ABSTRACT
Nowadays a lot of infrastructure development using concrete, because apart easily obtainable
materials, concrete is also relatively awet. In the implementation of concrete work often occurs
constraints on the weather, such as in the dry season the air temperature high enough to cause the
hydration process faster than normal conditions. To overcome these obstacles, then the executor of
concrete work and concrete firm slap retarder made using additional material that serves as
Throttling hardening concrete.One of the ingredients that may slow the hardening of concrete is
sucrose, and sucrose are the ingredients in sugar. Besides easily accessible, sugar can also be used
as an alternative additive chemicals manufacturer.This study uses a mix concrete eksperimen.Pada
any added sugar content ranging from 0.05%, 0.075%, 0.1% and 1% of the weight of the cement.
Based on the results penelitlan, showed that concrete with added sugar content of 0.05% - 1%
takes connective longer than normal concrete. In addition and in terms of value for compressive
strength, concrete with added sugar content of 0.05% - 0.1% shows the compressive strength
higher than the compressive strength of normal concrete, while the concrete with added levels of
sugar 1% proved not reach standard compressive strength.
ABSTRAK
Dewasa ini pembangunan infrastruktur banyak menggunakan beton, karena selain bahan mudah
didapat, beton juga relatjf awet. Dalam pelaksanaan pekerjaan beton sering terjadi kendala pada
cuaca, seperti pada musim kemarau yang temperatur udaranya cukup tinggi sehingga
menyebabkan proses hidrasi lebih cepat dibandingkan kondisi normal. Untuk mengatasi kendala
tersebut, maka para pelaksana pekerjaan beton dan perusahaan beton slap pakai menggunakan
bahan tambahan retarder yang berfungsi sebagai pemerlambat pengerasan beton. Salah satu
bahan yang dapat memperlambat pengerasan beton adalah sukrosa, dan sukrosa merupakan
bahan yang terkandung dalam gula pasir. Selain mudah didapat, gula pasir juga dapat dijadikan
alternatif bahan kimia aditif pabrikan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Pada
setiap campuran beton ditambahkan kadar gula pasir yang bervariasi mulai dari 0,05%, 0,075%,
0,1% dan 1% dari berat semen. Berdasarkan hasil penelitlan, didapatkan hasil bahwa beton
dengan tambahan kadar gula pasir 0,05% - 1% membutuhkan waktu ikat lebih lama dibandingkan
dengan beton normal. Selain itu dan segi nilai kuat tekannya, beton dengan tambahan kadar gula
pasir 0,05% - 0,1% menunjukkan nilai kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kuat
tekan beton normal, sedangkan pada beton dengan tambahan kadar gula pasir 1% terbukti tidak
mencapai kuat tekan standar.
tinggi, sehingga dapat menyebabkan proses serta dapat juga ditambah dengan bahan
hidrasi yang lebih cepat dibandingkan tambahan kimia sesuai dengan kebutuhan
kondisi normal. Selain itu, manfaatnya dapat pekerjaan.
dirasakan bagi perusahaan beton siap pakai
yang harus mencapai lokasi proyek yang 2.1.1 Agregat
berjarak jauh, dimana bahan campuran Agregat ialah butiran mineral alami yang
pemerlambat perkerasan dapat memberikan berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
waktu tunda perkerasan sehingga mutu campuran mortar atau beton. Agregat ini
betonnya tetap terjaga sampai di lokasi menempati sebanyak 70% dan volume
proyek. Salah satu bahan yang dapat mortar atau beton. Agregat harus mempunyai
memperlambat pengerasan beton adalah bentuk yang baik (bulat atau mendekati
sukrosa (C12H22O11), dan sukrosa merupakan kubus), bersih, keras, kuat dan gradasinya
bahan yang terkandung dalam gula pasir. baik. Agregat harus pula mempunyai
Selain mudah didapat, gula pasir juga dapat kestabilan kimiawi dan dalam hal-hal tertentu
dijadikan alternatif bahan kimia aditif harus tahan aus dan tahan cuaca (Kardiyono
pabrikan. Oleh karena itu maksud dari Tjokrodimuljo, 1996; 13).
penelitian ini adalah untuk membuktikan a. Agregat Halus
kebenaran bahwa gula pasir merupakan salah Agregat halus adalah pasir yang lolos
satu bahan tambahan pemerlambat saringan No.8 dan tertahan saringan No.200.
perkerasan beton. Sedangkan tujuan Agregat halus adalah agregat berupa pasir
penelitian ini adalah untuk memberikan alam sebagai hasil desintegrasi alami dari
alternatif solusi bagi pelaksana proyek dalam batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang
melaksanakan pekerjaannya dan perusahaan dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan
beton siap pakai, baik untuk mengatasi mempunyai ukuran butir sebesar 5 mm (SNI-
pengaruh temperatur udara yang tinggi atau 03- 6861.1-2002; 27). Pasir adalah bahan
pun jarak yang jauh sehingga mutu beton batuan halus, terdiri dari butiran dengan
yang digunakan akan tetap terjaga. ukuran 0,14-5 mm, didapat dari hasil
desintegrasi batuan alam (natural sand) atau
II. TINJAUAN PUSTAKA dengan memecahkan (artificial sand) (A.G
2.1 Beton Tamrin, 2008). Menurut SNI-03-6861.1-2002
Beton adalah bahan komposit yang (spesifikasi agregat sebagai bahan bangunan;
terdiri dan bahan berbutir yang disebut 28) agregat halus sebagai campuran untuk
agregat yang fungsinya sebagai bahan pembuatan beton harus memenuhi syarat-
pengisi (filler), yang tertanam di dalam suatu syarat sebagai benikut:
bahan matriks keras dan pasta semen yang 1) Agregat halus harus terdiri dari butir-
fungsinya sebagai bahan pengikat (binder), butir yang tajain dan keras, dengan
dan mengisi ruang-ruang diantara butiran indeks kekerasan ≤ 2,2
agregat serta melekatkan butiran agregat 2) Butir-butir agregat halus harus bersifat
menjadi satu kesatuan (Cecilia Lauw, 2006). kekal, artinya tidak pecah atau hancur
Beton diperoleh dengan cara oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti
mencampurkan semen portland air dan terik matahari dan hujan
agregat (dan kadang-kadang bahan tambah, 3) Sifat kekal, apabila diuji dengan larutan
yang sangat bervariasi mulai dan bahan kimia jenuh garam sulfat sebagai berikut :
tambahan, serat, sampai bahan buangan non (1) Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian
kimia) pada perbandingan tertentu yang hancur maksinium 12%
(Kardiyono Tjokrodimuljo, 1996; 1). (2) Jika dipakai Magnesium Sulfat,
Beton merupakan campuran antara semen bagian yang hancur maksimum 10%
portland atau semen hidraulik yang lain, 4) Agregat halus tidak boleh mengandung
agregat halus, agregat kasar dan air, dengan lumpur lebih dari 5% (ditentukan
atau tanpa bahan tambahan yang membentuk terhadap berat kering). Yang diartikan
masa padat (SNI-03-2847-2002). dengan lumpur adalah bagian-bagian
Berdasankan beberapa definisi di atas yang dapat melalui ayakan 0,060 mm.
dapat disimpulkan bahwa beton merupakan Apabila kadar lumpur melampaui 5%
baban struktur yang terdiri dari campuran maka agregat harus dicuci
agregat halus, agregat kasar, semen dan air
5) Agregat halus tidak boleh mengandung goresan batang tembaga, maksimum 5%.
bahan-bahan organis terlalu banyak yang Kekerasan dari butir-butir agregat kasar
harus dibuktikan dengan percobaan diperiksa dengan bejana penguji dari
warna dari Abrams Herder Rudeloff dengan beban penguji 20 ton.
6) Susunan besar butir agregat halus 2) Agregat kasar yang mengandung butir-
mempunyai modulus kehalusan antara butir pipih dan panjang hanya dapat
1,5 - 3,8 dan harus terdiri dari butir-butir dipakai, apabila jumlah butir-butir pipih
yang beraneka ragam besarnya. Apabila dan panjang tersebut tidak melampaui
diayak dengan susunan ayakan yang 20% dan berat agregat selurulmya
ditentukan, harus masuk salah satu dalam 3) Butir-butir agregat kasar harus bersifat
daerah susunan butir menurut zone 1,2,3, kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh
atau 4 (SKBI/BS.882) dan harus pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik
memenuhi syarat-syarat sebagai benikut: matahari dan hujan
(1) Sisa di atas ayakan 4,8 mm, harus 4) Sifat kekal, apabila diuji dengan larutan
maksimum 2% berat garam sulfat sebagai berikut:
(2) Sisa di atas ayakan 1,2 mm, harus (1) Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian
minimum 10% berat yang hancur maksimum 12%
(3) Sisa di atas ayakan 0,30 mm, harus (2) Jika dipakai Magnesium Sulfat,
minimum 15% berat bagian yang hancur maksimum 10%
7) Untuk beton dengan tingkat keawetan 5) Agregat kasar tidak boleh mengandung
yang tinggi, reaksi pasir terhadap alkali zat-zat yang dapat merusak beton, seperti
harus negatif zat-zat yang reaktif alkali
8) Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai 6) Agregat kasar tidak boleh mengandung
agregat halus untuk semua mutu beton, lumpur lebih dan 1% (ditentukan terhadap
kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari berat kering). Apabila kadar lumpur
lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang melampaui 1% maka agregat kasar harus
diakui dicuci
9) Agregat halus yang digunakan untuk 7) Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir
maksud spesi plesteran dan spesi terapan yang beraneka ragam besarnya dan
harus memenuhi persyaratan di atas apabila diayak dengan susunan ayakan
(pasir pasang). yang ditentukan, susunan besar butir
mempunyai modulus kehalusan antara 6 -
b. Agregat Kasar 7, 10 dan harus memenuhi syarat-syarat
Agregat kasar adalah agregat yang berikut:
butirannya tertahan saringan no.8, berupa (1) Sisa di atas ayakan 38 mm, harus 0%
kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari berat
batu-batuan atau berupa batu pecah yang (2) Sisa di atas ayakan 4,8 mm, harus
diperoleh dari alat pemecahan batu (QC berkisar antara 90% dan 98% berat
Pekerjaan Konstruksi; VI-9). (3) Selisih antara sisa-sisa kumulatif di
Agregat kasar adalah agregat berupa atas dua ayakan yang berurutan, adalah
kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari maksimum 60% dan minimum 10%
batuan-batuan atau berupa batu pecah yang berat
diperoleh dari pemecahan batu, dan 8) Besar butir agregat maksimum tidak boleh
mempunyai ukuran butir antara 5-40 mm. lebih dari pada seperlima jarak terkecil
Besar butir maksimum yang diijinkan antara bidang-bidang samping dari
tergantung pada maksud pemakaian (SNI-03- cetakan, sepertiga dari tebal pelat atau tiga
6861.1-2002; 27). per empat dari jarak bersih minimum
Menurut SNI-03-686 1.1-2002 diantara batang-batang atau berkas-berkas
(spesifikasi agregat sebagai bahan bangunan; tulangan. Penyimpangan dari pembatasan
28-29) agregat kasar sebagai campuran untuk ini diijinkan apabila menurut penilaian
pembuatan beton harus memenuhi syarat- Pengawas Ahli cara-cara pengecoran
syarat sebagai berikut: beton adalah sedemikian rupa hingga
1) Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir menjamin tidak terjadi sarang-sarang
yang keras dan tidak berpori. Kadar kerikil.
bagian yang lemah bila diuji dengan
2.1.2 Semen Portland bangunan, harus berupa air bersih dan tidak
Semen portland ialah semen hidrolis mengandung bahan-bahan yang dapat
yang dihasilkan dengan cara menghaluskan menurunkan kualitas beton. Menurut PBI
klinker yang terutama terdiri dan silikat- (1971; 28-29) persyaratan dan air yang
silikat kalsium yang bersifat hidrolis dengan digunakan sebagai campuran bahan
gips sebagai bahan tambahan (PUBI-1982). bangunan adalah sebagai berikut:
Portland Cement berfungsi sebagai perekat 1) Air untuk pembuatan dan perawatan
butir-butir agregat agar terjadi suatu massa beton tidak boleh mengandung minyak,
yang kompak/padat. Adapun komponen- asam alkali, garam-garam, bahan-bahan
komponen bahan baku Portland cement yang organik atau bahan lain yang dapat
baik (Kardiyono Tjokrodimuljo, 1996; 6) merusak dari pada beton.
yaitu : 2) Apabila terdapat keragu-raguan
1) Batu kapur(CaO) = 60-65% mengenai air, dianjurkan untuk mengirim
2) Silika(SiO2) = 17-25% contoh air itu ke lembaga pemeriksaan
3) Alumina (Al2O3) = 3-8% bahan-bahan yang diakui untuk diselidiki
4) Besi (Fe2O3) = 0,5-6% sampai seberapa jauh air itu mengandung
5) Magnesia (MgO) = 0,5- 4% zat-zat yang dapat merusak beton dan
6) Sulfur (SO3) = 1-2% atau tulangan.
7) Soda/potash Na2O+K2O 3) Apabila pemeriksaan contoh air seperti
Kardiyono Tjokrodimuljo (1996; 6) disebut dalam butir 2 itu tidak dapat
menyebutkan bahwa pada dasarnya dapat dilakukan, maka dalam hal adanya
disebutkan 4 unsur yang paling penting dari keragu-raguan mengenal air harus
Portland Cement adalah: diadakan percobaan perbandingan antara
1) Trikalsium Silikat (C3S) atau 3CaO.SiO2 kekuatan tekan mortal semen + pasir
2) Dikalsium Silikat (C2S) atau 2CaO.SiO2 dengan memakai air tersebut dan dengan
3) Trikalsium Aluminat (C3A) atau memakai air suling.
3CaO.Al2O3 4) Jumlah air yang dipakai untuk membuat
4) Tetrakalsium Aluminoferit (C4AF) atau adukan beton dapat ditentukan dengan
4CaO.Al2O3.Fe2O3 ukuran isi atau ukuran berat dan harus
Menurut Sagel et al (1994; 1) “Semen dilakukan setepat-tepatnya. Air yang
portland adalah semen hidrolis yang digunakan untuk proses pembuatan beton
terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang paling baik adalah air bersih yang
yang bersifat hidraulis bersama bahan-bahan memenuhi syarat air minum. Jika
tambahan yang biasa digunakan yaitu dipergunakan air yang tidak memenuhi
gypsum”. persyaratan maka akan berpengaruh pada
Semen portland yang digunakan sebagai lamanya waktu ikatan awal adukan beton
bahan struktur harus mempunyai kualitas serta kekuatan beton akan berkurang. Air
yang sesuai dengan ketepatan agar berfungsi yang digunakan dalam proses pembuatan
secara efektif. Pemeriksaan dilakukan beton jika terlalu sedikit dapat
terhadap yang masih berupa bentuk kering, menyebabkan beton akan sulit untuk
pasta semen yang telah keras, dan beton yang dikerjakan, tetapi jika air yang digunakan
dibuat darinya. Sifat kimia yang perlu terlalu banyak maka kekuatan beton akan
mendapat perhatian adalah kesegaran semen berkurang dan terjadi penyusutan setelah
itu sendiri. Semakin sedikit kehilangan berat beton mengeras.
berarti semakin baik kesegaran semen.
Dalam keadaan normal kehilangan berat 2.2 Bahan Tambahan Beton
sekitar 2% dan maksimum kehilangan yang Bahan tambahan adalah suatu bahan
diijinkan 3%. Kehilangan berat terjadi karena berupa bubuhan atau cairan, yang
adanya kelembaban dan karbon dioksida dibubuhkan kedalam campuram beton selama
dalam bentuk kapur bebas atau magnesium pengadukan dalam jumlah tertentu untuk
yang menguap. merubah beberapa sifatnya (SNI-03-2495-
1991, Spesifikasi Bahan Tambahan-
2.1.3 Air tambahan untuk Beton, 1991; 1)
Air yang dimaksud adalah air yang Dengan kata lain bahan tambahan
digunakan sebagai campuran bahan merupakan bahan yang ditambahkan pada
campuran beton diluar unsur utama didalam sel yang mengandung klorofil.
pembentuk beton seperti : semen, air, dan Bentuk sederhana dari persamaan tersebut
agregat. Bahan tersebut bisa berupa serbuk adalah:
maupun cair, dengan adanya penambahan 6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2
bahan tersebut dimaksudkan untuk dapat
merubah beberapa sifat beton tergantung Pemprosesan dari sukrosa yang terbentuk
pada kebutuhan dalam pekerjaan campuran dibatang tebu menghasilkan gula pasir yang
beton. biasa kita konsumsi. Kadar sukrosa yang ada
Jenis-jenis bahan tambahan yang sering dalam batang tebu bervaniasi antara 8-13%
digunakan antara lain: pada tebu segar yang mencapai kemasakan
1) Bahan tambahan untuk mempercepat optimal.
pengerasan beton. Bahan ini berfungsi Gula pasir adalah disakarida, gula tersebut
untuk meningkatkan kekuatan beton dapat dibuat dari gabungan dua gula yang
dalam waktu yang lebih singkat sederhana yaitu glukosa dan fruktosa
dibandingkan dalam keadaan normal, (monosakanida). Penggabungan dan dobel
bahan tambahan yang biasa digunakan unit karbon monosakarida menjadi :
antara lain : alkali hydroxides, C12H22O11 yang selanjutnya dinamakan
siicates,fluorosiicates, calcium nitrite, sukrosa (saccharose), atau sakarin berasal
calcium nitrate, calcium atau sodium dan kata Yunani yang berarti gula (Riswan
thiosulphate, calcium atau sodium Kuswurj, 2008).
thiocyanate, aluminium chloride, Berdasarkan pembahasan mengenai bahan
potassium, sodium atau lithium tambahan beton di atas, salah satu bahan
carbonate, sodium chloride, calcium tambahan alami yang termasuk pemerlambat
chloride (S. Nagataki, Rilem Technical hidrasi beton adalah sukrosa C22H22O11.
Committee, 1995; 34) Bahan ini berfungsi untuk memperlambat
2) Bahan tambahan untuk memperlambat waktu perkerasan beton dengan memberikan
hidrasi beton. Bahan ini berfungsi untuk waktu yang lebih lama dibandlngkan dalam
memperlambat waktu perkerasan beton keadaan normal.
dalam waktu yang lebih lama Gula pasir adalah salah satu bahan
dibandingkan dalam keadaan normal, tambahan pemerlambat yang sangat efisien,
bahan tambahan yang biasa digunakan akan tetapi tidak praktis karena dengan dosis
antara lain : sucrose (gula pasir) dan yang sedikit dapat memperlambat proses
polysaccharides, citric acid tartaric acid, hidrasi yang cukup lama. Dalam kasus yang
salt of boric acid, salt of phosphoric, khusus, penambahan 0,1% gula pasir per
poly-phosphoric dan phosphoric acids. berat semen dapat meningkatkan waktu
(John Dransfield, Cement Admixtures pengaturan awal 4 jam sampai 14 jam,
Association, 2006; 1) sementara 0,25% mungkin dapat menunda
3) Bahan tambahan untuk menstabilkan sampai 6 hari. Menurut Roar Myrdal (2007),
gelembung udara didalam beton, yang tidak semua jenis gula memiliki kemampuan
dihasilkan dari campuran beton dan dapat yang sama sebagai bahan tambahan
melindungi beton terhadap kerusakan pemerlambat perkerasan beton. Efek gula
dari proses pengerasan sehingga dalam memperlambat proses hidrasi beton
meningkatkan ketahanan beton, bahan dapat dibedakan menjadi:
tambahan yang biasa digunakan antara 1) Bahan pemerlambat yang sangat efisien :
lain hydroxycarboxylic acid (John tidak mengurangi air. Contoh : gula pasir
Dransfield, Cement Admixtures dan raffinosa.
Association, 2006; 1) 2) Bahan pemerlambat yang sedang :
mengurangi air. Contoh : glukosa,
2.3 Gula Pasir laktosa dan maltosa.
Sukrosa terbentuk melalui proses 3) Bahan pemerlambat yang kurang efisien :
fotosintesis yang ada pada tumbuh- tidak mengurangi air. Contoh : trehalosa.
tumbuhan. Pada proses tersebut terjadi
interaksi antara karbon dioksida dengan air
Dengan:
fc : kuat tekan beton
x : fas (yang semula dalam proporsi
volume)
A, B : konstanta
direncanakan sebanyak 100 buah benda uji plastisitas dan kohesif dari beton segar. Dan
untuk mutu K-225. pengujian waktu ikat, tujuannya adalah pada
saat beton tersebut mulai mengikat sehingga
3.4 Tahapan Pembuatan Campuran setelah waktu tersebut dilalul, beton tidak
Beton boleh diganggu ataupun dirubah kembali
Sebelum melakukan proses pembuatan kedudukannya, dan untuk mengetahui
campuran beton ada beberapa hal yang perlu lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
diperhatikan yaitu pengujian material dan mencapai waktu ikat awal dan waktu ikat
persiapan alat yang digunakan dalam proses akhir.
campuran beton. Setelah itu dilakukan ASTM C 403 mendefinisikan awal dan
perhitungan rencana campuran beton. akhir waktu ditetapkan sebagai penetrasi
resistensi adalah sebagai berikut:
3.5 Pengujian Material • Setting awal 500 psi
Pada tahap ini dilakukan proses pengujian • Setting akhir 4000 psi
material yang tata cara pemeriksaannya
disesuaikan dengan ketentuan dan prosedur 3.8 Pengujian Kualitas Beton Keras
standar SK SNI-T15-1990-03. Adapun bahan Pada beton keras dilakukan pengujian
utama pembentuk beton yang digunakan kuat tekan beton.Tujuannya adalah untuk
adalah: mendapatkan nilai karakteristik yaitu nilai
a. Semen kuat tekan beton yang diperoleh dari hasil
• Jenis : Semen curah Tipe I (OPC) pengetesan benda uji kubus pada setiap umur
• Merk Semen Tiga Roda rencana. Pengujian kuat tekan beton dengan
• Sumber : PT. Indocement menggunakan bahan tambahan pemerlambat
b. Agregat Halus pengerasan beton dilakukan pada umur 3
• Jenis : Pasir Alam hari, 7 hari dan 28 hari (ASTM C494-92 :
• Asal Gunung Galunggung, Jawa Type B).
Barat
• Sumber : Supplier 3.9 Pengolahan Data
c. Agregat Kasar Dalam penelitian ini hanya dibuat satu
• Jenis Batu pecah jenis karakteristik beton dalam beberapa
• Asal : Cipatik, Batujajar, Jawa Barat benda uji, berdasarkan eksperimen yang
• Sumber : Supplier direncanakan dengan variasi kandungan
d. Air kadar gula pasir 0,05%, 0,075%, 0,1%, dan
• Jenis : Air Tanah 1% dari berat semen. Pengujian benda uji
• Sumber Laboratorium PT. Multibrata tersebut akan dilakukan pada umur beton 3
Anugerah Utama hari, 7 hari dan 28 han, sebagai kontrol
e. Bahan tambahan yang akan digunakan dilakukan pengujian pada benda uji beton
pada penelitian ini adalah: tanpa gula pasir. Sehingga dapat diketahui
• Jenis : Gula Pasir (Gula Tebu Alami) apakah penggunaan gula pasir dapat
• Merk : Gula Pasir Lokal berpengaruh terhadap perlambatan
pengerasan beton ditinjau dan kuat tekan
3.6 Alat-alat Berikut ini adalah tahapan penelitian
Alat yang digunakan untuk pembuatan
campuran beton antara lain adalah:
a. Mesin mixer
b. Timbang material
c. Ember plastik
d. Singkup
e. Gelas ukur untuk melarutkan gula pasir
perlambatan untuk waktu ikat awal 500 4 BGP3 (0,1) 526,008 658,048
psi membutuhkan waktu sampai 306,000 5 BGP4 (1) 2834,048 4812,007
menit (5 jam 6 menit), sedangkan untuk Berdasarkan hasil pengujian waktu ikat
waktu ikat akhir 4000 psi dibutuhkan awal (initial setting time) dan waktu ikat
waktu selama 374,017 menit (6 jam 14 akhir (final setting time) dengan penambahan
menit 10 detik). kandungan gula pasir pada beton dapat
• Pengujian 2 dilakukan pada benda uji dilihat dalam bentuk grafik path Gambar 5.7
yang menggunakan campuran gula pasir dibawah ini.
sebanyak 0,05% dan berat semen
(BGP1), nilai perlambatan untuk waktu
ikat awal 500 psi membutuhkan waktu
sampai 327,068 menit (5 jam 27 menit
41 detik), sedangkan untuk waktu ikat
akhir 4000 psi dibutuhkan waktu selama
436,008 menit (7 jam 16 menit 5 detik).
• Pengujian 3 dilakukan pada benda uji
yang menggunakan campuran gula pasir
sebanyak 0,075% dan berat semen
Gambar 5.7 Grafik perbandingan initial
(BGP2), nilai perlambatan untuk waktu
dan final setting time tipe beton terhadap
ikat awal 500 psi membutuhkan waktu
waktu
sampai 434,037 menit (7 jam 14 menit
22 detik), sedangkan untuk waktu ikat
Berdasarkan grafik di atas, diketahui
akhir 4000 psi dibutuhkan waktu selama
bahwa semakin banyak kadar gula pasir yang
524,017 menit (8 jam 44 menit 10 detik).
ditambahkan pada campuran beton maka
• Pengujian 4 dilakukan pada benda uji
makin lama waktu ikat yang diperlukan.
yang menggunakan campuran gula pasir
sebanyak 0,1% dan berat semen (BGP3),
4.4 Pengujian Kuat Tekan Beton
nilai perlambatan untuk waktu ikat awal
Pengujian ini bertujuan untuk
500 psi membutuhkan waktu sampai
mendapatkan nilai karakteristik yaitu nilai
526,008 menit (8 jam 46 menit 5 detik),
kuat tekan beton yang diperoleh dan hasil
sedangkan untuk waktu ikat akhir 4000
pengetesan benda uji kubus pada setiap umur
psi dibutuhkan waktu selama 658,048
rencana. Dan untuk mengetahui pengaruh
menit (10 jam 58 menit 29 detik).
penambahan gula pasir pada beton ditinjau
• Pengujian 5 dilakukan pada benda uji
dari nilai kuat tekan beton pada masing-
yang meuggunakan campuran gula pasir
masing umur rencana, apakah hasil dari
sebanyak 1% dari berat semen (BGP4),
pengujian kuat tekan beton tersebut
nilai perlambatan untuk waktu ikat awal
mengalami peningkatan atau tidak
500 psi membutuhkan waktu sampai
berpengaruh dibandingkan dengan benda uji
2834,048 menit (47 jam 14 menit 29
beton normal 0% gula pasir (BN). Pengujian
detik), sedangkan untuk waktu ikat akhir
ini dilakukan berdasarkan SNI 03-1974-
4000 psi dibutuhkan waktu selama 48
1990.
12,007 menit (80 jam 12 menit 4 detik).
• Dan data-data hasil pengujian di atas,
diketahui bahwa semakin besar kadar
gula pasir yang ditambahkan pada
campuran beton, maka semakin lama
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
nilai setting awal dan setting akhir.
Untuk pengujian dengan umur rencana Tabel 5.23 Data Hasil Pengujian Kuat
beton 28 hari di dapat data-data seperti dalam Tekan Beton Umur 28 Hari
tabel 5.18-5.22 di bawah ini : No
Tipe Beton
Nilai Kuat Tekan Beton
(%)
1 BN (0) 250,37
Tabel 5.18 Data hasil pengujian kuat
2 BGPI (0,05) 268,15
tekan beton 0% gula pasir (BN) 3 BGP2 (0,075) 291,85
Berat
Berat Kuat 4 BGP3 (0,1) 333,33
Tanggal Tanggal Umur Benda
No Kode Maks Tekan
Pengecoran Pengujian (hari) Uji
(ton) (kg/cm2) 5 BGP4(1) 64,44
(gram)
1 01/BN/III/10 1-Mar-10 29-Mar-10 28 7883 55,5 246,67
2 01/BN/III/10 1-Mar-10 29-Mar-10 28 7803 50,0 222,22
3 01/BN/III/10 1-Mar-10 29-Mar-10 28 7842 63,5 282,22
Rata-rata Kuat Tekan 250,37
umur 7 hari mencapai kuat tekan sebesar pasir 1% (BGP4) kuat tekan yang
86% dan pengetesan pada uniur 28 hari dihasilkan 64,44 kg/cm2.
mencapai kuat tekan sebesar 111%. 5. Secara keseluruhan penambahan gula
• Pengetesan kuat tekan beton dengan pasir pada campuran beton dapat
penambahan gula pasir 0,05% (BGP1) menghasilkan waktu ikat yang signifikan
pada umur 3 hari mencapai kuat tekan dibandingkan dengan beton normal,
sebesar 78%, sedangkan pengetesan pada sedangkan kuat tekan yang dihasilkan
uinur 7 hari mencapai kuat tekan sebesar sangat baik pada penambahan kadar gula
105%, dan pengetesan pada umur 28 hari pasir 0,05%-- 0,1%.
mencapai kuat tekan sebesar 119%.
5.2 Saran
Penelitian ini jauh dari kesempumaan
V. KESIMPULAN DAN SARAN
karena keterbatasan kemampuan yang
5.1 Kesimpulan
dimiliki penulis sehingga perlu diadakan
Dari hasil pengujian dalam penelitian ini
penelitian yang lebih mendalam lagi untuk
dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
mencapainya. Beberapa hal yang perlu
1. Nilai kadar gula pasir sebanding dengan
diperhatikan khususnya yang akan
nilai waktu ikat beton. Semakin besar
melanjutkan penelitian ini antara lain:
kandungan kadar gula pasir yang
1. Berdasarkan hasil penelitian ini didapat
ditambahkan pada campuran beton, maka
bahwa penggunaan gula pasir dengan
semakin lama waktu ikat yang
kadar gula pasir antani 0,05% - 0,1% dari
dibutuhkan.
berat semen terbukti, baik dilihat dari
2. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
lamanya waktu ikat maupun dan hasil
waktu ikat akhir pada setiap penambahan
kuat tekan beton. Tetapi pada
kadar gula pasir adalah : kadar gula pasir
penggunaan kadar gula pasir 1% dari
0% (BN) dari berat semen membutuhkan
berat semen tidak mendapatkan kuat
waktu 6,234 jam, kadar gula pasir 0,05%
tekan yang maksimal meskipun waktu
(BGP1) membutuhkan waktu 7,267 jam,
ikat berhasil. Disarankan melakukan
kadar gula pasir 0,075% (BGP2)
penelitian dengan penambahan kadar
membutuhkan waktu 8,734 jam, kadar
gula pasir 0,1% -- 1% terhadap berat
gula pasir 0,1% (BGP3) membutuhkan
semen pada campuran beton.
waktu 10,967 jam, dan kadar gala pasir
2. Untuk mengetahui perkembangan dan
1% (BGP4) membutuhkan waktu 80,200
kuat tekan beton maksimal yang dapat
jam.
dicapai dengan pengujian yang
Hasil penelitian membuktikan bahwa
menggunakan tambahan gula pasir
gula pasir dapat digunakan sebagai bahan
disarankan untuk melakukan pengujian
untuk memperlambat pengerasan beton.
dengan umur lebih dari umur 28 hari,
3. Nilai kandungan gula pasir 0,05% - 0,1%
yaitu pada umur 90 hari dan umur 365
menghasilkan kuat tekan yang Iebih
han.
tinggi dibandingkan kuat tekan pada
3. Disarankan untuk pengujian berikutnya
beton normal. Sedangkan kadar gula
dilakukan uji kuat tarik, kuat geser, dan
pasir 1% hasil kuat tekannya tidak
kuat lentur pada beton dengan persentase
memenuhi kuat tekan standar yaitu 225
penambahan gula pasir 0,05% (BGP1),
kg/cm2.
0,075% (BGP2), dan 0,1% (BGP3)
4. Kuat tekan yang dihasilkan pada
terhadap berat semen.
campuran beton dengan penambahan
4. Disarankan untuk melakukan penelitian
kadar gula pasir adalah : kadar gula pasir
dengan menggunakan bahan
0% (BN) dari berat semen kuat tekan
pemerlambat selain gula pasir yang
yang dihasilkan 250,37 kg/cm2, kadar
harganya relatif murah dan bahan mudah
gula pasir 0,05% (BGP1) kuat tekan yang
didapat.
dihasilkan 268,15 kg/cm2, kadar gula
pasir 0,075% (BGP2) kuat tekan yang
dihasilkan 291,85 kg/cm2, kadar gula
pasir 0,1% (BGP3) kuat tekan yang
dihasilkan 333,33 kg/cm2, dan kadar gula
MIX DESIGN BN (0%) GULA PASIR MIX DESIGN BGP1 (0,075%) GULA PASIR
NO URAIAN SATUAN MUTU NO URAIAN SATUAN MUTU
BETON BETON
K225 K225
1 Kuat Tekan Karakteristik (tbk) kg/cm2 225 1 Kuat Tekan Karakteristik (tbk) kg/cm2 225
2 Deviasi Standar (Sr) kg/cm2 35 2 Deviasi Standar (Sr) kg/cm2 35
3 Nilai Tambah Margin kg/cm2 57,4 3 Nilai Tambah Margin kg/cm2 57,4
4 Kekuatan rata-rata (tbm) kg/cm2 282,4 4 Kekuatan rata-rata (tbm) kg/cm2 282,4
5 Jenis Semen (C) - OPC 5 Jenis Semen (C) - OPC
Halus - Alami Halus - Alami
6 Jenis Agregat
Kasar - Batu Pecah 6 Jenis Agregat Kasar - Batu
7 Faktor Air Semen - 0,67 Pecah
Faktor Air Semen Maksimum - - 7 Faktor Air Semen - 0,67
Faktor Air Semen Yang Dipakai - 0,67 Faktor Air Semen Maksimum - -
8 Slump mm 100 ± 20 Faktor Air Semen Yang Dipakai - 0,67
9 Ukuran Agregat Maksimum mm 25 8 Slump mm 100 ±
10 Jumlah Air Pengaduk liter/m3 200 20
11 Jumlah Semen (hasil kg/m3 299 9 Ukuran Agregat Maksimum mm 25
perhitungan) 10 Jumlah Air Pengaduk liter/m3 200
Jumlah Semen Minimum kg/m3 - 11 Jumlah Semen (hasil kg/m3 299
12 Susunan Butir Agregat - Grad. Gab. perhitungan)
3
Perbandingan Halus % 43% Jumlah Semen Minimum kg/m -
13 12 Susunan Butir Agregat - Grad.
Agregat Kasar 1/2 % 57%
14 Berat Jenis Agregat Gabungan - 2,58 Gab.
15 Berat Volume Beton Segar kg/m3 2335 13
Perbandingan Halus % 43%
16 Berat Agregat Gabungan kg/m3 1836 Agregat Kasar 1/2 % 57%
Volume Halus kg/m3 790 14 Berat Jenis Agregat Gabungan - 2,58
17 15 Berat Volume Beton Segar kg/m3 2335
Agregat Kasar 1/2 kg/m3 1047
18 Bahan Gula pasir (dari % 0.00 16 Berat Agregat Gabungan kg/m3 1836
Tambahan berat semen) Volume Halus kg/m3 790
17
Keterangan : Kondisi Material adalah SSD Agregat Kasar 1/2 kg/m3 1047
18 Bahan Gula pasir (dari % 0.075
Tambahan berat semen)
Keterangan : Kondisi Material adalah SSD
MIX DESIGN BGP1 (0,05%) GULA PASIR
NO URAIAN SATUAN MUTU
BETON MIX DESIGN BGP1 (0,1%) GULA PASIR
K225 NO URAIAN SATUAN MUTU
1 Kuat Tekan Karakteristik (tbk) kg/cm2 225 BETON
2 Deviasi Standar (Sr) kg/cm2 35 K225
3 Nilai Tambah Margin kg/cm2 57,4 1 Kuat Tekan Karakteristik (tbk) kg/cm2 225
4 Kekuatan rata-rata (tbm) kg/cm2 282,4 2 Deviasi Standar (Sr) kg/cm2 35
5 Jenis Semen (C) - OPC 3 Nilai Tambah Margin kg/cm2 57,4
Halus - Alami 4 Kekuatan rata-rata (tbm) kg/cm2 282,4
6 Jenis Agregat Kasar - Batu 5 Jenis Semen (C) - OPC
Pecah Halus - Alami
7 Faktor Air Semen - 0,67 6 Jenis Agregat Kasar - Batu
Faktor Air Semen Maksimum - - Pecah
Faktor Air Semen Yang Dipakai - 0,67 7 Faktor Air Semen - 0,67
8 Slump mm 100 ± Faktor Air Semen Maksimum - -
20 Faktor Air Semen Yang Dipakai - 0,67
9 Ukuran Agregat Maksimum mm 25 8 Slump mm 100 ± 20
3
10 Jumlah Air Pengaduk liter/m 200 9 Ukuran Agregat Maksimum mm 25
11 Jumlah Semen (hasil kg/m3 299 10 Jumlah Air Pengaduk liter/m3 200
perhitungan) 11 Jumlah Semen (hasil perhitungan) kg/m3 299
Jumlah Semen Minimum kg/m3 - Jumlah Semen Minimum kg/m3 -
12 Susunan Butir Agregat - Grad. 12 Susunan Butir Agregat - Grad.
Gab. Gab.
Perbandingan Halus % 43% Perbandingan Halus % 43%
13 13
Agregat Kasar 1/2 % 57% Agregat Kasar 1/2 % 57%
14 Berat Jenis Agregat Gabungan - 2,58 14 Berat Jenis Agregat Gabungan - 2,58
15 Berat Volume Beton Segar kg/m3 2335 15 Berat Volume Beton Segar kg/m3 2335
3
16 Berat Agregat Gabungan kg/m 1836 16 Berat Agregat Gabungan kg/m3 1836
Volume Halus kg/m3 790 Halus kg/m3 790
17
Agregat Kasar 1/2 kg/m3 1047 17 Volume Agregat
Kasar 1/2 kg/m3 1047
18 Bahan Gula pasir (dari % 0.05 18 Bahan Tambahan Gula pasir (dari % 0.1
Tambahan berat semen) berat semen)
Keterangan : Kondisi Material adalah SSD Keterangan : Kondisi Material adalah SSD
MIX DESIGN BGP1 (1%) GULA PASIR Dairi, Rahmat Hidayat, 2008, Pengaruh
NO URAIAN SATUAN MUTU Penggunaan Bahan Tambah Kimia
BETON (Sikament LN) Terhadap Efisiensi
K225 Penggunaan Air dan Kuat Tekan Beton,
1 Kuat Tekan Karakteristik (tbk) kg/cm2 225
2 Deviasi Standar (Sr) kg/cm2 35 Bau-bau, Fakultas Teknik Jurusan Sipil
3 Nilai Tambah Margin kg/cm2 57,4 Udidayan.
4 Kekuatan rata-rata (tbm) kg/cm2 282,4 Dransfield, John, 2006, Set Retarding,
5 Jenis Semen (C) - OPC
Halus - Alami
Admixture Sheet-AS 3, Cement
6 Jenis Agregat Kasar - Batu Admixtures Association,
Pecah www.admixture.org.uk.
7 Faktor Air Semen - 0,67
Faktor Air Semen Maksimum - -
Dupke, Matthias, 2009, Concrete,
Faktor Air Semen Yang Dipakai - 0,67 www.wikipedia.com.
8 Slump mm 100 ± 20 Famy, James, A., 2003, Chemical Admixtures
9 Ukuran Agregat Maksimum mm 25
10 Jumlah Air Pengaduk liter/m3 200
for Concrete, American.
11 Jumlah Semen (hasil kg/m3 299 Handayani, Santi, 2008, Mencari Hubungan
perhitungan)
3
Antara Faktor Air Semen, Jakarta,
Jumlah Semen Minimum kg/m - Universitas Indonesia.
12 Susunan Butir Agregat - Grad.
Gab. http://www.hanyawanita.com/cIickwok/healt
13
Perbandingan Halus % 43% h/health16.htm, 2000.
Agregat Kasar 1/2 % 57% Kukuh, Tatang, 2008, Beton,
14 Berat Jenis Agregat Gabungan - 2,58
15 Berat Volume Beton Segar kg/m3 2335 www.blogger.com.
16 Berat Agregat Gabungan kg/m3 1836 Lauw, Cecilia, 2006, Bahan untuk
Volume Halus kg/m3 790 Pembetonan, Bandung, Universitas
17
Agregat Kasar 1/2 kg/m3 1047
18 Bahan Gula pasir (dari % 1 Katolik Parahyangan.
Tambahan berat semen) Myrdal, Roar, 2007, Retarding Admixture for
Keterangan : Kondisi Material adalah SSD Concrete State of the Art, Advanced
Cementing Materials Controlling
DAFTAR PUSTAKA Hydration Development, Concrete
ACI Committee 211, 1991, Standard Innovation Center (COIN), SINTEF
Practice for Selecting Proportions for Building and Infrastucture, Trondheim,
Normal, Heavyweight, and Mass Norwegia.
Concrete (ACI211.1-91), Amerika. PT. Multibrata Anugerah Utama, 2002,
Arsan, Baran, dkk, 2009, Construction Pekerjaan Beton Bandung.
Materials and Concrete, Pusat Pelatihan MBT, 1992, Pelatihan
http://yunus.hacettepe.edu.tr/~selis/teachi Assisten Teknisi Laboratorium Beton,
ng/WEBkmu479/PPt’kmu479Presentatio Padalarang
ns2009/. Ramachandran, V. S., 1995, Concrete
Bauchemie, Deutsche, 2005, Concrete Admixtures Handbook - Properties,
Admixtures and the Environment, Science, and Technology, Noyes
Frankfurt. Publications, New Jersey, np.
C403/C403M-99, 2001, Standard Test SK SNI M-62-1990-03, Metoda Pembuatan
Method for Time of Setting of Concrete dan Perawatan Benda Uji Beton di
Mixtures by Penetration Resistance, Laboratorium, Yayasan LPMB,
American Society for Testing and Bandung.
Materials, West Conshohocken, PA SK SNI T-15-1990-03, Tata Cara
C494/C494M-a10, 1996, Standard Pembuatan Rencana Campuran Beton
Specification for Chemical Admixtures Normal, Yayasan Badan Penerbit
for Concrete, American Society for Pekerjaan Umum, Jakarta.
Testing and Materials, West Slag Cement Association, 2002, Concrete
Conshohocken, PA Time of Set, www.slagcement.org
Collepardi, Mario, 1993, Advances In SNI 03-1968-1990, Metode Pengujian
Chemical Admixtures for Concrete, tentang Analisa Saringan Agregat Halus
University of Ancona dan Agregat Kasar, Yayasan Badan
Collepardi, Mario, 2005, Admixtures- Penerbit Pekerjaan Umum.
Enhancing Concrete Performance, Italy.