisa dipahami oleh mandor
8. Logistik (logistic)
a. Bersama dengan staff teknik dan admitrasi kontrak membuat
jadwal pengadaan material dan perlatan di proyek.
b. Melakukan survei dan memberikan informasi kepada kepala
proyek tentang sumber dan harga material/alat, serta sewa alat.
c. Menyelenggarakan pembelian material dan alat yang telah
diputuskan oleh Kepala Proyek sesuai dengan jadwal pengadaan
dan prosedur pembelian.
d. Melaksanakan adminitrasi pemesanan dan pengiriman material dan
alat.
e. Memproses mobilisasi dan demobilisasi peralatan, sesuai jadwal
penggunaan alat.
f. Melaksanakan pemeiharaan dan perbaikan alat perlengkapannya,
sehingga selalu dalam keadaan siap pakai.
g. Melaksanakan inventarisasi dan pemeliharaan alat, termasuk
kendaraan pengangkut barang, perlengkapan kerja dan bengkel.
h. Melakukan koordinasi fungsional dan pembinaan sumber daya
manusia.
9. Ahli Mekanikal (Mechanikal Elektrikal)
a. Bertanggung jawab untuk menghitung kuantitas dan kualitas hasil
kemajuan pekerjaan di lapangan.

38
b. Menguji, mengembangkan, memodifikasi dan menyesuaikan
mesin dan peralatan.
c. Memecahkan dan membahas masalah-masalah kompleks dengan
departemen suplier, manufaktur, sub-kontraktor dan pelanggan
d. Merancang dan menerapkan modifikasi peralatan secara cost-
effective.
e. Mengelola proyek dengan prinsip rekayasa dan teknik.
10. Surveyor
a. Melaksanakan kegiatan survei dan pengukuran, diantaranya
pengukuran topografi lapangan dan penentuan koordinat
bangunan.
b. Melakukan plotting site plan di lokasi pekerjaan untuk menentukan
benchmark, center line, titik elevasi tanah asli dari border line.
c. Menentukan titik elevasi kedalaman galian pondasi serta lantai
basement, agar proses galian dan urugan tanah sesuai dengan
perencanaan konstruksi.
d. Mengawasi pelaksanaan staking out, penetapan elevasi/level,as,
vertikal dan horizontal. sesuai dengan gambar rencana.
e. Melaporkan dan bertanggung jawab hasil pekerjaannya kepada
kepala proyek.
f. Membuat daftar alat ukur dan merawat alat ukur optik beserta
perlengkapannnya.
g. Mengkoordinir dan mengawasi penggunaan alat-alat ukur.

3.3 Hubungan Kerja Unsur-Unsur Proyek


Di dalam pelaksanaan pekerjaan suatu konstruksi bangunan, terdapat
orang - orang atau badan yang melaksanakan pekerjaan bangunan tersebut.
Orang - orang atau badan yang melaksanakan pekerjaan bangunan disebut
unsur-unsur pelaksana pembangunan. Masing-masing unsur pelaksana
pembangunan mempunyai tugas kewajiban, tanggung jawab dan wewenang
sesuai dengan kedudukan serta kegiatan yang dilakukan. Yang dimaksud
dengan unsur-unsur pelaksana pembangunan adalah pemilik proyek/pemberi

39
tugas, konsultan perencana, konsultan pengawas, dan kontraktor pelaksana.
Hubungan kerja antara unsur-unsur yang berperan dalam pelaksanaan proyek
ditunjukan pada Gambar 3.2 di bawah ini.

Pemilik Proyek
Dinas PUPR Provinsi NTT

Konsultan Perencana Konsultan Pengawas


PT. Adikara Mitracipta PT. Buana Rekayasa Adhigana

Kontraktor Pelaksana
PT. Karuniaguna Intisemesta

Gambar 3.2 Skema hubungan kerja organisasi proyek


(Sumber : PT. Karuniaguna Intisemesta)

A. Hubungan kerja antara owner dengan Perencana


1. Ikatan: kontrak (Surat Perjanjian Pemborongan Pekerjaan).
2. Pemberi tugas kepada perencana memberikan imbalan jasa atau biaya
perencanaan.
3. Perencana kepada pemberi tugas memberikan jasa atau pekerjaan
Perencanaan.
B. Hubungan kerja antara owner dengan Pengawas
1. Ikatan: kontrak pengawasan.
2. Pemberi tugas kepada konsultan pengawas mewakilkan pengawasan
serta memberikan biaya pengawasan.
3. Konsultan pengawas kepada pemberi tugas memberikan hasil
produksi pengawasan (berupa laporan mingguan, bulanan).

40
1. Ikatan: kontrak (Surat Perjanjian Pemborongan Pekerjaan).
2. Pemberi tugas memberikan biaya pelaksanaan pekerjaan pada
kontraktor.
3. Kontraktor kepada pemberi tugas menyerahkan hasil kerja bangunan.
C. Hubungan kerja antara owner dengan Kontraktor Pelaksana
1. Ikatan: kontrak (Surat Perjanjian Pemborongan Pekerjaan).
2. Pemberi tugas memberikan biaya pelaksanaan pekerjaan pada
kontraktor.
3. Kontraktor kepada pemberi tugas menyerahkan hasil kerja bangunan.
D. Hubungan kerja antara Perencana dengan Kontraktor
1. Ikatan: kontrak.
2. Konsultan perencana memberikan tugas kepada Kontraktor untuk
dapat memenuhi persyaratan teknis terhadap proyek.
3. Kontraktor merealisasikan perencanaan konsultan perencana.
E. Hubungan antara Kontraktor dengan Konsultan Pengawas
1. Kontraktor mengadakan konsultasi dengan konsultan pengawas.
2. Konsultan pengawas melaksanakan pengawasan terhadap
pelaksanaan pekerjaan.

3.4 Administrasi Pelaksanaan Pekerjaan


Administrasi pelaksanaan proyek merupakan suatu sistem instruksi
laporan, evaluasi, dan koreksi secara terus menerus dari suatu proyek dan juga
merupakan media kontrol pekerjaan selama proses pelaksanaan berlangsung
dan akan ditangani secara khusus. Bersifat teknis dan berhubungan dengan
masalah pelaksanaan pekerjaan termasuk surat menyurat, kontrak, dan segala
perubahannya akan ditandatangani oleh kontrak. Proses administrasi proyek
dimulai setelah salah satu penyedia jasa (kontraktor) dinyatakan sebagai
pemenang dilanjutkan dengan penandatanganan kontrak dan penerbitan Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK) oleh pemberi jasa (owner).

41
A. Metode penyampaian dokumen penawaran
Berdasarkan Perpres Nomor 16 Tahun 2018, metode penyampaian
dokumen penawaran dalam pemilihan penyedia barang/jasa konstruksi
terdiri atas:
1) Metode satu file digunakan untuk pengadaan barang/pekerjaan
konstruksi yang menggunakan metode evaluasi harga terendah.
2) Metode dua file digunakan untuk pengadaan barang/pekerjaan
konstruksi yang memerlukan penilaian teknis terlebih dahulu.
3) Metode dua tahap digunakan untuk pengadaan barang/pekerjaan
konstruksi yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
a) Sepesifikasi teknisnya belum bisa ditentukan dengan pasti.
b) Mempunyai beberapa altenatif penggunaan sistem dan desain
penerapan teknologi yang berbeda.
c) Dimungkinkan perubahan spesifikasi teknis berdasarkan
klarifikasi penawaran teknis yang diajukan.
d) Membutuhkan penyetaraan teknis.
B. Metode evaluasi penawaran
Berdasarkan Perpres Nomor 16 Tahun 2018, metode evaluasi penawaran
penyedia barang/jasa konstruksi dilakukan dengan :
1) Metode evaluasi sistem nilai.
Metode evaluasi sistem nilai digunakan untuk pengadaan
barang/pekerjaan konstruksi yang memperhitungkan penilaian teknis
dan harga.
2) Metode evaluasi penilaian biaya selama umur ekonomi.
Metode evaluasi penilaian biaya selama umur ekonomis digunakan
untuk pengadaan barang/pekerjaan konstruksi yang memperhitungkan
faktor umur ekonomis, harga, biaya operasional, biaya pemeliharaan,
dan nilai sisa dalam jangka waktu operasi tertentu.
3) Metode evaluasi harga terendah.
Metode evaluasi harga terendah digunakan untuk pengadaan
barang/pekerjaan konstruksi dalam hal harga menjadi dasar penetapan
pemenang di antara penawaran yang memenuhi persyaratan teknis.

42
3.5 Standar - Standar Umum dalam Pelaksanaan Pekerjaan
Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam
Rencana Kerja dan syarat-syarat (RKS) berlaku dan mengikat ketentuan-
ketentuan di bawah ini termasuk segala perubahan dan tambahannya:
a) Peraturan Bahan Bangunan di Indonesia 1982 (PUBI 1982).
b) Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia 1970 (NI-03 PMI
PUBB1970.
c) Peraturan Semen Portland Indonesia (NI-08).
d) Bata Merah Sebagai Bahan Bangunan (NI-10).
e) Pedoman Plumbing Indonesia 1979 (PPI-1979).
f) Peraturan Umum Instalasi Listrik 1977 (PUIL-1977).
g) Peraturan Perencanaan Bangunan Baja diIndonesia 1984 (PPBI 1984).
h) Standar Industri Indonesia (SII).
i) Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1991 (PBI-1991).
j) Peraturan Umum Instalasi Air (AVWI).
k) Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1981.
l) Peraturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan Tentang Keselamatan
Tenaga Kerja yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja Republik
Indonesia.
m) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/KPTS/1985 tentang
penanggulangan bahaya kebakaran.

3.6 Tenaga Kerja dan Waktu Kerja

A. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor yang memegang peranan penting
dan sangat menentukan dalam keberhasilan pelaksanaan suatu
pembangunan proyek. Alokasi tenaga kerja yang baik dan benar untuk tiap
jenis pekerjaan dalam proyek sangat diperlukan. Pemilihan tenaga kerja
yang tepat akan memperlancar proyek, menghemat biaya proyek dan akan
berpengaruh terhadap mutu dan kualitas pekerjaan.

43
Tenaga kerja yang terlibat dalam proyek pembangunan Rumah
Susun BPKP Provinsi NTT terdiri dari tenaga ahli, mandor, tukang, dan
pembantu tukang.
1) Tenaga ahli meliputi manajer proyek dan tenaga pelaksana yang
tingkatan pendidikan adalah sarjana (S-1) yang memiliki pengalaman
di bidang masing-masing yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk
membantu mengelola pelaksaan pembangunan suatu proyek mulai
dari awal hingga akhir pelaksanaan pekerjaan pembangunan,
menyelenggarakan urusan pengawasan teknis pelaksanan pekerjaan di
lapangan serta mengadakan pengawasan sehari-hari terhadap kegiatan
pemborongan dan peninjauan segi kuantitas dan kualitas.
2) Bos borongan/mandor dituntut untuk memiliki pengetahuan teknis
dalam taraf tertentu, misalnya dapat membaca gambar-gambar
konstruksi, dapat membuat hitungan-hitungan ringan dan dapat
membedakan kualitas bahan bangunan yang akan digunakan.
3) Tukang, merupakan tenaga kerja yang ahli dalam bidangnya
berdasarkan pengalaman serta cara kerja yang sederhana.
4) Pembantu tukang adalah tenaga kerja yang bekerja dengan
mengandalkan kondisi fisik yang kuat dan sehat serta tanpa berbekal
keahlian tertentu.

Mandor menurut berbagai SNI Analisa Biaya Konstruksi dapat


disetarakan dengan bos borong, tetapi dalam proyek ini yang disebut
mandor adalah wakil dari bos borong. Lalu perbedaan antara kepala
tukang, tukang, dan pekerja tidak terlalu jelas.

B. Waktu Kerja
Waktu kerja pada pelaksanaan proyek pembangunan Rumah Susun BPKP
Provinsi NTT ditetapkan sebagai berikut:
1) Waktu kerja dimulai dari hari Senin sampai hari Sabtu dengan waktu
kerja setiap harinya dimulai pukul 08.00 sampai pukul 17.00.

44
2) Waktu istirahat selama enam puluh menit, yaitu dari pukul 12.00
sampai dengan pukul 13.00 dan kemudian pekerjaan dilanjutkan
hingga pukul 17.00.
3) Waktu kerja lembur adalah pelaksanaan pekerjaan di luar waktu kerja
biasa. Lembur dilakukan setelah pukul 19.00 WIB dan berhenti pada
pukul 22.00.

45
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Kerja Praktek


4.1.1 Pelaksanaan
Pelaksanaan kerja praktek meliputi pekerjaan struktur balok lantai 2.
Dalam melakukan pengamatan, penulis mengamati tahap-tahap proses
pekerjaan struktur balok, mulai dari tahapan persiapan sampai dengan
pemeliharaan pekerjaan tersebut.

4.1.2 Uraian Pengamatan Pekerjaan


Pengamatan pekerjaan pada pembangunan Gedung Rumah Susun
BPKP Provinsi Nusa Tenggara Timur ini menyangkup beberapa jenis
tahapan pekerjaan yang disesuaikan menurut klasifikasi jenis pekerjaan
yang dilakukan selama masa praktek, yaitu:
1. Pekerjaan Pemasangan Perancah
2. Pekerjaan Bekisting
3. Pekerjaan Pembesian
4. Pekerjaan Pengecoran
5. Pekerjaan Perawatan Beton
6. Pekerjaan Pembongakaran Bekisting
Pada Kerja Praktek ini, pengamatan hanya fokus pada pelaksanaan
pekerjaan struktur Balok pada lantai 2 saja.

4.2 Pekerjaan Balok Beton Bertulang


Balok merupakan struktur bangunan terbuat dari bahan beton yang
letaknya datar sebagai elemen horisontal. Balok menahan beban vertikal
seperti berat sendiri balok, berat pelat lantai, berat dinding dan beban hidup,
selain itu juga mendukung beban horizontal berupa beban gempa dan
tekanan angin, kemudian menyalurkan beban-beban tersebut ke kolom,
selanjutnya, menyalurkannya ke pondasi.

46
Ada 3 tipe balok yang digunakan pada pekerjaan Pembangunan
Gedung Rumah Susun BPKP Provinsi NTT ini, yang mana setiap tipenya
memiliki spesifikasi yang berbeda-beda yaitu: G1(lantai 2 dan 3), G2 (Dak
atap), dan G3 (Ring Beam).
Tabel 4.1 Tipe Balok
Tabel Balok
Tipe Dimensi
G1 250X500 mm
G2 350X500 mm
G3 250X400 mm
(Sumber: PT. Karuniaguna Intisemesta)

Akan tetapi dalam hal ini penulis hanya meninjau pelaksanaan pekerjaan
balok pada lantai 2 saja yaitu balok G1.
Perencanaan balok lantai 2/balok G1 pada proyek ini memliliki 8 tipe,
yaitu Balok G1.1, G1.2, G1.3, G1.4, G1.5, G1.6, G1.7 dan B1.1. Masing-
masing tipe mempunyai ukuran dimensi, jumlah tulangan serta diameter
tulangan yang berbeda. Tipe tersebut berkaitan dengan fungsi ruangan di
atas balok tersebut, dikarenakan fungsi ruangan akan mempengaruhi beban
yang akan disalurkan pada balok.
Rencana Penempatan Balok Lantai

Gambar 4.1 Denah Rencana Penempatan balok lantai 2


(Sumber: PT. Karuniaguna Intisemesta)

47
4.2.1 Spesifikasi Balok pada Lantai 2
1. Balok G1.1 (250 X 500) mm
Pembesian : Tulangan Atas D16, Tulangan Bawah D16,
sengkang D10, Tulangan Puntir D10.
Lapis Lindung : Beton
Tebal Lapis lindung : 40 mm
Tinggi : 500 mm
Panjang : 4,25m X (26 titik balok) =110m
Lebar : 250 mm
Mutu Beton : K- 300
4 D16
2 D16

D10 -100 D10 - 200


500

500

4 D10 4 D10

2 D16 2 D16

250 250
TUMPUAN LAPANGAN
Gambar 4.2 Detail Balok G1.1
(Sumber: PT. Karuniaguna Intisemesta)

1,06 m 1,06 m
T. Tumpuan 2,12 m T. Tumpuan
T. Lapangan

4,25 m
Bentangan Balok

Gambar 4.3 Pembatasan daerah pemasangan tulangan Balok G1.1


(Sumber: PT. Karuniaguna Intisemesta)

48
2. Balok G1.2 (250 X 500) mm
Pembesian : Tulangan Atas D16, Tulangan Bawah
D16, Sengkang D10
Lapis Lindung : Beton
Tebal Lapis lindung : 40 mm
Tinggi : 500 mm
Panjang : 3m X (6 titik balok) = 18m
Lebar : 250 mm
Mutu Beton : K- 300

4 D16 2 D16

D10 - 200
D10 -100 500
500

2 D16 3 D16

250
250
TUMPUAN LAPANGAN
Gambar 4.4 Detail Balok G1.2
(Sumber: PT. Karuniaguna Intisemesta)

0,75 m 0,75 m
T. Tumpuan 1,50 m T. Tumpuan
T. Lapangan

3m
Bentangan Balok

Gambar 4.5 Pembatasan daerah pemasangan tulangan Balok G1.2


(Sumber: PT. Karuniaguna Intisemesta

49
3. Balok G1.3 (250 X 500) mm
Pembesian : Tulangan Atas D16, Tulangan Bawah
D16, Sengkang D10
Lapis Lindung : Beton
Tebal Lapis lindung : 40 mm
Tinggi : 500 mm
Panjang : 2,3m X (12 titik balok) =27,6m
Lebar : 250 mm
Mutu Beton : K- 300

3 D16

D10 -100
500

2 D16

250

SEMUA
Gambar 4.6 Detail Balok G1.3
(Sumber: PT. Karuniaguna Intisemesta)

4. Balok G1.4 (250 x 500) mm


Pembesian : Tulangan atasD 16, Tulangan bawah
D16, sengkang D10
Lapis Lindung : Beton
Tebal Lapis lindung : 40 mm
Tinggi : 500 mm
Panjang : 4,25m X (20 titik balok) =85m
Lebar : 250 mm
Mutu Beton : K- 300

50
3 D16 2 D16

D10 -100 D10 - 200

500

500
2 D16 3 D16
250 250

TUMPUAN LAPANGAN
Gambar 4.7 Detail Balok G1.4
(Sumber: PT. Karuniaguna Intisemesta)

1,06 m
1,06 m 1,06 m
T. Tumpuan 2,12 m T. Tumpuan
T. Tumpuan 2,12 m T. Tumpuan
T. Lapangan

4,25 mm
4,25
Bentangan Balok

Gambar 4.8 Pembatasan daerah pemasangan tulangan Balok G1.4


(Sumber: PT. Karuniaguna Intisemesta)

5. Balok G1.5 (250 x 500) mm


Pembesian : Tulangan atas D16, Tulangan bawah D16,
sengkang D10
Lapis Lindung : Beton
Tebal Lapis lindung : 40 mm
Tinggi : 500 mm
Panjang : 6,3m X (24 titik balok) = 151,2m
Lebar : 250 mm
Mutu Beton : K- 300

51
5 D16
3 D16

D10 - 100 D10 - 200


3 D16
5 D16

TUMPUAN LAPANGAN
Gambar 4.9 Detail Balok G1.5
(Sumber: PT. Karuniaguna Intisemesta)

1,57 m 1,57 m
T. Tumpuan 3,16 m T. Tumpuan
T. Lapangan

6,30 m
Bentangan Balok
Gambar 4.10 Pembatasan daerah pemasangan tulangan Balok G1.5
(Sumber: PT. Karuniaguna Intisemesta)

6. Balok G1.6 (250 x 500) mm


Pembesian : Tulangan atasD16, Tulangan bawah D16,
sengkang D10
Lapis Lindung : Beton
Tebal Lapis lindung : 40 mm
Tinggi : 500 mm
Panjang : 2,3m X (4 titik balok) =9,2m
Lebar : 250 mm
Mutu Beton : K- 300

52
3 D16

D10 - 100
3 D16

SEMUA
Gambar 4.11 Detail Balok G1.6
(Sumber: PT. Karuniaguna Intisemesta)

7. Balok G1.7 (250 x 500) mm


Pembesian : Tulangan atas D16, Tulangan bawah D16,
sengkang D10 dan Tulangan pinggang D10
Lapis Lindung : Beton.
Tebal Lapis lindung : 40 mm.
Tinggi : 500 mm.
Panjang : 6,3m X (4 titik balok) = 13,2m.
Lebar : 250 mm.
Mutu Beton : K- 300.

5 D16 2 D16

D10 -100
500

500

4 D10 4 D10

4 D16 4 D16
250
250

TUMPUAN LAPANGAN
Gambar 4.12 Detail Balok G1.7
(Sumber: PT. Karuniaguna Intisemesta)

53
1,57 m 1,57 m
T. Tumpuan 3,16 m
T. Tumpuan
T. Lapangan

6,30 m
Bentangan Balok
Gambar 4.13 Pembatasan daerah pemasangan tulangan Balok G1.7
(Sumber: PT. Karuniaguna Intisemesta)

8. Balok B1.1 (250 x 500) mm


Pembesian : Tulangan atas D16, Tulangan bawah D16,
dan sengkang D10.
Lapis Lindung : Beton
Tebal Lapis lindung : 40 mm
Tinggi : 500 mm
Panjang : 3m X (3 titik balok) = 9m
Lebar : 250 mm
Mutu Beton : K- 300

2 D16
D10 - 200

5 D16

SEMUA
Gambar 4.14 Detail Balok B1.1
(Sumber: PT. Karuniaguna Intisemesta)

54
4.2.2 Perhitungan Kapasitas Balok
Balok yang digunakan pada proyek ini meliki 8 tipe balok dengan
Masing-masing tipe mempunyai ukuran dimensi, jumlah tulangan serta
diameter tulangan yang berbeda.
Berikut adalah perhitungan kapasitas dari tiap-tiap balok:
1. Balok G1.1

ts = 40
As’
4 D16
500

442

As
2 D16
58 ts= 40

250
Gambar 4.15 Penampang Balok G1.1
(Sumber: PT. Karuniaguna Intisemesta)

Data perencanaan:
- fc' = 24 Mpa
- fy = 400 Mpa
- Dimensi balok = 250/500
- Tulangan utama = D16
- Tulangan sengkang = D10
Luas tulangan (1 tulangan)
As = 1/4 x π x (D2)
= 1/4 x π x (16mm)2
= 201 mm2
𝑙1= ts + Øsengkang + 1/2 D֥
= 40mm + 10mm + (1/2 x 16mm)
= 58mm
Titik berat tulangan tarik 1 lapis :

55
(𝑛𝑙𝑎𝑝𝑖𝑠 1 x 𝐴𝑠 x 𝑙1 )
y= (𝑛𝑙𝑎𝑝𝑖𝑠 1 𝑥 𝐴𝑠)

(2 x 201 x 58)
y= (2 𝑥 201)

y = 58,01mm
Sehingga tinggi efektif balok:
d=h-y
d = 500 – 58,01 = 441,99mm
Luas tulangan tekan dan tarik:
40
As'
4 D16 As’ = (1/4 x π x (D)2) x n
As’ = ¼ x 3,14 x (16mm)2 x 4 tul.
500

442
As’ = 804mm2
As As′ 804𝑚𝑚2
2 D16 ρ' = b x d = 250mm x 442mm
58 40
ρ' = 0,00727
250 As = (1/4 x π x (D)2) x n
As = ¼ x 3,14 x (16mm)2 x 2 tul.
As = 402
As 402𝑚𝑚2
ρ = b x d = 250mm x 442mm

ρ = 0,00363

Periksa tulangan tekan sudah leleh atau belum leleh?


𝒇𝒄′ 𝒅′ 𝟔𝟎𝟎
(ρ - ρ') ≥ 0,85β1 ( 𝒇𝒚 ) ( 𝒅 ) (𝟔𝟎𝟎−𝒇𝒚)

Maka:
25𝑀𝑝𝑎 58𝑚𝑚 600
(0,00363 - 0,00727) ≥ 0,85(0,85) (400𝑀𝑝𝑎) (442𝑚𝑚) (600−400)

(-0,003637285) > 0,017776442 (tulangan tekan belum leleh)

fs' = Es x εs’
𝒄−𝒅′ 𝒄−𝒅′
= 200.000 x 0,003( ) = 600 x ( )
𝒄 𝒄

Analisa gaya dalam Cc, Cs, dan T.


T = As x fy = 402 mm2 x 400Mpa = 160.768 N
Cc = 0.85 x fc’ x a x b <-> a = β1 x c, maka:
= 0.85 x fc’ x β1 x c x b

56
= 0,85 x 25 Mpa x 0,85 x c x 250mm = 4515,625 c
Cs = AS' x fs'
𝑐−58 𝑐−58
= 804 x 500 x ( ) = 401.920 ( )
𝑐 𝑐

T = Cc + Cs
𝑐−58
160.768 = 4515,625 c + 401.920 ( )
𝑐

jabarkan untuk mendapat nilai c


𝑐−58
160.768 = 4515,625 c + 401.920 ( )
𝑐
401.920 𝑐−23.311.360
160.768 = 4515,625 c + ( )
𝑐
23.311.360
160.768 = 4515,625 c + 401.920 - ( )
𝑐
23.311.360
160.768 - 401.920 = 4.515,63 c - ( 𝑐
)
23.311.360
-241.152 = 4515,625 c - ( )
𝑐
23.311.360
-241.152 = 4515,625 c2 - ( )
𝑐

4.515,63 c2 - 241.152 c - 23.311.360 = 0 <-> 4.515,63


c2 - 53,40 c - 5.162,38 = 0
Persamaan kuadarat diselesaikan dengan rumus:
−(53,40)±√(−54,40)2 −4(1)(−5.162,38)
c= 2(1)

53,40±√2.852 + 20.650
c= 2
53,40±153,30
c= 2
53,40+153,30
c= = 103,35mm Nilai c
2
53,40−153,30
c= = -49,95mm
2

Hitung nilai fs’, Cc, Cs:

fs' = Es x εs’
𝑐−𝑑′ 103,35𝑚𝑚−58𝑚𝑚
= 200.000 x 0,003( ) = 600 x ( )
𝑐 103,35𝑚𝑚

= 263,27 Mpa, fy = 400 Mpa

57
Cc = 4515,625 c
= 4515,625 (103,35mm) = 466.703 N
𝑐−58
Cs = 401.920 ( )
𝑐
103,35𝑚𝑚 − 58𝑚𝑚
= 401.920 ( ) = 176.368,95 N
103,35𝑚𝑚

Hitung nilai balok tegangan tekan ɑ:


ɑ = β1 x c
ɑ = 0,85 x 103,35 = 87,8 mm
ɑ
Hitung Mn1 = Cc x (𝑑 − 2)
87,8MM
= 466.703 N x (439,39𝑀𝑀 − )
2

= 184.565.154,49 N.mm
Hitung Mn2 = Cs x (d – d’)
= 176.368,95 N x (439,39 mm – 58 mm)
= 67.265.518,36 N.mm
Hitung Mn = Mn1 + Mn2
= 184.565.154,49 N.mm + 67.265.518,36 N.mm
= 251.830.672,85 N.mm = 251,83 kN.mm
Hitung Mu = Mn x ϕ = 251,83 kN.mm x 0,90
= 226,64 kN.m
Untuk balok G1.1 menghasilkan kapasitas momen sebesar
Mu = 226,64 kN.m. dengan arti lain bahwa penampang mampu
menahan beban hingga Mu = 226,64 kN.m.

58
2. Balok G1.2

40
As'
4 D16

442
500 As
2 D16

58

40
250
Gambar 4.16 Penampang Balok G1.2
(Sumber: PT. Karuniaguna Intisemesta)

Data perencanaan:
- fc' = 24 Mpa
- fy = 400 Mpa
- Dimensi balok = 250/500
- Tulangan utama = D16
- Tulangan sengkang = D10
Luas tulangan (1 tulangan)
As = 1/4 x π x (D2)
= 1/4 x π x (16mm)2
= 201 mm2
𝑙1= ts + Øsengkang + 1/2 D֥
= 40mm + 10mm + (1/2 x 16mm)
= 58mm
Titik berat tulangan tarik 1 lapis:
(𝑛𝑙𝑎𝑝𝑖𝑠 1 x 𝐴𝑠 x 𝑙1 )
y= (𝑛𝑙𝑎𝑝𝑖𝑠 1 𝑥 𝐴𝑠)

(2 x 210 x 58)
y= (2 𝑥 201)

y = 60,61
Sehingga tinggi efektif balok:
d=h-y

59
d = 500 – 60,61 = 439,3mm
Luas tulangan tekan dan tarik:

40
As'
4 D16 As’ = (1/4 x π x (D)2) x n
As’ = ¼ x 3,14 x (16mm)2 x 4 tul.

442
500

As’ = 804mm2
As As′ 804𝑚𝑚2
2 D16 ρ' = b x d = 250mm x 442mm
58

40
ρ' = 0,00727
250 As = (1/4 x π x (D)2) x n
As = ¼ x 3,14 x (16mm)2 x 2 tul.
As = 402

As 402𝑚𝑚2
ρ = b x d = 250mm x 442mm

ρ = 0,00363
Periksa tulangan tekan sudah leleh atau belum leleh?
𝒇𝒄′ 𝒅′ 𝟔𝟎𝟎
(ρ - ρ') ≥ 0,85β1 ( 𝒇𝒚 ) ( 𝒅 ) (𝟔𝟎𝟎−𝒇𝒚)

Maka:
25𝑀𝑝𝑎 58𝑚𝑚 600
(0,00363 - 0,00727) ≥ 0,85(0,85) (400𝑀𝑝𝑎) (442𝑚𝑚) (600−400)

(-0,003637285) > 0,017776442 (tulangan tekan belum leleh)

fs' = Es x εs’
𝒄−𝒅′ 𝒄−𝒅′
= 200.000 x 0,003( ) = 600 x ( )
𝒄 𝒄

Analisa gaya dalam Cc, Cs, dan T.


T = As x fy = 402 mm2 x 400Mpa = 160.768 N
Cc = 0.85 x fc’ x a x b <-> a = β1 x c, maka:
= 0.85 x fc’ x β1 x c x b
= 0,85 x 25 Mpa x 0,85 x c x 250mm = 4515,625 c
Cs = AS' x fs'
𝑐−58 𝑐−58
= 804 x 500 x ( ) = 401.920 ( )
𝑐 𝑐

T = Cc + Cs
𝑐−58
160.768 = 4515,625 c + 401.920 ( 𝑐
)

60
jabarkan untuk mendapat nilai c
𝑐−58
160.768 = 4515,625 c + 401.920 ( )
𝑐
401.920 𝑐−23.311.360
160.768 = 4515,625 c + ( )
𝑐
23.311.360
160.768 = 4515,625 c + 401.920 - ( )
𝑐
23.311.360
160.768 - 401.920 = 4.515,63 c - ( )
𝑐
23.311.360
-241.152 = 4515,625 c - ( )
𝑐
23.311.360
-241.152 = 4515,625 c2 - ( )
𝑐

4.515,63 c2 - 241.152 c - 23.311.360 = 0 <-> 4.515,63


c2 - 53,40 c - 5.162,38 = 0
Persamaan kuadarat diselesaikan dengan rumus:
−(53,40)±√(−54,40)2 −4(1)(−5.162,38)
c= 2(1)

53,40±√2.852 + 20.650
c= 2
53,40±153,30
c= 2
53,40+153,30
c= = 103,35mm Nilai c
2
53,40−153,30
c= = -49,95mm
2

Hitung nilai fs’, Cc, Cs:

fs' = Es x εs’
𝑐−𝑑′ 103,35𝑚𝑚−58𝑚𝑚
= 200.000 x 0,003( ) = 600 x ( )
𝑐 103,35𝑚𝑚

= 263,27 Mpa fy = 400 Mpa


Cc = 4515,625 c
= 4515,625 (103,35mm) = 466.703 N
𝑐−58
Cs = 401.920 ( )
𝑐
103,35𝑚𝑚 − 58𝑚𝑚
= 401.920 ( ) = 176.368,95 N
103,35𝑚𝑚

Hitung nilai balok tegangan tekan ɑ:


ɑ = β1 x c
ɑ = 0,85 x 103,35 = 87,8 mm

61
ɑ
Hitung Mn1 = Cc x (𝑑 − 2)
87,8MM
= 466.703 N x (439,39𝑀𝑀 − )
2

= 184.565.154,49 N.mm
Hitung Mn2 = Cs x (d – d’)
= 176.368,95 N x (439,39 mm – 58 mm)
= 67.265.518,36 N.mm
Hitung Mn = Mn1 + Mn2
= 184.565.154,49 N.mm + 67.265.518,36 N.mm
= 251.830.672,85 N.mm = 251,83 kN.mm

Hitung Mu = Mn x ϕ = 251,83 kN.mm x 0,90


= 226,64 kN.m
Untuk balok G1.2 menghasilkan kapasitas momen sebesar
Mu = 226,64 kN.m. dengan arti lain bahwa penampang mampu
menahan beban hingga Mu = 226,64 kN.m.

3. Balok G1.3
40

As'
3 D16
442
500

As
2 D16
58

40

250
Gambar 4.17 Penampang Balok G1.3
(Sumber : PT. Karuniaguna Intisemesta)

Data perencanaan :
- fc' = 24 Mpa
- fy = 400 Mpa
- Dimensi balok = 250/500
- Tulangan utama = D16
- Tulangan sengkang = D10

62
Luas tulangan (1 tulangan)
As = 1/4 x π x (D2)
= 1/4 x π x (16mm)2
= 201 mm2
𝑙1= ts + Øsengkang + 1/2 D֥
= 40mm + 10mm + (1/2 x 16mm)
= 58mm
Titik berat tulangan tarik 1 lapis :
(𝑛𝑙𝑎𝑝𝑖𝑠 1 x 𝐴𝑠 x 𝑙1 )
y= (𝑛𝑙𝑎𝑝𝑖𝑠 1 𝑥 𝐴𝑠)

(2 x 210 x 58)
y= (2 𝑥 201)

y = 60,61
Sehingga tinggi efektif balok :
d=h-y
d = 500 – 60,61 = 439,3mm
Luas tulangan tekan dan tarik :
40

As'
3 D16
As’ = (1/4 x π x (D)2) x n
As’ = ¼ x 3,14 x (16mm)2 x 3 tul.
442
500

As’ = 603mm2
As As′ 804𝑚𝑚2
2 D16 ρ' = b x d = 250mm x 442mm
58

40

ρ' = 0,00548
250 As = (1/4 x π x (D)2) x n
As = ¼ x 3,14 x (16mm)2 x 3 tul.
As = 402
As 402𝑚𝑚2
ρ = b x d = 250mm x 442mm

ρ = 0,00363
Periksa tulangan tekan sudah leleh atau belum leleh?
𝒇𝒄′ 𝒅′ 𝟔𝟎𝟎
(ρ - ρ') ≥ 0,85β1 ( 𝒇𝒚 ) ( 𝒅 ) (𝟔𝟎𝟎−𝒇𝒚)

Maka :
25𝑀𝑝𝑎 58𝑚𝑚 600
(0,00363 - 0,00548) ≥ 0,85(0,85) (400𝑀𝑝𝑎) (442𝑚𝑚) (600−400)

(-0,00182) > 0,01777 (tulangan tekan belum leleh)


63
fs' = Es x εs’
𝒄−𝒅′ 𝒄−𝒅′
= 200.000 x 0,003( ) = 600 x ( )
𝒄 𝒄

Analisa gaya dalam Cc, Cs, dan T.


T = As x fy = 402 mm2 x 400Mpa = 160.768 N
Cc = 0.85 x fc’ x a x b <-> a = β1 x c, maka :
= 0.85 x fc’ x β1 x c x b
= 0,85 x 25 Mpa x 0,85 x c x 250mm = 4515,625 c
Cs = AS' x fs'
𝑐−58 𝑐−58
= 804 x 500 x ( ) = 301.440 ( )
𝑐 𝑐

T = Cc + Cs
𝑐−58
160.768 = 4515,625 c + 301.440 ( )
𝑐

jabarkan untuk mendapat nilai c


𝑐−58
160.768 = 4515,625 c + 301.440 ( )
𝑐
301.440 𝑐−17.483,520
160.768 = 4515,625 c + ( )
𝑐
17.483,520
160.768 = 4515,625 c + 301.440 - ( )
𝑐
17.483,520
160.768 - 301.440 = 4.515,63 c - ( )
𝑐
17.483,520
-140.672 = 4515,625 c - ( )
𝑐
17.483,520
-140.672 = 4515,625 c2 - ( )
𝑐

4.515,63 c2 - 140.672 c - 23.311.360 = 0 <-> 4.515,63


c2 - 31,15c - 3.871,78 = 0
Persamaan kuadarat diselesaikan dengan rumus:
−(−31,15)±√(−31,15)2 −4(1)(−3.871,78)
c=
2(1)

31,15±√970 + 15.487
c= 2
31,15 ± 128,29
c= 2
31,15 + 128,29
c= = 79,72mm (Nilai c)
2
31,15 − 153,30
c= = -97,13mm
2

Hitung nilai fs’, Cc, Cs :


64
fs' = Es x εs’
𝑐−𝑑′ 79,77𝑚𝑚−58𝑚𝑚
= 200.000 x 0,003( ) = 600 x ( )
𝑐 79,77𝑚𝑚

= 163,47 Mpa < fy = 400 Mpa


Cc = 4515,625 c
= 4515,625 (79,77mm) = 359.984 N
𝑐−58
Cs = 301.440 ( )
𝑐
79,77𝑚𝑚 − 58𝑚𝑚
= 301.440 ( ) = 82.127,64 N
79,77𝑚𝑚

Hitung nilai balok tegangan tekan ɑ:


ɑ = β1 x c
ɑ = 0,85 x 79,77 = 67,7 mm
ɑ
Hitung Mn1 = Cc x (𝑑 − 2)
67,7 mm
= 4515,625 N x (439,39𝑀𝑀 − )
2

= 145.977.273,45 N.mm
Hitung Mn2 = Cs x (d – d’)
= 82.127,64 N x (439,39 mm – 58 mm)
= 31.322.736,18 N.mm
Hitung Mn = Mn1 + Mn2
= 145.977.273,45 N.mm + 31.322.736,18 N.mm
= 177.300.009,63 N.mm = 117,30 kN.mm
Hitung Mu = Mn x ϕ = 117,30 kN.mm x 0,90
= 105,57 kN.m
Untuk balok G1.3 menghasilkan kapasitas momen sebesar
Mu = 105,57 kN.m. dengan arti lain bahwa penampang mampu
menahan beban hingga Mu = 105,57 kN.m.

65
4. Balok G1.4

40
As'
3 D16

442
500 As
2 D16

58

40
250

Gambar 4.18 Penampang Balok G1.4


(Sumber: PT. Karuniaguna Intisemesta)

Data perencanaan:
- fc' = 24 Mpa
- fy = 400 Mpa
- Dimensi balok = 250/500
- Tulangan utama = D16
- Tulangan sengkang = D10
Luas tulangan (1 tulangan)
As = 1/4 x π x (D2)
= 1/4 x π x (16mm)2
= 201 mm2
𝑙1= ts + Øsengkang + 1/2 D֥
= 40mm + 10mm + (1/2 x 16mm)
= 58mm
Titik berat tulangan tarik 1 lapis :
(𝑛𝑙𝑎𝑝𝑖𝑠 1 x 𝐴𝑠 x 𝑙1 )
y=
(𝑛𝑙𝑎𝑝𝑖𝑠 1 𝑥 𝐴𝑠)

(2 x 210 x 58)
y= (2 𝑥 201)

y = 60,61
Sehingga tinggi efektif balok :
d=h-y
d = 500 – 60,61 = 439,3mm

66
Luas tulangan tekan dan tarik :

40
As'
3 D16
As’ = (1/4 x π x (D)2) x n
As’ = ¼ x 3,14 x (16mm)2 x 3 tul.

442
500
As’ = 603mm2
As As′ 804𝑚𝑚2
2 D16 ρ' = b x d = 250mm x 442mm
58

40
ρ' = 0,00548
250 As = (1/4 x π x (D)2) x n
As = ¼ x 3,14 x (16mm)2 x 2 tul.
As = 402
As 402𝑚𝑚2
ρ = b x d = 250mm x 442mm

ρ = 0,00363
Periksa tulangan tekan sudah leleh atau belum leleh?
𝒇𝒄′ 𝒅′ 𝟔𝟎𝟎
(ρ - ρ') ≥ 0,85β1 ( 𝒇𝒚 ) ( 𝒅 ) (𝟔𝟎𝟎−𝒇𝒚)

Maka :
25𝑀𝑝𝑎 58𝑚𝑚 600
(0,00363 - 0,00548) ≥ 0,85(0,85) (400𝑀𝑝𝑎) (442𝑚𝑚) (600−400)

(-0,00182) > 0,01777 (tulangan tekan belum leleh)

fs' = Es x εs’
𝒄−𝒅′ 𝒄−𝒅′
= 200.000 x 0,003( ) = 600 x ( )
𝒄 𝒄

Analisa gaya dalam Cc, Cs, dan T.


T = As x fy = 402 mm2 x 400Mpa = 160.768 N
Cc = 0.85 x fc’ x a x b <-> a = β1 x c, maka :
= 0.85 x fc’ x β1 x c x b
= 0,85 x 25 Mpa x 0,85 x c x 250mm = 4515,625 c
Cs = AS' x fs'
𝑐−58 𝑐−58
= 804 x 500 x ( ) = 301.440 ( )
𝑐 𝑐

T = Cc + Cs
𝑐−58
160.768 = 4515,625 c + 301.440 ( )
𝑐

jabarkan untuk mendapat nilai c


𝑐−58
160.768 = 4515,625 c + 301.440 ( )
𝑐

67
301.440 𝑐−17.483,520
160.768 = 4515,625 c + ( )
𝑐
17.483,520
160.768 = 4515,625 c + 301.440 - ( )
𝑐
17.483,520
160.768 - 301.440 = 4.515,63 c - ( )
𝑐
17.483,520
-140.672 = 4515,625 c - ( )
𝑐
17.483,520
-140.672 = 4515,625 c2 - ( )
𝑐

4.515,63 c2 - 140.672 c - 23.311.360 = 0 <-> 4.515,63


c2 - 31,15c - 3.871,78 = 0
Persamaan kuadarat diselesaikan dengan rumus:
−(−31,15)±√(−31,15)2 −4(1)(−3.871,78)
c= 2(1)

31,15±√970 + 15.487
c= 2
31,15 ± 128,29
c= 2
31,15 + 128,29
c= = 79,72mm (Nilai c)
2
31,15 − 153,30
c= = -97,13mm
2

Hitung nilai fs’, Cc, Cs:

fs' = Es x εs’
𝑐−𝑑′ 79,77𝑚𝑚−58𝑚𝑚
= 200.000 x 0,003( ) = 600 x ( )
𝑐 79,77𝑚𝑚

= 163,47 Mpa < fy = 400 Mpa


Cc = 4515,625 c
= 4515,625 (79,77mm) = 359.984 N
𝑐−58
Cs = 301.440 ( )
𝑐
79,77𝑚𝑚 − 58𝑚𝑚
= 301.440 ( ) = 82.127,64 N
79,77𝑚𝑚

Hitung nilai balok tegangan tekan ɑ:


ɑ = β1 x c
ɑ = 0,85 x 79,77 = 67,7 mm
ɑ
Hitung Mn1 = Cc x (𝑑 − 2)
67,7 mm
= 4515,625 N x (439,39𝑀𝑀 − 2
)

68
= 145.977.273,45 N.mm
Hitung Mn2 = Cs x (d – d’)
= 82.127,64 N x (439,39 mm – 58 mm)
= 31.322.736,18 N.mm
Hitung Mn = Mn1 + Mn2
= 145.977.273,45 N.mm + 31.322.736,18 N.mm
= 177.300.009,63 N.mm = 117,30 kN.mm
Hitung Mu = Mn x ϕ = 240,53 kN.mm x 0,90
= 216,477 kN.m
Untuk balok G1.4 menghasilkan kapasitas momen sebesar
Mu = 216,477 kN.m. dengan arti lain bahwa penampang mampu
menahan beban hingga Mu = 216,477 kN.m.

5. Balok G1.5
40

As'
5 D16
442
500

As
2 D16
58

40

250

Gambar 4.19 Penampang Balok G1.5


(Sumber : PT. Karuniaguna Intisemesta)

Data perencanaan :
- fc' = 24 Mpa
- fy = 400 Mpa
- Dimensi balok = 250/500
- Tulangan utama = D16
- Tulangan sengkang = D10
Luas tulangan (1 tulangan)
As = 1/4 x π x (D2)
= 1/4 x π x (16mm)2
69
= 201 mm2
𝑙1= ts + Øsengkang + 1/2 D֥
= 40mm + 10mm + (1/2 x 16mm)
= 58mm
Titik berat tulangan tarik 1 lapis :
(𝑛𝑙𝑎𝑝𝑖𝑠 1 x 𝐴𝑠 x 𝑙1 )
y= (𝑛𝑙𝑎𝑝𝑖𝑠 1 𝑥 𝐴𝑠)

(2 x 201 x 58)
y= (2 𝑥 201)

y = 58,01mm
Sehingga tinggi efektif balok :
d=h-y
d = 500 – 58,01 = 441,99mm
Luas tulangan tekan dan tarik :
40

As' As’ = (1/4 x π x (D)2) x n


5 D16
As’ = ¼ x 3,14 x (16mm)2 x 5 tul.
442
500

As’ = 1005mm2
As As′ 1005𝑚𝑚2
2 D16 ρ' = b x d = 250mm x 441mm
58

40

ρ' = 0,00548
250 As = (1/4 x π x (D)2) x n
As = ¼ x 3,14 x (16mm)2 x 2 tul.
As = 402mm2
As 402𝑚𝑚2
ρ = b x d = 250mm x 441mm

ρ = 0,00363
Periksa tulangan tekan sudah leleh atau belum leleh?
𝒇𝒄′ 𝒅′ 𝟔𝟎𝟎
(ρ - ρ') ≥ 0,85β1 ( )( ) ( )
𝒇𝒚 𝒅 𝟔𝟎𝟎−𝒇𝒚

Maka :
25𝑀𝑝𝑎 58𝑚𝑚 600
(0,00363-0,00909) ≥ 0,85(0,85) (400𝑀𝑝𝑎) (442𝑚𝑚) (600−400)

(-0,00545607) > 0,01777 (tulangan tekan belum leleh)

fs' = Es x εs’
𝒄−𝒅′ 𝒄−𝒅′
= 200.000 x 0,003( ) = 600 x ( )
𝒄 𝒄

70
Analisa gaya dalam Cc, Cs, dan T.
T = As x fy = 402 mm2 x 400Mpa = 160.768 N
Cc = 0.85 x fc’ x a x b <-> a = β1 x c, maka :
= 0.85 x fc’ x β1 x c x b
= 0,85 x 25 Mpa x 0,85 x c x 250mm = 4515,625 c
Cs = As' x fs'
𝑐−58 𝑐−58
= 1005 x 500 x ( ) = 502.400 ( )
𝑐 𝑐

T = Cc + Cs
𝑐−58
160.768 = 4515,625 c + 502.400 ( )
𝑐

jabarkan untuk mendapat nilai c


𝑐−58
160.768 = 4515,625 c + 502.400 ( )
𝑐
502.400 𝑐−29.139,200
160.768 = 4515,625 c + ( )
𝑐
29.139,200
160.768 = 4515,625 c + 502.400 - ( )
𝑐
29.139,200
160.768 - 502.400 = 4.515,63 c - ( )
𝑐
29.139,200
-341.632 = 4515,625 c - ( )
𝑐
29.139,200
-341.632 = 4515,625 c2 - ( )
𝑐

4.515,63 c2 - 140.672 c - 29.139.200 = 0 <-> 4.515,63


c2 - 31,15c - 6.452,97 = 0
Persamaan kuadarat diselesaikan dengan rumus :
−(−31,15)±√(−31,15)2 −4(1)(−6.452,97 )
c= 2(1)

31,15±√970 + 25.812
c= 2
31,15 ± 163,65
c= 2
31,15 + 163,65
c= = 97,40mm (Nilai c)
2
31,15 − 163,65
c= = -132,50mm
2

Hitung nilai fs’, Cc, Cs:

fs' = Es x εs’
𝑐−𝑑′ 97,40𝑚𝑚−58𝑚𝑚
= 200.000 x 0,003( ) = 600 x ( )
𝑐 97,40𝑚𝑚

71
= 242,72 Mpa < fy = 400 Mpa
Cc = 4515,625 c
= 4515,625 (97,40mm) = 439.834 N
𝑐−58
Cs = 502.400 ( )
𝑐
79,77𝑚𝑚 − 58𝑚𝑚
= 502.400 ( ) = 203.237,89 N
79,77𝑚𝑚

Hitung nilai balok tegangan tekan ɑ:


ɑ = β1 x c
ɑ = 0,85 x 97,40 = 82,8 mm
ɑ
Hitung Mn1 = Cc x (𝑑 − 2)
82,8 mm
= 439.834 N x (441,99𝑚𝑚 − )
2

= 176.194.159,26 N.mm
Hitung Mn2 = Cs x (d – d’)
= 203.237,89 N x (441,99mm – 58 mm)
= 78.041.003,67 N.mm
Hitung Mn = Mn1 + Mn2
= 176.194.159,26 N.mm + 78.041.003,67 N.mm
= 254.235.162,93 N.mm = 254,23 kN.mm
Hitung Mu = Mn x ϕ = 254,23 kN.mm x 0,90
= 228,80 kN.m
Untuk balok G1.5 menghasilkan kapasitas momen sebesar
Mu = 228,80 kN.m. dengan arti lain bahwa penampang mampu
menahan beban hingga Mu = 228,80 kN.m.

72
6. Balok G1.6

40
As'
3 D16

442
500
As
3 D16

58

40
250
Gambar 4.20 Penampang Balok G1.6
(Sumber : PT. Karuniaguna Intisemesta)

Data perencanaan :
- fc' = 24 Mpa
- fy = 400 Mpa
- Dimensi balok = 250/500
- Tulangan utama = D16
- Tulangan sengkang = D10
Luas tulangan (1 tulangan)
As = 1/4 x π x (D2)
= 1/4 x π x (16mm)2
= 201 mm2
𝑙1= ts + Øsengkang + 1/2 D֥
= 40mm + 10mm + (1/2 x 16mm)
= 58mm
Titik berat tulangan tarik 1 lapis :
(𝑛𝑙𝑎𝑝𝑖𝑠 1 x 𝐴𝑠 x 𝑙1 )
y= (𝑛𝑙𝑎𝑝𝑖𝑠 1 𝑥 𝐴𝑠)

(2 x 201 x 58)
y= (2 𝑥 201)

y = 87,02mm

73
Sehingga tinggi efektif balok:
d=h-y
d = 500 – 87,02 = 412,98mm
Luas tulangan tekan dan tarik:

40
As'
3 D16
As’ = (1/4 x π x (D)2) x n
As’ = ¼ x 3,14 x (16mm)2 x 3 tul.

442
500

As’ = 603 mm2


As As′ 603𝑚𝑚2
3 D16 ρ' = b x d = 250mm x 412,29mm
58

40
ρ' = 0,00583
250 As = (1/4 x π x (D)2) x n
As = ¼ x 3,14 x (16mm)2 x 3 tul.
As = 603mm2
As 603𝑚𝑚2
ρ = b x d = 250mm x 412,29mm

ρ = 0,00583
Periksa tulangan tekan sudah leleh atau belum leleh?
𝒇𝒄′ 𝒅′ 𝟔𝟎𝟎
( ρ - ρ') ≥ 0,85β1 ( 𝒇𝒚 ) ( 𝒅 ) (𝟔𝟎𝟎−𝒇𝒚)

Maka:
(0,00583 - 0,00583) ≥ 0,85(0,85)
25𝑀𝑝𝑎 58𝑚𝑚 600
(400𝑀𝑝𝑎) (412,29𝑚𝑚) (600−400)

(0) > 0,019025465 (tulangan tekan belum leleh)

fs' = Es x εs’
𝒄−𝒅′ 𝒄−𝒅′
= 200.000 x 0,003( ) = 600 x ( )
𝒄 𝒄

Analisa gaya dalam Cc, Cs, dan T.


T = As x fy = 603 mm2 x 400Mpa = 241.152 N
Cc = 0.85 x fc’ x a x b <-> a = β1 x c, maka:
= 0.85 x fc’ x β1 x c x b
= 0,85 x 25 Mpa x 0,85 x c x 250mm = 4515,625 c
Cs = As' x fs'
𝑐−58 𝑐−58
= 603 x 600 x ( ) = 361.728 ( )
𝑐 𝑐

74
T = Cc + Cs
𝑐−58
241.152 = 4515,625 c + 361.728 ( )
𝑐

jabarkan untuk mendapat nilai c


𝑐−58
241.152 = 4515,625 c + 361.728 ( )
𝑐
361.728 𝑐−20.980.224
241.152 = 4515,625 c + ( )
𝑐
20.980.224
241.152 = 4515,625 c + 361.728 - ( )
𝑐
20.980.224
241.152 - 361.728 = 4.515,63 c - ( )
𝑐
20.980.224
-341.632 = 4515,625 c - ( )
𝑐
20.980.224
-341.632 = 4515,625 c2 - ( )
𝑐

4.515,63 c2 - 120.576 c - 20.980.224 = 0 <-> 4.515,63


c2 - 26,70 c - 4.646,14 = 0
Persamaan kuadarat diselesaikan dengan rumus:
−(−26,70)±√(−26,70)2 −4(1)(−4.646,14 )
c= 2(1)

26,70±√ 713 + 18.585


c=
2
26,70 ± 138,92
c= 2
26,70 +138,92
c= = 82,81mm (Nilai c)
2
26,70 − 138,92
c= = -112,21mm
2

Hitung nilai fs’, Cc, Cs:

fs' = Es x εs’
𝑐−𝑑′ 82,81𝑚𝑚−58𝑚𝑚
= 200.000 x 0,003( ) = 600 x ( )
𝑐 82,81𝑚𝑚

= 179,75 Mpa < fy = 400 Mpa


Cc = 4515,625 c
= 4515,625 (82,81mm) = 373.933 N
𝑐−58
Cs = 361.728 ( )
𝑐
82,81𝑚𝑚 − 58𝑚𝑚
= 361.728 ( ) = 108.370,55 N
82,81𝑚𝑚

75
Hitung nilai balok tegangan tekan ɑ :
ɑ = β1 x c
ɑ = 0,85 x 82,81 = 70,39 mm
ɑ
Hitung Mn1 = Cc x (𝑑 − 2)
70,39mm
= 373.933 N x (412,98𝑚𝑚 − )
2

= 141.267.923,45 N.mm
Hitung Mn2 = Cs x (d – d’)
= 108.370,55 N x (412,98mm – 58 mm)
= 38.469.669,38 N.mm
Hitung Mn = Mn1 + Mn2
= 141.267.923,45 N.mm + 38.469.669,38 N.mm
= 179.737.592,83 N.mm = 179,73 kN.mm
Hitung Mu = Mn x ϕ = 179,73 kN.mm x 0,90
= 161,757 kN.m
Untuk balok G1.6 menghasilkan kapasitas momen sebesar
Mu = 161,757 kN.m. dengan arti lain bahwa penampang mampu
menahan beban hingga Mu = 161,757 kN.m.

7. Balok G1.7
40

As'
5 D16
394
500

442

As
4 D16
106
58

58
40

250
Gambar 4.21 Penampang Balok G1.7
(Sumber: PT. Karuniaguna Intisemesta)

76
Data perencanaan:
- fc' = 24 Mpa
- fy = 400 Mpa
- Dimensi balok = 250/500
- Tulangan utama = D16
- Tulangan sengkang = D10
Luas tulangan (1 tulangan)
As = 1/4 x π x (D2)
= 1/4 x π x (16mm)2
= 201 mm2
𝑙1= ts + Øsengkang + 1/2 D֥
= 40mm + 10mm + (1/2 x 16mm)
= 58mm
𝑙2 = ts + Øsengkang + D, + 40 + ½ D,
= 40mm + 10mm + 16mm + 40mm + (1/2 x 16mm)
= 106mm
Titik berat tulangan tarik 2 lapis:
(𝑛𝑙𝑎𝑝𝑖𝑠 1 x 𝐴𝑠 x 𝑙1 ) (𝑛𝑙𝑎𝑝𝑖𝑠 2 x 𝐴𝑠 x 𝑙2 )
y= + y=
(𝑛𝑙𝑎𝑝𝑖𝑠 1 𝑥 𝐴𝑠) (𝑛𝑙𝑎𝑝𝑖𝑠 2 𝑥 𝐴𝑠)

(2 x 201 x 58) (2 x 201 x 106)


y= + y=
(2 𝑥 201) (2 𝑥 201)

y = 58,01 mm
Sehingga tinggi efektif balok:
d=h-y
d = 500 – 58,01 = 441,99 mm
Luas tulangan tekan dan tarik:
40

As'
5 D16
As’ = (1/4 x π x (D)2) x n
As’ = ¼ x 3,14 x (16mm)2 x 5 tul.
394
500

442

As’ = 1005 mm2


As
As′ 1005𝑚𝑚2
4 D16
ρ' = b x d = 250mm x 441,99mm
106
58

58
40

ρ' = 0,00909
250
As = (1/4 x π x (D)2) x n
As = ¼ x 3,14 x (16mm)2 x 4 tul.

77
As = 804 mm2
As 804𝑚𝑚2
ρ = b x d = 250mm x 441,99mm

ρ = 0,00727

Periksa tulangan tekan sudah leleh atau belum leleh?


𝒇𝒄′ 𝒅′ 𝟔𝟎𝟎
(ρ - ρ') ≥ 0,85β1 ( 𝒇𝒚 ) ( 𝒅 ) (𝟔𝟎𝟎−𝒇𝒚)

Maka:
(0,00727 - 0,00909) ≥ 0,85(0,85)
25𝑀𝑝𝑎 58𝑚𝑚 600
(400𝑀𝑝𝑎) (441,99 𝑚𝑚) (600−400)

(-0,00181869) > 0,017776907 (tulangan tekan belum leleh)

fs' = Es x εs’
𝒄−𝒅′ 𝒄−𝒅′
= 200.000 x 0,003( ) = 600 x ( )
𝒄 𝒄

Analisa gaya dalam Cc, Cs, dan T.


T = As x fy = 804 mm2 x 400Mpa = 321.536 N
Cc = 0.85 x fc’ x a x b <-> a = β1 x c, maka:
= 0.85 x fc’ x β1 x c x b
= 0,85 x 25 Mpa x 0,85 x c x 250mm = 4515,625 c
Cs = As' x fs'
𝑐−58 𝑐−58
= 1005 x 600 x ( ) = 602.880 ( )
𝑐 𝑐

T = Cc + Cs
𝑐−58
321.536 = 4515,625 c + 602.880 ( )
𝑐

jabarkan untuk mendapat nilai c


𝑐−58
321.536 = 4515,625 c + 602.880 ( )
𝑐
602.880 𝑐− 34.967.040
321.536 = 4515,625 c + ( )
𝑐
34.967.040
321.536 = 4515,625 c + 602.880 - ( )
𝑐
34.967.040
321.536 - 602.880 = 4.515,63 c - ( )
𝑐
34.967.040
-281.344 = 4515,625 c - ( )
𝑐

78
34.967.040
-281.344 = 4515,625 c2 - ( )
𝑐

4.515,63 c2 - 120.576 c - 20.980.224 = 0 <-> 4.515,63


c2 - 62,30 c - 7.743,57 = 0

Persamaan kuadarat diselesaikan dengan rumus:


−(−62,30 )±√(−62,30 )2 −4(1)(−7.743,57 )
c= 2(1)

62,30 ±√ 3.882 + 30.974


c= 2
62,30 ± 186,70
c= 2
62,30 + 186,70
c= = 124,50mm (Nilai c)
2
62,30 −186,70
c= = -124,39mm
2

Hitung nilai fs’, Cc, Cs:

fs' = Es x εs’
𝑐−𝑑′ 124,50𝑚𝑚−58𝑚𝑚
= 200.000 x 0,003( ) = 600 x ( )
𝑐 124,50𝑚𝑚

= 320,48 Mpa < fy = 400 Mpa


Cc = 4515,625 c
= 4515,625 (124,50 mm) = 562.201 N
𝑐−58
Cs = 602.880 ( )
𝑐
124,50𝑚𝑚 − 58𝑚𝑚
= 602.880 ( ) = 322.023,05 N
124,50𝑚𝑚

Hitung nilai balok tegangan tekan ɑ:


ɑ = β1 x c
ɑ = 0,85 x 124,50 = 105,83 mm
ɑ
Hitung Mn1 = Cc x (𝑑 − 2)
105,83mm
= 562.201 N x (441,99𝑚𝑚 − )
2

= 218.738.571,82 N.mm
Hitung Mn2 = Cs x (d – d’)
= 322.023,05 N x (441,99mm – 58 mm)
= 123.653.135,45 N.mm

79
Hitung Mn = Mn1 + Mn2
= 218.738.571,82 N.mm + 123.653.135,45 N.mm
= 342.391.707,27 N.mm = 342,40 kN.mm
Hitung Mu = Mn x ϕ = 342,40 kN.mm x 0,90
= 308,16 kN.m
Untuk balok G1.7 menghasilkan kapasitas momen sebesar
Mu = 308,16 kN.m. dengan arti lain bahwa penampang mampu
menahan beban hingga Mu = 308,16 kN.m.

8. Balok B1.1

40
As'
2 D16
394
500

442
As
5 D16
106
58

58
40

250
Gambar 4.22 Penampang Balok B1.1
(Sumber: PT. Karuniaguna Intisemesta)

Data perencanaan:
- fc' = 24 Mpa
- fy = 400 Mpa
- Dimensi balok = 250/500
- Tulangan utama = D16
- Tulangan sengkang = D10
Luas tulangan (1 tulangan)
As = 1/4 x π x (D2)
= 1/4 x π x (16mm)2
= 201 mm2
𝑙1= ts + Øsengkang + 1/2 D֥
= 40mm + 10mm + (1/2 x 16mm)

80
= 58mm
𝑙2 = ts + Øsengkang + D, + 40 + ½ D,
= 40mm + 10mm + 16mm + 40mm + (1/2 x 16mm)
= 106mm
Titik berat tulangan tarik 2 lapis:
(𝑛𝑙𝑎𝑝𝑖𝑠 1 x 𝐴𝑠 x 𝑙1 ) (𝑛𝑙𝑎𝑝𝑖𝑠 2 x 𝐴𝑠 x 𝑙2 )
y= + y=
(𝑛𝑙𝑎𝑝𝑖𝑠 1 𝑥 𝐴𝑠) (𝑛𝑙𝑎𝑝𝑖𝑠 2 𝑥 𝐴𝑠)

(3 x 201 x 58) (2 x 201 x 106)


y= + y=
(3 𝑥 201) (2 𝑥 201)

y = 72,51 mm

Sehingga tinggi efektif balok:


d=h-y
d = 500 – 72,51 = 427,49 mm
Luas tulangan tekan dan tarik:
40

As' As’ = (1/4 x π x (D)2) x n


2 D16
As’ = ¼ x 3,14 x (16mm)2 x 2 tul.
394
500

442

As’ = 402mm2
As As′ 402𝑚𝑚2
5 D16 ρ' = b x d = 250mm x 427,49 mm
106
58

58
40

ρ' = 0,00376
250
As = (1/4 x π x (D)2) x n
As = ¼ x 3,14 x (16mm)2 x 5 tul.
As = 1005mm2
As 1005𝑚𝑚2
ρ = b x d = 250mm x 427,49 mm

ρ = 0,00940

Periksa tulangan tekan sudah leleh atau belum leleh?


𝒇𝒄′ 𝒅′ 𝟔𝟎𝟎
(ρ - ρ') ≥ 0,85β1 ( 𝒇𝒚 ) ( 𝒅 ) (𝟔𝟎𝟎−𝒇𝒚)

Maka:
(0,00940- 0,00376) ≥ 0,85(0,85)
25𝑀𝑝𝑎 58𝑚𝑚 600
(400𝑀𝑝𝑎) (427,49 𝑚𝑚) (600−400)

81
0,005641> 0,01838(tulangan tekan belum leleh)

fs' = Es x εs’
𝒄−𝒅′ 𝒄−𝒅′
= 200.000 x 0,003( ) = 600 x ( )
𝒄 𝒄

Analisa gaya dalam Cc, Cs, dan T.


T = As x fy = 1005 mm2 x 400Mpa = 401.920 N
Cc = 0.85 x fc’ x a x b <-> a = β1 x c, maka:
= 0.85 x fc’ x β1 x c x b
= 0,85 x 25 Mpa x 0,85 x c x 250mm = 4515,625 c
Cs = As' x fs'
𝑐−58 𝑐−58
= 402 x 600 x ( ) = 241.152 ( )
𝑐 𝑐

T = Cc + Cs
𝑐−58
401.920 = 4515,625 c + 241.152 ( )
𝑐

jabarkan untuk mendapat nilai c


𝑐−58
401.920 = 4515,625 c + 241.152 ( )
𝑐
241.152 𝑐− 13.986.816
401.920 = 4515,625 c + ( )
𝑐
13.986.816
401.920 = 4515,625 c + 241.152 -( )
𝑐
13.986.816
401.920 - 241.152 = 4.515,63 c - ( )
𝑐
13.986.816
160.768 = 4515,625 c - ( )
𝑐
13.986.816
160.768 = 4515,625 c2 - ( )
𝑐

4.515,63 c2 - 160.768 c - 20.980.224 = 0 <-> 4.515,63


c2 - 35,60 c - 3.097,43 = 0
Persamaan kuadarat diselesaikan dengan rumus:
−(−35,60 )±√(−35,60 )2 −4(1)(−3.097,43 )
c= 2(1)

35,60 ±√ 1.268 + 12.390


c= 2
35,60 ± 116,86
c= 2
35,60 + 116,86
c= = 76,23 mm (Nilai c)
2
35,60 −116,86
c= = -81,26mm
2

82
Hitung nilai fs’, Cc, Cs:

fs' = Es x εs’
𝑐−𝑑′ 76,23 𝑚𝑚−58𝑚𝑚
= 200.000 x 0,003( ) = 600 x ( )
𝑐 76,23 𝑚𝑚

= 143,51Mpa < fy = 400 Mpa


Cc = 4515,625 c
= 4515,625 (76,23 mm) = 344.242 N
𝑐−58
Cs = 241.152 ( )
𝑐
76,23 𝑚𝑚 − 58𝑚𝑚
= 241.152 ( ) = 57.678,46 N
76,23𝑚𝑚

Hitung nilai balok tegangan tekan ɑ:


ɑ = β1 x c
ɑ = 0,85 x 76,23= 64,80mm
ɑ
Hitung Mn1 = Cc x (𝑑 − 2)
64,80mm
= 344.242N x (427,49𝑚𝑚 − )
2

= 136.005.140,30 N.mm
Hitung Mn2 = Cs x (d – d’)
= 57.678,46 N x (427,49mm – 58 mm)
= 21.311.357,20 N.mm
Hitung Mn = Mn1 + Mn2
= 136.005.140,30 N.mm + 21.311.357,20 N.mm
= 157.316.497,49 N.mm = 157,31 kN.mm
Hitung Mu = Mn x ϕ = 157,31 kN.mm x 0,90
= 141,579 kN.m
Untuk balok B1.1 menghasilkan kapasitas momen sebesar
Mu = 141,579 kN.m. dengan arti lain bahwa penampang mampu
menahan beban hingga Mu = 141,579 kN.m.

83
4.3 Metode Pekerjaan Balok

Pekerjaan balok pada proyek pelaksanaan pembangunan Rusun BPKP


Provinsi NTT dilaksanakan sesuai dengan denah rencana penempatan balok
lantai 2. Pekerjaan balok dilaksanaakan bersamaan dengan pelat lantai.
Dimana pekerjaan ini dimulai setelah pekerjaan kolom selesai. Rangkaian
pekerjaan balok dapat dilihat pada diagram alir berikut:

Mulai

Pemasangan Perancah

Pekerjaan Bekisting

Pekerjaan Pembesian

Pemeriksaan Pembesian Perbaikan Pembesian dan


Bekisting
dan Bekisting

OK? T
Y
Pemesanan Beton Ready Mix

Beton Sampai di Lapangan

Slump Test

OK?
T
Y

Pelaksanaan Pengecoran

Perawatan Beton

Pembongkaran Bekisting T

Pengetesan OK?
Y
selesai
Gambar 4.23 Diagram alir (flowchart) pekerjaan balok

84
A. Pemasangan Perancah (Scaffolding)
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pemasangan perancah
(Scaffolding) adalah sebagai berikut:
1. Sebelum perancah dipasang dilakukan terlebih dahulu survey titik –
titik yang akan dipasangkan scaffolding. sehingga dapat ditentukan
jarak antar scaffolding yang akan dipasang.

Gambar 4.24 Pekerjaan survey

2. Pasang Jack Base


setelah didapat titik mana saja yang akan dipasang scaffolding,
selajutnya dipasang jake base pada titik yng ditentukan. Jack base
dipasang untuk mengimbangi dan menyesuaikan ketinggian
scaffolding.

Gambar 4.25 jack base

3. Pasang Main Frame


Setelah Jack Base berada pada posisi yang sudah ditentukan
sebelumnya, selanjutnya pemasangan main frame dipasang ke atas
jack base. Fungsi dari main frame sendiri adalah berfungsi sebagai
penyangga utama dari bentuk konstruksi balok dan plat.

85
Gambar 4.26 main frame

4. Pasang Cross Brace


Cross brace digunakan untuk menyatukan dan mengunci dua main
frame. Cross brace merupakan dua pipa yang saling bersilangan.

Gambar 4.27 Pemasangan cross brace

5. Pasang U-Head
U-Head dipasangkan di atas main frame, untuk dapat menopang
gelagar balok dengan aman pada tempatnya.

Gambar 4.28 Pemasangan U-Head

86
B. Pekerjaan Bekisting
➢ Material yang dibutuhkan:
1. Plywood 12 mm
2. Kayu kaso 5/5 cm
3. Kayu Usuk
4. Paku 5 cm dan 7 cm
➢ Kebutuhan tenaga:
- Pekerja 20 orang
➢ Kebutuhan alat:
1. Mesin pemotong kayu
2. Gergaji
3. Pemukul
4. Meter roll
5. Siku
Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam pemasangan
bekisting balok adalah sebagai berikut:
1. Sebelum bekisting balok dipasang, terlebih dahulu dipasangkan
gelagar. Gelagar tersebut diletakkan pada U-head, menggunakan kayu
5/7 dan suri-suri menggunakan kayu 5/7 dengan jarak antar suri-suri
40-50 cm. Suri-suri ini menumpu diatas kayu gelagar dengan cara
dipaku, yang berfungsi untuk menumpu bekisting balok.

Gelagar

Suri-suri

Gambar 4.29 Pemasangan gelagar dan suri-suri


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

87
2. Setelah gelagar dan suri-suri selesai dipasang selanjutnya dipasang
bekisting bagian bawah (bodeman) sebagai tumpuan kerangka balok
dengan menggunakan multiplek 12mm. Setelah bekisting bagian
bawah dipasang dilakukan penyetel kembali elevasi bodeman dengan
cara menaikkan atau menurunkan scaffolding agar sesuai dengan
elevasi rencana.

Bekisting bagian bawah

Gambar 4.30 Pemasangan bekisting bagian bawah (bodeman)


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

3. Memasang tembereng atau bekisting sisi kanan dan kiri balok, dengan
multiplek 12mm. Untuk memperkuat bekisting dipasang support kayu
pada sisi bekisting dengan kayu 5/7.

Gambar 4.31 Pemasangan bekisting sisi kiri dan kanan


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

C. Pekerjaan Pemasangan Tulangan Balok


➢ Material yang dibutuhkan:
1. Besi beton ulir D16
2. Besi beton ulir D10
3. Kawat bendrat

88
4. Beton decking
➢ Kebutuhan Tenaga:
- Pekerja 15 orang
➢ Kebutuhan alat:
1. Mesin potong besi (Gerinda duduk dan bar cutter)
2. Alat pembengkok besi (bar bender)
3. Tang gegep dan Kateha.
Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam pemasangan
tulangan balok adalah sebagai berikut:
1. Pemotongan baja tulangan dilakukan dilokasi dengan menggunakan
mesin pemotong baja gerinda atau bar cutter. Untuk tulangan balok
lantai 2 digunakan besi D16.

Gambar 4.32 Pemotongan baja tulangan


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

2. Pembuatan besi sengkang dilakukan dengan alat yang digunakan yaitu


Bar Bender. Untuk sengkang digunakan besi D10.

Gambar 4.33 Pembesian Sengkang


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

89
3. Perangkaian baja tulangan balok, berikut adalah tahap merangakai
baja tulangan:
1. Memasang tulangan pokok utama, ujung tulangan pokok
dimasukan ke dalam kolom sebagai penjangkaran, apabila
terdapat sambungan pada penulangan dilakukan sambungan
lewatan sepanjang 40D (40 x diameter), setelah tulangan pokok
dipasang untuk mempermudah pemasangan sengkang, tulangan
tersebut diikat sementara pada bagian tengah, untuk memasukan
tulangan sengkang.

Gambar 4.34 Perangkaian baja tulangan


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
2. Agar batas jarak dan ukuran tulangan sengkang sesuai dengan
yang direncanakan, maka diberi tanda menggunakan kapur,
kemudian ikat tulangan tersebut dengan menggunakan kawat
bendrat. Tulangan sengkang diikat pada tulangan pokok
menggunakan kawat bendrat 1mm, pengikatan kawat ini
menggunakan alat tang gegep dan kateha.
3. Untuk jarak antara sengkang pada balok G1.1, G1.2, G1.4, G1.5,
dan G1.7. dipasang jarak 100 mm pada daerah tumpuan dan 200
mm pada daerah lapangan, untuk balok G1.3 dan G1.6 dipasang
dengan jarak 100 mm semua bagian balok, sedangkan untuk
balok B1.1 dipasang jarak antara sengkang pada semua bagain
balok yaitu 200 mm.
4. Setelah tulangan pokok dan sengkang selesai dirangkai, diikuti
pemasangan beton deking dibagian bawah dan samping tulangan,
beton deking ini berfungsi untuk memastikan jarak antara besi

90
tulangan dan selimut beton sudah sesuai dengan perencanaan
awal.

Gambar 4.35 Penempatan beton deking


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

D. Pekerjaan Pengecoran
➢ Material yang dibutuhkan:
- Beton K-300
➢ Kebutuhan tenaga:
- Pekerja 15 Orang
➢ Kebutuhan Alat:
1. Concrete Mixer Truck
2. Concrete Pump
3. Concrete Vibrator
4. roskam kayu
5. air compressor
Sebelum melakukan pengecoran, dilakukan terlebih dahulu proses
pengecekan tulangan dan kondisi bekisting yang sudah siap. Jika hasil
lapangan telah memenuhi syarat menurut pengawas MK, maka proses
pengecoran bisa dilaksanakan.
Pekerjaan ini menggunakan beton ready mix dengan mutu beton K-
300 yang diangkut dengan concrete mixer truck. Tahap pertama, balok
dan plat lantai dibersihkan terlebih dari sisa bendrat dan
material/kotoran lainya, pembersihan dilakukan dengan menggunakan
air compressor. Setelah concrete mixer truck datang maka diambil
sampel untuk melakukan pengujian slump test.

91
Gambar 4.36 Pembersihan Sisa-sisa material/kotoran lainya
(Sumber: dokumentasi pribadi)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar air beton yang


berhubungan dengan mutu beton. Dalam proyek pembanguanan Rusun
BPKP Provinsi Nusa Tenggara Timur nilai slump yang disyaratkan
yaitu 10 - 14 cm.
Untuk menguji slump beton terlebih dahulu kita persiapkan alat-
alat sebagai berikut :
➢ Cetakan (Kerucut Abram) adalah cetakan yang terbuat dari bahan
logam. Cetakan ini berbentuk kerucut terpancung dengan diameter
dasar 200 mm, diameter atas 100 mm dan tinggi 300 mm.

Gambar 4.37 Kerucut Abram


(Sumber: dokumentasi pribadi)

➢ Sebuah Tongkat Pemadat (Bullet – Nosed Rod) yang berupa besi


baja untuk penusuk atau memadatkan beton segar yang dimasukan
ke kerucut abrams. Dengan panjang 60cm dan diameter 16mm.

92
Gambar 4.38 Tongkat Pemadat (Bullet – Nosed Rod)
(Sumber: dokumentasi pribadi)

➢ Untuk mengisi beton segar pada lubang kerucut abrams.

Gambar 4.39 Cetok


(Sumber: dokumentasi pribadi)

➢ Mistar pengukur (penggaris dari baja) untuk pengukuran


seberapa besar kemerosotan yang terjadi pada mix design beton.

Gambar 4.40 Meteran

➢ Steel plat untuk meletakan kerucut abrams.

Gambar 4.41 Steel plat


(Sumber: dokumentasi pribadi)

93
Tahapan pengujian Slump sebagai berikut:
1. Basahi cetakan kerucut dan plat dengan kain basah.
2. Kerucut abrams diletakan pada bidang rata dan datar dengan
menggunakan alas steel plat.
3. Kemudian adukan beton dimasukkan kedalam kerucut abrams
sebanyak 3 kali/3 lapisan, satu lapisan diisi 1/3 dari tinggi
kerucut abrams. Dan setiap lapisan ditumbuk menggunakan
tongkat pemadat (Bullet – Nosed Rod) sebanyak 25 kali, yang
bertujuan agar adukan beton lebih padat.

Gambar 4.42 Memasukan adukan beton kedalam kerucut abrams


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 4.43 Beton ditumbuk sebanyak 25 kali


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

4. Ratakan permukaan beton pada bagian atas cetakan dengan


cara menggelindingkan tongkat penusuk di atasnya.

94
Gambar 4.44 Meratakan permukaan beton
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

5. Setelah selesai dipadatkan, ratakan permukaan benda uji,


tunggu kira-kira 1/2 menit. Sambil menunggu bersihkan sisa-
sisa beton diluar cetakan dan diplat.
6. Setelah menunggu ½ menit angkat cetakan kerucut abrams,
usahakan diangkat perlahan tegak lurus ke atas.

Gambar 4.45 Cetakan diangkat


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

7. Letakkan kerucut disamping benda uji yg sudah dikeluarkan,


Ukur nilai slump dengan membalikkan kerucut di sebelahnya
menggunakan perbedaan tinggi rata-rata dari benda uji. Hasil
pengukuran inilah yang disebut nilai slump dan merupakan
nilai kekentalan dari adukan beton tersebut.

95
Gambar 4.46 Pengukuran nilai slump
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, nilai slump rata-rata


yang didapat adalah 12cm. Setelah itu, diambil 4 benda uji berbentuk
kubus untuk dilakukan uji kuat tekan beton jika nilai slumptest telah
memenuhi persyaratan.

➢ PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON


Berikut ini merupakan data hasil pengujian Kuat Tekan Beton
- Bahan : Karakteristik Mutu Beton K – 300
- Benda Uji : Kubus Beton 15 x 15 x15 Cm
- Material : - Semen Kupang Portland Tipe I
- Pasir Alam
- Batu Pecah

Tabel 4.2 uji kuat tekan beton pada umur 28 hari


(σk)Kuat
No σbm-σk (σbm-σk)2 S
Tekat (Kg/Cm)
1 374.27 -0.33 0.109 1.410
2 371.91 2.03 4.121 1.410
3 374.41 -0.47 0.221 1.410
4 375.18 -1.24 1.537 1.410
∑ 1.495,77

Kuat Tekan
Rata-Rata 373.94 5.98
(σbm)
(Sumber : PT. Karuniaguna Intisemesta)

96
Rata – Rata (σbm)
S= ∑(σbm – σk)²
N–1

S= 5.98
4-1
= 1.411
σbk = σbm – 1,64 x S
σbk = 373.94 – (1.64 x 1.411) = 371.63kg/cm2 ≥ 300kg/cm2.
Kuat tekan beton karakteristiknya (σbk) adalah 371.63 kg/cm2.
Setelah hasil uji slump test disetujui, maka proses pengecoran bisa
dilakukan. Tahapan pengecoran dengan menggunakan Concrete Mixer
Truck dan concrete pump adalah sebagai berikut:
1. Beton segar yang berada didalam Concrete Mixer Truck dialirkan
ke dalam concrete pump hopper atau gerbong utama penyimpanan
hasil adukan.

Gambar 4.47 Proses Pemindahan beton


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

2. Adukan beton dipompa oleh mesin hingga naik menuju titik


pengecoran melalui saluran pipa concrete pump.

Gambar 4.48 Penyaluran adukan beton


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

97
3. Bagian ujung yang merupakan saluran keluaran beton dikendalikan
manual oleh operator agar penempatan adukan bisa tepat sasaran
serta lapisan beton bisa merata.

Gambar 4.49 Proses pengecoran


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

4. Setelah adukan beton sudah memenuhi seluruh bagian cetakan,


maka perlu dipadatkan dengan Concrete Vibrator kemudian
diratakan dengan roskam kayu, agar tidak ada ruang udara kecil
yang terjebak di dalam adukan beton. Proses ini dilakukan manual
oleh tenaga manusia.

Gambar 4.50 Proses pemadatan sekaligus perataan


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

E. Pekerjaan Perawatan Beton / Curing


Curing atau perawatan beton, dilakukan saat beton sudah mulai
mengeras yang bertujuan untuk menjaga agar beton tidak cepat kehilangan
air dan sebagai tindakan menjaga kelembapan/suhu beton, sehingga beton
dapat mencapai mutu beton yang diinginkan. Pada proyek ini perawatan

98
dilakukan setelah 24 jam pengecoran, proses perawatan yang kami temui
pada proyek ini dilakukan setiap hari selama 14 hari. Perwatan dilakukan
dengan cara penyiraman air.

Gambar 4.51 Perwatan beton/curing


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

F. Pekerjaan Pembongkaran Bekisting


➢ Kebutuhan tenaga
Pekerja 10 0rang
➢ Kebutuhan alat
1. Pemukul
2. Linggis
Pada proyek rusun BPKP Provinsi NTT tahap pembongkaran
bekisting balok dilakukan bersamaan dengan pembongkaran bekisting
pelat lantai, setelah beton sudah berumur 14 hari.

Gambar 4.52 Pembongkaran bekisting


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

99
Berikut adalah tahapan pembongkaran bekisting:
1. Siapkan perlatan yang digunakan untuk pembongkaran.
2. Bongkar plywood secara hati-hati untuk bagian pinggir area yang
beton yang telah cukup umur.
3. Longgarkan u-head yang menopang gelagar dan bongkar plywood
bagian tengah secara hati-hati.
4. Buka balok suri-suri kemudian dan gelagar dan bongkar scaffolding.
5. Setelah proses pembongkaran bekisting, maka selanjutnya
pengecekan hasil cor yang dilakukan oleh QC. Jika ditemui hasil cor
yang kurang bagus, maka selanjutnya dilakukan perbaikan sesuai
dengan instruksi yang QC berikan.

100
BAB 5
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan saya tentang metode pelaksanaan pekerjaan


balok lantai 2 pada proyek pembangunan Rumah Susun BPKP Provinsi NTT,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pemasangan Perancah pada proyek rusun BPKP Provinsi NTT dilaksanakan
setelah pekerjaan marking selesai, perancah dipasang dengan jarak antar
perancah yaitu 1m dengan ketinggian sesuai dengan acuan yang sudah
ditentukan.
2. Pemasangan bekisting balok lantai 2 pada proyek rusun BPKP Provinsi
NTT mengunakan kayu 5/7cm untuk gelagar, untuk tumpuan kerangka
balok atau bodeman menggunakan multiplek 12mm dan dinding bekisting
balok pada sisi kiri dan kanan, menggunakan multiplek 12mm.
3. Pemasangan tulangan balok lantai 2, menggunakan tulangan pokok D16,
tulangan sengkang menggunakan besi D10 dan untuk tulangan Puntir
digunakan besi D10.
4. Pengecoran balok lantai 2 pada proyek rusun BPKP Provinsi NTT,
menggunakan mutu beton K-300, sebelum beton dicor ke balok dilakukan
terlebih dahulu proses test slump bertujuan untuk meguji kekentalan beton
segar agar beton yang diproduksi dapat mencapai kekuatan mutu beton yang
diinginkan.
5. Nilai slump rata-rata yang didapat adalah 12cm.
6. Perawatan beton/curing dilakukan setelah sudah 24 jam proses pengecoran
selesai. Curing dilakukan dengan cara beton disiram dengan air setiap
harinya selama 14 hari.
7. Kuat tekan beton karakteristiknya (σbk) adalah 371.63 kg/cm2.
8. Pembongkaran bekisting balok, dilakukan setelah beton sudah cukup umur
yaitu 14 hari.

101
5.2. Saran

1. Sebaiknya HSE (Healthy Safety Environment) atau K3 lebih teliti dan


tegas dalam mengawasi pengunaan APD atau Alat Pelindung Diri pada
pekerja yang sedang bekerja, agar tercipta keselamatan dan keamanan.
2. Sebaiknya pengawas lebih teliti di masalah scaffolding yang sedang di
bangun agar tidak terjadi kecelakaan kerja.
3. Sebaiknya pada saat pengecoran beton harus dipadatkan dengan optimal
agar tidak terjadi beton keropos.

102

Anda mungkin juga menyukai