Teknik
Universitas Pattimura
ANALISA KARAKTERISTIK AGREGAT HALUS (LIMBAH STONE CRUSHER)
SEBAGAI BAHAN CAMPURAN BETON
Abstrack
Abu batu (Limbah Stone Crusher) tergolong limbah biasa yang tidak beracun bentuknya
butiran halus seperti pasir namun kadar lumpurnya cukup tinggi sehingga tidak selamanya
memenuhi syarat untuk pasir campuran beton, mengingat jumlahnya yang cukup besar maka
upaya memanfaatkan untuk meningkatkan nilai ekonomis serta mengatasi masalah
pencemaran lingkungan layak di upayakan. Penelitian untuk melihat proporsi optimum potensi
bahan buangan berupa Limbah Stone Crusher sebagai bahan bangunan, sampai sejauh mana
bahan ini dapat dimanfaatkan yang akhirnya akan mengatasi masalah pencemaran dan
mendapatkan nilai tambah yang bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan. Hasil pengujian
karakteristik material abu batu didapat, untuk gradasi masuk pada zona 1 dengan modelus
kehalusan 3.465, berat jenis 2.58, penyerapan 3.71, berat vovume lepas 1.11, berat volume
padat 1.45, kadar air 3.15% dan kadar lumpur 3.17%. Secara umum material abu batu
memenuhi seluruh syarat pengujian karakteristik material di laboratorium. Hasil pengujian
kuat tekan beton diperoleh, kuat tekan beton rata-rata f’c = 236.82 kg/cm2, lebih tinggi dari
kuat tekan rencana f”cr = 225 kg/m2, tetapi lebih rendah dari kuat tekan yang ditargetkan f’c =
340 kg/m2. Hasil evaluasi diperoleh beton memenuhi kedua syarat yang ditentukan.
Kata Kunci : Analisis Limbah Stone Crusher, Kuat Tekan Beton.
*)
Musper David Soumokil ; Dosen Jurusan Teknim Sipil Politeknik Negeri Ambon
Musper David Soumokil; Analisa karakteristik Agregat Halus (limbah Stone Crusher) Bahan Campuran Beton 2104
semen Portland atau semen hidrolik yang lainnya, dari kekuatan pada benda uji kubus. Kekuatan
agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tekan karakteristik beton dapat ditentukan dengan
tanpa bahan campuran tambahan berupa masa persamaan :
padat (SK.SNI T-15-1990-03:1). Dengan melihat
besarnya volume pemakaian bahan beton dalam
Q
industri konstruksi, terutama yang digunakan pada σbm (kg/cm ² )......... .......... .......... ........1
pembangunan perumahan , pabrik, transportasi, A
perkantoran dan sarana pelengkap lainnya, tentu
ada alasan mengapa konsumen menjatuhkan
dengan; Q = beban aksial yang bekerja (kg)
pilihannya pada bahan ini sebagai alternatif akhir
A = Luas penampang yang memikul
bila dibandingkan dengan bahan bangunan lain.
(cm²)
Dari pemakaiannya yang begitu luas dapat
diduga mengapa bahan beton dipilih sebagai Untuk tujuan pengendalian mutu pekerjaan
bahan dasar konstruksi. Tetapi tentunya harus dilapangan sering diperlukan data kuat tekan yang
diperhitungkan segi keuntungan dan kerugian diperoleh pada usia awal, dimana apabila
beton dibandingkan bahan lain. Secara umum pengujian baru diketahui setelah umur 28 hari,
kelebihan dan kekurangan beton adalah : terjadinya penyimpangan terhadap kuat tekan
1. Kelebihan Beton rencana tidak dapat segera diambil tindakan
a. Ketersediaan (availability) material dasar. perbaikan. Untuk tujuan ini, beberapa peraturan
b. Kemudahan untuk digunakan telah memberikan perkiraan kuat tekan pada
(versatility). berbagai umur beton sejak campuran beton di cor.
c. Kemampuan beradaptasi (adaptability) (AMRI, SJAFEI, 1991)
atau dapat mudah dibentuk sesuai dengan Penentuan kekuatan tekan dapat dilakukan
kebutuhan konstruksi. dengan menggunakan alat uji tekan dan benda uji
d. Mampu memikul beban berat. berbentuk silinder dengan prosedur uji ASTM C-
e. Tahan terhadap temperatur yang tinggi. 39 atau kubus dengan prosedur BS-1881 Part 115;
f. Biaya pemeliharaan yang minimal. Part. 116 pada umur 28 hari.
2. Kekurangan Beton
a. Berat sendiri beton yang besar, sekitar B. Kemudahan Pengerjaan
2.400 kg/m3. Kemudahan pengerjaan beton merupakan
b. Kekuatan tarik rendah meskipun kinerja utama yang dibutuhkan. Walaupun suatu
kekuatan tekannnya besar. struktur beton dirancang agar mempunyai kuat
c. Beton cenderung untuk retak karena tekan yang tinggi, tetapi jika rancangan tersebut
semennya hidraulis. tidak dapat diimplementasikan dilapangan karena
d. Kualitas sangat tergantung cara sulit untuk dikerjakan maka rancangan tersebut
pelaksanaan di lapangan. Beton yang baik menjadi percuma.
maupun yang buruk dapat terbentuk dari
C. Rangkak dan Susut
rumus dan campuran yang sama.
Rangkak (creep) atau lateral material flow
f. Struktur beton sulit untuk dipindahkan.
didefenisikan sebagai penambahan regangan
Pemakaian kembali atau daur ulang sulit
terhadap waktu akibat adanya beban yang bekerja.
dan tidak ekonomis. (NUGRAHA,2007)
(Nawy 1985 : 49). Deformasi awal akibat
Sebagian besar bahan pembuat beton adalah
pembebanan disebut sebagai regangan elastis,
material lokal (kecuali semen Portland dan bahan
sedangkan regangan tambahan akibat beban yang
tambah kimia), sehingga sangat menguntungkan
sama disebut regangan rangkak. Anggapan praktis
secara ekonomi. Namun, pembuatan beton akan
ini cukup diterima karena deformasi awal pada
menjadi mahal jika perencana tidak memahami
beton hampir tidak dipengaruhi oleh waktu. Nilai
sifat-sifat atau karakteristik bahan-bahan penyusun
rangkak untuk beton mutu tinggi lebih kecil
beton yang harus disesuaikan dengan perilaku
dibandingkan dengan beton mutu rendah.. Proses
struktur yang akan dibuat. Untuk dapat
rangkak selalu dihubungkan dengan susut karena
mengetahui sifat-sifat dari masing-masing bahan
keduannya terjadi bersamaan dan seringkali
perlu dilakukan pengujian atau pemeriksaan yang
memberikan pengaruh yang sama terhadap
saksama dilaboratorium atau dilapangan.
deformasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
2.2 Sifat dan Karakteristik Beton besarnya rangkak dan susut sebagai berikut:
A. Kuat Tekan Beton 1. Sifat bahan dasar beton (komposisi dan
Kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja kehalusan semen, kualitas adukan dan
utama beton. Kekuatan tekan adalah kemampuan kandungan mineral dalam agregat).
beton untuk menerima gaya tekan per satuan luas. 2. Rasio air terhadap jumlah semen.
Kekuatan beton bila menggunakan benda uji 3. Suhu pada saat pengerasan.
kubus atau silinder akan berbeda, dimana 4. Kelembaban nisbi pada saat proses
kekuatan benda uji silinder adalah antara 70-90% penggunaan
2105 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 12 Nomor 2, 2015; 2103 - 2113
5. Umur beton pada saat beban bekerja. berat jenis rata-ratanya 2.4- 2.7 yang berat isinya
6. Nilai Slump berkisar antara 2200-3000 kg/m3.Agregat berat
7. Lama pembebanan. mempunyai berat isi lebih besar dari 4.000 kg/m3.
8. Nilai tegangan
2. Jenis Agregat berdasarkan Bentuk.
9. Nilai rasio permukaan komponen struktur.
Bentuk agregat belum terdefenisikan secara jelas,
(MULYONO, 2004)
sehingga sifat-sifat tersebut sulit diukur dengan
2.3 . Karakteristik Bahan Pembentuk Beton baik. Bentuk agregat dipengaruhi oleh beberapa
Beton adalah beban yang diperoleh dengan faktor. Secara alamiah bentuk agregat dipengaruhi
cara mencampurkan agregat, semen Portland, air oleh proses geologi batuan. Test standar yang
dan kadang-kadang bahan tambahan. Dengan digunakan dalam menentukan bentuk agregat ini
demikian sifat beton akan sangat bergantung dari adalah ASTM D-3398. Klasifikasi agregat
sifat-sifat material asal yang membentuknya. berdasarkan bentuknya sebagai berikut :
1. Agregat Bulat (rounded)
A, Agregat
2. Agregat berbentuk tidak beraturan
Agregat mempunyai peranan yang sangat
(irregular)
penting, baik terhadap harga beton maupun
3. Agregat persegi nyata (angular)
kualitasnya. Kandungan agregat dalam campuran
1. Agregat bundar memanjang (elongated)
beton biasanya sangat tinggi. Berdasarkan
2. Agregat pipih (flaky), dan
pengalaman kompisisi agregat tersebut berkisar
1. Agregat pipih dan panjang. (flaky and
60%-70%. Dengan agregat yang baik, beton dapat
elangoted)
dikerjakan (workable), kuat tahan lama (durable)
dan ekonomis.
2. Jenis Agregat berdasarkan Tekstur
Agregat memiliki sifat kekerasan, kepadatan
Permukaan
dan keawetan yang tinggi, akan menghasilkan
Ukuran susunan agregat tergantung dari
beton berkualitas tinggi. Sifat yang paling penting
kekerasan, ukuran molekul, tekstur batuan, dan
dari suatu agregat ialah kekuatan hancur dan
besarnya gaya yang bekerja pada permukaan
ketahanan terhadap benturan, yang dapat
butiran yang telah membuat licin atau kasar
mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen,
permukaan tersebut. Umumnya jenis agregat
porositas dan karakteristik penyerapan air yang
dengan permukaan kasar lebih disukai. Agregat
mempengaruhi daya tahan terhadap proses
berdasarkan tekstur permukaan dapat dibedakan
pembekuan waktu musim dingin dan agresi kimia
sebagai berikut :
serta ketahanan terhadap penyusutan. (
3. Agregat licin/halus (glassy)
NUGRAHA, 2007)
4. Berbutir (glanular)
1. Jenis Agregat 5. Kasar
Secara umum agregat dapat dibedakan menurut 6. Kristalin (Cristalline)
asal perolehannya : 7. Berbentuk sarang labah (honeycombs)
a). Agregat alam, agregat yang langsung
(4). Jenis Agregat berdasarkan Ukuran Butir
diperoleh dari alam maupun diperoleh
Nominal.
melalui proses pemecahan batuan alam
Ukuran agregat dapat mempengaruhi kekuatan
tersebut.
tekan beton. Untuk perbandingan bahan-bahan
b). Agregat buatan, agregat yang dibuat untuk
campuran tertentu, kekuatan tekan beton
menggantikan fungsi agregat alam, misalnya
berkurang bila ukuran maksimum bertambah
agregat lempung bekan, bermis, perlit.
besar, dan juga akan menambah kesulitan dalam
Secara lebih spesifik agregat dapat dibedakan pengerjaannya. Ukuran dan bentuknya harus
berdasarkan jenisnya antara lain : disesuaikan dengan syarat yang diberikan oleh
ASTM, BS ataupun SNI/SII. Sebagai dasar
1. Jenis Agregat berdasarkan Berat perencanaan campuran beton besar butir
Agregat dapat dibedakan berdasarkan maksimum agregat, (ACI 318,.1989 : 2 – 1) dan
beratnya. Ada tiga jenis agregat berdasarkan (PB, 1989 : 9 ), memberkan batasan sebagai
beratnya, yaitu agregat normal, agregat ringan dan berikut :
agregat berat. Namun tidak ada batasan yang jelas 1. Agregat halus ialah agregat yang semua
antara ketiga jenis agregat ini. Agregat ringan butirnya menembus ayakan berlubang 4.8 mm
digunakan untuk menghasilkan beton yang ringan (SII.0052,1980) atau 4.75 mm (ASTM C33,
dalam sebuah bangunan yang memperhitungkan 1982) atau 5.0 mm (BS.812,1976).
berat dirinya. Agregat ini paling banyak 2. Agregat kasar ialah agregat yang semua
digunakan untuk beton-beton pracetak. Berat isi butirnya tertinggal diatas ayakan berlubang 4.8
agregat ringan berikisar antara 300–1800 kg/m3. mm (SII.0052,1980) atau 4.75 mm (ASTM C33,
Agregat normal dihasilkan dari pemecahan batuan 1982) atau 5.0 mm (BS.812,1976).
dengan quary atau langsung dari sumber alam
Musper David Soumokil; Analisa karakteristik Agregat Halus (limbah Stone Crusher) Bahan Campuran Beton 2106
(5). Jenis Agregat berdasarkan Gradasi. b). Kadar Lumpur atau bagian yang lebih kecil
Gradasi agregat ialah distribusi dari ukuran dari 70 micron (0.074 mm) maksimum 1%.
agregat. Distribusi ini bervariasi dapat c). Kadar bagian yang lemah di uji dengan
dibedakan menjadi tiga yaitu : goresan batang tembaga, maksimum 5%.
1. Gradasi sela (gapgrade). d). Kekalan jika diuji dengan NaSO4 bagian yang
2. Gradasi menerus (continous grade). hancur maksimum 12%, dan jika dipakai
3. Gradasi seragam (uniform grade). MgSO4 bagian yang hancur maksimum 18%.
Untuk mengetahui gradasi tersebut e). Tidak megandung butiran yang panjang dan
dilakukan pengujian melalui analisa ayakan pipih lebih dari 20%
sesuai dengan standar dari BS 812, ASTM f). Kekerasan agregat harus memenuhi syarat
C-33, C 136, ASHTO T.27 ataupun standar
B Agregat Halus
Indonesia. Beberapa ukuran saringan yang
Sesuai dengan syarat-syarat pengawasan
digunakan untuk mengetahui gradasi agregat
mutu agregat untuk berbagai mutu beton maka
dapat dilihat pada Tabel 2.4. (MULYONO,
agregat halus harus memenuhi beberapa syarat
2004)
menurut SII .0052 sebagai berikut :
Tabel 2.4 Ukuran Saringan Standar Agregat a). Modulus halus butir 1.5 sampai 3.8
Untuk Campuran Beton. b). Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil
dari 70 micron (0.074 mm) maksimum 5%.
BRITISH c). Kadar zat organik yang terkandung yang
STANDAR STANDARD STANDAR
ISO
ASTM E11
BS-812 JERMAN ditentukan dengan mencampur agregat halus
(BS.410,1976) dengan larutan natrum sulfat (NaSO4) 3%,
jika dibandingkan dengan warna standar/
128 mm 100 mm -
64 mm 90 mm - pembanding tidak lebih tua dari pada warna
- 75 mm 75 mm - standar.
- 63 mm 63 mm 63 mm d). Kekerasan butiran jika dibandingkan dengan
- 50 mm 50 mm - kekerasan butir pasir pembanding yang
32 mm 37.5 mm 37.5 mm 31.5 mm
- 25 mm 28 mm - berasal dari pasir kuarsa bangka memberikan
16 mm 19 mm 20 mm 16 mm angka tidak lebih dari 2.20.
- 12.5 mm 14 mm - e). Kekekalan (jika diuji dengan natrium sulfat
8 mm 9.5 mm 10 mm 8 mm bagian yang hancur maksimum 10%, dan
4 mm 4.75 mm 5.0 mm 4 mm
2 mm 2.36 mm 2.36 mm 2 mm jika dipakai magnesium sulfat, maksimum
1 mm 1.18 mm 1.18 mm 1 mm 15%).
500 µm 600 µm 600 µm 500 µm
250 µm 300 µm 300 µm 250 µm Tabel 2.9 Macam Pemeriksaan dan
125 µm 150 µm 150 µm Persyaratan untuk
62 µm 75 µm 75 µm Agregat Campuran Beton (Mulyono,
Sumber : Teknologi Beton, 2004 2004)
PERSYARATAN
Sifat-sifat agregat sangat berpengaruh pada MACAM STANDAR
mutu campuran beton. Kualitas suatu beton PEMERIKSAAN
AGREGAT AGREGAT
ACUAN
3. Faktor air semen (f.a.s) maksimum harus memenuhi syarat atau ketentuan-
Ada beberapa metode perencanaan campuran ketentuan sebagai berikut :
beton normal (mix design) yang umum digunakan 1) Untuk beton dengan kuat tekan f’c
untuk mendapat proposi campuran yang tepat, lebih dari 20 MPa, proporsi campuran
tergantung pada material yang dipakai dan tujuan percobaan harus didasarkan pada
struktur beton tersebut. Perlu ditambahkan bahwa campuran berat (weight batching),
penggunaan metode standar internasional (PB,1989 : 17)
disesuaikan dengan material dan kondisi kerja di 2) Untuk beton dengan kuat tekan f’c
Indonesia. Metode yang dipakai dalam penelitian hingga 20 MPa, proporsi campuran
ini yaitu metode SK. SNI. T-15-1990-03 percobaan boleh didasarkan pada
(Indonesia). campuran volume (volume batching –
ASTM C.685).
2.6 Perencanaan Menurut Metode SK. SNI. T- 3) Khusus untuk beton yang
15-1990-03 direncanakan mempunyai kekuatan
Dalam pemelitian ini metode rancangan sebesar 10 MPa, bila dipertimbangkan
campuran beton yang dipakai adalah metode praktis dan kondisi setempat tidak
SKSNI, yaitu suatu standar perencanaan campuran memungkinkan pelaksanaan beton
beton yang ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan dengan mengikuti prosedur
Uum Indonesia yang prinsip perencanaan diadopsi perancangan proporsi campuran (PB,
dari perancangan cara Inggris yaitu DOE. 1989 : 17), dapat digunakan
Langkah-langkah perancangan ini adalah: perbandingan 1PC : 2 Agregar Halus :
3 Agregat Kasar, dengan nilai slump
1. Syarat Perencanaan beton tidak boleh melebihi 100 mm.
1. Kuat Tekan Rencana (MPa)
3. Bahan Campuran
Beton yang dirancang harus memenuhi
Bahan yang digunakan dalam campuran
persyaratan kuta tekan rata-rata, yang memenuhi
harus memenuhi syarat standar yaitu :
syarat berdasarkan data deviasi standar hasil uji
1) Air harus memenuhi syarat yang
kuat tekan yang lalu (umur 28 hari) untuk jenis
berlaku, dalam hal ini tertuang dalam
dan konstruksi yang sama. Persyaratan kuat tekan
SK.SNI. S-04-1989-F tentang
didasarkan pada hasil uji kuat tekan silinder. Jika
spesifikasi air sebagai bahan
menggunakan kuat tekan dengan hasil uji kubus
bangunan. Air yang dapat diminum
bersisi 150 mm, maka hasilnya harus dikonversi
dapat langsung digunakan, jika tak
menggunakan persamaan :
memenuhi syarat atau tak dapat
f’c = [0.76 + 0.2Log (f’ck/15)] f’ck, ………….2 diminum, air yang digunakan harus
memenuhi syarat uji perbandingan
dimana : f’c = Kuat tekan beton yang kekuatan tekan dengan menggunakan
disyaratkan, MPa bahan dari air standar, minimal
f’ck = Kuat tekan beton, MPa, dari uji memenuhi syarat 90% kuat tekannya.
kubus beton bersisi 150 mm 2) Semen harus memenuhi syarat SII-
0013-81, tentang “Mutu dan Cara Uji
Data kuat tekan sebagai dasar perancangan dapat Semen Portland” atau SK.SNI.S-04-
menggunakan hasil uji kurang dari 28 hari 1989-F “ Spesifikasi bahan perekat
berdasarkan data rekaman yang lalu untuk kondisi Hidrolis Sebagai Bahan Bangunan”.
pekerjaan yang sama. 3) Agregat harus memenuhi syarat SII-
0052-80 tentang “Mutu dan Cara Uji
Tabel 2.10 Perkembangan Kuat Tekan untuk Agregat Beton” atau SK.SNI-S-04-
Semen Portland Tipe I (Mulyono, 2004) 1989-F, “Spesifikasi Agregat sebagai
Bahan Bangunan”.
Umur Beton 3 7 14 21 28
1. Perhitungan Proporsi
Campuran
Semen
Portland 0.46 0.70 0.88 0.96 1.00
1. Kuat Tekan Rata-rata yang
Tipe I direncanakan
Nilai standar deviasi didapat dari hasil
Sumber : Teknologi Beton, 2004 pengujian yang lalu untuk kondisi
pekerjaan dan lingkungan yang sama
2. Pemilihan Proporsi Campuran denganbenda uji yang lebih besar dari 30
Rencana kekuatan beton didasarkan pada benda uji berpasangan. Jika jumlah beda
hubungan antara kuat tekan dengan faktor air uji lebih kecil dari 30, harus dilakukan
semen. Pemilihan proporsi campuran beton koreksi dan apabila tidak ada sama sekali
Musper David Soumokil; Analisa karakteristik Agregat Halus (limbah Stone Crusher) Bahan Campuran Beton 2108
% Lolos Saringan
Objek penelitian yang ditinjau adalah abu batu ( 80
Limbah Stone Crusher ) sebagai pengganti pasir 60
pada PT. ESER, dengan penelitian sifat-sifat fisis
dan karakteristik beton dilakukan di Laboratorium 40
Tabel 5.1. Hasil pemeriksaan analisa saringan - Penyerapan/Absorbsi (%) 3.71 <5% Lolos
agregat halus (Limbah Stone Crusher). 4 Kadar Air (%) 3.15 <5% Lolos
Material Lolos
Ayakan Ayakan
Tertahan
Tertahan Kumulatif Tertahan
Dari hasil pemeriksaan karakteristik agregat
3/8" 334.4 334.4 - - - 100 halus secara keseluruhan dapat disimpulkan
No. 4 414.1 619.3 205.2 205.2 10.26 89.74
bahwa secara umum agregat halus baik untuk
digunakan karena memenuhi hampir semua syarat
8 429.2 970.7 541.5 746.7 37.33 62.67
yang ditentukan oleh SII, BS, maupun ASTM.
16 401.9 781.2 379.3 1,126.0 56.29 43.71 Analisa pemeriksaan karakteristik agregat halus
30 410.0 718.7 308.7 1,434.7 71.73 28.27
(Limbah Stone Crusher).
50 386.2 561.3 175.1 1,609.8 80.48 19.52
2. Analisa Hasil Pemeriksaan Karakteristik
100 267.6 465.1 197.5 1,807.3 90.36 9.64 Agregat Kasar
Berdasarkan analisa saringan, seperti yang
200 401.2 454.4 53.2 1,860.5 93.02 6.98
dapat dilihat pada Tabel 4.3, agregat kasar tidak
Pan 468.0 607.7 139.7 2.000 100 0.00 memenuhi BS.
Musper David Soumokil; Analisa karakteristik Agregat Halus (limbah Stone Crusher)
Modulus Kehalusan (MK) : 346.450/100 = 3.465
80
RANCANGAN CAMPURAN BETON (K-225)
60
1 Kuat tekan yang disyaratkan Ditentukan 225 kg/cm ² atau 22.5 Mpa
Gambar 5.2.Grafik Batas Gradasi Kerikil atau 2 Deviasi standar Diketahui PBI 7 Mpa
Koral ukuran maksimum 40 m 3 Nilai tambah (margin) P1 11.5 Mpa
4 Kekuatan rata-rata yang ditargetkan P2 34.0 Mpa
Tabel 5.4. Hasil pemeriksaan karakteristik
5 Jenis semen Ditetapkan Type 1
agregat kasar
6 Jenis agregat : kasar Pecah
Jenis Sampel : Batu Pecah Jenis agregat : halus Pecah (Limbah Stone Crusher)
SEMEN Air Agregat Halus Agregat Kasar dilakukan untuk menghindarkan beton dari
KWANTITAS kehilangan air akibat penguapan pada hari-hari
(Kg) (Ltr) (Kg) (Kg)
pertama, dan perbedaan suhu beton dengan
Per m³ 472 205 739 979
lingkungan yang terlalu besar yang dapat
Perbandingan Komposisi 1 0.5 1.7 2.3 menyebabkan susut yang terlalu cepat pada beton.
Dari hasil perhitungan perancangan
campuran beton (mix design), diperoleh proposi 4. Pengujian Kuat Tekan Beton
bahan-bahan pokok untuk membuat 1 m³ 1. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton.
campuran beton untuk agregat halus (Limbah Hasil kuat tekan beton yang dihasilkan untuk
Stone Crusher) dengan target kuat tekan rencana agregat halus (Limbah Stone Crusher) sebesar
f’c = 225 kg/cm² adalah : 236.82 kg/cm² atau lebih besar dari kuat tekan
rencana, tetapi lebih kecil dari kuat tekan rata-rata
1. Semen = 427 yang ditargetkan.
kg
2. Air = 205 2. Analisa Pengujian Kuat Tekan Beton
ltr Dari hasil perhitungan 9actor9ic standar
3. Agregat Halus = deviasi menunjukan hasil yang baik karena mutu
739 kg standar deviasi pelaksanaan lebih kecil dari
4. Agregat Kasar = standar deviasi yang direncanakan (Sr > S).
979 kg Dari pengujian kuat tekan beton, hasil yang
diperoleh cukup bervariasi pada setiap umur
Dari data hasil perhitungan proposi beton. Hal ini disebabkan oleh beberapa 9actor
campuran bahan dasar tersebut diperoleh yaitu :
perbandingan/proporsi campuran sebagai berikut : 1. Gradasi agregat kasar/besar dan seragam
mudah mengalami proses segregasi yang
1 PC : 1.7 Ps : 2.3 Krkl : 0.5 Air terjadi akibat mudahnya partikel agregat
halus untuk naik kepermukaan. Karena
5. Pembuatan dan Pengujian Beton banyaknya rongga-rongga yang terbuka.
Setelah melakukan perancangan campuran Agregat ini akan menghasilkan kepadatan
(mix design), maka dari hasil yang diperoleh di beton yang rendah sehingga
buat sampel pengujian sesuai kebutuhan. Sampel mempengaruhi kuat tekan beton yang
yang dibuat sebanyak 30 benda uji. dihasilkan.
Dari hasil mix design maka keseluruhan 2. Proses pemadatan yang tidak sempurna.
material ditimbang sesuai kebutuhan benda uji 3. Faktor ketelitian dalam pelaksanaan.
yang akan dibuat. Setelah penimbangan maka Tabel 5.5. Perhitungan Standard Deviasi
langkah selanjutnya adalah pencampuran seluruh
material selama kurang dari 1.5 – 3 menit barulah
dituang didalam wadah untuk selanjutnya dibuat No.
Kuat Tekan
Xi – X
(Xi –
(Xi) 28 Hari X)2
benda uji. Bend Keterangan
a Uji
(Kg/cm
1. Hasil Pemeriksaan Slump Beton. (Kg/cm2) (Kg/cm2) 2
)
Pengujian slump (Slump Test) ialah suatu 1 224.79 -2.86 8.20
cara untuk mengukur kelecakan adukan beton 2 224.79 -2.86 8.20
yaitu workability/kepadatan adukan yang 6829.4
3 219.86 -7.79 60.72 Xi =
dibutuhkan dalam pengerjaan beton. Berdasarkan 6
4 223.80 -3.85 14.81 n = 30
nilai slump yang direncanakan sesuai SK.SNI T-
(Xi –
15-30-1991yaitu antara 60 – 100 mm, maka dari 5 219.86 -7.79 60.72
X)2
= 907.38
merendam seluruh benda uji dalam air. Hal ini 18 226.76 -0.89 0.79
Musper David Soumokil; Analisa karakteristik Agregat Halus (limbah Stone Crusher) Bahan Campuran Beton
eton 2112
19 231.01 3.36 11.29 Memenuhi
12 226.76 225.79 Tak Memenuhi
Syarat
20 231.48 3.83 14.69 Memenuhi
13 220.57 224.56 Tak Memenuhi
Syarat
21 231.48 3.83 14.69 Memenuhi
14 222.63 224.02 Tak Memenuhi
Syarat
22 231.48 3.83 14.69
Memenuhi
15 223.15 223.28 Tak Memenuhi
23 232.43 4.78 22.83 Syarat
Memenuhi
16 223.67 222.51 Tak Memenuhi
24 231.48 3.83 14.69 Syarat
Memenuhi
25 235.83 8.18 66.90 17 226.24 223.92 Tak Memenuhi
Syarat
Memenuhi
26 234.47 6.82 46.49 18 226.76 224.95 Tak Memenuhi
Syarat
27 237.19 9.54 91.00 Memenuhi
19 231.01 226.92 Tak Memenuhi
Syarat
28 236.73 9.09 82.56 Memenuhi
20 231.48 228.87 Tak Memenuhi
Syarat
29 235.83 8.18 66.90 Memenuhi Memenuhi
21 231.48 230.18
Syarat Syarat
30 235.83 8.18 66.90
Memenuhi Memenuhi
22 231.48 231.36
6829.46 907.38 Syarat Syarat
Memenuhi Memenuhi
23 232.43 231.72
Syarat Syarat
Memenuhi Memenuhi
Standar Deviasi (s) = 24 231.48 231.72
Syarat Syarat
Memenuhi Memenuhi
25 235.83 232.80
Syarat Syarat
(Xi - X) 2 26 234.47 233.55
Memenuhi Memenuhi
Syarat Syarat
s = n 1 Memenuhi Memenuhi
27 237.19 234.74
Syarat Syarat
Memenuhi Memenuhi
s = 907.38 = 5.59 Kg/cm 2 28 236.73 236.05
Syarat Syarat
30 - 1 Memenuhi Memenuhi
29 235.83 236.05
Syarat Syarat
Kuat tekan yang diperoleh (fc) = Memenuhi Memenuhi
30 235.83 236.39
Syarat Syarat
fc = X + 1,64 x s
fc = 236.82 Kg/cm
2 Data Statistik :
VI.2.Saran
Dari kesimpulan yang diperoleh, maka
disarankan material abu batu (limbah Stone
Crusher) sebaik digunakan sebagai bahan
campuran beton untuk bangunan non struktur,
karena kuat tekan beton yang dihasil walaupun
memenuhi kuat tekan rencana tetapi memiliki kuat
tekan yang ditergetkan (faktor keamanan) rendah.
Penggunaan abu batu juga sebaiknya dicuci untuk
mengurangi kandungan kadar lumpur sebelum
digunakan.
Daftar Pustaka
Aji, P. Purwanto, 2004. ”Teknologi Beton”,
Andy, Yokyakarta
Amri, Sjafei, 1991, ”Pengantar Teknologi
Beton”, Edisi Pertama Seri Teknologi
Bahan
Andoyo ”Pengaruh Penggunaan Abu Terbang
(Fly Ash) Terhadap Kuat Tekan Dan
Serapan Air Pada Mortal”. Semarang :
Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang,
2006.
Dinas Pekerjaan Umum, ”Perencanaan
Campuran Beton Normal SK.SNI T-15-01-
1991”.
Hidayat Arifal, Juli 2011, Pengaruh
Penambahan Abu Sekam Padi Terhadap
Kuat Tekan Beton K-225”, Vol. 3 No.
http://kuattekanbeton.net/jurnal/aptek.htm,
10 Agustus 2010
Mulyono, Tri, 2004, “Teknologi Beton”, Andi
Yogyakarta, Jakarta
Nugraha, Paul dan Anthoni, 2007, “Teknologi
Beton”, Andi, Yogyakarta
Rara Dewi, 2013, “Pembuatan Beton Normal
Dengan Fly Ash Menggunakan Mix
Desain Yang Dimodifikasi”, Jawa Barat :
Jurnal Teknik Sipil Universitas Jember
Tjokrodimuljo, Kardiyono, 1996, “Teknologi
Beton”, Nafiri, Yogyakarta