Anda di halaman 1dari 6

Nama : Wyda Yuliani

Nim : 22019032

Kelas : B

PENGARUH KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR


BATU APUNG DAN BAHAN TAMBAH SILICA FUME

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dengan seiring perkembangnya zaman penggunaan beton semakin meningkat baik
untuk konstruksi gedung bertingkat maupun konstruksi rumah tinggal hal tersebut
mengakibatkan meningkanya material yang digunakan untuk membuat beton, sehingga
berdampak penambangan bahan yang berlebihan.
Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen
(Portland cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah (admixture atau additive).
Beton memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan struktur selain beton, diantaranya
karena harganya yang relatif murah, kemampuan menahan gaya tekan yang tinggi, tahan
terhadap perubahan cuaca dan lingkungan sekitar serta mudah dibentuk. Namun dalam
penggunaan struktur beton itu sendiri memliki beberapa kelemahan, diantaranya berat struktur
beton itu sendiri yang besar selain dari beban-beban yang lain. Untuk mengatasi kelemahan
tersebut maka perlu dipikirkan adanya beton ringan.
Disebut beton ringan jika berat volumenya 1400-1850 kg/m³. Ada beberapa agregat
ringan yang dapat dipakai untuk membuat beton agregat ringan antara lain vermicutlite, perlite,
batu apung (pumice stone), scoria, expanded slag, expanded clay dan expanded slate. Batu apung
sebagai salah satu bahan agregat ringan terbentuk dari pembekuan lava vulkanik gunung berapi.
Batu apung mempunyai density yang kecil yaitu antara 300–800 kg/m³ dan termasuk agregat
ringan. Beton dengan substitusi batu apung dapat digolongkan sebagai beton agregat ringan.
Substitusi parsial atau mengganti sebagian agregat kasar normal dengan agregat ringan batu
apung pada beton dapat dijadikan penyelesaian permasalahan density agregat kasar yang besar
sekitar 1200-1700 kg/m³. Density agregat kasar merupakan penyebab beratnya elemen struktur
beton utama seperti balok dan kolom.
Penulis disini akan mencoba mengadakan penelitian tentang beton ringan menggunakan
batu apung dan silica fume sebagai bahan tambah. Hal disebabkan karena berbagai keuntungan
yang dapat diperoleh dari penggunaan beton ringan diantaranya, berat jenis beton yang lebih
kecil sehingga dapat mengurangi berat sendiri elemen struktur yang mengakibatkan kebutuhan
dimensi tampang melintang menjadi lebih kecil sehingga beban yang diterima oleh pondasi lebih
ringan dan dimensi pondasi dapat lebih kecil serta dari segi ekonomi lebih hemat. Selain itu,
untuk wilayah yang memiliki resiko terjadinya bencana bumi juga memerlukan sistem struktur
yang memiliki berat total yang lebih ringan.
Sedangkan, penggunaan silica fume sebagai bahan tambah pada campuran beton ringan
yaitu karena silica fume merupakan pozzolan yang sangat lembut dan halus, dengan kadar
yang sangat tinggi seberas >90% dari senyawa SiO2 serta memiliki ukuran parikel rata-rata
partikel semen sekitar 1/100. Fungsi dari silica fume itu sendiri adalah untuk meningkatkan nilai
kuat tekan beton yang tinggi. Menurut Neville (1999:86), kelebihan dari penggunaan additive
silica fume antara lain dapat meningkatkan kohesi campuran dan mengurangi perembesan.
Kelebihan dari penggunaan additive silica fume tidak hanya terbatas pada sifat pozzolan-nya,
ada juga pengaruh fisik yang dapat dihasilkan dari partikel silica fume yang halus dan lembut
yaitu untuk mengisi ruang yang sangat rapat dengan partikel agregat.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh penggunaan batu apung sebagai pengganti agragat kasar dengan
penambahan silica fume terhadap kuat tekan beton ringan.
2. Bagaimana pengaruh penggunaan batu apung sebagai pengganti agragat kasar dengan
penambahan silica fume terhadap berbandingan variasi silica fume.
3. Bagaimana pengaruh umur beton ringan terhadap nilai kuat tekan beton.

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui nilai kuat tekan beton terhadap penggunaan batu apung sebagai bahan
pengganti agragat kasar dan silica fume sebagai bahan tambah dari total berat semen.
2. Untuk mengetahui pengaruh variasi penambahan silica fume pada kuat tekan beton
ringan dengan agregat kasar batu apung.
3. Untuk mengetahui pengaruh umur beton terhadap kuat tekan beton dengan agregat kasar
batu apung dan silica fume sebagai bahan tambah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang merupakan hasil disintegrasi alami batu-batuan atau
juga berupa hasil mesin pemecah batu dengan memecah batu alami. Agregat merupakan salah
satu bahan pengisi pada beton, namun demikian peranan agregat pada beton sangatlah penting.
Kandungan agregat dalam beton kira-kira mencapai 70%-75% dari volume beton. Agregat
sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu
bagian penting dalam pembuatan beton. Agregat dibedakan menjadi dua macam yaitu agregat
halus dan agregat kasar yang didapat secara alami atau buatan. Sekitar tiga perempat dari volume
beton terdiri dari agregat, yang terdiri dari agregat halus dan agregat kasar, sehingga tidak dapat
disangkal bahwa sifat-sifat mekanis yang dimiliki oleh suatu jenis beton sangat dipengaruhi oleh
sifat-sifat agregat pembentuknya. Salah satu kriteria penting dari pemilihan agregat tersebut ialah
gradasi atau keragaman ukuran dari agregat tersebut. Khusus untuk agregat kasar pada beton
untuk bangunan umum gradasi normal ialah antara 4,75 mm sampai 75 mm, dengan asumsi
umum bahwa komposisi yang baik, untuk mendapatkan kuat tekan beton yang optimal, ialah
yang mendekati standar minimum (biasanya dipakai agregat kasar dengan gradasi dari 0,5 cm
sampai 2,5 mm) dari standar komposisi tersebut.

2.2 Gradasi pasir


Gradasi agregat adalah distribusi ukuran kekasaran butiran agregat. Gradasi diambil dari
hasil pengayakan dengan lubang ayakan 10 mm, 20 mm, 30 mm dan 40 mm untuk kerikil.
Menurut peraturan SK-SNI-T-15-1990-03 kekasaran pasir dibagi menjadi empat kelompok
menurut gradasinya, yaitu pasir halus, agak halus, agak kasar dan kasar. Pasir yang digunakan
dalam adukan beton harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Pasir harus terdiri dari butir-butir tajam dan keras. Hal ini dikarenakan dengan adanya bentuk
pasir yang tajam, maka kaitan antar agregat akan lebih baik, sedangkan sifat keras untuk
menghasilkan beton yang keras pula.
2. Butirnya harus bersifat kekal. Sifat kekal ini berarti pasir tidak mudah hancur oleh pengaruh
cuaca, sehingga beton yang dihasilkan juga tahan terhadap pengaruh cuaca.
3. Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering pasir, lumpur yang ada
akan menghalangi ikatan antara pasir dan pasta semen, jika konsentrasi lumpur tinggi maka
beton yang dihasilkan akan berkualitas rendah.
4. Pasir tidak boleh mengandung bahan organik terlalu banyak.
5. Gradasinya harus memenuhi syarat.Analisis Uji Kuat..., (Tri Maryoko, Fakultas Teknik UMP,
2015)

Menurut Standar Nasional Indonesia (SK SNI – S – 04 – 1989 – F : 28) disebutkan mengenai
persyaratan pasir atau agregat halus yang baik sebagai bahan bangunan sebagai berikut :
1. Agregat halus harus terdiri dari butiran yang tajam dan keras dengan indeks kekerasan < 2,2.
2. Sifat kekal apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut:
• Jika dipakai natrium sulfat bagian hancur maksimal 12%.
• Jika dipakai magnesium sulfat bagian halus maksimal 10%.
• Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dan apabila pasir mengandung lumpur lebih
dari 5% maka pasir harus dicuci.
• Pasir tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak, yang harus dibuktikan
dengan percobaan warna dari Abrans Harder dengan larutan jenuh NaOH 3%.
• Susunan besar butir pasir mempunyai modulus kehalusan antara 1,5 sampai 3,8 dan terdiri dari
butir-butir yang beraneka ragam.
• Untuk beton dengan tingkat keawetan yang tinggi reaksi pasir terhadap alkali harus negatif.
• Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat halus untuk semua mutu beton kecuali dengan
petunjuk dari lembaga pemerintahan bahan bangunan yang diakui.Analisis Uji Kuat..., Tri
Maryoko, Fakultas Teknik UMP, 2015
• Agregat halus yang digunakan untuk plesteran dan spesi terapan harus memenuhi persyratan
pasir pasangan.
2.3. Beton
Beton adalah suatu material yang terdiri dari campuran semen, air, agregat (kasar dan
halus) dan bahan tambahan bila diperlukan. Beton yang banyak dipakai pada saat ini yaitu beton
normal. Beton normal ialah beton yang mempunyai berat isi 2200–2500 kg/m³ dengan
menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah. Beton didefinisikan sebagai bahan
yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen portland dan air tanpa
tambahan zat aditif (PBI, 1971). Tetapi belakangan ini definisi dari beton sudah semakin luas,
yaitu beton adalah bahan yang terbuat dari berbagai macam tipe semen,Analisis Uji Kuat..., Tri
Maryoko, Fakultas Teknik UMP, 2015 agregat dan juga bahan pozzolan, abu terbang, terak
dapur tinggi, sulfur, serat dan lain-lain (Neville dan Brooks, 1987).Dalam perencanaan beton
sering dikenal istilah beton konvensional, yaitu beton dengan penggunaan material, teknologi
dan peralatan yang masih sederhana. Nilai kuat tekan beton dapat diketahui dari hasil pengujian
kuat tekan terhadap benda uji kubus (150 x 150 x 150 mm) yang dibebani dengan gaya tekan
dengan kecepatan dan besar tertentu secara bertahap hingga benda uji tersebut hancur. Sifat
beton yang baik adalah jika beton tersebut memiliki kuat tekan tinggi (antara 20 – 50 Mpa, pada
umur 28 hari). Dengan kata lain dapat diasumsikan bahwa mutu beton ditinjau hanya dari kuat
tekannya saja (Tjokrodimuljo,1996).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan beton, yaitu :
a. Faktor air semen (FAS) dan kepadatan
Didalam campuran beton air mempunyai dua buah fungsi, yang pertama untuk
memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya pengerasan dan
yang kedua sebagai pelicin campuran kerikil, pasir dan semen agar lebih mudah dalam
pencetakan beton. Kekuatan beton tergantung pada perbandingan faktor air semennya, semakin
rendah nilai faktor air semen maka semakin tinggi kuat tekan betonnya (Duff Abrams, 1919).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hampir untuk semua tujuan, beton yang mempunyai faktor
air semen minimal dan cukup untuk memberikan workabilitas tertentu yangAnalisis Uji Kuat...,
Tri Maryoko, Fakultas Teknik UMP, 2015 dibutuhkan untuk pemadatan, merupakan beton yang
terbaik. (L.J. Murdock and K.M. Brooks, 1979)

Anda mungkin juga menyukai