Disyaratkan adanya laboratorium beton dengan peralatan yang lengkap serta dilayani
oleh tenaga-tenaga ahli yang dapat melakukan pengawasan mutu beton secara kontinu.
Berdasarkan jenisnya, beton dibagi menjadi 5 sebagai berikut ini.
a. Beton ringan
Beton ringan merupakan beton yang dibuat dengn bobot yang lebih ringan
dibandingkan dengan bobot beton normal. Agregat yang digunakan untuk
memproduksi beton ringan pun merupakan agregat ringan juga. Agregat yang
digunakan umumnya merupakan hasil dari pembakaran shale, lempung, slates, residu
slag, residu batu bara dan banyak lagi hasil pembakaran vulkanik. Menurut SNI 08-
1991-03 berat jenis agregat ringan sekitar 800 – 1800 kg/m3dan berdasarkan
penggunaan strukturnya berkisar 1400 kg/m3 dan memiliki kuat tekan antara 6,89 MPa
sampai 17,24 MPa pada umur 28 hari.
b. Beton normal
Beton normal adalah beton yang menggunakan agregat pasir sebagai agregat halus
dan split sebagai agregat kasar sehingga mempunyai berat jenis beton antara 2200
kg/m3– 2400 kg/m3 dengan kuat tekan beton antara 15 MPa – 40 MPa.
c. Beton berat
Beton berat adalah beton yang dihasilkan dari agregat yang memiliki berat isi lebih
besar dari beton normal atau lebih dari 2400 kg/m3. Untuk menghasilkan beton berat
digunakan agregat yang mempunyai berat jenis yang besar.
d. Beton massa
Dinamakan beton massa karena digunakan untuk pekerjaan beton yang besar dan
masif, misalnya untuk bendungan, kanal, pondasi, dan jembatan.
b. Segregasi
Menurut SNI 03-3967-1995, definisi segregasi adalah peristiwa terpisahnya antara pasta
semen dan agregat dalam suatu adukan, seperti pada Gambar 2.2.
Gambar 2.1.4 Contoh Penuangan Beton yang Benar (sumber: SNI 03-3976-1995)
Terdapat beberapa pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak honeycomb, yaitu
gradasi agregat yang benar, periksa integritas cetakan terutama di bagian
joint/sambungan dan pemadatan yang dilakukan dengan tepat.
2. Retak Pada Beton
Retak secara luas dapat diklasifikasikan sebagai retak struktural maupun non-
struktural. Retak struktural dapat terjadi karena adanya kesalahan desain atau juga bisa
terjadi karena beban yang melebihi kapasitas sehingga dapat membahayakan bangunan.
Retak yang menyebar dari balok beton bertulang adalah salah satu contoh retak
struktural. Retak non-struktural sebagian besar terjadi karena adanya tegangan yang
diinduksi secara internal dalam material bangunan dan umumnya hal ini tidak struktur.
mengakibatkan melemahnya struktur Menurut Ghafur (2009), retak dapat dikenali
dengan tiga parameter yaitu lebarnya, panjangnya, dan pola umumnya, lebar retak ini
sulit diukur karena bentuknya yang tidak teratur (irregular shape). Pada fase pengerasan
beton (8 jam pertama setelah pencetakan) terdapat retak mikro, retak ini sulit dideteksi
karena terlalu kecil. Untuk melihat lebar dari retak mikro, biasanya digunakan alat
Crack Microscope yang lebarnya bervariasi antara 0,125-1 mm. Retak mikro apabila
dibebani akan menjadi retak yang lebih besar. Lebar retak maksimum yang diijinkan
dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut:
3. Cold
Cold joint merupakan bidang sambungan yang tampak diantara penuangan
adukan yang berbeda, dapat dilihat contoh kejadian cold joint pada Gambar 2.5
Penyebab utama terjadinya cold joint adalah pembentukan kerak di permukaan beton
yang menghalangi penggabungan monolit antar lapisan beton yang dicor mengeras
dengan cepat, suhu udara yang tinggi, segregasi agregat kasar dan jumlah agregat halus
yang terlalu banyak. Terdapat beberapa pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak
terjadi cold joint yaitu pengecoran yang menerus tanpa berhenti, suhu beton yang rendah
atau maksimal 35ºC, periksa kembali gradasi agregat.
b. Keselamatan
Penggunaan pengujian kecepatan pulsa ultrasonik akan membantu mendeteksi
potensi kerusakan atau kerusakan beton pada struktur seperti jembatan, gedung
bertingkat, tanggul dan infrastruktur lainnya. Hal ini membantu menjaga
keselamatan masyarakat dan mencegah kemungkinan bencana struktural yang
disebabkan oleh kerusakan beton.
4. Tingkat kerusakan.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan perlu diperhatikan tingkat kesulitan dalam mencapai
lokasi-lokasi yang telah ditentukan sebagai lokasi pengujian. Penanganan
peralatan pengujian harus dilakukan dengan baik selama pelaksanaan. Demikian
pula dengan keselamatan tenaga pelaksana harus diperhatikan. Perlu juga
diperhatikan pada saat pelaksanaan, pengaruh gangguan yang mungkin timbul
dari pengujian tersebut terhadap gedung-gedung/ struktur-struktur disekitar
lokasi struktur yang akan diuji.
3. Tahap Interpretasi
Tahap interpretasi dapat dibagi menjadi tiga tahapan yang berbeda, yaitu:
a. Peninjauan mengenai kekuatan bahan
b. Kalibrasi
c. Analisa / Perhitungan
2.2 Profil Mitra
Tennis
Gedung Asli
(Kantor
Kepala Gateball
Dinas)
Kepala Dinas
Kelompok jabatan
Sekretaris Dinas
fungsional
kepala seksi
Kepala seksi Kepala seksi
perencanaan dan kepala seksi
perencanaan dan perencanaan dan
pengendalian penyiapan data
pengendalian pengendalian
penataan perumahan
AMPL pengembangan
lingkungan
g. Bidang Perumahan
Bidang Perumahan mempunyai tugas melaksanakan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan dan peJaksanaan di bidang penataan dan pengendalian
pembangunan. Adapun fungsinya yaitu:
- Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang
penataan dan pengendalian pembangunan perurnahan, mejiputi penetapan kebijakan
strategis, program perumahan di bidang pembiayaan perumahan, penyusunan
Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM) provinsi, pembinaan perumahan
formal, pengembangan kawasan perumahan, pembinaan hukum sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan dan pertanahan untuk perumahan;
- Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pernbinaan dan pelaksanaan di bidang
pengembangan perumahan swadaya, meliputi perumusan kebijakan, koordinasi
pelaksanaan, fasilitasi, pengawasan, sosialisasi, pengkajian bidang pembangunan
baru, pemugaran, perbaikan, perluasan, perbaikan dan pemanfaatan perumahan
swadaya;
Seksi Penyiapan Data Perumahan, mempunyai tugas :
- Melakukan survei investigasi, pendataan dan bantuan teknis pembangunan
dan rehabilitasi sarana dan prasarana perumahan;
- Menyiapkan peraturan, pedoman petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis dan
standar pembangunan perumahan;
- Menyiapkan bantuan teknis perencanaan dan pelaksanaan fisik
pembangunan perumahan
- Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh pimpinan
KEPALA DiNAS
KEPALA SEKSI PENATAAN LINGKUNGAN KAWASAN KEPALA SEKSI PENATAAN BANGUNAN KEPALA SEKSI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN
Angga Sena Gautama, ST., MT. Ahmad Zulkarnain, ST., M.PWK, M.Eng Edy Garibaldi EDB, ST.
NIP. 198502132011011002 NIP. 198405052009021005 NIP. 196812041990031003
Sigit Taurasman, ST. Eko Susanto, A.Md Desti Rahmiati, ST. Rio Gentario Makri, ST., MT. Ariezki Yuliani, ST., MT. Romsilah, S.Sos Yudistira Perkasa, ST. Usman Ependy, ST. Destria Sukmawati, ST.
NIP. 198305062011011007 NIP. 197906072008011001 NIP. 199012282019032008 NIP. 197605112009031001 NIP. 197707052011012003 NIP. 198405052009021005 NIP. 197901262011011003 NIP. 197402172014071001 NIP. 199212022015032002
Siti Syahamahwati, ST. Agung Ferdiansyah, ST. Muhamad Fauzan, ST., MT. Mentari Rizka Pratiwi, ST. Tantya Monica, ST. Dewi Indriani, ST. Putri Karyuditha, ST.
NIP. 199704092019032004 NIP. 199105082020121004 NIP. 198004082015021002 NIP. 199507152019032012 NIP. 19911222020122007 NIP. 198303312014072001 NIP. 198912282020122008
Andriansyah, ST., MT. Eddo Yudiansyah, ST Rickyanti, SH. Andre Wijaya, ST. M. Hata Pranata Rones, ST. M. Isa Irfhan, A.Md. T Resi Jatmiko M.Yusuf Zultriadi, SE., M.Si Ahmad Khalilurahman, ST.
Rizky Pajar Rhamadon, A.Md.T Naura Latifa Hanum, ST. Angky Andini, A.Md Melati Lestari, ST. Muhammad Robbie Setiawan, ST.