DASAR TEORI
Perkerasan Jalan adalah konstruksi yang dibangun diatas lapisan tanah dasar
(subgrade), yang berfungsi untuk menopang beban lalu lintas. Jenis konstruksi
perkerasan jalan pada umumnya ada dua jenis, yaitu perkerasan lentur (flexible
pavement), dan perkerasan kaku (rigid pavement).
Jalan raya selalu menuntut keberadaan perkerasan yang kuat, tahan lama,
nyaman, murah, dan tepat sasaran. Ini semua merupakan indikator dari keinginan
agar jalan raya berfungsi sebagaimana mestinya. Untuk mendapatkan fungsi yang
baik tentunya memerlukan dua hal yaitu perencanaan yang sempurna dan
keberhasilan pelaksanaan agar sesuai dengan perencanaan.
Kelancaran arus lalu lintas sangat tergantung dari kondisi jalan yang ada,
semakin baik kondisi jalan maka akan semakin lancar lalu lintasnya. Untuk itu
dalam perencanaan jalan perlu dipertimbangkan beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi fungsi pelayanan jalan tersebut seperti fungsi jalan, kinerja
perkerasan, umur rencana, lalu lintas yang merupakan beban dari pekerjaan jalan,
sifat tanah dasar, kondisi lingkungan, sifat dan jumlah material yang tersedia di
lokasi yang akan dipergunakan sebagai bahan lapis perkerasan, dan bentuk
geometrik lapisan perkerasan.
Perkerasan kaku atau Rigid Pavement adalah jenis perkerasan jalan yang
menggunakan beton sebagai bahan utama perkerasan tersebut, merupakan salah
satu jenis perkerasan jalan yang digunakan selain dari perkerasan lentur.
Perkerasan ini umumnya dipakai pada jalan yang memiliki lalu lintas yang cukup
padat dan memiliki distribusi beban yang besar.
5
Menurut SNI Pd-T-14-2003 perkerasan kaku (rigid pavement) beton
semen dibedakan menjadi 4 macam, yaitu :
Perkerasan kaku direncanakan untuk memikul beban lalu lintas secara aman
dan nyaman serta dalam umur rencana tidak terjadi kerusakan yang berarti. Untuk
dapat memenuhi fungsi tersebut perkerasan kaku (rigid pavement) harus :
1. Mereduksi tegangan yang terjadi pada tanah dasar (akibat beban lalu
lintas) sampai batas – batas yang masih mampu dipikul tanah dasar
tersebut, tanpa menimbulkan perbedaan penurunan atau lendutan yang
dapat merusak perkerasan.
2. Mampu mengatasi pengaruh kembang susut dan penurunan kekuatan
dasar, serta pengaruh cuaca dan kondisi lingkungan.
6
2.3.1 Perkerasan Beton Semen
7
2.3.2 Perkerasan Komposit
1. Air
Air yang dipergunakan untuk beton harus disetujui oleh Konsultan
Pengawas, dan harus diuji sesuai dengan SNI 03-6817-2002 (AASHTO
T26). Air yang dipergunakan dalam pencampuran, pengawetan, atau
pekerjaan lainnya harus bersih dan bebas dari minyak, garam, asam,
alkali, gula, tumbuhan atau zat lainnya yang merusak hasil pekerjaan.
Bila sumber air dangkal pengambilannya harus sedemikian rupa agar
lumpur, rumput, atau bahan asing lainnya tidak ikut terbawa. Jika air
yang akan digunakan diketahui dapat diminum, maka air tersebut
dapat dipakai untuk pembuatan perkerasan jalan beton tanpa harus melalui
pengujian di laboratorium. Bila timbul keragu-raguan atas mutu air yang
diusulkan dan diminta oleh Konsultan Pengawas, air harus diuji dengan
diperbandingkan terhadap air suling. Perbandingan harus memakai cara uji
semen standar untuk kekerasan, waktu pengikatan (setting time) dan
8
kekuatan adukan. Petunjuk dari kekerasan, perubahan waktu pengikat ± 30
menit atau lebih, dan pada umur 7 hari dan 28 hari jika penyusutan kuat
tekan adukan lebih dari 10% dibandingkan dengan air suling, cukup
menjadi alasan ditolaknya air yang tengah diuji itu.
2. Semen
1) Sebagaimana dipersyaratkan dalam Spesifikasi Umum Direktorat
Jenderal Bina Marga, Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton
harus merupakan semen portland jenis I, II atau III yang memenuhi
SNI 15-2049-1994 (AASHTO M85). Terkecuali diperkenankan oleh
Konsultan Pengawas, bahan tambahan (aditiv) yang dapat
menghasilkan gelembung udara dalam campuran tidak boleh digunakan.
Terkecuali diperkenankan oleh Konsultan Pengawas, hanya satu
merk semen portland yang dapat digunakan di dalam proyek. Bilamana
digunakan lebih satu merk semen, maka Kontraktor harus mengajukan
kembali rancangan campuran beton sesuai dengan merk yang
digunakan.
2) Admixture (Bahan Tambah / Aditiv) tidak boleh digunakan tanpa
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. Kontraktor harus
menyerahkan contoh admixture kepada Konsultan Pengawas paling
lambat 28 hari sebelum tanggal dimulainya pekerjaan struktur tertentu
atau bagian dari struktur yang harus memakai material admixture itu.
Bahan tambah yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam campuran
beton tidak lebih dari 5 % berat semen selama proses pengadukan.
Bahan yang akan digunakan untuk tujuan tertentu harus dibuktikan
kebenarannya melalui pengujian campuran di laboratorium. Sesuai
dengan Spesifikasi Umum Direktorat jenderal Bina Marga, ketentuan
mengenai bahan tambah ini harus mengacu pada SNI 03-2495-1991
tentang Spesifikasi Bahan Tambah untuk Beton. Pada umumnya bahan
tambah kimia yang dapat digunakan untuk pembuatan beton adalah
bahan tambah yang tidak mengandung Calcium Chloride. Penggunaan
9
bahan tambah kimia harus didasarkan pada hasil uji dalam masa 24 jam
pertama setelah pengecoran beton. Hal ini dikarenakan bahan
tambah tertentu dapat memperlambat setting dan perkembangan
kekuatan campuran beton semen, sehingga menunda waktu
pemotongan sambungan dan menambah resiko terjadinya retakan acak.
Bila akan digunakan bahan tambah berupa butiran yang sangat
halus yang dihasilkan dari sisa proses pembakaran batu bara berbentuk
abu terbang (fly Ash), maka bahan tersebut harus sesuai dengan
standar SNI 03-2460-1991 tentang Spesifikasi Abu Terbang sebagai
Bahan Tambah untuk Campuran Beton yang umumnya ditambahkan
pada semen sebagai bahan utama beton, maka penggunaan
bahan tersebut harus berdasarkan hasil pengujian laboratorium yang
menyatakan bahwa hasil kuat tekan yang dihasilkan sesuai dengan
persyaratan Gambar Rencana dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Dalam hal penggunaan bahan tambah dalam campuran beton,
maka bahan tersebut ditambahkan pada saat pengadukan beton. Bahan
tambahan ini hanya boleh digunakan untuk meningkatkan kinerja beton
segar (fresh concrete).
3. Agregat
Sesuai dengan Spesifikasi Direktorat Jenderal Bina Marga, gradasi
agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang diberikan
dalam Tabel 2.1
10
Tabel 2.1 ketentuan Gradasi Agregat
11
Tabel 2.2 Sifat-sifat Agregat
12
Tabel 2.3 Tegangan Leleh Karakteristik Baja Tulangan
Tengangan leleh
karakteristik atau
Mutu Sebutan
tegangan karakteristik
yang memberikan
regangan tetap 0,2
(kg/cm2)
Batang Dowel harus berupa batang bulat polos, dan Tie Bar (Batang
Pengikat) harus berupa batang-batang baja berulir sesuai dengan AASHTO M 31.
13
Campuran percobaan tersebut dapat diterima apabila memenuhi ketentuan sifat-
sifat campuran yang disyaratkan. Jumlah semen dalam setiap meter kubik beton
padat tidak boleh kurang dari jumlah dalam percobaan campuran yang disetujui.
Pemakaian semen yang terlalu tinggi tidak dikehendaki dan Kontraktor harus
mendasarkan disain campurannya (mix design) pada campuran yang paling
hemat yang memenuhi semua persyaratan. Berdasarkan ketentuan Spesifikasi
Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, berat semen yang disertakan dalam setiap
meter kubik beton yang terpadatkan untuk perkerasan beton semen tidak boleh
kurang dari 320 kg jika tanpa abu terbang, dan 310 kg jika dengan abu terbang
sebanyak dari 30 sampai 49 kg/m3, dan 300 kg jika dengan abu terbang sebanyak
dari 50 sampai 70 kg/m3. Tetapi dalam segala apapun tidak lebih dari 420 kg.
Agregat kasar dan agregat halus harus sesuai dengan ketentuan Spesifikasi
Struktur Beton. Untuk menentukan perbandingan agregat kasar dan agregat halus,
proporsi agregat halus harus dibuat minimum. Akan tetapi, sekurang-kurangnya
40% agregat dalam campuran beton terhadap berat haruslah agregat halus yang
didefinisikan sebagai agregat yang lolos ayakan 4,75 mm. Bila perbandingan yang
tepat telah ditentukan dan disetujui, maka setiap perubahan terhadap perbandingan
itu harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas. Kontraktor boleh memilih
agregat kasar sampai ukuran maksimum 40 mm, asal tetap sesuai dengan alat
yang digunakan dan kerataan permukaan tetap dapat dija- min. Bila menurut
pendapatnya perlu, Konsultan Pengawas dapat meminta Kontraktor untuk
mengubah ukuran agregat kasar. Perbandingan air dan semen untuk agre- gat
kering didasarkan pada persyaratan kekuatan beton, tetapi tidak boleh lebih dari
0,40 berat total semen. Plasticiser atau bahan aditiv pengurang air tidak boleh
digunakan, kecuali ada ijin tertulis. Bahan aditiv campuran untuk mempercepat
proses pengerasan dan yang mengandung Kalsium Klorida tidak boleh digunakan.
14
2.7 Kekuatan Beton
Kuat tekan rata-rata Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus (Wet Lean Concrete)
pada umur 28 hari dari produksi harian tidak boleh kurang dari K50 (fc’ 5 MPa).
Percobaan campuran (trial mix) di laboratorium yang dibuat oleh Kontraktor,
harus sedemikian rupa sehingga flexural strength yang dihasilkan menunjukkan
margin dengan probabilitas nilai flexural strength hasil pengujian yang lebih
rendah dari flexural strength minimum yang ditentukan, tidak lebih dari 1% (satu
perseratus).
15
Gambar 2.2 Silinder
16
umumnya menunjukkan susunan dan warna merata. Sesuai dengan tingkat mutu
beton yang dihasilkan akan memberikan :
17
pengangkutan dsb). Dalam kondisi beton segar, adukan beton harus memenuhi
syarat kelecakan (nilai Slump) yang telah ditentukan.
Pengujian kuat tekan beton umur 7 hari dari hasil campuran percobaan harus
mencapai kekuatan minimum 80 % dari nilai kuat tekan beton rata-rata yang
ditargetkan dalam rancangan campuran beton (mix design) umur 28 hari.
18
panjang-dowel-terikat, sementara separuh lainnya dilumasi, diberi plastik atau
dicat untuk memberikan kebebasan bergeser.
19
2.12 Plastik Cor
Plastik cor adalah plastik dengan bahan daur ulang LDPE, biasa dipakai
untuk lapisan cor pada setiap bangunan.
Plastik Cor Memiliki Kegunaan Yang Penting Untuk Aplikasi Pelat Lantai
Di Atas Tanah/Slab On Ground. Plastik Cor Dapat Dibeli Di Toko Bangunan,
Upayakan Plastik Memiliki Ketebalan Yang Cukup, Sekitar 0.05 – 0.1mm Agar
Tidak Mudah Robek Bila Terinjak-Injak Pada Saat Memasang Tulangan Pelat
Ataupun Wiremesh Fungsi Plastik COR Adalah Untuk Menjaga Agar Permukaan
Dasar Beton Tidak Langsung Berhubungan Dengan Tanah Yang Memiliki
Kelembaban. Sehingga Kemungkinan Air/Uap Air Masuk Ke Dalam Pori-Pori
Beton Menjadi Lebih Kecil, Dan Tulangan Terhindar Dari Karat/Korosi. Korosi
Selain Merusak Tulangan Juga Akan Memberikan Warna Karat Pada Permukaan
Beton. Pada Pelat Beton Di Atas Tanah, Biasanya Tulangan Hanya Diletakkan
Di Bagian Atas Dengan Tebal Selimut Beton Atas Sekitar 30mm. Plastik Cor
Diletakkan Di Atas Permukaan Tanah Yang Telah Siap (Telah Dipadatkan) Dan
Lapisan Pasir 50mm (Atau Bisa Juga Beton B0/Lean Concrete/Beton Mutu
Rendah) Sebagai Dasar.
20
Beton Mengalami Susut Tidak Tertahan, Dan Retak Dapat Terjadi Pada Daerah
Joint Yang Telah Direncanakan. Untuk Fungsi Ini, Plastik Akan Lebih Baik
Apabila Dipasang Double (2 Lembar) Sehingga Gesekan Yang Terjadi Akan
Lebih Sedikit.
vibrator beton adalah salah satu peralatan yang digunakan saat pengecoran
dimana alat ini berfungsi untuk pemadatan beton yang dituangkan dalam
bekisting, dimana hal ini ditujukan untuk mengeluarkan kandungan udara
yang terjebak dalam air campuran beton sehingga dengan getaran yang
dihasilkan oleh vibrator maka beton akan mengeluarkan gelembung udara dari
beton sehingga beton yang dihasilkan akan mendapatkan kekuatan yang merata
dan juga untuk menghindari adanya keropos atau sarang labah pada beton.
2. Selang penghantar
21
Saat ini tersedia berbagai macam vibrator beton dalm beberapa merek dan
jenis beton vibrator. Braket atau sistem penjepit dirancang agar sesuai dengan
merek utama dari bentuk beton. Vibrator beton tersedia dalam jenis daya hidrolik,
pneumatik atau listrik. Mesin vibrator mampu menghasilkan tiga jenis getaran
profil sinus sapuan, getaran acak, dan disintesis kejutan.
2.14 Bekisting
Acuan dan perancah atau bekisting adalah suatu konstruksi yang bersifat
sementara pada pelaksanaan pekerjaan beton yang berfungsi untuk membentuk
beton sesuai dengan ukuran dan tempat kedudukannya atau dapat juga disebut
suatu konstruksi yang merupakan cetakan.
22
Dalam melaksanakan pekerjaan, konstruksi bekisting harus memenuhi
syarat-syarat berikut :
1. Kualitas
Ukuran harus sesuai dengan yang diinginkan
Posisi letak acuan dan perancah harus sesuai rencana
Hasil akhir permukaan beton harus baik, tidak ada acuan yang bocor.
2. Keamanan
Acuan dan perancah harus stabil pada posisinya
Kokoh yang berarti acuan dan perancah harus kuat menahan beban
yang bekerja
Acuan dan perancah harus kaku tidak bergerak dan bergeser dari
posisinya
3. Ekonomis
Mudah dikerjakan dengan tidak banyak membutuhkan tenaga kerja
Mudah dipasang atau dirangkai untuk menghemat waktu
Bekesting tradisional adalah suatu bekesting yang terdiri dari papan dan
kayu balok, dikerjakan ditempat oleh orang-orang yang ahli. Bekesting
traditional masih banyak dijumpai pada proyek-proyek yang relatif kecil dan
penggunaannya hanya terbatas pada beberapa kali pakai saja. Untuk bentuk-
bentuk yang rumit, akan membutuhkan bahan yang relatif banyak karena akan
banyak terjadi pemotongan yang dilakukan sehingga biaya investasi dapat
membengkak oleh karena banyaknya bagian-bagian yang hilang akibat
pemotongan.
23
Bekesting traditional adalah bekisting yang setiap kali setelah dilepas dan
dibongkar menjadi bagian-bagian dasar, dapat disusun kembali menjadi sebuah
bentuk lain. Selain itu bekesting cara traditional adalah bekisting yang bahan
dasarnya dapat digunakan kembali dalam bentuk lain.
24
Mengurangi kemungkinan terjadinya retak – retak pada pelat beton.
Menghindari terjadi pumping, yaitu keluarnya butiran – butiran
halus tanah bersama air pada daerah sambungan, retakan, atau pada
bagian pinggir perkerasan, akibat lendutan atau gerakan vertikal
pelat beton karena beban lalu lintas.
25
Disamping untuk lapis pondasi agregat mempunyai peranan yang sangat
penting dalam prasarana transportasi, khususnya dalam hal ini pada perkerasan
jalan. Daya dukung perkerasan jalan ditentukan sebagian besar oleh karakteristik
agregat yang digunakan.
Lapis pondasi agregat terdiri dari 3 (tiga) kelas yang berbeda yaitu kelas
Akelas B dan Kelas C. Lapis pondasi terdiri atas agregat kelas A atau kelas B,
sedangkan lapis pondasi bawah terdiri atas agregat kelas C.
26
atau kurang rata perlu di tambahkan agregat material secara manual agar
mendapat hasil yang padat dan merata.
27
memakai sepatu yang kotor. Bila lajur yang dikerjakan bersambungan dengan
lajur perkerasan yang telah selesai lebih dahulu, dan peralatan mekanis harus
bekerja di atas lajur tersebut, kekuatan beton lajur itu harus sudah mencapai
sekurang-kurangnya 90 % dari kekuatan lentur beton 28 hari. Jika hanya
peralatan finishing yang melewati lajur existing, pekerjaan ini bisa dilakukan
setelah umur betonnya mencapai 3 hari. Beton harus dipadatkan secara merata,
pada tepi dan sepanjang acuan, dan pada kedua sisi setiap sambungan,
dengan menggunakan vibrator yang dibenamkan ke dalam beton.
Vibrator tidak boleh menyentuh langsung perlengkapan sambungan atau sisi
acuan. Vibrator tidak boleh digunakan lebih dari 5 detik pada setiap titik
penggetaran, dan masing-masing titik berjarak 25 – 30 cm.
28
atas beton dengan tepat. Baja tulangan harus langsung diletakkan di atas
hamparan beton tersebut sebelum lapisan atasnya dituangkan. Lapisan bawah
beton yang sudah dituangkan lebih dari 30 menit tanpa diikuti penghamparan
lapisan atas harus dibongkar dan diganti dengan beton baru atas biaya Kontraktor.
Bila perkerasan beton dibuat langsung dalam satu lapisan, baja tulangan
harus diletakkan sebelum beton dihamparkan, atau ditempatkan pada kedalaman
sesuai ketentuan Gambar Rencana pada beton yang masih lembek.
Pada sambungan antara anyaman kawat baja, kawat pertama dari anyaman
itu harus terletak diatas anyaman yang sebelumnya, dengan bagian yang
tumpang- tindih (overlap) tidak kurang dari 450 mm. Baja tulangan harus bersih
dari kotoran, minyak, cat, lemak, dan karat yang akan mengganggu kelekatan
baja dengan beton.
2.21 Finishing
29
harus dihampar dan diratakan dengan tangan tanpa segregasi atau
pemadatan awal.
Beton yang akan dipadatkan dengan balok vibrator, harus ditekan
sampai level tertentu sehingga setelah kandungan udara dibuang melalui
pemadatan, permukaannya akan lebih tinggi dari pada acuan samping.
Beton harus dipadatkan dengan balok pemadat dari baja atau dari kayu
keras beralas baja dengan lebar tidak kurang dari 75 mm, tinggi tidak
kurang dari 225 mm, dan daya penggerakannya tidak kurang dari 250
watt per meter lebar perkerasan beton. Balok diangkat dan digerakkan
maju sedikit demi sedikit dengan jarak tidak lebih dari lebar balok. Juga
bisa dipakai pemadat vibrasi berbalok ganda dengan daya yang sama.
Bila ketebalan beton melebihi 200 mm , atau bila diperintahkan oleh
Konsultan Pengawas, untuk menyempurnakan pemadatan dapat
dilakukan vibrasi internal tambahan pada seluruh lebar perkerasan.
Setelah setiap 1,5 m panjang perkerasan beton dipadatkan, balok
vibrasi harus mengulang lagi dengan perlahan-lahan pada permukaan
yang sudah dipadatkan itu untuk menghaluskan permukaan.
Permukaan jalan harus diukur kerataannya dengan paling
sedikit 2 kali lintasan mal datar yang digeserkan, dengan panjang tidak
kurang dari 1,8 m. Bila permukaan lapisan rusak karena mal-datar
(straight-edge), karena permukaan tidak rata, balok vibrasi harus
digunakan lagi, lalu diikuti dengan mal-datar lagi.
Bila penghamparan perkerasan beton harus dilakukan dengan dua
lapisan, lapisan pertama harus dihamparkan, dan dipadatkan sampai level
tertentu sehingga baja tulangan setelah terpasang mempunyai tebal
pelindung yang cukup. Segera setelah itu lapisan atas beton dituangkan
dan difinishing.
30
2.22 Perawatan Beton (Curing)
31
2.23 Macam – Macam Jenis Beton
1. Beton Keras
Sifat-sifat beton keras yang penting adalah kekuatan karakteristik,
kekuatan tekan, tegangan dan regangan, susut dan rangkak, reaksi
terhadap temperatur, keawetan dan kekedapan terhadap air . Dari semua
sifat tersebut yang terpenting adalah kekuatan tekan beton karena
merupakan gambaran dari mutu beton yang ada kaitannya dengan
struktur beton.
2. Beton Segar
Beton segar adalah campuran beton yang telah selesai diaduk sampai
beberapa saat, karakteristiknya tidak berubah (masih plastis dan belum
terjadi pengikatan) (SNI 03-3976-1995). Ada beberapa hal penting yang
harus dipenuhi ketika membuat beton segar antara lain yaitu :
a. Sifat-sifat penting yang harus dimiliki beton segar dalam jangka
waktu yang lama , seperti kekuatan, keawetan, dan kestabilan volume.
b. Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu pendek ketika
beton dalam kondisi plastis (workability) atau kemudahan pengerjaan
tanpa adanya bleeding dan segregation.
Core drill adalah suatu metoda pengambilan sampel beton pada suatu
struktur bangunan. Sampel yang diambil (bentuk silinder) selanjutnya dibawa ke
laboratorium untuk dilakukan pengujian seperti Kuat tekan. Pengambilan contoh
dilakukan dengan alat bor yang mata bornya berupa “pipa” dari intan, sehingga
diperoleh contoh beton berupa silinder.
32
Contoh alat pengambilan sample beton dengan metode core
33