PENDAHULUAN
Tujuan penulis membuat atau menyelesaikan laporan ini yang pertama adalah
untuk menyelesaikan tugas besar kelompok sebelum Ujian Tengah Semester.Selanjutnya
memberi dan menambah pemahaman kepada anggota kelompok serta rekan-rekan
mahasiswa lain untuk mengetahui tentang beton bertulang konvesional, mengetahui
perbedaan antara beton bertulang konvesional dan beton bertulang pra cetak, mengetahui
kukurangan dan kelebihan menggunakan beton bertulang konvesional serta mengetahui
bagaimana proses pelaksanaan Beton Bertulang konvesional pada struktur kolom.
BAB 11
STUDI LITERATUR
Penggunaan konstruksi beton diminati karena beton memiliki sifat sifat yang
menguntungkan, seperti ketahannya terhadap api, awet, kuat tekan yang tinggi dan dalam
pelaksanaannya mudah untuk dibentuk sesuai dengan bentuk yang dikehendaki. Tetapi
konstruksi beton juga mempunyai kelemahan kelemahan, antara lain kemampuan
menahan tarik yang rendah sehingga konstruksinya mudah retak jika mendapatkan
tegangan tarik.
Nilai kuat tarik beton sangat kecil, berkisar antara 9% - 15% dari nilai kuat
tekannya. Kecilnya nilai kuat tarik dari beton inilah yang merupakan kelemahan terbesar
dari beton. Sehingga untuk menambah kuat tarik beton dapat dilakukan dengan diberi
tulangan yang mampu menahan gaya tarik.
2.2 Material Penyusun Beton
Semen yang diaduk dengan air akan membentuk pasta semen. Jika pasta semen
ditambah dengan pasir akan menjadi mortar semen. Jika ditambah lagi dengan kerikil/batu
pecah disebut beton.
Pada umumnya, beton mengandung rongga udara sekitar 1% - 2%, pasta semen
(semen dan air) sekitar 25% - 40% dan agregat (agregat halus dan agregat kasar) sekitar 60%
- 75%. Untuk mendapatkan kekuatan yang baik, sifat dan karakteristik dari masing-masing
bahan penyusun tersebut perlu dipelajari.(Tri Mulyono, 2003)
1. SEMEN PORTLAND
Semen portland didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan klinker
yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk
kalsium sulfat sebagai bahan tambahan, yang digiling bersama-sama bahan utamanya. Bahan
utama penyusun semen adalah kapur (CaO), silica (SiO3), dan alumina (Al2O3). (ASTM C-
150)
Fungsi utama semen pada beton adalah mengikat butir-butir agregat sehingga
membentuk suatu massa padat. Selain itu juga untuk mengisi ronggarongga udara diantara
butir-butir agregat.
2. AGREGAT
Dalam SK SNI T-15-1991-03, agregat didefinisikan sebagai material granular
misalnya pasir, kerikil, batu pecah, dan kerak tungku besi yang dipakai bersama-sama dengan
suatu media pengikat untuk membentuk beton semen hidrolik atau adukan.Kandungan
agregat dalam suatu campuran beton biasanya sangat tinggi,komposisinya dapat mencapai
60% - 70% dari berat campuran beton.Walaupun fungsinya hanya sebagai bahan
pengisi,tetapi karena komposisinya yang cukup besar, maka peran agregat menjadi sangat
penting. Karena itu karakteristik dari agregat perlu dipelajari dengan baik, sebab agregat
dapat menentukan sifat mortar atau beton yang akan dihasilkan. (Tri Mulyono,2004)
b. Persyaratan Agregat
Persyaratan-persyaratan yang diperlukan agar agregat dapat digunakan sebagai
campuran beton terdapat dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI 1971).
Persyaratan Agregat Halus :
Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir
agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari atau hujan.
Kandungan lumpur tidak boleh lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat
kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat
melalui ayakan 0.063 mm. Jika lebih dari 5 % maka agregat harus dicuci.
Tidak boleh mengandung bahan-bahan organis yang terlalu banyak, yang
harus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-Harder (dengan
larutan NaOH).Agregat halus yang tidak memenuhi persyaratan dari
percobaan warna ini dapat juga dipakai, asal kekuatan tekan adukan agregat
tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak boleh kurang dari 95 % dari kekuatan
adukan agregat yang sama tetapi dicuci dalam larutan NaOH 3 %, yang
kemudian dicuci hingga bersih dengan air, pada umur yang sama.
Agregat halus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan
apabil diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan berturut-turut 31.5
mm, 16 mm, 8 mm, mm, 2 mm, 1 mm, 0.5 mm, 0.25 mm (PBI 1971), harus
memenuhi syarat sebagi berikut :
a). Sisa diatas ayakan 4 mm, harus minimum 2 % berat.
b). Sisa diatas ayakan 1 mm, harus minimum 10 % berat.
c). Sisa diatas ayakan 0.25 mm, harus minimum 80% - 95% berat.
Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton,
kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan yang
diakui
3. AIR
Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi beton,
membasahi agregat, dan memberikan kemudahan dalam pengerjaan beton. Air yang dapat
diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran dalam pembuatan beton. Air yang
mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam, minyak, gula, atau
bahan-bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran beton akan menurunkan kualitas
beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat beton yang dihasilkan.
Pemakaian air untuk campuran beton sebaiknya memenuhi persyaratan (PBI 1971 ) :
a). Tidak mengandung lumpur (atau benda melayang lainnya) lebih dari 2 gram/liter.
b).Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat organik, dan
sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.
c). Tidak mengandung klorida ( Cl ) lebih dari 0.5 gram/liter.
d). Tidak mengandung senyawa-senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
Karena pasta semen merupakan hasil reaksi kimia antara semen dengan air, maka
bukan perbandingan jumlah air terhadap total berat campuran beton yang penting, tetapi
justru perbandingan air dengan semen atau biasa disebut Faktor Air Semen (water cement
ratio). Air yang terlalu berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah
proses hidrasi selesai dan hal tersebut akan mengurangi kekuatan beton yang dihasilkan.
Sedangkan terlalu sedikit air akan menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya,
sehingga dapat mempengaruhi kekuatan beton yang dihasilkan.
Kolom adalah merupakan elemen vertikal yang sangat banyak digunakan. Kolom
tidak selalu harus berarah vertikal , meskipun suatu elemen struktur bisa berarah miring,
asalkan bisa memenuhi definisi kolom, yaitu beban aksial hanya diberikan diujung-
ujungnya dan tidak ada beban transversal.
Menurut SNI 03-2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung, kolom adalah struktur dengan rasio tinggi terhadap dimensi lateral
terkecil melebihi 3 yang digunakan terutama yang mendukung beban aksial tekan. Kolom
adalah batang struktural vertikal yang kaku dan relatif ramping, serta dirancang untuk
menopang beban tekan yang diberikan pada ujung-ujung batang. Kolom merupakan
elemen struktur vertikal pada rangka bangunan yang menyalurkan beban dari atas secara
aksial dan menstranfer gaya tersebut ke pondasi.
Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada tiga jenis kolom
beton bertulang yaitu :
1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom
brton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak
spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini
berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada
tempatnya.
2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama
hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral
yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi
dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk menyerap
deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya
kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan
terwujud.
3. Struktur kolom komposit . Merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat
pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa
diberi batang tulangan pokok memanjang.
PEMBAHASAN
Beton konvensional adalah beton dengan penggunaan material, teknologi dan peralatan
yang masih sederhana. Kekuatan tekan dari beton konvensional maksimum 25 Mpa pada umur
28 hari. Tulangan yang digunakan dapat berupa besi polos atau besi ulir.Beton mempunyai
massa jenis
=2400 kg/m.
3.2 Perbedaan antara Beton Bertulang Konvesional dan Beton Bertulang Pra cetak
1. Beton bertulang konvesional dibuat dengan cara tradisional atau di cetak ditempat.
Sedangakan Beton bertulang pra cetak. Sedangkan Beton bertulang pra cetak adalah suatu
kompenen atau elemen struktur yang tidak di-cor/ dicetak ditempat dimana elemen
tersebut dipasang, melainkan dicetak/ di-cor di tempat lain dimana proses pengecoran dan
perawatan dilakukan dengan baik sesuai metode yang ada.
2. Pada beton bertulang konvesional pada saat pekerjaan bekisting dibutuhkan perancah,
sedangkan beton bertulang pra cetak tidak memerlukan perancah hanya saja
membutuhkan alat pengangkut sehingga tidak menimbulkan limbah.
3. Untuk pengerjaan beton bertulang konvesional biasanya membutuhkan banyak tenaga
kerja yang banyak pada saat pelaksanaan, sedangkan untuk beton bertulang pra cetak
tidak memerlukan banyak tenaga kerja.
4. Beton bertulang konvesional dibuat secara masal dan berulang sedangkan pada beton
bertulang pra cetak dalam sekali pembuatan atau percetakan bias menghasilkan beberapa
struktur beton.
Beton cor di tempat atau sering disebut cast in situ adalah beton yang langsung dicor
pada lokasi elemen struktur yang direncanakan. Keunggulan dari beton cor di tempat
adalah :
1. Lebih ekonomis dari segi biaya, tidak memerlukan biaya tambahan untuk transportasi
material dan alat berat khusus misalnya crane untuk proses pemasangan / perangkaian.
2. Meminimalisir terjadinya masalah pada sambungan elemen struktur.
1. Waktu pelaksanaan konstruksi lebih lama, karena masing-masing elemen struktur yang
saling ketergantungan harus dikerjakan secara berurutan.
2. Mutu kurang terjamin, terutama permukaan betonnya tidak sehalus beton precast.
Untuk kolom lantai pertama, Tulangan utama kolom (tulangan memanjang) bagian
bawahnya dibengkokkan dan dimasukkan kedalam rangkaian tulangan fondasi atau pelat
poer.
Pemasangan tulangan utama kolom (tulangan memanjang) dilakukan dengan bantuan
perancah untuk menyangga tulangan agar tetap tegak.
Setelah selesai memasang semua tulangan utama kolom (tulangan memanjang), pasang
tulangan sengkang yang berfungsi menjaga agar tulangan utama kolom (tulangan
memanjang)tidak bergeser atau berubah posisinya.
Tulangan sengkang dapat dipasang dengan cara dimasukkan dari atas atau samping
mengelilingi tulangan utama kolom (tulangan memanjang
Pada kondisi tertentu, tulangan kolom dapat dirangkai ditempat terpisah atau tidak
dirangkai langsung pada posisi seperti yang ditunjukkan gambar rencana. Namun pada
pelaksanaan yang demikian diperlukan alat untuk mengangkat rangkaian tulangan secara
utuh, misalnya menggunakan crane.
Dalam pemasangan besi tulangan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
Pekerjaan bekisting bisa jadi hal penting dalam proyek bangunan, kesalahan dalam
perencanaa, pengadaan atau pengelolaanya bisa menyebabkan keterlambatan atau bahkan
kegagalan proyek. Apalagi jika proyek yang kerjakan tergolong skala besar seperti gedung
bertingkat tinggi atau jembatan besar. setiap langkah perlu berjalan dengan baik agar dapat
dihasilkan formwork terbaik, termurah, sekaligus kualitas beton terbagus. Nah.. dsini kita akan
coba mengungkap seperti apakah alur kerja pekerjaan bekisting beton bertulang dari awal sampai
akhir, o.k langsung saja kita mulai .
Perencanaan bekisting
Pengadaan bekisting
1. Kapan dan bagaimana cara pengiriman bekisting dari supplier atau pabrik ke lokasi
proyek.
2. Monitoring pendatangan material bekisting berdasarkan data kebutuhan saat
perencanaan.
3. Bagaimana penyimpanan form work di area proyek, apakah mau di stock dulu atau
langsung dipasang.
Pemasangan bekisting
1. Pengukuran lokasi pekerjaan dengan tepat berdasarkan gambar shop drawing bekisting.
2. Selalu membersihkan bekisting sebelum dipasang, adanya kotoran pada dinding bekisting
dapat menimbulkan hasil cor beton tidak rapi, retak atau bahkan kegagalan struktur.
3. Pemasangan menyesuaikan garis marka ukur yang telah dibuat.
4. Cek ukuran (posisi, ketegakan, kedataran).
5. Cek Perkuatan bekisting apakah sudah benar-benar kuat.
6. Jika sudah maka bisa dilakukan pengecoran beton.
Pembongkaran bekisting
Pembuangan bekisting
1. Memilah-milah mana bekisting yang sudah tidak terpakai, ada material yang terpaksa
dibuang ditempat sampah, ada yang bisa dijual kembali karena masih memiliki nilai
harga jual.
2. Sampai disini proses pekerjaan bekisting sudah selesai.
Pekerjaan beton dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku
(SNI03 2847 Tahun 2002) dengan jenis beton yang akan dilaksanakan sesuai dengan
Rencana Anggaran dan Biaya (RAB).
Persyaratan uji :
Trial Test dan Mix Design, Merupakan uji awal sebelum pengecoran dilaksanakan, untuk
mengetahui takaran sesuai dengan mutu beton yang disyaratkan dan dipakai sebagai
acuan untuk pelaksanaan pekerjaan selanjutnya, khususnya untuk pelaksanaan beton
struktur.
Actual Random Test, Merupakan uji acak selama pelaksanaan pengecoran berlangsung
untuk mengetahui mutu beton pada bagian struktur tertentu.
Slump Cone Test, Merupakan uji acak untuk mengetahui mutu adukan beton dalam hal
ini jumlah volume airnya, untuk menjaga konsistensi perbandingan air, semen sehingga
didapat mutu beton seperti yang disyaratkan.
Tes Tekan Beton, Pada saat pelaksanaan pengecoran pondasi, balok, plat dan kolom
harus dibuatkan silinder dengan ukuran dan jumlah disesuaikan dengan ketentuan yang
dimuat dalam (SNI03 2847 Tahun 2002), dan dilakukan pengetesan di Laboratorium
konstruksi beton.
Adukan beton dengan perbandingan 1 pc : 3 ps : 5 kr digunakan untuk beton tidak
bertulang seperti : rabat beton dan lantai kerja, sedangkan adukan beton dengan
campuran 1 pc : 2 ps : 3 kr dipakai untuk kolom praktis, balok latai, ring balk atau beton
yang bukan struktur.
Bahan untuk adukan beton:
Semen :
Untuk pekerjaan konstruksi beton bertulang harus memakai semen sesuai standart SNI.
Dalam pelaksanaan pekerjaan diharuskan memakai semen satu produk/merk.
Semen yang didatangkan harus baik dan baru serta di dalam kantong-kantong semen
yang masih utuh.
Untuk penyimpanan diletakkan min. 20 cm diatas tanah. Semen yang mulai mengeras
harus segera dikeluarkan dari lapangan/lokasi.
Agregat Beton :
Pasir beton harus tajam, keras, bersih dari kotoran-kotoran dan bahan kimia, bahan
organik dan susunan diameter butirnya memenuhi persyaratan-persyaratan (SNI03
2847 Tahun 2002) jumlah butiran lumpur lembut harus kurang dari 5% keseluruhannya.
Ukuran maksimum dari batu pecah/split adalah 2 cm dengan bentuk lebih kurang seperti
kubus dan mempunyai bidang pecah minimum 3 muka dan split harus bersih, keras dan
bebas dari kotoran-kotoran lain yang dapat mengurangi mutu beton dan memenuhi
persyaratan (SNI03 2847 Tahun 2002).
Susunan ukuran koral/pembagian butir harus termasuk susunan batu agregat campuran di
daerah baik menurut (SNI03 2847 Tahun 2002).
Air :
Untuk adukan, air yang dipergunakan harus bebas dari asam, garam, bahan alkali dan
bahan organik yang dapat mengurangi mutu beton.
Besi Beton :
Kayu untuk beton dipakai kayu kelas II sesuai syarat dalam PPKI 70 atau dipakai kayu
meranti.
Papan bekisting dari papan meranti tebal 2 cm / multiplek tebal 9 mm dan
pemakaiannya maksimum 2 (dua) kali. Sebelum pengecoran bidang multiplek dilapis
cairan mud oil sampai rata agar pada waktu pembongkaran, beton tidak menempel pada
papan / multiplek, perancah bekesting dipergunakan kayu meranti ukuran minimum 5/7
cm atau rangka baja/schafolding.
Pekerjaan Bekisting :
Untuk mendapatkan bentuk penampang, ukuran dari beton seperti yang ditentukan dalam
gambar konstruksi, bekesting harus dikerjakan dengan baik, teliti dan kokoh.
Bekesting untuk pekerjaan beton, yaitu kolom, lantai, balok dll. dibuat dari papan/
multiplek t = 9 mm yang berkwalitas baik dan tidak pecah-pecah.
Konstruksi dari bekesting seperti sokongan-sokongan perancah dan lain-lain yang
memerlukan perhitungan
Cetakan harus menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk, ukuran dan tepi-
tepi yang sesuai dengan gambar-gambar rencana dan syarat-syarat pelaksanaan.
Bambu disarankan tidak digunakan sebagai tiang cetakan, disamping kekuatan dan
kekakuan dari cetakan juga stabilitas perlu diperhitungkan dengan baik, terutama
terhadap berat beton sendiri serta bahan-bahan lainnya yang timbul selama pengecoran,
seperti akibat vibrator dan berat para pekerja.
Sebelum pengecoran dimulai, bagian dalam dari bekesting harus bersih dan kering dari
air limbah, minyak dan kotoran lainnya.
Gambar rencana kerja untuk baja tulangan meliputi rencana pemotongan, pembengkokan,
sambungan, penghentian dll. Untuk semua pekerjaan tulangan harus dipersiapkan
menurut SNI03 2847 Tahun 2002.
Pemasangan tulangan harus sesuai dengan jumlah dan jarak yang ditentukan dalam
gambar.
Tulangan harus ditempatkan dengan teliti pada posisi sesuai rencana, dan harus dijaga
jarak antara tulangan dengan tulangan, jarak antara tulangan dengan bekesting untuk
mendapatkan tebal selimut beton / beton decking yang cukup.
mempergunakan penyekat / spacer, dudukan / chairs dari blok beton atau baja.
Bila dipakai blok beton, maka mutu beton harus sesuai dengan beton yang bersangkutan
atau dengan campuran 1 Pc : 2 Ps dan dipasang sudah dalam kondisi kering, semua
tulangan harus diikat dengan baik dan kokoh sehingga dijamin tidak bergeser pada waktu
pengecoran.
Sebelum melakukan pengecoran, semua tulangan harus diperiksa terlebih dahulu untuk
memastikan ketelitian penempatannya, kebersihan dan untuk mendapatkan perbaikan bila
perlu.
Tulangan yang berkarat harus segera dibersihkan atau diganti
Khusus untuk tebal selimut beton, dudukan harus cukup kuat dan jaraknya sedemikian
sehingga tulangan tidak melengkung dan beton penutup tidak kurang dari yang
disyaratkan. Toleransi yang diperkenankan terhadap bidang horizontalnya adalah 2.5
mm.
Langkah Kerja:
1. Pembuatan Mall:
a) Alas kerja untuk tempat perakitan harus rata atau datar,untuk mempermudah
pekerjaan.
b) Buat stoper dari balok kayu atau plywood yang lurus untuk column waler dan
girder.Kemudaian cek kesikuan,karena kesikuan pada pekerjaan ini sangat besar
dampaknya terhadap hasil pekerjaan nantinya.
c) Buat mall column dari plywood sesuai ukuran yang telah ditentukan,kemudian
cek diagonal mall column waler.
d) Buat mall untuk girder dan jaraknya disesuaikan dengan gambar konstruksi,sesuai
dengan jumlah girder yang dipakai.
3. Perakitan Girder:
a) Letakkan girder GT 21 ke column waler,kemudian pasang hook strap HB 24 ke
girder GT 24.Kencangkan dengan long socket dan impact wrench.
b) Pasang girder GT 24 ke column waler,pemasangan dimulai dari dari
bawah,kemudian pasang hook strap HB 24 dan kencangkan dengan long socket
dan impact wrench.
c) Untuk pemasangan girder berikutnya dibuatkan penyangga girder GT 24 dengan
balok kayu sesuai jarak antar girder GT 24.
d) Satukan kedua ujung girder GT 24,kemudian pasang extetion splice ke pertemuan
girder GT 24 dan kencangkan dengan wingnut.
e) Pasang girder GT 24 sisipan di sebelah sambungan extension splice dan harus
menumpu pada dua column waler.Penyambungan girder GT 24 ke column waler
memakai hook strap HB 24.
f) Letakkan kedua girder GT 24 bersebelahan,kedua girder GT 24 tersebut harus
menumpu pada dua column waler,kemudian sambung kedua girder GT 24
tersebut menggunakan double hook strap.
4. Perakitan Plywood:
a) Potong plywood sesuai yang direncanakan.kemudian letakkan plywood ke girder
GT 24.Ujung plywood bagian bawah dibuat cantilever 5 cm,kemudian dipaku
sementara,jangan terlalu kuat untuk nantinya bisa dibuka dan diatur kembali
jaraknya.
b.) Cek kesikuan panel kemudian pasang torx screw 6 x 60 dengan menggunakan
torx bit screw driver dengan menyesuaikan jarak sesuai dengan ukuran yang telah
ditentukan.
c.) Pasang kasau 5/7 diujung bawah plywood,kemudian pasang plywood(triplek)
penutup pada girder atas agar material dibawahnya tidak terkena adukan beton
nantinya.
Pada pembangunan kolom beton gedung bertingkat tinggi prosesnya sebagai berikut :
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Dari hasil analisa dua metode yaitu cast in situ dengan pracetak adapun saran sebagai
berikut :