Anda di halaman 1dari 33

BAHAN AJAR

STRUKTUR BETON 1

OLEH :

ALBERT AUN UMBU NDAY, S.T., M. ENG

JURUSAN TEKNIK SIPIL

PRODI PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN

POLITEKNIK NEGERI KUPANG


2022
Materi :

1. Karateristik dan Jenis Beton


2. Pembebanan Jembatan (Khusus Struktur Beton Bertulang)
3. Balok :
A. Beton Bertulang
B. Beton prategang
Bab 1

Karateristik dan Jenis Beton

1.1. Karateristik Beton


Bahan penyusun beton yaitu Agregat Halus (Pasir), Agrgat Kasar (Kerikil, Air dan Semen. Sebelum
dilakukan pencampuran beton bahan penyusun beton di periksa kualitasnya yaitu melalui
pemriksaan sifat fisis dan mekanis dilaboratorium untuk mendapatkan kualitas bahan penyusun
yang baik. Semakin baik bahan penyusun beton semakin baik pula kualitas beton yang di
hasilkan . Untuk penjelasan tentang Proses Pemeriksaan Kualitas Bahan/Material Penyusun
Beton serta desain campuran beton (mix design) dapat dipelajari pada Mata kuliah Pengujian
Bahan 1 dan Bahan Bangunan.

Gambar1. Skema Bahan susun Beton


(sumber : asroni, 2010)
Campuran Semen dan air dinamakan Pasta Semen. Campuran Semen, air dan pasir dinamakan
mortar. Campuran semen, air, dan kerikil dinamakan Beton non-pasir.
1.2. Kelebihan dan Kelemahan Beton
A. Kelebihan Beton
 Harganya relatif murah karena menggunakan bahan-bahan dasar dari bahan lokal,
kecuali semen Portland.
 Beton termasuk tahan aus dan tahan kebakaran, sehingga biaya perawatan
termasuk rendah
 Beton termasuk bahan yang berkekuatan tekan tinggi, serta mempunyai sifat tahan
terhadap pengkaratan/pembusukan oleh kondisi lingkungan.
 Ukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan beton tak bertulang atau pasangan
batu.
 Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk apapun
dan ukuran seberapapun tergantung keinginan .
B. Kelemahan Beton
 Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak. Oleh karena itu
perlu diberi baja tulangan, atau tulangan kasa.
 Beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika basah
sehingga dilatasi (constraction joint) perlu diadakan pada beton yang panjang/lebar
untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan pengembangan beton.
 Beton keras mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu sehingga perlu
dibuat dilatasi (expansion joint) untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat
perubahan suhu.
 Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air, dan
air yang membawa kandungan garam dapat merusakkan beton.
 Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan didetail secara
seksama agar setelah dikombinasikan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail,
terutama pada struktur tahan gempa.
1.3. Jenis Beton
Seiring dengan perkembangannya ada beberapa jenis beton, yaitu.
a. Beton Bertulang
Beton bertulang adalah inovasi beton untuk mengatasi kelemahan beton yaitu lemah
terhadap gaya tarik. Struktur bangunan sipil (bangunan, jembatan dll) dengan material apa
saja akan menghadapi gaya-gaya eksternal maupun internal (berat sendiri) untuk menjaga
struktur tetap seimbang atau memiliki daya dukung yang kuat menahan gaya-gaya tersebut.
Gaya bekerja dalam berbagai arah salah satunya adalah gaya tarik yang bekerja pada
struktur yang mengalami efek lentur. Oleh karena itu beton yang kuat terhadap gaya tekan
dikombinasikan dengan tulangan yang kuat terhadap tarik agar mampu bekerja
menahan/melayani beban/gaya.
b. Beton Non-pasir
Beton non-pasir adalah beton yang memiliki kekuatan dibawah kekuatan beton normal
disebabkan salah satu bahan penyusun beton tidak ada kerikilnya. Beton jenis ini biasa
dikerjakan untuk pembuatan buis beton.
c. Beton Ringan
Beton ringan dibuat dengan memakai agregat yang berbobot ringan. Seringkali ditambahkan
zat aditif yang dapat menyebabkan terbentuknya gelembung-gelembung udara di dalam
adonan beton. Banyaknya gelembung udara yang terjadi menyebabkan volume adonan juga
semakin besar sementara bobotnya lebih ringan dibandingkan beton lain dengan volume
yang sama. Beton ringan biasanya digunakan untuk dinding non-struktural.
d. Beton Serat
Beton serat dibuat dengan menambahkan serat-serat tertentu ke dalam adonan beton,
seperti: asbestos, plastik, kawat baja, dan sebagainya. Denghan penambahan serat, beton
yang dihasilkan memiliki nilai keuletan tinggi (ductility) sehingga tidak mudah retak.
e. Beton Mortar
Beton mortar terdiri atas mortar, pasir, dan air. Ada tiga jenis mortar yang sering digunakan
antara lain semen, kapur, dan lumpur.
f. Beton Hampa
Beton jenis ini banyak digunakan untuk pembangunan gedung-gedung tinggi, karena
memiliki kekuatan yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena proses penyedotan air
pengencer adonan beton dengan alat vakum sehingga adonan hanya mengandung air yang
sudah tercampur dengan semen saja.
g. Beton Massa
Beton massa adalah penuangan beton yang sangat besar di atas kebutuhan rata-rata.
Umumnya, beton massa memiliki dimensi yang berukuran lebih dari 60 cm. Perbandingan
antara volume dan luas permukaannya pun sangat tinggi. Beton ini digunakan dalam
pembuatan pilar-pilar bangunan, pondasi berukuran besar, dan juga bendungan.
h. Beton Siklop
Beton jenis ini menggunakan bahan tambahan agregat yang berukuran besar (sekitar 15
sampai 20 cm) dalam adonan beton. Hal ini untuk meningkatkan daya tahan beton untuk
digunakan dalam pengerjaan bangunan yang bersinggungan dengan air, seperti jembatan
dan bendungan.
i. Beton Prategang
Beton prategang adalah beton bertulang yang tulangan bajanya diberi tegangan lebih dulu
sebelum dicor, sehingga kuat untuk menyangga struktur dengan bentangan lebar.
j. Beton Pracetak
Beton pracetak adalah beton yang dicetak terpisah di luar area pekerjaan. Hal ini biasanya
dilakukan karena terbatasnya lahan area pekerjaan dan juga karena alasan kepraktisan.
Pengerjaan bangunan dapat dipersingkat sehingga lebih efektif dan efisien.
(jenis-jenis beton, sumber : wikipedia)
Bab 2

Pembebanan Jembatan

1.1. Jenis-jenis Jembatan


Jenis Jembatan menurut Material/Bahan Pembuatnya :
a. Jembatan Beton Bertulang
Jembatan beton bertulang merupakan jembatan yang kontruksinya menggunakan material
beton dan  biasa digunakan untuk kontruksi jalan raya. Jembatan beton bertulang biasa
memiliki bentang 15-25 meter. Bagian struktur jembatan bertulang sendiri terdiri dari
bangunan atas, landasan, bangunan bawah, pondasi, oprit dan bangunan pengaman
jembatan.  Struktur pondasi beton umumnya bertulang tebal hingga 25 cm.  Beton bertulang
sendiri merupakan beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan tidak kurang dari
nilai minimumnya. Selain beton bertulang ada pula beton prategang yang banyak digunakan
saat ini.

Gambar 2.1. Jembatan Beton Bertulang


b. Jembatan Beton Prategang
Jembatan beton prategang merupakan salah satu jenis jembatan dengan material konstruksi
beton prategang atau beton yang berisi kabel baja dengan tujuan untuk memberikan
tegangan awal berupa tegangan tarik terhadap beton akibat sifat beton yang tidak mampu
menahan gaya tarik.

Gambar 2.2. Jembatan Pra-Tegang


c. Jembatan Rangka Baja
Jembatan yang menggunakan berbagai macam komponen dan sistem struktur baja: deck,
girder, rangka batang, pelengkung, penahan dan penggantung kabel, pada jembatan baja
saya akan menerangkan jembatan rangka baja, ialah jembatan yang terbentuk dari
rangkarangka batang yang membentuk unit segitiga dan memiliki kemampuan untuk
mendistribusikan beban ke setiap rangka-rangkanya. Rangka batang tersebut terdiri dari
batang tarik dan batang tekan. Batang tarik adalah batang yang menerima beban tarik.
Desain untuk batang tarik didasarkan atas ijin tegangan tarik dimana tegangan yang terjadi
tidak boleh melampaui tegangan ijin. Apabila ada lubang maka luas penampang adalah luas
netto (luas brutto-luas lubang). Untuk menahan beban berguna dipakai factor of safety
(faktor keamanan) yang cukup terhadap kehancuran. Batang tekan yang merupakan batang
dari suatu rangka batang. Batang ini dibebani gaya tekan aksial searah panjang batangnya.
Kolom juga merupakan batang tekan tegak yang bekerja untuk menahan balok-balok loteng,
rangka atap, lintasan crane dalam bangunan pabrik dan sebagainya yang untuk seterusnya
akan melimpahkan semua beban tersebut ke pondasi.

Gambar 3.3. Jembatan Rangka Baja


d. Jembatan Komposit
jembatan yang mengkombinasikan dua material atau lebih dengan sifat bahan yang berbeda
dan membentuk satu kesatuan sehingga menghasilkan sifat gabungan yang lebih baik.
Jembatan komposit yang umum digunakan adalah kombinasi antara bahan konstruksi baja
dengan beton bertuang, yaitu dengan mengkombinasikan baja sebagai deck (gelagar) dan
beton bertulang sebagai plat lantai jembatan.

Gambar 3.4. Jembatan Komposit


e. Jembatan kabel (cable stayed)
Struktur jembatan kabel biasanya terdiri dari kabel, dek jembatan, dan pilar. Penempatan
dek dilakukan dengan menggantungkan menggunakan kabel berkekuatan tinggi dan
diangkur pada tiang pilar. Biasanya, jembatan kabel digunakan untuk jembatan dengan
bentang yang panjang.
Gambar 3.5. Jembatan Cable Stayed
f. Jembatan Kayu/Bambu
Merupakan jembatan sederhana yang materialnya terbuat dari bamboo, seperti yang sudah
saya tulis pada jembatan dengan material kayu, jembatan ini cukup dikenal oleh manusia
dan banyak dijumpai, pembuatanya juga tidak memerlukan perlatan modern sehingga
mudah dirancang oleh manusia dengan peralatan yang seadanya contohnya dibuat seperti
anyaman, jembatan dengan material bambu digunakan pada jembatan pendek dan tidak
terlalu panjang.

Gambar 3.6. Jembatan Kayu/Bambu


1.2. Elemen Struktur Pada Jembatan
Jembatan terbagi atas 2 Komponen yaitu :
a. Komponen Struktur Atas (Upper/Super Structures)
Komponen struktur atas (Upper/Super Structures) terdiri dari :
 Sandaran dan tiang sandaran : elemen jembatan yang berfungsi untuk pengamanan
lalu lintas kenderaan dan pejalan kaki yang memiliki tiggi standar 150 cm.
 Trotoar : jalur untuk pejalan kaki yang biasanya dibuat lebih tinggi tapi tetap sejajar
dengan jalan utama, tujuannya agar pejalan kaki lebih aman dan bisa dilihat jelas
oleh pengendara yang melintas.
 Pelat Lantai : merupakan elemen jembatan yang berfungsi sebagai jalur lalu lintas
kenderaan
 Tembok sedada/ loneng : berfungsi sebagai pengaman jembatan dan sebagai
tempat untuk memasang identitas/nama jembatan
 Girder : bagian pada struktur atas jembatan yang berfungsi untuk menyalurkan
beban kenderaan pada bagian atas ke bagian bawah atau abutment
 Balok Diafragma : Bagian penyangga dari gelagar-gelagar jembatan yang
memanjang dan hanhya berfungsi sebagai balok penyangga biasa bukan sebagai
pemikul beban pelat lantai
 Pipa cucuran : Elemen jembatan yang berasal dari pipa baja yang berfungsi sebagai
pembuangan air hujan
 Bearing pad : bantalan yang berfungsi untuk mengurangi gesekan pada benda yang
bergerak secara linear ataupun rotasi
 Expansion joint : komponen ini merupakan sambungan yang bersifat flexible
sehingga saluran yang disambungkan memiliki toleransi untuk bergerak
 Span : Bentangan yang berada antara dua intermediate pendukung, material yang
digunakan untuk pembuatan span sangat beragam seperti beton, baja, kayu, dan
lainnya tergantung dari jenis beban yang diterima jembatan.
b. Komponen Struktur Bawah (Sub Structures)
Komponen Struktur Bawah (Sub Structures) pada bagian bawah yaitu Abutment yang
berfungsi untuk menahan seluruh beban hidup (angin, hujan, kenderaan, dll) dan beban
mati (beban gelagar dll). Abutment terdiri atas beberapa bagian :
 Dinding belakang (back wall)
 Dinding penahan (breast wall)
 Dinding sayap (wing wall)
 Plat injak (approach slab)
 Konsol pendek untuk jacking (corbel)
 Tumpuan bearing
 Pilar Jembatan
 Pondasi Inti yang berada di bagian tengah jembatan, fungsinya sebagai penahan
 Kaki abutmen yang menyalurkan beban ke tanah
c. Pondasi
Pondasi Merupakan bagian pada jembatan yang berfungsi menerima beban-beban dari
bangunan bawah dan menyalurkan ke tanah.
1.3. Jenis-jenis Beban
a. Beban mati : berat dari semua bagian dari suatu struktur yang bersifat tetap, termasuk
segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin serta peralatan tetap yang
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari struktur itu.
b. Beban hidup : semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu
struktur, dan kedalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-
barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang tidak merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari struktur dan dapat diganti selama masa hidup dari struktur itu,
sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan struktur tersebut.
c. Beban angin : semua beban yang bekerja pada struktur yang disebabkan oleh selisih dalam
tekanan udara
d. Beban gempa : semua beban statik ekuivalen yang bekerja struktur yang menirukan
pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu. Dalam hal pengaruh gempa pada struktur
jembatan ditentukan berdasarkan suatu analisis dinamik, maka yang diartikan dengan beban
gempa di sini adalah gaya-gaya di dalam struktur tersebut yang terjadi
oleh gerakan tanah akibat gempa itu.
e. Beban khusus : semua beban yang bekerja pada struktur yang terjadi akibat selisih suhu,
pengangkatan dan pemasangan, penurunan fondasi, susut, gaya-gaya tambahan yang
berasal dari beban hidup seperti gaya rem yang berasal dari keran, gaya sentrifugal dan gaya
dinamis yang berasal dari mesin-mesin, serta pengaruh-pengaruh khusus lainnya.
1.4. Beban yang bekerja pada Jembatan Beton
Berdasarkan SNI 1725 : 2016 dengan judul : Pembebanan pada Jembatan. Beban yang bekerja
pada jembatan :
Beban Permanen
MS = beban mati komponen struktural dan non struktural jembatan
MA = beban mati perkerasan dan utilitas
TA = gaya horizontal akibat tekanan tanah
PL = gaya-gaya yang terjadi pada struktur jembatan yang disebabkan oleh proses
pelaksanaan, termasuk semua gaya yang terjadi akibat perubahan statika yang
terjadi pada konstruksi segmental
PR = prategang
Beban Transien
SH = gaya akibat susut/rangkak
TB = gaya akibat rem
TR = gaya sentrifugal
TC = gaya akibat tumbukan kendaraan
TV = gaya akibat tumbukan kapal
EQ = gaya gempa
BF = gaya friksi
TD = beban lajur “D”
TT = beban truk “T”
TP = beban pejalan kaki
SE = beban akibat penurunan
ET = gaya akibat temperatur gradien
EUn = gaya akibat temperatur seragam
EF = gaya apung
EWs = beban angin pada struktur
EWL = beban angin pada kendaraan
EU = beban arus dan hanyutan
1.5. Kombinasi Pembebanan
Cara membaca tabel diatas adalah :

 Kenali jenis-jenis beban yang bekerja pada jembatan (MS, MA, SH, dst) lihat sub bab diatas
 Keadaan Batas pada Tabel diatas merupakan kombinasi pembebanan yang bekerja :
Kuat I : Kombinasi pembebanan yang memperhitungkan gaya-gaya yang timbul pada
jembatan dalam keadaan normal tanpa memperhitungkan beban angin. Pada keadaan batas
ini, semua gaya nominal yang terjadi dikalikan dengan faktor beban yang sesuai.
Kuat II : Kombinasi pembebanan yang berkaitan dengan penggunaan jembatan untuk
memikul beban kendaraan khusus yang ditentukan pemilik tanpa memperhitungkan beban
angin.
Kuat III : Kombinasi pembebanan dengan jembatan dikenai beban angin berkecepatan 90
km/jam hingga 126 km/jam.
Kuat IV : Kombinasi pembebanan untuk memperhitungkan kemungkinan adanya rasio
beban mati dengan beban hidup yang besar.
Kuat V : Kombinasi pembebanan berkaitan dengan operasional normal jembatan dengan
memperhitungkan beban angin berkecepatan 90 km/jam hingga 126 km/jam.
Ekstrem I : Kombinasi pembebanan gempa. Faktor beban hidup EQ yang
mempertimbangkan bekerjanya beban hidup pada saat gempa berlangsung harus
ditentukan berdasarkan kepentingan jembatan.
Ekstrem II : Kombinasi pembebanan yang meninjau kombinasi antara beban hidup
terkurangi dengan beban yang timbul akibat tumbukan kapal, tumbukan kendaraan, banjir
atau beban hidrolika lainnya, kecuali untuk kasus pembebanan akibat tumbukan kendaraan
(TC). Kasus pembebanan akibat banjir tidak boleh dikombinasikan dengan beban akibat
tumbukan kendaraan dan tumbukan kapal
Layan I : Kombinasi pembebanan yang berkaitan dengan operasional jembatan dengan
semua beban mempunyai nilai nominal serta memperhitungkan adanya beban angin
berkecepatan 90 km/jam hingga 126 km/jam. Kombinasi ini juga digunakan untuk
mengontrol lendutan pada gorong-gorong baja, pelat pelapis terowongan, pipa termoplastik
serta untuk mengontrol lebar retak struktur beton bertulang; dan juga untuk analisis
tegangan tarik pada penampang melintang jembatan beton segmental. Kombinasi
pembebanan ini juga harus digunakan untuk investigasi stabilitas lereng.
Layan II : Kombinasi pembebanan yang ditujukan untuk mencegah terjadinya pelelehan
pada struktur baja dan selip pada sambungan akibat beban kendaraan.
Layan III : Kombinasi pembebanan untuk menghitung tegangan tarik pada arah memanjang
jembatan beton pratekan dengan tujuan untuk mengontrol besarnya retak dan tegangan
utama tarik pada bagian badan dari jembatan beton segmental.
Layan IV : Kombinasi pembebanan untuk menghitung tegangan tarik pada kolom beton
pratekan dengan tujuan untuk mengontrol besarnya retak.
Fatik : Kombinasi beban fatik dan fraktur sehubungan dengan umur fatik akibat induksi
beban yang waktunya tak terbatas.

Soal :

1. Jelaskan definisi dari bagian-bagian beban Permanen dan beban Trasien?


2. Rencanakan kombinasi pembabanan (hanya faktor beban) untuk Girder Jembatan kondisi
ultimit non prategang (cor ditempat), tipe bebanumum, tekanan tanah aktif?
3. Rencanakan kombinasi pembabanan (hanya faktor beban) untuk Abutmen kondisi ultimit
prategang (pracetak ), tipe beban umum, tekanan tanah pasif?
4. Rencanakan kombinasi pembabanan (hanya faktor beban) untuk Pondasi kondisi ultimit
prategang (pracetak ), tipe beban umum, tekanan tanah pasif?
Bab 3

Balok Beton Bertulang

3.1. Prinsip Perencanaan Beton Bertulang

Perencanaan Struktur Beton bertulang memiliki prinsip-prinsip perencanaan yang telah


ditetapkan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku dengan dasar ilmiah. Berikut adalah prinsip-
prinsip yang digunakan dalam perencanaan Struktur Beton Bertulang.

3.1.1. Jenis Keruntuhanan

Gamba 3.1. Distribusi Regangan Ultimit pada Keruntuhan Lentur


Keruntuhan Tekan (Brittle Failure)

Keruntuhan Seimbang (Balance Failure)


Keruntuhan Tarik (Ductile Failure)

Dalam perencanaan struktur beton bertulang perencanaan yang dihindari adalah


keruntuhan tekan (over-reinforced) karena perencanaan ini bersifat getas yang dapat
berakibat runtuhnya sistem struktur secara tiba-tiba/mendadak.
3.1.2. Faktor Keamanan
Agar dapat menjamin bahwa suatu struktur yang direncanakan mampu menahan beban
yang bekerja, maka perencanaan struktur digunakan faktor keamanan tertentu. Faktor
keamanan terdiri atas 2 9dua) jenis, yaitu :
a. Faktor keamanan yang berkaitan dengan beban luar yang bekerja pada struktur,
disebut faktor beban
b. Faktor keamanan yang berkaitan dengan kekuatan struktur (gaya dalam), disebut
faktor reduksi kekuatan (Ф)
A. Faktor beban
Menurut SNI 2847 2019, agar struktur dan komponen struktur memenuhi syarat
kekuatan dan layak pakai terhadap bermacam-macam kompinasi beban, maka harus
dipenuhi kesatuan dari kombinasi-kombinasi beban terfaktor berikut :

B. Faktor reduksi kekuatan (Ф)


Ketidakpastian kekuatan beban terhadap pembebanan pada komponen struktur
dianggap sebagai faktor reduksi kekuatan (Ф), yang nilainya sebagai berikut :
3.1.3. Kinerja Balok

Gambar 3. Kinerja Balok Saat Diberi Beban

Gambar 3. Distribusi Tegangan Pada Balok


3.1.4. Pemasangan Tulangan Balok
A. Tulangan Longitudinal

Gambar 3. Pemasangan Tulangan Longitudinal Balok


B. Tulangan Geser

Gambar 3. Pemasangan Tulangan Geser Balok


C. Jarak antar Tulangan
D. Jumlah Tulangan Maksimal dalam 1 Baris
3.1.5. Skema Perhitungan Beton Bertulang
Gambar 3. Skema Dasar Perhitungan Beton Bertulang
3.2. Balok Tulangan Tunggal
3.2.1. Skema Hitungan Balok Tulangan Tunggal
Catatan : Gambar III.8 = Gambar 3.3.
Gambar 3.2 Skema Hitungan Tulangan Longitudinal Balok
Gambar 3.2. Skema Hitungan Pembesaran Dimensi Kolom

Gambar 3.3. Skema Hitungan Momen Rencana Balok


Keterangan : Gambar III.7 = Gambar 3.2
Gambar III.9 = Gambar 3.4
3.2.2. Contoh Perencanaan Balok Tulangan Tunggal
3.3. Balok Tulangan Rangkap
3.3.1. Skema Hitungan Tulangan Balok Rangkap

Gambar 3.5. Skema Tulangan Longitudinal Balok (Balok Tulangan Rangkap)


Gambar 3.6. Skema Hitungan Momen Rencana Balok (Balok Tulangan Rangkap)
3.3.2. Contoh Perhitungan Tulangan Balok Rangkap
3.3.3. Skema Hitungan Begel Balok
Gambar 3. Skema Hitungan Begel Balok
3.3.4. Contoh Perhitungan Begel Balok
3.3.5. Skema Hitungan Tulangan Torsi Balok

Gambar 3. Skema Hitungan Tulangan Torsi Balok


3.3.6. Contoh Hitungan Tulangan Torsi Balok
3.4. Balok T
3.4.1. Skema Hitungan Tulangan Balok T

Gambar 3. Skema Hitungan Balok T


3.4.2. Contoh Perhitungan Tulangan Balok T
3.5. Pelat Jembatan
Bab 3

Balok Beton Prategang

Anda mungkin juga menyukai