Anda di halaman 1dari 37

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN PROFIL MITRA LEMBAGA RISET

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 Pengertian Beton
Beton adalah suatu material utama yang sangat diperlukan dalam dunia konstruksi.
Beton sendiri adalah merupakan campuran yang homogen antara semen, air dan
aggregat. Karakteristik beton adalah mempunyai tegangan hancur tekan yang tinggi
serta tegangan hancur tarik yang rendah.
Menurut Nawy (1985) beton dihasilkan dari sekumpulan interaksi mekanis dan kimia
sejumlah material pembentuknya. Beton didefinisikan sebagai campuran antara semen
portland atau semen hidrolik yang lainnya, agregat halus, 2013) agregat kasar dan air,
dengan atau tanpa bahan tambahan (admixture) (SNI 2847).
Menurut Sutikno (2003) beton merupakan bahan dari campuran antara semen
portland, agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), dan air. Campuran bahan-bahan
pembentuk beton harus ditetapkan sedemikian rupa menurut aturan aturan yang ada,
sehingga menghasilkan beton basah yang mudah dikerjakan, memenuhi kekuatan tekan
rencana setelah mengeras dan cukup ekonomis.

2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Beton


Menurut Sutikno (2003) penggunaan beton dalam konstruksi memiiki
kelebihan dan kelemahan seperti yang tercantum dibawah ini.
A. Kelebihan
1. Mudah dicetak artinya beton segar dapat mudah diangkut maupun
dicetak dalam bentuk dan ukuran.
2. Ekonomis artinya bahan-bahan dasar dari bahan lokal yang mudah
3. Awet dan tahan lama artinya beton termasuk berkekuatan tinggi, serta
mempunyai sifat tahan terhadap perkaratan dan pembusukan oleh
4. Tahan api artinya tahan terhadap kebakaran.
5. Energi effisien artinya kuat tekan beton yang tinggi.
6. Dapat dicor ditempat artinya beton segar dapat dituang pada tempat tempat yang
posisinya sangat sulit. Juga dapat disemprotkan pada
permukaan beton yang lama untuk menyambungkan dengan beton baru
(grouting).
7. Bentuknya indah artinya dapat dibuat model sesuka hati menurut selera
yang menghendakinya.
B. Kelemahan
1. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak. Oleh karena itu
perlu diberi baja tulangan.
2.Beton segar mengerut pada saat pengeringan dan beton keras mengembang jika
basah, sehingga perlu diadakan dilatasi pada beton yang panjang untuk memberi
tempat untuk kembang susut beton.
3. Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat
dimasuki air dan air membawa kandungan garam dapat merusak beton.
4. Beton bersifat getas sehingga harus dihitung dengan teliti agar setelah
digabungkan dengan baja tulangan dapat bersifat kokoh terutama pada
perhitungan bangunan tahan gempa.

2.1.3 Kuat Tekan Beton


Sifat paling penting yang dimiliki beton adalah kuat tekan beton. Kuat tekan adalah
besarnya beban persatuan luas yang menyebabkan benda uji hancur karena dibebani
dengan gaya tekan. Kuat tekan biasanya berhubungan dengan sifat – sifat lain,
maksudnya bila kuat tekan beton sudah tinggi, maka sifat – sifat lainnya akan baik. Beton
berdasarkan kuat tekan dapat dibagi menjaddi beberapa jenis, antara lain adalah sebagai
berikut. 1. Beton sederhana, dipakai untuk bagian – bagian non struktur seperti dinding
bukan struktur penahan tembok, kuat tekannya f’c < 10 MPa. 2. Beton normal, dipakai
untuk beton bertulang, bagian struktur penahan beban misalnya kolom dan balok, kuat
tekannya f’c < 30 MPa. 3. Beton prategang untuk balok prategang yaitu balok dengan
baja tulangan ditarik terlebih dahulu diberi beban, kuat tekannya f’c < 40 MPa. 4. Beton
kuat tekan tinggi dan sangat tinggi dipakai pada structur khusus, misalnya gedung
bertingkat sangat banyak, kuat tekannya f’c ≤ 80 MPa. (Tjokrodimulyo, 1995) Kuat
tekan beton dipengaruhi oleh sejumlah faktoe selain oleh perbandingan faktor air semen
(fas) dan tingkat pemadatannya. Faktor –faktor tersebut antara lain adalah :
a. Jenis semen dan kualitas,
b. Jenis dan bentuk permukaan agregat,
c. Faktor umum, dan
d. Mutu agregat.
Kekuatan beton yang paling umum yang digunakan adalah 200 kg/cm2 sampai
500 kg/cm2 tergantung pada jenis campuran, sifat –sifat agregat, serta kualitas
perwatannya. Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui tata cara pengujian yang sesuai
standar, menggunakan mesin uji dengan cara memberikan beban tekan bertingkat
dengan kecepatan peningkatan beban tertentu sampai benda uji pecah.beban tekan
maksimum pada saat benda uji pecah dibagi luas 25 penampang benda uji merupakan
nilai kuat desak beton yang dinyatakan dalam satuan Mpa atau kg/cm2 . Rumus yang
digunakan untuk perhitungan kuat tekan adalah:
Keterangan :
f’c = kuat desak beton
P = beban maksimum
A = luas penampang benda uji
Kuat tekan menurut Tjokrodimulyo (1995) sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
adalah sebagai berikut :
a. Pengaruh mutu semen portland,
b. Pengaruh dari perbandingan adukan beton
c. Pengaruh air untuk membuat adukan,
d. Pengaruh umur beton,
e. Pengaruh waktu pencampuran,
f. Pengaruh perawatan,
g. Pengaruh bahan campuran tambahan.

2.1.4 Klasifikasi Beton


Menurut Mulyono (2004) secara umum beton dibedakan dedalam 2 kelompok, Beton
berdasarkan kelas dan mutu beton :
a. Beton kelas I adalah beton untuk pekerjaan non struktural. Untuk pelaksanaannya
tidak diperlukan keahlian khusus. Pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan
ringan terhadap mutu bahan – bahan, sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak
disyaratkan pemeriksaan.
b. Beton kelas II adalah beton untuk pekerjaan struktural secara umum. Pelaksanaannya
memerlukan keahlian yangcukup dan harus dilakukan dibawah pimpinan tenaga–
tenaga ahli. Beton kesa II dibagi dala mutu – mutu standar B1,K 125, K 175, dan K
225. Pada mutu B1, pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan terhadap
mutu bahan – bahan sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan
pemeriksaan. Pada mutu – mutu K125 dan K175 dengan keharusan untuk memeriksa
kekuatan tekan beton secara kontinu dari hasil – hasil pemeriksaan benda uji.
c. Beton kelas III adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural yang lebih tinggi
dari K 225. Pelaksanaannya memerlukan keahlian khusus dan harus dilakukan di
bawah pimpinan tenaga-tenaga ahli.

Disyaratkan adanya laboratorium beton dengan peralatan yang lengkap serta dilayani
oleh tenaga-tenaga ahli yang dapat melakukan pengawasan mutu beton secara kontinu.
Berdasarkan jenisnya, beton dibagi menjadi 5 sebagai berikut ini.
a. Beton ringan
Beton ringan merupakan beton yang dibuat dengn bobot yang lebih ringan
dibandingkan dengan bobot beton normal. Agregat yang digunakan untuk
memproduksi beton ringan pun merupakan agregat ringan juga. Agregat yang
digunakan umumnya merupakan hasil dari pembakaran shale, lempung, slates, residu
slag, residu batu bara dan banyak lagi hasil pembakaran vulkanik. Menurut SNI 08-
1991-03 berat jenis agregat ringan sekitar 800 – 1800 kg/m3dan berdasarkan
penggunaan strukturnya berkisar 1400 kg/m3 dan memiliki kuat tekan antara 6,89 MPa
sampai 17,24 MPa pada umur 28 hari.
b. Beton normal
Beton normal adalah beton yang menggunakan agregat pasir sebagai agregat halus
dan split sebagai agregat kasar sehingga mempunyai berat jenis beton antara 2200
kg/m3– 2400 kg/m3 dengan kuat tekan beton antara 15 MPa – 40 MPa.
c. Beton berat
Beton berat adalah beton yang dihasilkan dari agregat yang memiliki berat isi lebih
besar dari beton normal atau lebih dari 2400 kg/m3. Untuk menghasilkan beton berat
digunakan agregat yang mempunyai berat jenis yang besar.
d. Beton massa
Dinamakan beton massa karena digunakan untuk pekerjaan beton yang besar dan
masif, misalnya untuk bendungan, kanal, pondasi, dan jembatan.

Klasifikasi beton berdasarkan bahan tambahnya (Prayitno, 2013)


a. Beton serat (fiber concrete) adalah bagian komposit yang terdiri dari beton biasa dan
bahan lain yang berupa serat. Bahan serat dapat berupa : serat asbestos, serat tumbuh-
tumbuhan (rami, bambu, ijuk), serat plastik (polypropylene), atau potongan kawat baja.
Jika serat yang dipakai mempunyai modulus elastisitas yang lebih tinggi daripada
beton, maka beton serat akan mempunyai kuat tekan, kuat tarik, maupun modulus
elastisitas yang sedikit lebih tinggi dari pada beton biasa (Tjokrodimuljo, 1996 dalam
Prayitno, 2013).
b. Beton foam adalah campuran antara semen, air, agregat dengan bahan tambah
(admixture) tertentu yaitu dengan membuat gelembung-gelembung gas atau udara
dalam adukan semen sehingga terjadi banyak pori-pori udara didalam betonnya
(Husin, 2008 dalam Prayitno, 2013)

2.1.5 Pengertian Kualitas Pada Struktur Beton


Pada proyek konstruksi, tidak semua pelaksanaan pekerjaan berjalan lancar sesuai
dengan rencana dan perhitungan yang telah dibuat. Dalam pelaksanaannya dibutuhkan
kerjasama yang baik antara perencana, pengawas, dan pelaksana. Apabila kerjasama
tidak berjalan dengan baik, maka akan berdampak buruk pada proyek konstruksi
tersebut. Dampak yang akan terjadi adalah kualitas konstruksi yang buruk dan bahkan
dapat menyebabkan kegagalan konstruksi.
Kualitas atau mutu memiliki pengertian sifat dan karakteristik produk atau jasa yang
membuat suatu produk tersebut memenuhi kebutuhan pengguna jasa konstruksi.
Definisi lain dari mutu yang berkorelasi dengan pekerjaan konstruksi yaitu Fitness For
Use, yang berarti seperti yang diuraikan diatas, dan juga memperhatikan masalah
ketersediaan produk konstruksi, keandalan konstruksi, dam masalah pemeliharaan
konstruksi. Setelah memahami definisi kualitas, maka perlu dilakukan pengelolaan
mutu yaitu salah satunya dengan cara memeriksa keandalan mutu suatu konstruksi
secara berkala. Cara memeriksa mutu suatu bangunan yaitu dapat dilakukan secara
visual maupun dengan melakukan pengujian. Kualitas dapat diminamilisir dengan
perawatan dan pemeliharaan secara berkala pada sebuah konstruksi dimulai dari masa
setelah pembangunan tersebut selesai. Kegiatan perawatan dan pemeliharaan berguna
untuk mengetahui dibagian atau komponen manakah yang terdapat Kualitas. Hal
tersebut memudahkan proses perawatan dan bahkan perbaikan suatu komponen
konstruksi tersebut.

2.1.6 Macam- Macam Kerusakan Pada Beton


Cacat-cacat pada beton dapat mempengaruhi integritas beton dan mempengaruhi
tampilan permukaan beton. Terdapat beberapa macam cacat beton yang terjadi di proyek
The Ayoma Apartment. Berikut macam macam cacat beton yang terjadi beserta
penguraiannya:
1. Honeycomb (Keropos seperti sarang lebah)
Honeycomb adalah lubang-lubang yang relatif dalam dan lebar pada beton. dapat dilihat
pada Gambar 2.1. Honeycomb terbentuk ketika mortar gagal untuk mengisi rongga anara
partikel kasar agregat. Kerusakan honeycomb mengakibatkan kerusakan struktural
maupun non struktural tergantung lokasi dan luasnya honeycomb. (Concrete
Construction, 2000).

Gambar 2.1.1 Honeycomb pada beton


(sumber: internet)

Terdapat beberapa penyebab terjadinya honeycomb pada beton, antara lain:


a. Slump beton yang terlalu rendah
Pada dasarnya, slump test merupakan salah satu jenis pengetesan pada beton untuk
mengetahui workability beton segar sebelum diterima dan diaplikasikan dalam
pekerjaan pengecoran. Slump beton yang terlalu rendah menjadi pertanda bahwa beton
memiliki kelecakan dan konsistensi yang kurang, workability beton kurang, sehingga
menjadikan beton tidak mudah masuk ke sela-sela celah tulangan yang kecil.
Workability beton segar pada umumnya diasosiasikan dengan:
• Homogenitas atas kerataan campuran adukan beton segar (homogenity)
• Kelekatan adukan pasta semen (cohesiveness)
• Kemampuan alir beton segar (flowability)
• Kemampuan beton segar mempertahankan kerataan dan kelekatan jika dipindah
dengan alat angkut (mobility)
• Mengindikasikan kondisi plastis pada beton (plasticity)

b. Segregasi
Menurut SNI 03-3967-1995, definisi segregasi adalah peristiwa terpisahnya antara pasta
semen dan agregat dalam suatu adukan, seperti pada Gambar 2.2.

Gambar 2.1.2 Segregasi pada Beton


(sumber: internet)
1) Tingginya berat jenis agregat kasar.
Menurut SNI 03-2847-2002, agregat kasar merupakan agregat yang mempunyai ukuran
butir antara 5,00 mm sampai 40 mm. Besar butir agregat kasar maksimum tidak boleh
lebih daripada 1/5 jarak terkecil antara bidang- bidang samping cetakan, 1/3 dari tebal
atau ¾ dari jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan atau kawat-kawat, bundel
tulangan, atau tendon-tendon prategang.
2) Kurangnya semen pada campuran beton.
Semen pada beton berfungsi sebagai perekat antar elemen beton. Semen adalah salah
satu faktor yang mempengaruhi kekuatan beton, maka dari itu volume semen pada
campuran beton haruslah diperhitungkan dengan tepat.
3) Rasio air / semen.
Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air
sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton (SNI
tahun 2002). Air berfungsi untuk melangsungkan proses hidrasi dengan semen, sebagai
pelumas atau workability. Volume air pada campuran beton sangat berpengaruh pada
kualitas beton nantinya, maka pada saat mendesain campuran beton, haruslah dihitung
perbandingan semen, air dan pasirnya dengan tepat.
4) Cara pengolahan yang tidak memenuhi syarat.
Pengolahan beton pada suatu proyek konstruksi harus dillakukan secara tepat agar
didapatkan hasil beton yang berkualitas. Beton yang diolah dengan tidak/kurang tepat
seperti pencampuran dan pengadukan beton yang kurang baik, pengangkutan atau
pemindahan beton yang tidak benar atau jarak yang terlalu jauh, tidak memperhatikan
tinggi jatuh beton pada saat penuangan beton, proses pemadatan yang kurang baik, serta
perawatan pada beon yang kurang baik, akan menghasilkan beton yang kurang baik.

c. Jarak antar tulangan yang terlalu dekat


Batasan spasi atau jarak antar tulangan telah diatur sebagaimana pada SNI 03- 2847-
2002, antara lain:
1) Jarak bersih antara tulangan sejajar dalam lapis yang saman, tidak boleh kurang dari
db (diameter nominal batang tulangan, kawat, atau strand prategang, dengan satuan mm)
ataupun 25 mm.
2) Bila tulangan sejajar tersebut diletakkan dalam dua lapis atau lebih, tulangan pada lapis
atas harus diletakkan tepat di atas tulangan di bawahnya dengan spasi bersih antar
lapisan tidak kurang dari 25 mm.
3) Pembatasan jarak bersih antar batang tulangan ini juga berlaku untuk jarak bersih
antara suatu sambungan lewatan dengan sambungan lewatan lainnya atau dengan batang
tulangan yang berdekatan.
Berdasarkan ketentuan yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa jarak antar tulangan
tidak boleh terlalu dekat, karena dapat mempersulit agregat kasar maupun agregat kecil
pada saat pengecoran.

d. Pelaksanaan pemadatan yang kurang baik


Proses pemadatan pada saat pelaksanaan pengecoran beton harus dilakukan dengan tepat
dan benar seperti terlihat pada Gambar 2.3. Apabila proses pemadatan dilakukan dengan
tidak tepat, maka akan menyebabkan terjadinya segregasi dan timbulnya resiko
terbentuk kantong-kantong semen yang
lubang-lubang seperti sarang lebah, lubang-lubang di permukaan yang banyak dan
permukaan yang kotor.

Gambar 2.1.3 Contoh pemadatan dengan Batang Penggetar


(sumber: SNI 03-3976-1995)

e. Pelaksanaan penuangan beton yang tidak tepat


Campuran beton yang dituangkan pada proses pengecoran, harus jatuh di tengah media
yang akan dicor. Cara penuangan pada Gambar 2.4 point b dan c dapat mencegah
terjadinya segregasi.

Gambar 2.1.4 Contoh Penuangan Beton yang Benar (sumber: SNI 03-3976-1995)
Terdapat beberapa pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak honeycomb, yaitu
gradasi agregat yang benar, periksa integritas cetakan terutama di bagian
joint/sambungan dan pemadatan yang dilakukan dengan tepat.
2. Retak Pada Beton
Retak secara luas dapat diklasifikasikan sebagai retak struktural maupun non-
struktural. Retak struktural dapat terjadi karena adanya kesalahan desain atau juga bisa
terjadi karena beban yang melebihi kapasitas sehingga dapat membahayakan bangunan.
Retak yang menyebar dari balok beton bertulang adalah salah satu contoh retak
struktural. Retak non-struktural sebagian besar terjadi karena adanya tegangan yang
diinduksi secara internal dalam material bangunan dan umumnya hal ini tidak struktur.
mengakibatkan melemahnya struktur Menurut Ghafur (2009), retak dapat dikenali
dengan tiga parameter yaitu lebarnya, panjangnya, dan pola umumnya, lebar retak ini
sulit diukur karena bentuknya yang tidak teratur (irregular shape). Pada fase pengerasan
beton (8 jam pertama setelah pencetakan) terdapat retak mikro, retak ini sulit dideteksi
karena terlalu kecil. Untuk melihat lebar dari retak mikro, biasanya digunakan alat
Crack Microscope yang lebarnya bervariasi antara 0,125-1 mm. Retak mikro apabila
dibebani akan menjadi retak yang lebih besar. Lebar retak maksimum yang diijinkan
dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut:

Gambar 2.1.5 Tabel Jenis Struktur Dan Kondisi


sumber: ACI Committee 224R (2001)
Sebenarnya setiap beton yang dibuat untuk suatu pembangunan pasti akan mengalami
suatu retakan. Hal ini disebabkan oleh pengaruh beton secara langsung sehingga
keretakan pada beton tidak dapat dihindarkan. Berikut beberapa faktor penyebab
keretakan pada beton:
a. Suhu
Pada saat beton sedang mengalami proses perkerasan, suhu yang tidak stabil akan
menyebabkan kerusakan pada beton. Suhu yang timbul akibat reaksi dari air dengan
semen akan terus meningkat pada saat campuran beton mengalami proses perkerasan,
sehingga pada saat suhu sedang meningkat dan kondisi beton sudah mengeras, sering
timbulkeretakan pada permukaan beton.
b. Sifat beton itu sendiri
Pada saat beton sedang dalam proses pengerasan, beton akan mengalami pengurangan
volume dari volume awal. Hal ini disebabkan air yang terkandung pada beton mengalami
penguapan, yang berakibat berkurangnya volume dari beton, dengan kata lain terjadi
penysutan pada beton yang sedang mengalami proses pengerasan.
c. Proses pembuatan yang kurang baik
pada beton agar pengeluaran air dari campuran beton tidak berlebihan. Apabila terjadi
pengeluaran air yang berlebihan pada campuran beton, maka akan mengakibatkan
terjadinya retakan pada beton.
d. Lingkungan
Lingkungan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada saat beton sudah selesai
dicor, dimana beton akan mengalami kontak langsung dengan lingkungan. Pengaruh
lingkungan yang menyebabkan beton retak diantaranya adalah air hujan dan suhu yang
tinggi. Air hujan yang mengenai permukaan beton, akan masuk ke dalam beton yang
kemudian mencapai tulangan, dimana hal tersebut dapat menyebabkan baja tulangan
menjadi korosi, sehingga beton akan mengalami keretakan. Beton yang akan mengalami
pengaruh lingkungan seperti yang diberikan pada Tabel 2.3 harus memenuhi rasio air-
semen dan persyaratan kuat tekan karakteristik beton yang ditetapkan pada tabel
tersebut. Suhu yang tinggi dari lingkungan pada saat proses pengerasan pada beton, akan
meningkatkan suhu.panas hidrasi pada semen. Hal tersebut juga dapat mengakibatkan
terjadinya retakan pada beton.

Gambar 2.1.6 Tabel Persyaratan Untuk Pengaruh Lingkungan Khusus


sumber: SNI 03-2847-2002)
Jenis-jenis Keretakan pada Beton
Pada bangunan yang telah digunakan, struktur beton pastinya akan menerima
beban. Struktur beton pada setiap bangunan telah diperhitungkan kapasitas
kekuatan dan penerimaan bebannya masing-masing. Apabila struktur beton
tersebut menerima beban berlebihan Dimana beban terseebut melebihi beban yang
telah direncanakan, maka akan sangat mungkin beton tersebut mengalami
keretakan.
Secara umum ada dua jenis retak pada beton yaitu retak struktur dan retak nonstruktur.
Kedua jenis ini memiliki penyebab dan karakteristik yang berbeda. Berikut penguraian
singkat mengenai retak struktur dan retak non-struktur pada beton:
1) Retak Struktur
Retak struktur merupakan jenis retak yang berbahaya terhadap kekokohan suatu
bangunan. Retak struktur memerlukan penanganan serius, bahkan tidak jarang
membutuhkan dana yang cukup banyak untuk membuat perkuatan agar struktur
bangunan tidak mengalami pergerakan. Ciri utama dari terjadinya retak struktur yaitu:
Kedalaman retak lebih dari 5 mm (SK SNI).
Nilai Mn < Mu dalam perancangan beton, yang artinya bahwa
beton tersebut (Mn) tidak dapat menahan besarnya momen yang terjadi (Mu).
Retak tarik, yaitu dimana pelat tertarik ke bawah dan momen tarik (positif) bekerja
sehinga beton melendut ke bawah.
Retak tekan, yaitu dimana retakan terjadi pada permukaan lapisan atas pada bagian
tumpuan yang menumpu pada balok.
2) Retak Non-Struktur
Retak non-struktur umumnya tidak membahayakan namun terkadang mengurangi nilai
keindahan dari suatu bangunan. Ciri utama dari retak non- struktur adalah timbulnya
garis lembut dengan arah yang tidak beraturan. Retak non-struktur dibagi menjadi 3
macam, yaitu:
a. Crazing
Retak jenis ini terjadi karena plesteran yang terlalu banyak serta pasir yang
• Terjadi dalam selang waktu beberapa jam setelah aplikasi plesteran.
b. Retak Rambut Map Cracking
Retak jenis ini terjadi karena penggunaan semen yang terlalu banyak serta plesteran yang
diibiarkan terlalu cepat mengering. Ciri-ciri retak jenis map cracking adalah:
• Membentuk pola hexagonal dengan jarak hingga 200 mm.
• Pola retakan menyerupai peta (map).
• Struktur retak cenderung lebih dalam dan bersambung.
c. Retak susut (shrinkage)
Retak ini terjadi akibat kandungan semen yang tinggi, mutu pasir yang buruk serta
plesteran yang diaplikasikan terlalu tebal. Solusi perbaikannya adalah dengan
menggunakan dempul. Berdasarkan faktor penyebabnya, retak susut dapat dibedakan
menjadi beberapa tipe, diantaranya:
• Susut Plastis
Retak disebabkan oleh susut akibat menguapnya air. Penguapan yang cepat dari
kelembaban permukaan yang terekspos dari beton segar bisa terjadi setelah penyelesaian
(finishing) rampung, tapi sebelumnya perawatan (curing) dimulai. Jika pada setiap tahap
ini bleeding telah berhenti, tetapi kekuatan tarik beton masih sangat minim, maka
kondisi ini kondusif untuk terjadinya retak penyusunan plastis.
Bila kecepatan penguapan lebih dari 1 kg/m3 setiap jamnya, maka resiko retak
penyusutan plastis tinggi. Pada iklim tropis, kondisi seperti ini umum terjadi, apalagi
bila temperatur beton tersebut sudah tinggi.
• Susut Kering/Pengeringan (drying shrinkage)
Retak susut terjadi akibat kandungan semen yang tinggi, mutu pasir yang buruk serta
plester yang diaplikasikan terlalu tebal. Susut ini terjadi pada saat dinding/beton yang
sudah mengeras akibat masuknya gas Karbondioksida ke dalam pori beton. Faktor-
faktor yang mempengaruhi besarnya susut pengeringan antara lain:
a) Agregat pada beton berperan sebagai penahan susut pasta semen. Jadi, beton denan
kandungan agregat yang semakin tinggi akan semakin berkurang perubahan volumenya
akibat susut. Derajat ketahanan betton ditentukan oleh sifat agregatnya, yaitu denan
modulus elastisitas yang tinggi atau dengan permukaan yang kasar akan lebih tahan
terhadap proses susut.
b)Faktor air semen
Semakin besar faktor air semen, akan semakin besar pula efek susut
c)Ukuran elemen beton
Besar dan kelajuan susut akan berkurang apabila volume elemen betonnya semakin
besar. Akan tetapi, terjadinya susut akan semakin lama untuk elemen yang lebih besar
karena lebih banyak waktu yang diperlukan untuk pengeringan sampai ke bagian dalam.
d) Kondisi lingkungan
Faktor kelembaban di sekeliling beton sangat mempengaruhi besarnya sudut terhadap
laju perubahan susut semakin kecil pada lingkungan dengan kelembaban yang tinggi.
Temperatur di sekeliling juga merupakan faktor yang menemukan, yaitu susut akan
tertahan pada temperatur rendah
e) Banyaknya penulangan
Betonbertulanglebihsedikitdibandingkandenganbetonsederhana,Dimanaperbedaanrel
atifnyamerupakanfungsidari persentase tulangan.

3. Cold
Cold joint merupakan bidang sambungan yang tampak diantara penuangan
adukan yang berbeda, dapat dilihat contoh kejadian cold joint pada Gambar 2.5
Penyebab utama terjadinya cold joint adalah pembentukan kerak di permukaan beton
yang menghalangi penggabungan monolit antar lapisan beton yang dicor mengeras
dengan cepat, suhu udara yang tinggi, segregasi agregat kasar dan jumlah agregat halus
yang terlalu banyak. Terdapat beberapa pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak
terjadi cold joint yaitu pengecoran yang menerus tanpa berhenti, suhu beton yang rendah
atau maksimal 35ºC, periksa kembali gradasi agregat.

Gambar 2.1.7 Cold Joint pada Beton


(sumber: internet)
4. Spalling
Spalling adalah bagian permukaan beton yang terlepas dalam bentuk kepingan
bongkahan kecil. Kerusakan ini disebabkan oleh korosi tulangan, kebakaran, lain-lain.
Volume tulangan yang terkorosi membesar menimbulkan tegangan dalam tarik pada
beton sekeliling tulangan, jika tegangan ini melampaui kekuatan beton yang
mengelilinginya, terjadilah spalling. Pada saat kebakaran spalling disebabkan oleh
perbedaan pemuaian antara agregat dan mortar yang kontradiktif. Pada suhu tinggi,
agregat akan memuai, setelah suhu menjadi kembali ukuran agregat akan kembali
seperti semula. Sedangkan mortar memuai hanya sampai sekitar suhu 2000C, setelah
itu menyusut kembali. Perbedaan ini menimbulkan tegangan lokal pada bidang batas
antara kedua batas bahan ini.
2.1.7 Kolom
Mengacu pada SK SNI T-15-1991-03 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
untuk Bangunan Gedung, kolom adalah salah satu komponen penting pada struktur
bangunan yang bertugas untuk menyangga beban aksial tekan secara vertikal dengan
bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.
Sementara itu, berdasarkan kutipan dari Sudarmoko (1996), kolom merupakan suatu
batang tekan vertikal yang berfungsi memikul beban dari balok. Kolom memegang
peran penting dalam menopang suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom
merupakan titik vital yang dapat menyebabkan runtuhnya suatu struktur bangunan.
Fungsi kolom adalah sebagai penerusbeban seluruh bangunan ke pondasi.
Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan
sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat
bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang–barang), serta
beban hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah
roboh. Beban sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan
beban yang diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan
ke permukaan tanah di bawahnya. Sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila
besar dan jenis pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun, kondisi tanah pun harus
benar–benar sudah mampu menerima beban dari pondasi. Kolom menerima beban
dan meneruskan ke pondasi, karena itu pondasinya juga harus kuat, terutama untuk
konstruksi rumah bertingkat, harus diperiksa kedalaman tanah kerasnya agar bila tanah
ambles atau terjadi gempa tidak mudah roboh.
Struktur dalam kolom dibuat dapat dari besi dan beton. Keduanya
merupakan gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah
material yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan.
Gabungan kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau bagian
struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada
bangunan. Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) kolom dibagi kedalam tiga jenis,
yaitu kolom terikat (tied column), kolom spiral (spiral column) dan kolom komposit
(composite column) yaitu:
a. Kolom Terikat (Tied Column)
Kolom ikat ini pada umumnya dibuat dari material beton yang memiliki tulangan besi
memanjang. Dalam jarak spasi tertentu, tulangan besi akan diikat dengan sengkang
agar lebih kokoh. Kolom jenis ini paling banyak digunakan pada berbagai
jenis konstruksi bangunan. Hal itu dikarenakan kolom jenis ini relatif lebih mudah
dalam proses pengerjaannya dan juga lebih murah dari segi biaya.
b. Kolom Spiral (Spiral Column)
Sama halnya dengan kolom terikat, kolom spiral juga terbuat dari bahan material beton
yang diberi tulangan. Bedanya, pada kolom spiral ini, tulangan yang menyengkang
tulangan utamanya berbentuk spiral yang dililitkan sepanjang kolom. Penggunaan
sengkang spiral ini bertujuan untuk mengurangi deformasi yang diterima oleh kolom,
sehingga dapat mencegah kehancuran pada seluruh struktur bangunan.
c. Kolom Komposit (Composite Column)
Jenis kolom berdasarkan penguatan yang terakhir adalah kolom komposit. Material
yang digunakan pada jenis kolom ini masih sama seperti sebelumnya yang
menggunakan beton. Namun, tulangan yang dipakai pada kolom ini diganti dengan
baja. Kolom jenis ini memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dua jenis kolom
sebelumnya karena memiliki kekuatan yang lebih baik dengan penampang yang lebih
kecil.
2.1.8 Balok
Balok adalah salah satu struktur penopang beban pada bangunan yang membentang
secara horizontal. Pada bangunan yang terdiri lebih dari satu lantai, balok juga akan
berfungsi sebagai dudukan lantai atas dan sebagai pengikat kolom-kolom pada lantai
atas agar tetap bersatu dan tidak mudah bergerak serta mempertahankan bentuk
bangunan. Beban yang diterima oleh balok akan ditransfer ke kolom. Kemudian, beban
yang diterima oleh kolom akan didistribusikan ke fondasi di bawahnya. Oleh karena itu,
fondasi harus dibuat benar-benar kokoh agar bangunan tetap berdiri tegak. Adapun
Jenis-jenis Balok pada kontruksi sebagai berikut.
a. Balok Beton Bertulang
Balok beton bertulang adalah jenis balok yang terbuat dari beton dan diperkuat
dengan bahan baja tulangan. Balok ini cukup kuat dan tahan terhadap beban, sehingga
sering digunakan pada bangunan bertingkat atau bangunan yang berfungsi sebagai
tempat penyimpanan barang berat.
b. Balok Baja
Balok baja adalah jenis balok yang terbuat dari baja. Balok ini ringan dan
mudah diubah bentuknya, sehingga sering digunakan pada bangunan yang memiliki
bentuk yang tidak standar atau berbeda-beda pada setiap lantainya.
c. Balok Kayu
Balok kayu adalah jenis balok yang terbuat dari kayu. Balok ini mudah diolah
dan ringan, sehingga sering digunakan pada bangunan yang memiliki konstruksi
sederhana seperti rumah kayu atau bangunan yang berada di daerah pegunungan.
d. Balok Kantilever
Balok kantilever adalah balok yang hanya ditopang pada satu ujungnya saja.
Sedangkan ujung satunya lagi dibiarkan menggantung tanpa penyangga.
e. Balok Kontinu
Balok kontinu ini memiliki bentuk yang terus memanjang sepanjang kolom hingga
melewati dua kolom tumpuan lebih guna menghasilkan kekuatan yang lebih besar.

2.1.9 Pengujian mutu beton menggunakan Hammer test


Metode Hammer Test pertama kali diperkenalkan oleh Ernst O. Schmidt, seorang
insinyur sipil asal Jerman, pada tahun 1948. Schmidt mengembangkan alat khusus yang
disebut “rebound hammer” atau palu rebound yang berfungsi untuk mengukur
kekerasan permukaan beton. Penemuannya ini membuka jalan baru dalam dunia
konstruksi dan memberikan metode pengujian yang lebih cepat dan mudah daripada
teknik sebelumnya. Penemuan metode Hammer Test oleh Ernst O. Schmidt memiliki
dampak besar pada industri konstruksi dan pengujian material. Sebelum adanya metode ini,
pengujian kekuatan beton dilakukan dengan metode destruktif yang memerlukan pengambilan
sampel beton dari struktur bangunan. Hal ini tidak hanya memakan waktu, tetapi juga merusak
bagian dari bangunan itu sendiri. Penggunaan metode Hammer Test mengatasi kendala ini
dengan memungkinkan pengujian tanpa merusak struktur, sehingga meminimalkan kerusakan
potensial.
Uji Schmidt hammer merupakan metode pengujian kuat tekan beton yang
memperkirakan nilai kuat tekan beton terpasang berdasarkan kekerasan permukaan
beton. Test hammer merupakan alat yang ringan dan praktis untuk digunakan. Prinsip
kerja Hammer test adalah memberikan beban tumbukan pada permukaan beton dengan
menggunakan massa yang digerakkan dengan sejumlah energi tertentu. Tumbukan
antara massa dengan permukaan beton akan mengakibatkan pemantulan. Jarak pantulan
massa yang diukur memberikan indeks kekerasan permukaan beton sebesar. Kekerasan
beton dapat memberikan indikasi kuat tekan. Alat ini berguna dalam menentukan
keseragaman material beton pada struktur. Pengujian dengan alat ini sangat cepat
sehingga dapat mencakup area pengujian yang luas dalam waktu yang relatif singkat.
Alat ini sangat sensitif terhadap variasi yang ada pada permukaan beton , misalnya
adanya partikel batuan di beberapa tempat bagian yang dekat dengan permukaan. Oleh
karena itu perlu dilakukan beberapa kali pengukuran di sekitar setiap lokasi pengukuran.
Secara umum alat ini dapat digunakan untuk memeriksa keseragaman mutu beton pada
struktur dan memperoleh perkiraan kuat tekan beton. Acuan yang digunakan dalam
pengujian ini adalah SNI 03-4430-1997 Metode Pengujian elemen struktur beton dengan
menggunakan alat palu beton Tipe N dan NR serta SNI 03-4803- 1998 Metode metrik
refleksi untuk beton yang mengeras.
Pengujian dengan metode ini perlu pengambilan beberapa kali pengukuran disekitar
lokasi pada saat pengukuran yang kemudian hasilnya dirata-ratakan sesuai dengan
standar dan pengambilan dilakukan antara 9 sampai 25 titik untuk setiap daerah
pengujian dengan jarak antar titik adalah 5 cm (ASTM C805). Standar pengujian
hammer test yang digunakan dapat mengacuh pada SNI 03-4430-1997 tentang Metode
Pengujian Elemen Struktur Beton Dengan Alat Palu Beton (Hammer Test)”. Gambar 1
memperlihatkan hammer test yang digunakan dalam penelitian ini.

Gambar 2.1.8 Alat hammer test yang digunakan


Keungulan-keunggulan teknologi ini antara lain: a) pengukuran bisa dilakukan dengan
cepat; b) mudah digunakan; dan c) tidak merusak. Namun disamping itu, teknologi ini
memiliki keterbatasan, diantaranya adalah relative sulit dalam mengkalibrasi hasil
pengujian dan hanya memberikan informasi mengenai karakteristik beton pada
permukaannya saja. Hasil hammer test secara signifikan dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti kehalusan permukaan, ukuran, bentuk, dan kekakuan dari benda uji, umur
benda uji, permukaan dan kondisi kelembaban internal dari beton (Bungey et al, 2006).
Ada banyak jenis Hammer Test yang tersedia di pasaran. Berikut beberapa jenis
hammer test yang sering digunakan:
a. Hammer Test Schmidt
Schmidt Hammer Test adalah jenis yang kurang umum, tetapi yang paling akurat.
Hammer Test ini bekerja dengan mengukur gaya yang dibutuhkan untuk memecahkan
beton. Schmidt Test Hammer adalah alat yang ideal untuk menguji kekerasan beton.
Anda dapat melakukan pengujian dengan menekan ujung palu ke permukaan beton dan
kemudian melepaskannya. Anda dapat memperkirakan dampak pantulan palu dan
menggunakannya untuk menentukan kekerasan beton.
b. Rebound Hammer Test
Hammer Test Rebound manual adalah alat yang digunakan untuk menguji kekerasan
beton, dan juga membantu dalam menentukan ketebalan pelat beton.
Rebound Hammer Test Manual untuk beton mudah digunakan dan memberikan hasil
yang akurat, dan ini adalah jenis rebound hammer test yang paling umum. Palu ini
bekerja dengan mengukur pantulannya ketika jatuh ke beton.
c. Hammer Test Digital
Hammer Test digital adalah alat fungsional yang membantu menilai potensi tekan
beton. Alat ini mengirimkan tumbukan ke sampel substansial dan kemudian
menghitung pantulan menggunakan sensor digital. Detektor digital dapat
memberikan pembacaan yang lebih akurat daripada sensor analog standar atau
konvensional. Engineer dan ahli quality control menggunakan hammer test digital
untuk memastikan bahwa beton memenuhi spesifikasi kekuatan yang diperlukan, dan
mereka juga membantu dalam memecahkan masalah kualitas faktual.

Gambar 2.1.9 Komponen-komponen alat hammer test


Gambar 2.1.10 Sketsa Alat Kerja Hammer Test

Manfaat Hammer Test


Dalam konstruksi, Hammer test merupakan metode penting untuk mengevaluasi
integritas dan kualitas suatu bangunan, terutama material konstruksi seperti beton.
Berikut fungsi Hammer test pada bidag sipil dan pentingnya metode tersebut dalam
menjaga mutu konstruksi:
a. Evaluasi kekuatan beton
Fungsi utama Hammer test adalah untuk mengevaluasi Kekuatan beton pada
bangunan. Kekuatan beton penting dalam menentukan apakah suatu struktur dapat
menahan beban dan tekanan yang dihadapinya dengan menggunakan rebound
hammer, insinyur sipil atau kontraktor dapat mengukur kekerasan permukaan beton
dan memperkirakan nilai kuat tekannya dengan cepat dan efektif.

b. Deteksi kerusakan dan cacat struktur


Hammer test juga digunakan untuk mendeteksi kerusakan atau cacat struktur
pada bangunan.Ketika permukaan beton dipukul dengan palu elastis, perubahan gaya
elastis memberikan petunjuk adanya retakan, penyok atau keausan material.
Informasi ini memungkinkan para profesional untuk mengidentifikasi potensi
masalah dalam struktur dan mengambil tindakan perbaikan sebelum masalah menjadi
lebih buruk.
c. Pengujian Mutu Konstruksi
Hammer test yang digunakan untuk mengukur mutu konstruksi suatu
bangunan. Dengan mengukur gaya pantulan di berbagai area bangunan, para insinyur
dapat membandingkan kekakuan beton yang konsisten di seluruh struktur. Perbedaan
nilai pantulan yang berbeda mungkin menunjukkan ketidaksempurnaan dalam proses
konstruksi atau bahan yang tidak memenuhi standar yang diharapkan.

d. Memantau evolusi struktur bangunan


Selain itu, pengujian Hammer juga dapat digunakan untuk memantau evolusi
struktur bangunan dari waktu ke waktu. Inspeksi rutin dapat membantu memahami
bagaimana integritas bangunan berubah seiring waktu dan apakah ada perubahan
signifikan dalam ketahanannya. Hal ini penting terutama bagi bangunan tua, agar
lebih memahami kapan perawatan atau pemeliharaan perlu dilakukan untuk menjaga
keamanan dan ketahanan struktur.

2.1.10 Pengujian Ultrasonic Pulse Velocity


Ultrasonic Pulse Velocity adalah metode yang digunakan untuk mengukur
kecepatan hantaran dari gelombang (pulse velocity) ultrasonik yang melewati suatu
beton. Pengujian ini dapat dilakukan untuk mengetahui mutu beton pada struktur
beton bangunan gedung seperti, balok, kolom dan pelat melalui pengukuran
percepatan gelombang ultrasonic pada struktur beton yang akan di uji. Selain itu,
fungsi UPV juga dapat mendeteksi adanya diskontinuitas atau tidak seimbang seperti
cacat dalam, cacat permukaan, dan cacat dekat permukaan pada beton (Juarti dan
Noorlaelasari, 2017).
Prinsip dasar UPV adalah memanfaatkan rambatan gelombang ultrasonik
yang dikeluarkan oleh transducer pada benda kerja dan kemudian gelombang
baliknya ditangkap oleh receiver. Standar pengujian UPV yang digunakan dapat
mengacuh pada SNI C597-2012 “Metode Uji Kecepatan Rambat Gelombang Melalui
Beton (UPV)”. Gambar 2 memperlihatkan UPV yang digunakan dalam penelitian ini.
Gambar 2.1.11 Alat ultrasonic pulse velocity yang digunakan

Keunggulan-keunggulan pengujian UPV ini antara lain: a) kedalaman


jangkauan pendeteksian discontinuity lebih baik dari pada metode uji tak merusak
lainnya; b) dapat digunakan untuk pengukuran ketebalan; c) tingkat keakuratan yang
tinggi dalam menentukan posisi discontinuity serta prediksi bentuk dan ukurannya.
Namun dilain pihak, teknologi ini memiliki keterbatasan, diantaranya adalah: a)
membutuhkan media perantara untuk mentransfer energy suara pada material uji; b)
kekasaran pada permukaan yang akan di uji sangat mempengaruhi hasil inspeksi, dan
c) membutuhkan reference standard untuk kalibrasi alat dan analisis karakteristik dari
sinyal yang ditangkap tranducer.

Pengujian Ultrasonic Pulse Velocity bertujuan terutama untuk mengetahui/


mendeteksi beberapa kondisi beton sebagai berikut:
a. Integritas dan keseragaman integritas beton.
b. Kondisi keretakan beton dan kedalaman retaknya.
c. Honey-combing atau rongga-rongga di dalam beton.
d. Kondisi kepadatan beton (dan kesetaraannya pada kuat tekan beton).
Alat utama yang digunakan untuk pengujian Ultrasonic Pulse Velocity (UPV)
adalah Pundit, yang merupakan singkatan dari Portable Ultrasonic Non-destructive
Digital Indicating Tester. Pundit berfungsi untuk menghasilkan pulsa ultrasonik
rendah, dan sekaligus mengukur waktu yang dibutuhkan gelombang ultrasonik untuk
menjalar dalam suatu media di antara dua transducer, yang dalam hal ini adalah beton
yang akan diuji. Dalam pelaksanaannya, pengujian Ultrasonic Pulse Velocity ini pada
umumnya terdiri dari 3 aplikasi pengukuran, yaitu:
a. Direct transmission, di mana pengukuran dilakukan dengan cara
dua transducer (receiver dan transmitter) diletakkan saling berhadapan.
b. Semi-direct transmission, di mana receiving transducer dan transmitting
transducer diletakkan pada posisi menyamping, yaitu satu pada bidang tegak dan
yang lain pada bidang samping.
c. Indirect transmission, di mana receiving transducer dan transmitting
transducer diletakkan dalam satu bidang datar.

Gambar 2.1.12 Pengujian menggunakan UPV

Fungsi Alat UPV


Adapun fungsi alat UPV yang digunakan pada bidang kontruksi adalah
sebagai berikut.
a. Hemat waktu dan efisien
Alat uji beton ini termasuk dalam alat NDT (non destruktif) artinya tidak merusak
beton yang diuji. Hal ini mengurangi biaya perbaikan akibat kerusakan yang dapat
terjadi akibat metode pengujian yang merusak.

b. Keselamatan
Penggunaan pengujian kecepatan pulsa ultrasonik akan membantu mendeteksi
potensi kerusakan atau kerusakan beton pada struktur seperti jembatan, gedung
bertingkat, tanggul dan infrastruktur lainnya. Hal ini membantu menjaga
keselamatan masyarakat dan mencegah kemungkinan bencana struktural yang
disebabkan oleh kerusakan beton.

c. Evaluasi Struktur Beton


Pengujian kecepatan pulsa ultrasonik dapat digunakan untuk menguji integritas
dan keseragaman struktur beton. Dengan melakukan pengukuran di berbagai titik
pada beton, Anda dapat mengevaluasi apakah terjadi perubahan kualitas atau
kerusakan yang signifikan pada struktur.

d. Pemantauan Kualitas Konstruksi


Alat ini menggunakan metode cepat untuk memantau kualitas beton konstruksi
selama konstruksi. Dengan melakukan pemeriksaan secara berkala, kualitas beton
dapat dipastikan memenuhi standar peraturan.
e. Evaluasi Pemeliharaan dan Perbaikan
Apabila suatu bangunan sudah tua, Ultrasonic Pulse Velocity Testing dapat
digunakan untuk memeriksa kondisi beton dan membantu menilai apakah
terdapat kerusakan atau kemerosotan yang memerlukan pemeliharaan atau
perbaikan atau tidak.

f. Menentukan kekuatan dan kepadatan beton


Alat ini dapat membantu menentukan kecepatan gelombang ultrasonik yang
merambat melalui beton. Kecepatan ini erat kaitannya dengan kekuatan dan
kepadatan beton. Semakin tinggi kecepatan transmisi gelombang, semakin padat
dan tahan beton tersebut.

g. Mendeteksi kerusakan atau retakan


Alat pemeriksaan beton ini dapat mengidentifikasi kerusakan atau retakan pada
beton. Ketika gelombang ultrasonik melewati area beton yang rusak atau retak,
kecepatan gelombangnya akan berubah, menandakan bahwa beton tersebut
mengalami masalah struktur.

2.1.11 Tahapan Dalam Pengujian Struktur


1 . Tahapan Perencanaan
Tahapan perencanaan mencakup pendefinisian masalah, pemilihan jenis test
yang akan dilakukan sesuai dengan masalah yang dihadapi, penentuan banyaknya
pengujian yang akan dilakukan, dalam pemilihan lokasi pengujian
pada struktur/komponen struktur yang dapat mewakili kondisi struktur yang
sebenarnya. Tahapan-tahapan yang umumnya dilakukan pada tahap perencanaan ini
diuraikan sebagai berikut:
a) Penyelidikan Visual
Tahapan awal untuk mendefinisikan permasalahan yang ada dilapangan
adalah pengamatan visual. Dari pengamatan visual ini bisa didapatkan informasi
mengenai tingkat layanan dari komponen struktur (seperti lendutan), baik
tidaknya pengerjaan pada saat pembangunan struktur/komponen struktur (seperti
misalnya terdapat bagian keropos dan honeycombing pada beton), material
maupun tingkat struktural (seperti retak-retak akibat lenturan pada struktur beton).
Pada tahapan ini diperlukan tenaga ahli terlatih khusus yang dapat mendeteksi hal-
hal yang tidak normal yang terjadi pada struktur dan dapat membedakan jenis-
jenis kerusakan yang terjadi dan penyebabnya.
b) Pemilihan Jenis Pengujian
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis pengujian
struktur, diantaranya:
1. Tingkat kerusakan struktur yang diizinkan terjadi.

2. Tingkat keandalan hasil pengujian.

3. Jenis permasalahan yang dihadapi.


semua hal diatas secara optimal, sehingga diperlukan suatu diskusi
mengenai jenis metode yang akan digunakan.
c) Jumlah dan Lokasi Pengujian
Penentuan jumlah pengujian yang dibutuhkan ditentuan oleh:
1. Tingkat akurasi yang ditentukan.

2. Tingkat kesulitan pengujian/pengambilan sample.

3. Biaya yang dibutuhkan

4. Tingkat kerusakan.

2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan perlu diperhatikan tingkat kesulitan dalam mencapai
lokasi-lokasi yang telah ditentukan sebagai lokasi pengujian. Penanganan
peralatan pengujian harus dilakukan dengan baik selama pelaksanaan. Demikian
pula dengan keselamatan tenaga pelaksana harus diperhatikan. Perlu juga
diperhatikan pada saat pelaksanaan, pengaruh gangguan yang mungkin timbul
dari pengujian tersebut terhadap gedung-gedung/ struktur-struktur disekitar
lokasi struktur yang akan diuji.
3. Tahap Interpretasi
Tahap interpretasi dapat dibagi menjadi tiga tahapan yang berbeda, yaitu:
a. Peninjauan mengenai kekuatan bahan

b. Kalibrasi

c. Analisa / Perhitungan
2.2 Profil Mitra

2.2.1 Sejarah Dinas Perumahan dan Permukiman Provinsi Sumatera Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Provinsi Sumatera Selatan
atau dikena dengan Dinas Perkim adalah unsur penunjang Pemerintah Daerah
Provinsi Sumatera Selatan di bidang pembangunan sarana dan prasarana dasar. Sesuai
dengan Visi dan Misi Provinsi Sumatera Selatan lima tahun ke depan yaitu, “Sumsel
Maju Untuk Semua,” Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Provinsi
Sumatera Selatan menyusun rencana strategis-nya dengan menetapkan program dan
kegiatan lima tahunan dalam rangka mewujudkan visi misi Provinsi Sumatera Selatan
tersebut. Bertempat di Jalan Kapten A. Rivai / Ade Irma Nasution No.10 Kota
palembang, Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Provinsi Sumatera Selatan
Mempunyai tugas melaksanakan kewenangan desentralisasi dan tugas
dekonsentralisasi di bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Dipimpin oleh
Bapak Ir. H. Novian Aswardani, ST. MM. IPM, Asean Eng sebagai Kepala Dinas
Perumahan dan Kawasan Permukiman Provinsi Sumatera Selatan memiliki Struktur
Organisasi yang terdiri dari Sekretariat, Bidang Sarana dan Prasarana Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan Permukiman, Bidang Pengembangan Kawasan
Permukiman, Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan, Bidang Perumahan, dan
UPTD PIP2B yang mana semua unit ini di isi oleh ASN yang berjumlah 118 orang
yang siap bekerja guna memberikan pelayanan di bidang Perumahan dan Kawasan
Permukiman. Pada awalnya kantor wilayah pekerjaan umum pecah menjadi 9 bagian
hingga pada tahun 2017 terbitlah peraturan sehingga menjadi dinas perumahan dan
Kawasan Perumahan dan permukiman begitu juga dengan pekerjaan umum lainnya.
Dinas Perkim memiliki 2 gedung asli yang sduah bertahan dari tahun 1970 yang
sekarang Gedung asli tersebut sudah menjadi ruang perkantoran dan ruang kepala
dinas. Untuk memaksimalkan sumber daya manusia yang cukup perlunya tempat
yang aman dan nyaman sehingga dinas Perkim melakukan penambahan Gedung dua
lantai pertama kali pada tahun 2005 . Pada tahun 2011, Dinas perkim membangun
Gedung tambahan, namun lantai 2 yang dibangun terlebih dahulu (dapat dilihat pada
denah Gedung tambahan 2 dan 3). Lalu pada tahun 2013 dilanjutkan untuk
pembangunan lantai 1 pada Gedung tambahan 2 dan Gedung tambahan 3. Lalu
dilakukan pembangunan Uptd PIP2B di tahun 2009, sampai pada tahun 2016 mulai
dibangun lantai 3 semi permanen.
Gedung Belakang

Gedung Gedung Gedung tambahan


tambahan 3 Tambahan 2 I

Gedung Asli 1970

Tennis

Gedung Asli
(Kantor
Kepala Gateball
Dinas)

Gambar 2. 2.1 Denah Gedung Perkim

2.2.2 Visi dan misi Dinas Perkim


Adapun Visi dari Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Provinsi
Sumatera Selatan yaitu mengacu pada Kepala Daerah Gubernur Provinsi Sumatera
Selatan H. Herman Deru dan Wakil Gubernur H. Mawardi Yahya yaitu “Sumsel Maju
Untuk Semua” serta misi dalam mewujudkan misi tersebut adalah membangun dan
meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur, termasuk infrastruktur dasar guna
percepatan pembangunan wilayah pedalaman dan perbatasan, untuk memperlancar
arus barang dan mobilitas penduduk, serta mewujudkan daya saing daerah dengan
mempertimbangkan pemerataan dan keseimbangan daerah.

2.2.3 Struktur Organisasi Dinas Perkim


Struktur organisasi merupakan salah satu faktor penting dalam
sebuah bisnis. Struktur organisasi menentukan bagaimana tugas dan tanggung jawab
diorganisasikan dan bagaimana informasi dan keputusan dikomunikasikan dan
dibuat. Dalam suatu perusahaan, struktur organisasi juga menentukan bagaimana
sumber daya manusia dan keuangan diorganisasikan dan dialokasikan. Adapun
Struktur organisasi yang ada pada Dinas Perumahan dan Permukiman Provinsi
Sumatera Selatan dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut.
a. Kepala Dinas
Kepala Dinas merupakan jabatan tertinggi yang ada pada Dinas
Perumahan dan Permukiman Provinsi Sumatera Selatan. Tugas seorang kepala dinas
yaitu melaksanakan kewenangan desentralisasi dan tugas dekonsentrasi di bidang
Perumahan dan Kawasan Permukiman. Adapun fungsi sebagai kepala dinas sebagai
berikut:
- Penetapan perumusan perencanaan,kebijakan teknis pembangunan perumahan, tata
bangunan, penataan kawasan, pembinaan jasa konstruksi danperizinan sesuai dengan
kebijakan yang ditetapkan oleh gubemur
- Pembinaan, pengawasan dan pengendalian di bidang Perumahan dan Kawasan
Permukiman
- Pengkoordinasian pembinaan bimbingan teknis terhadap dinas lingkup Perumahan
dan Kawasan Permukiman kabupaten/kota
- Penyelenggaraan penyediaan sarana dan prasarana air minumdan sanitasi bagi
masyarakat berpenghasilan rendah dan rawan air
- Penyelenggaraan penyediaan dukungarr/bantuan untuk kerja sarnaantar
kabupaten/kota di bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman
- Pengembangan usaha jasa konstruksi dalarn penyusunan rencana program
- Penyelenggaraan kegiatan tanggap darurat di bidang bina jasa konstruksi

Kepala Dinas

Kelompok jabatan
Sekretaris Dinas
fungsional

Kepala sub bagian


perencanaan
evaluasi dan
pelaporan

Kepala sub bagian


umum dan
kepegawaian

kepala sub bagian


keuangan

kepala bidang sarana kepala bidang


Unit Pelaksana kepala bidang
dan prasarana air minum pengembangan kepala bidang
teknis dinas penataan bangunan
dan penyehatan kawasan perumahan
lingkungan
lingkungan pemukiman

kepala seksi
Kepala seksi Kepala seksi
perencanaan dan kepala seksi
perencanaan dan perencanaan dan
pengendalian penyiapan data
pengendalian pengendalian
penataan perumahan
AMPL pengembangan
lingkungan

kepala seksi kepala seksi


pengembangan kepala seksi kepala seksi
pengembangan kawaan penyuluhan
sarana pengolaan penataan bangunan
ppermukiman perkotaan perumahan
air minum

kepala seksi kepala seksi


kepala seksi kepala seksi
penyehatan penataan
pengembangan kawasan penyediaan
lingkungan lingkungan
permukiman perdesaan perumahan
permukiman kawasan

Gambar 2.2.2 Bagan Struktur Organisasi


b. Sekretariat
Sekretariat mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan
kewenangan desentralisasi dan tugas dekonsentrasi bidang perumahan dan kawasan
permukiman serta melaksanakan urusan umum, perlengkapan, hukum, organisasi,
tatalaksana, hubungan masyarakat kepegawaian,pendidikandan keuangan serta
melaksanakan koordinasi dan penetapan penyusunan rencana serta prioritas jangka
pendek, menengah dan jangka panjang. Adapun fungsi sekretariat sebagai berikut:
- Pengevaluasian urusan umum, perlengkapan kantor, keuangan dan kepegawaian
- Pelaksanaan pengawasan ke dalam/intern.
- Pelaksanaan koordinasi, sinkronisasi penyusunan rencana dan program serta
penyusunan anggaran pembangunan.
- Pelaksanaan koordinasi dan penyusunan keterpaduan program dalam
pemanfaatan berbagai sumber dana baik pusat, provinsi, kabupaten/kota maupun
bantuan luar negeri.
- Pelaksanaan koordinasi pentusunan pedoman standarisasi teknis perencanaan
umum untuk penataan Kawasan,perumahan, tata bangunan, air minum, dan
sarana lingkungan serta bina jasa konstruksi.
- Pelaksanaan survey, pendaataan, evaluasi dan pelaporan.
- Pelaksanaan urusan kepegawaian, Pendidikan dan pelatihan.

c. Subbagian umum dan kepegawaian


Adapun fungsi dari subbagian umum dan kepegawaian yaitu:
- Menyusun, menyiapkan, dan menginventaris data kepegawaian.
- Menyeapkan bahan usul kenaikan pangkat, pensiun, mutasi jabatan, mutase non
jabatan dan pembinaan kepegawaian.
- Memproses rotasi pegawai di lingkungan dinas.
- Menyiapkan rencana pengembangan Pendidikan pegawai dan mengurus
kesejahteraan pegawai.
- Mengerjakan pemeliharaan/perbaikan Gedung dan inventaris kantor.
- Memproses rotasi pegawai di lingkungan dinas.
- Menyiapkan rencana pengembangan, Pendidikan pegawai dan mengurus
kesejahteraan pegawai
- Mengerjakan pemeliharaan/perbaikan Gedung dan inventaris kantor.
- Melakukan penatausahaan, pemanfaatan dan pengamanan barang milik
negara/daerah.
- Melakukan penyusunan rencana kebutuhan barang unit (RKBU) dan rencana
pemeliharaan barang unit (RPBU)
d. Bidang sarana dan prasana air minum dan penyehatan lingkungan Permukiman
Adapun fungsi dari Bidang sarana dan prasana air minum dan penyehatan
lingkung permukiman :
- Pengevalusian teknis pembangunan, pengelolaan saran dan prasarana
penyehatan lingkungan permukiman serta pembangunan air minum.
- Pelaksanaan dan pengawasan, pengendalian pembangunan sarana dan prasarana
penyehatan lingkung permukiman serta pembangunan air minum.
- Pelaksanaan penyuluhan, pembinaan, pembangunan dan pengelolaan
penyehatan lingkungan permukiman serta pembangunan air minum.
- Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pembangunan pengelolaan sarana dan
prasarana penyehatan lingkungan permukiman dan pembangunan air minum
dan,
- Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh pimpinan.

Seksi Pengembangan sarana pengelolaan air minum


Adapun tugas dari Seksi Pengembangan sarana pengelolaan air minum:
- Melakukan penyiapan bahan pembinaan dan penyuluhan terhadap
pengelolaan air minum.
- Menyusun dan memeriksa program pengelolaan air minum secara terpadu
antara pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota sehingga produk
yang dihasilkan dapat berhasil secara optimal.
- Mengerjakan program pengelolaan air minum secara terpadu antara
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, sehingga produk yang
dihasilkan dapat berhasil secara optimal.
- Melakukan evaluasi pembinaan pemanfaatan sarana/prasarana air minum

Seksi penyehatan lingkungan permukiman


- Melakukan penyiapan bahan pembinaan dan penyuluhan terhadap
penyehatan.
- Menyusun, menyiapkan dan mengiventarisasi data kepegawaian;
- Menyiapkan bahan kenaikan pangkat, pensiun, mutasi jabatan, mutasi non
jabatan dan pembinaan kepegawaian.
- menyiapkan rencana pengembangan, dan mengurus kesejahteraan pegawai.
- Mengerjakan pemeliharaarr/perbaikan gedung dan inventaris kantor.
- Melakukan penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Unit (RKBU)dan
Rencana Pemeliharaan Barang Unit (RPBU).
e. Bidang Pengembangan Kawasan Permukiman
Bidang Pengembangan Kawasan Permukiman mempunyai tugas
melaksanakan pembinaan, pembangunan, pengawasan dan peningkatan infrastruktur
kawasan permukiman agar tercapai sasaran yang telah ditetapkan
- Perencanaan, peningkatan cakupan pengembangan kawasan
permukiman.
- Pelaksanaan peningkatan jumlah kabupaten/kota yang menerapkan
norma standar prosedur dan kriteria (NSPK) dalam pengembangan
kawasan permukiman sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)dan
kawasan agar terwujudnya pembangunan permukiman; dan
- pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh pimpinan.

Seksi Perencanaan dan Pengendalian Pengembangan Kawasan Permukiman,


mempunyai tugas :
- Melakukan survei investigasi pendataan dan bantuan teknis pengembangan kawasan
permukiman;.
- Melakukan perumusan perencanaan dan pengendalian, pengembangan kawasan
pemukiman provinsi dan kabupaten/kota rencanaan serta pengendalian
pengembangan kawasan permukiman;.
- Melakukan pengendalian, monitoring dan evaluasi bidang pengembangan kawasan
permukiman.
- Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh pimpinan.

Seksi Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan, mempunyai tugas:


- Menyusun dan menyiapkan dasar hukum terkait pengembangan kawasan
permukiman perkotaan;.
- Melakukan kegiatan dari pemerintah pusat yang berkaitan dengan permukiman
wilayah perkotaan.
- Melakukan penanganan kawasan kurnuh perkotaan, bersama pemerintah
kabupaten/kota, dunia usaha dan masyarakat.

Seksi Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan, mempunyai


tugas :
- Melakukan penataan dan pengembangan kawasan/permukiman perdesaan dan
pengembangan kawasan permukiman potensial dan berkelanjutan.
- Menyusun dan menyiapkan dasar hukum terkait pengembangan kawasan
permukiman perdesaan.
- Melakukan kegiatan dari pemerintah pusat yang berkaitan dengan permukiman
wijayah perdesaan tertinggal dan terpencil.
- Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh pimpinan.

f. Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan


Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di
bidang penataan, pengendalian bangunan dan lingkungan, pengawasan pemanfaatan
bangunan dan lingkungan. Adapun fungsinya yaitu:
- Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan pelaksanaan
di bidang penataan pengendalian bangunan dan lingkungan;
- Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang pengawasan pemanfaatan bangunan dan lingkungan; dan
- Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh pimpinan

Seksi perencanaan dan pengendalian penataan bangunan dan lingkungan,


mempunyai tugas :
- Menyusun perencanaan program tahunan dan lima tahunan bidang penataan
bangunan dan lingkungan.
- Menyusun perencanaan teknis bidang penataan bangunan dan lingkungan.
- Menyusun pedoman penataan bangunan dan lingkungan.
- Melakukan pengawasan dan pengendalian bidang penataan bangunan dan
lingkungan; dan
- Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh pimpinan.

g. Bidang Perumahan
Bidang Perumahan mempunyai tugas melaksanakan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan dan peJaksanaan di bidang penataan dan pengendalian
pembangunan. Adapun fungsinya yaitu:
- Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang
penataan dan pengendalian pembangunan perurnahan, mejiputi penetapan kebijakan
strategis, program perumahan di bidang pembiayaan perumahan, penyusunan
Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM) provinsi, pembinaan perumahan
formal, pengembangan kawasan perumahan, pembinaan hukum sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan dan pertanahan untuk perumahan;
- Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pernbinaan dan pelaksanaan di bidang
pengembangan perumahan swadaya, meliputi perumusan kebijakan, koordinasi
pelaksanaan, fasilitasi, pengawasan, sosialisasi, pengkajian bidang pembangunan
baru, pemugaran, perbaikan, perluasan, perbaikan dan pemanfaatan perumahan
swadaya;
Seksi Penyiapan Data Perumahan, mempunyai tugas :
- Melakukan survei investigasi, pendataan dan bantuan teknis pembangunan
dan rehabilitasi sarana dan prasarana perumahan;
- Menyiapkan peraturan, pedoman petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis dan
standar pembangunan perumahan;
- Menyiapkan bantuan teknis perencanaan dan pelaksanaan fisik
pembangunan perumahan
- Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh pimpinan

Seksi Penyuluhan Perumahan, mempunyai tugas :


- Menyiapkan baharr/rnateri penyuluhan dan pelaksanaan bidang
pembangunan perumahan;
- Melakukan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat bidang perumahan;
- Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh pimpinan.

Seksi Penyediaan Perumahan, mempunyai tugas :


- Merumuskan kebijakan di bidang penyelenggaraan penyediaan perumahan;
- Melakukan kebijakan di bidang fasilitasi penyediaan rumah urnurn, rumah
khusus, dan rumah swadaya bagi masyarakat berpenghasilan rendah;
- Melakukan kebijakan di bidang pembinaan penyelenggaraan penyediaan
perumahan
- Melakukan penyediaan sarana dan prasarana pendukung perumahan;
Mejaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh pimpinan
Adapun stuktur Organisasi Disperkim Sumsel Sebagai Berikut:
STRUKTUR ORGANISASI
BIDANG PENATAAN BANGUNAN DAN LINGUNGAN

KEPALA DiNAS

Ir. Basyaruddin Akhmad, M.Sc


NIP. 197008041994021002

KEPALA BIDANG PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Dr. KM. Aminuddin, ST., MT.


NIP. 197203141999031006

KEPALA SEKSI PENATAAN LINGKUNGAN KAWASAN KEPALA SEKSI PENATAAN BANGUNAN KEPALA SEKSI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN

Angga Sena Gautama, ST., MT. Ahmad Zulkarnain, ST., M.PWK, M.Eng Edy Garibaldi EDB, ST.
NIP. 198502132011011002 NIP. 198405052009021005 NIP. 196812041990031003

ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA

Sigit Taurasman, ST. Eko Susanto, A.Md Desti Rahmiati, ST. Rio Gentario Makri, ST., MT. Ariezki Yuliani, ST., MT. Romsilah, S.Sos Yudistira Perkasa, ST. Usman Ependy, ST. Destria Sukmawati, ST.
NIP. 198305062011011007 NIP. 197906072008011001 NIP. 199012282019032008 NIP. 197605112009031001 NIP. 197707052011012003 NIP. 198405052009021005 NIP. 197901262011011003 NIP. 197402172014071001 NIP. 199212022015032002

Siti Syahamahwati, ST. Agung Ferdiansyah, ST. Muhamad Fauzan, ST., MT. Mentari Rizka Pratiwi, ST. Tantya Monica, ST. Dewi Indriani, ST. Putri Karyuditha, ST.
NIP. 199704092019032004 NIP. 199105082020121004 NIP. 198004082015021002 NIP. 199507152019032012 NIP. 19911222020122007 NIP. 198303312014072001 NIP. 198912282020122008

Andriansyah, ST., MT. Eddo Yudiansyah, ST Rickyanti, SH. Andre Wijaya, ST. M. Hata Pranata Rones, ST. M. Isa Irfhan, A.Md. T Resi Jatmiko M.Yusuf Zultriadi, SE., M.Si Ahmad Khalilurahman, ST.

Rizky Pajar Rhamadon, A.Md.T Naura Latifa Hanum, ST. Angky Andini, A.Md Melati Lestari, ST. Muhammad Robbie Setiawan, ST.

2.2.3 Struktur Organisasi Disperkim Sumsel

Anda mungkin juga menyukai