Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTEK

PENGUJIAN BAHAN I

DI BUAT OLEH :

NAMA : PUTU BAYU ARITAMA


NIM : 2115124075
No. Absen : 15
KELAS : 3E/ D4 MPK
MATA KULIAH : UJI BAHAN

D4 MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI


TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BALI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan
praktikum pengujian bahan ini. Laporan ini dibuat dengan tujuan memperoleh
ilmu mengenai pengujian beton dalam Teknik Sipil, yang mana pekerjaan ini
dipakai dalam suatu pengujian.

Dalam kesempatan kali ini, penulis menyadari bahwa laporan ini tidak
lepas dari bimbingan dan dorongan dari beberapa pihak, oleh karena itu penulis
banyak mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu, dalam penyelesaian laporan” PRAKTIKUM PENGUJIAN BAHAN“

Penulis sadar bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu
penulis membutukan kritik dan saran dari berbagai pihak yang membangun untuk
kesempurnaan laporan ini, dan juga laporan ini juga dapat bermanfaat untuk
bahan tambahan materi mata kuliah. Atas perhatian diucapkan terima kasih.

Bukit Jimbaran, 14 Desember 2022

Putu Bayu Aritama


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pekerjaan teknik sipil kita mengenal dua jenis pekerjaan konstruksi
yaitu konstruksi berat dan konstruksi ringan. Pekerjaan-pekerjaan tersebut
tidak lepas dari kebutuhan akan material atau bahan-bahan tertentu. Dalam
pelaksanaannya, sehingga suatu konstruksi bangunan yang kuat dan utuh
sesuai dengan yang diharapkan.

Beton adalah campuran agregat halus dan agregat kasar sebagai bahan
pengisi. Ditambah semen dan air yang digunakan sebagai bahan pengikat dan
atau menggunakan bahan tambahan. Sekarang ini penggunaan beton banyak
digunakan untuk sebagai konstruksi, misalnya jalan, jembatan, lapangan
terbang, waduk, bendungan dan lainya. Dengan melakukan analisa bahan
maka dalam hal pembuatan beton harus lebih teliti dengan berbagai macam
material-material yang digunakan dalam pembuatan tersebut, dikarenakan
apabila suatu material dalam beton itu tidak bagus maka hasil dari beton
tersebut tidak akan mencapai hasil yang diinginkan. Untuk itu diperlukan
suatu sistem pengujian yang di sebut pengujian bahan untuk mendapatkan data
dan dari data tersebut kita akan mendapatkan kelayakan terhadap bahan yang
akan di pakai dalam konstruksi beton.

Pengujian ini meliputi pengujian bahan yaitu semen, pengujian bahan hasil
alam yaitu agregat dan pengujian bahan terolah yaitu meliputi pengujian
beton.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja material penyusun beton?
2. Bagaimana cara pengujian berat jenis, berat isi, analisa ayakan dan kadar
lumpur di laboratorium?

3. Bagaimana cara menentukan jumlah material untuk membuat campuran


beton?

4. Bagaimana tahapan langkah kerja pencampuran beton pada pelaksanaan


kegiatan praktek pengujian bahan?

1.3 Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari praktikum ini, yaitu agar mahasiswa dapat :

1. Dapat melakukan praktikum pengujian beton dengan prosedur yang baik


dan benar.
2. Dapat mengetahui langkah-langkah kerja dalam pengujian beton di
laboratorium .
3. Dapat mengetahui karakteristik dan mutu beton
4. Dapat melakukan pengujian secara langsung di laboratorium

1.4 Manfaat Kegiatan


Mahasiswa dapat mengetahui secara detail bagaimana cara dan tahapan
perencanaan serta pembuatan beton sebagai konstruksi bangunan khususnya
dalam pelaksanaannya di lapangan sesuai dengan ketentuan – ketentuan yang
telah diberikan terkait dengan teori yang ada.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Beton


Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah
atau agregat agregat lain yang dicampur jadi satu dengan suatu pasta yang terbuat
dari semen dan air membentuk suatu massa mirip batuan. Terkadang satu atau
lebih bahan aditif ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan kataristik
tertentu, seperti kemudahan pengerjaan (workability), durabilitas, dan waktu
pengerasan.

Secara Sederhana Beton dibentuk oleh pengkerasan campuran antara


semen, air, agregat halus (pasir), dan agregat kasar (batu pecah kerikil).
Kadangkadang ditambahkan campuran bahan lain (admixture) untuk memperbaiki
kualitas beton.

Beton diperoleh dengan cara mencampurkan semen, air, agregat dengan


atau tanpa bahan tambah tertentu. Material pembentuk beton tersebut dicampur
merata dengan komposisi tertentu menghasilkan suatu campuran yang plastis
sehingga dapat dituang dalam cetakan untuk dibentuk sesuai dengan keinginan.

Perbandingan campuran bahan susun disebutkan secara urut, dimulai dari


ukuran butir yang paling kecil (lembut) ke butir yang besar, yaitu :semen, pasir,
dan kerikil. Jadi jika campuran beton menggunakan semen 1 : 2 : 3, berarti
campuran adukan betonnya menggunakan semen 1 bagian, pasir 2 bagian, dan
kerikil 3 bagian. Untuk memastikan agar beton yang dibuat memenuhi
persyaratan, agregat atau material yang akan digunakan harus diuji terlebih dahulu
kemudian dilakukan uji coba beton atau campuran uji beton sesuai dengan
rancangan campuran beton (mix design).
Faktor – faktor yang mempengaruhi mutu beton adalah :
- Mutu agregat
- Jenis atau mutu semen
- Faktor air semen
- Gradasi atau susunan butir agregat
- Pelaksanaan pembuatan beton
- Curing (pematangan) beton, yaitu perawatan beton untuk dapat mencapai
kekuatan yang dinginkan.

Kelebihan dan Kekurangan Beton, adalah :

1. Kelebihan :

a) Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi.

b) Mampu memikul beban yang berat.

c) Tahan terhadap temperatur yang tinggi.

d) Biaya pemeliharaan yang kecil.

2. Kekurangan :

a) Bentuk yang telah dibuat sulit diubah.

b) Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi.

c) Berat.

d) Daya pantul suara besar.

2.2 Agregat

  Agregat adalah material granular, misalnya pasir , kerikil, batu pecah atau
kerak tungku besi, yang dipakai secara bersama-sama dengan suatu media
pengikat untuk membentuk suatu beton semen hidraulik atau adukan (SK SNI T-
15-1991-03). Atau dapat juga didefinisikan sebagai butiran mineral alami yang
berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran beton atau mortar. Agregat
menempati sebanyak kurang lebih 70 % dari volume beton atau mortar. Oleh
karena itu sifat-sifat agregat sangat mempengaruhi sifat-sifat beton yang
dihasilkan.

Agregat merupakan campuran dari pasir, gravel, batu pecah, slag atau
material lain dari bahan mineral alami atau buatan. Agregat merupakan bagian
terbesar dari campuran aspal. Material agregat yang digunakan untuk konstruksi
perkerasan jalan utamanya untuk menahan beban lalu lintas. Agregat dari bahan
batuan pada umumnya masih diolah lagi dengan mesin pemecah batu (stone
crusher) sehingga didapatkan ukuran sebagaimana dikehendaki dalam campuran.
Agar dapat digunakan sebagai campuran aspal, agregat harus lolos dari berbagai
uji yang telah ditetapkan.

Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan perkerasan


jalan, yaitu 90% - 95% agregat berdasarkan persentase berat, atau 75% - 80%
agregat berdasarkan persentase volume. Dengan demikian kualitas perkerasan
jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan
material lain.

Agregat beton yang berasal dari batu alam (agregat alam), dapat dibedakan
atas tiga kelompok :
a) Kerikil dan pasir alam
Jenis ini merupakan hasil penghancuran oleh alam dari batuan induknya, dan
terdapat dekat atau sering kali jauh dari asalnya karena terbawa oleh arus air
atau angin, dan mengendap di suatu tempat.
b) Agregat batu pecah
Agregat batu pecah berasal dari batuan alam yang dipecah, biasanya
digunakan batuan beku yang kompak. Kekerasan batu pecah ini pada
umumnya lebih baik daripada agregat pasir atau kerikil alam.
c) Agregat batu apung
Batu apung merupakan agregat alami yang ringan dan memiliki sifat isolasi
panas yang baik. Penggunaan batu apung untuk campuran beton harus bebas
dari debu vulkanik halus dan lempung.
Agregat buatan dengan tujuan penggunaan khusus (tertentu) karena kekurangan
agregat alam.
Biasanya agregat buatan adalah agregat ringan.
Contoh agregat buatan adalah : Klinker dan breeze yang berasal dari limbah
pembangkit tenaga uap, agregat yang berasal dari tanah liat yang dibakar (leca =
Lightweight Expanded Clay Agregate), cook breeze berasal dari limbah sisa
pembakaran arang, hydite berasal dari tanah liat (shale) yang dibakar pada tungku
putar, lelite terbuat dari batu metamorphore atau shale yang mengandung karbon,
kemudian dipecah dan dibakar pada tungku vertical pada suhu tinggi.

Berdasarkan ukurannya agregat juga dapat dibagi menjadi dua, yaitu


agregat kasar dan agregat halus. Batasan antara agregat halus dan agregat kasar
berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya. Meskipun demikian,
dapat diberikan batasan ukuran antara agregat halus dengan agregat kasar yaitu
4.80 mm (British Standard) atau 4.75 mm (Standar ASTM).

1). Agregat Kasar


Agregat kasar adalah agregat yang ukuran butirannya lebih dari 0,5 cm (PBI
1971). Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil atau batu pecah. Kerikil
adalah bahan yang terjadi sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan-batuan dan
berbentuk agak bulat serta permukaannya licin. Sedangkan batu pecah (kricak)
adalah bahan yang diperoleh dari batu yang digiling (dipecah) menjadi pecahan-
pecahan berukuran 0,5-0,75 cm. Agregat kasar adalah agregat yang tertahan
saringan No. 4 (spesifikasi dari AASHTO, American Association of State
Highway and Transportation Officials, yang juga digunakan oleh Bina Marga)
atau yang tertahan saringan 2,36 mm (standard dari BSI, British Standard
Institution atau lebih sering disebut sebagai BS, British Standard).

Agregat kasar boleh didapati dari sumber natural atau artificial. Sumber
natural biasanya dari kumpulan Granit atau Batu Kapur. Kumpulan batu ini
digunakan untuk pembinaan biasa. Ketumpatan bandingan agregat biasa ini dalam
julat 2,500 - 2,700 kg/m3. Untuk pembinaan konkrit berat, Barit (Barium Sulfat)
yang boleh didapati dari sumber asli boleh digunakan. Agregat kasar mempunyai
ketumpatan bandingan 4,200 – 4,300 kg/m3. Agregat berat digunakan untuk
konkrit yang terdedah pada sinar-X, sinar gamma atau vector nuclear. Agregat
artificial boleh didapati dari bahan buangan industri. Bebola besi untuk konkrit
berat, klinker atau jermang hasil pembakaran untuk konkrit ringan. Umumnya
agregat ringan mempunyai kekuatan yang rendah, dan agregat berat mempunyai
kekuatan yang tinggi. Ukuran nominal yang biasa digunakan ialah 10mm, 20mm
dan 40mm. Ukuran maksimal bergantung kepada jenis binaan e.g. tetulang padat,
binaan tebal atau tipis.

2). Agregat Halus

Agregat halus merupakan batuan halus yang terdiri dari butiran sebesar 0,075-
0,5 cm yang didapat dari hasil disintegrasi (penghancuran) batuan alam (natural
sand) atau dapat juga dengan memecahnya (artificial sand), tergantung dari
kondisi pembentukan terjadinya.

2.3 Semen

Semen merupakan suatu bahan perekat kimia yang memberikan


perkerasan terhadap material campuran lain menjadi suatu bentuk yang tahan
lama dan kaku. Kapur dan tanah liat merupakan bahan alami yang memiliki
banyak keterbatasan, oleh sebab itu dalam semen diproduksi dengan kondisi
terkontrol yang kemudian dikemas serta dapat diangkut ke tempat yang
diperlukan dengan mudah.
Saat ini semen juga merupakan bahan perekat terbaik selain bahan
pengikat lainnya seperti epoksi, polimer, dan lainnya serta memiliki harga yang
relatif murah. Hal tersebut membuat semen menjadi salah satu bahan yang paling
wajib ada di berbagai negara belahan dunia. Bentuk semen paling dasar adalah
semen portland. Namun dengan seiring waktu, saat ini penggunaan semen
Portland Pozzolan telah meningkat.
Bahan Penyusun Semen dalam bubuk semen, ada banyak bahan mineral
dan kimia yang terkandung didalamnya. Kualitas semen dapat dipengaruhi oleh
setiap kandungan bahan tertentu. Secara umum semen merupakan bubuk
berwarna abu-abu gelap yang terbuat dari Alkali, Magnesium Oksida, Alumina,
kapur, Sulfur Trioxide, Iron Oxide dan Silika.
Klasifikasi semen menurut ASTM dibagi menjadi 5 (lima) tipe yaitu:
a) Semen Type I
semen yang dalam penggunaanya tidak secara khusus (pemakaian secara
umum). Biasanya digunakan pada bangunan-bangunan umum yang tidak
memerlukan persyaratan khusus
b) Semen Type II
mengandung kadar C3A< 8 %. Semen yang dalam penggunaanya
memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Semen
ini digunakan untuk bangunan dan konstruksi beton yang selalu
berhubungan dengan air kotor, air tanah atau untuk pondasi yang tertanam
di dalam tanah yang garam sulfat dan saluran air limbah atau bangunan
yang berhubungan langsung dengan air rawa.
c) Semen Type III
memiliki kadar C3S dan C3A yang tinggi dan butirannya digiling sangat
halus sehingga cepat mengalami proses hidrasi. Biasanya digunakan pada
bangunan-bangunan di daerah yang bertemprature rendah (musim dingin).
d) Semen Type IV
kadar C3S maksimum 35 % dan C3A maksimum 5 %. Semen portland
yang dalam penggunaanya memerlukan panas hidrai rendah. Digunakan
pada pekerjaan beton dalam Volume besar (Beton massa) dan masif,
misalnya bendungan, Pondasi berukuran besar dll.
e) Semen Type 5
semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan ketahanan yang
tinggi terhadap sulfat. Biasanya digunakan pada bangunan-bangunan yang
selalu berhubungan dengan air laut, saluran limbah industri, bangunan
yang terpengaruh dengan uap kimia dan gas agresif serta untuk pondasi
yang berhubungan dengan air tanah yang mengandung sulfat tinggi.

2.4 Air
Air biasanya digunakan untuk bereaksinya produksi semen. Untuk
mendapatkan kekuatan beton dengan kekuatan yang maksimal maka penggunaan
air harus diperhatikan. Jika nilai kadar airnya besar dapat mempengaruhi kualitas
beton. Pada umumnya air yang dapat digunakan untuk pencampuran beton adalah
air yang dapat diminum. Adapun jenis – jenis air yang dapat digunakan adalah :
a) Air hujan
air hujan menyerap gas dan udara pada saat jatuh ke bumi. Biasanya air
hujan mengandung unsur oksigen, nitrogen, dan karbondioksida.
b) Air Tanah
air tanah biasanya mengandung unsur kation dan anion. Selain itu juga
kadang – kadang terdapat unsur CO2, H2S dan NH3.
c) Air permukaan
terdiri dari air sungai, air danau, air genangan, dan air reservoir. Air sungai
atau danau dapat digunakan sebagai air pencampur beton, asal tidak
tercemar limbah industri. Sedangkan air rawa atau air genangan yang
mengandung zat – zat alkali tidak dapat digunakan.
d) Air laut
air laut mengandung 30.000 – 36.000 mg/liter garam ( 3 % - 3,6 % ) dapat
digunakan sebagai pencampur beton tidak bertulang. Air laut yang
mengandung garam di atas 3 % tidak boleh digunakan untuk campuran
beton. Untuk beton pra tekan, air laut tidak diperbolehkan karena
memepercepat korosi pada tulangannya.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Jadwal dan Lokasi Praktek Uji Bahan


Pelaksanaan praktek uji bahan dilakukan pada 05 s/d 16 Desember 2022 selama 2
minggu. Pelaksanaan uji bahan ini dilaksanakan di Workshop Teknik Sipil
kampus Politeknik Negeri Bali yang beralamatkan di Jl. Raya Uluwatu No.45,
Jimbaran, Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali.

3.2 PENGAMBILAN MATERIAL PASIR DAN KERIKIL DARI QUARY


Alat :
 Artco/grinding
 Sekop

Bahan :
 Pasir
 Kerikil

Prosesya :
1.Persiapkan alat arcto/grinding untuk membawa material pasir dan kerikil dari
quary ke lab uji bahan
2.Setelap arcto sudah siap,bawa arcto ke quary,ambil pasir menggunakan sekop
masukkan ke artco tersebut sampai kurang lebih 10cm dihitung dari bawah bibir
permukaan arcto,supaya agar mendapatkan material pasir yang bergradasi
beragam,lakukan pengambilan sekop dengan sampai kebawah bawahnya.
3.Material pasir diambil selama 2x pengambilan dari quary
4.Setelah pengambilan pasir,berikutnya pengambilan material kerikil pengambilan
kerikil diambil hanya 1x pengambilan,sama seperti material pasir,pengambilan
kerikil dilakukan menggunakan sekop sampai kebawah bawahnya agar material
kerikil didapat beragam ukurannnya.
5.Setelah itu bawa tadi material pasir dan kerikil dengan arcto ke lab uji bahan

Dokumentasi :

3.3 MEMINDAHKAN MATERIAL Ke KOMPRENG/WADAH Dan


MENIMBANGNYA
Alat :
 Timbangan
 Ompreng/wadah
 Sekop kecil

Bahan :
 Pasir
 Kerikil

Prosesnya :
1.Siapkan sekop dan wadah/ompreng
2.Pindahkan material pasir dan kerikil dari arcto tersebut ke wadah/ompreng yang
telah disiapkan,untuk wadahnya dibagi berdasarkan jenis materialnya,wadah pasir
sendiri dan wadah kerikil sendiri.
3.Letakkan ompreng kosong ditimbangan,berat ompreng kosong material pasir
2kg,berat ompreng kosong material kerikil 1,3kg.
4.Setelah itu pindahkan pasir pertama yang tadi sudah terisi diompreng tersebut ke
ompreng yang diletakkan ditimbangan tadi, menggunakan sekop kecil sampai
berat 12kg,dan dilanjutkan dengan menimbang material pasir yang kedua. Setelah
kedua material pasir di timbang, dilanjutkan dengan menimbang material kerikil
agar mencapai berat 11,3kg, berat dari masing-masing material yaitu 10kg.
5.Siapkan splliter pasir dan kerikil serta ompreng kecil
6.Masukkan material pasir berat 10kg ke dalam spltter untuk mencari berat 5kg,
setelah sudah dapat berat 5kg,lakukan splitter kembali dengan mendapat berat
2,5kg, lalu lakukan hal yang sama,sehingga akhir nanti mendapatkan berat
0,625kg,dengan berat 0,625kg inilah sudah menjadi sample pasir,yang nantinya
akan dilakukan analisa ayakan dan menghitung berat jenisnyanya.
7. Setelah sampel pasir sudah didapatkan, siapkan splinter kerikil lalu lakukan
cara yang sama seperti membuat sampel pasir, maka dapatlah sampel kerikil berat
jenis.
8.Setelah semua sample pasir dan sample kerikil sudah didapat, sebaiknya masing
– masing sample diberikan label nama samplenya,diompreng kecil tersebut.

Dokumentasi :
3.4 MENJADIKAN SAMPLE UJI PASIR, UNTUK PENGUJIAN ANALISA
AYAKAN
Alat :
 Ompreng Besar
 Ompreng Kecil
 Oven

Bahan :
 Sample Pasir Analisa Ayakan

Prosesnya:
1.Sample pasir analisa ayakan tadi,dimasukkan ke dalam oven,yang bertujuan
untuk agar semua air yang terkandung bisa hilang semua sehingga sample pasir
ayakan tersebut dalam keadaan kering.
2.Lalu dibiarkan didalam oven selama 24 jam
Fungsi dari pengujian analisa ayakan yaitu untuk mengetahui gradasi dan ukuran
apa saja yang terkandung di sampel tersebut.

Dokumentasi :
TABEL PERHITUNGAN ANALISA AYAK (SIEVE ANALYSIS)

Proyek : Mata Kuliah Pengujian Bahan 1 3.5 MENCARI


SAMPLE
Pemberi Tugas : Jurusan Teknik Sipil D4 MPK PNB

Kode Sample : PASIR

Berat Benda Uji : 556,0 gram.

Berat
Komulatif
Berat Agg. Aggregat Komulatif
Ukuran % Berat % Berat
Berat Ayakan Tertahan pada Tertahan Berat
No. Ayakan Tertahan Yang Lolos
(gram) Ayakan + berat Pada Tertahan
(mm) Pada Ayakan
Ayakan (gram) Ayakan pd. Ayakan
Ayakan
(gram)

1 2 3 4 5 =(4) - (3) 6 7 8

1 19,000 406,500 406,500 0,000 0,000 0,000 100,000

2 9,500 416,000 416,000 0,000 0,000 0,000 100,000

3 4,750 402,000 402,500 0,500 0,500 0,090 99,910

4 2,360 286,000 316,500 30,500 31,000 5,601 94,399

5 1,180 301,000 388,500 87,500 118,500 21,409 78,591

6 0,600 273,500 350,500 77,000 195,500 35,321 64,679

7 0,300 279,000 367,500 88,500 284,000 51,310 48,690

8 0,150 274,500 395,000 120,500 404,500 73,080 26,920

9 0,075 265,000 353,500 88,500 493,000 89,070 10,930

10 FAN 253,000 313,500 60,500 553,500 100,000 0,000

Berat Benda Uji setelah diayak (gram) 553,500 gram.

Jumlah Berat Aggregat yang Hilang 2,500 gram.

Jumlah Berat Aggregat yang diperbolehkan hilang = 1% * Berat benda uji 5,56 gram.
UJI PASIR DAN KERIKIL UNTUK MENGHITUNG BERAT
JENIS
A.SAMPLE PASIR BERAT JENIS
Alat :
 Ompreng Kecil

Bahan :
 Air
 Sample Pasir Berat Jenis

Prosesnya :
1.Sample pasir berat jenis diisikan air dan diaduk
2.Isi air sampai seluruh sample pasir itu terendam semua
3.Lalu rendam selama 24 jam

Selain dalam pengujian didapatkan berat jenis namun bisa juga


didapatkan penyerapan dan mengetahui kadar air.

Tujuannya dilakukan pengujian berat jenisi ini untuk mengisi atau


merapatkan pori pada sample pasir tersebut.
Dokumentasi :

B.SAMPLE KERIKIL BERAT JENIS


Alat :
 Ompreng Kecil

Bahan :
 Air
 Sample Kerikil Berat Jenis

Prosesnya :
1.Sampel kerikil berat jenis tersebut dicuci sampai bersih,airnya
terlihat bening.
2.Selesai dicuci kembalili diisi air sampai semua sample kerikil
terendam air
3.Lalu direndam selama 24 jam
Tujuannya untuk menambahkan air pori pada sampel kerikil berat
jenis
Dokumentasi :
3.6 MENCARI SAMPLE PASIR UNTUK MENEMPATKAN KADAR
LUMPUR
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kadar lumpur dengan kadar lumpur
maksimum 1 persen untuk kerikil, 5 persen untuk pasir karna banyak mengandung
butiran pasir.
Alat :
 Gelas Ukur/Tabung Reaksi
 Ompreng Kecil

Bahan :
 Air
 Sample Pasir Kadar Lumpur

Prosesnya :
1.Masukkan sample pasir kadar lumpur yang sudah disiapkan,secara berhati hati
ke dalam gelas ukur/tabung reaksi.
2.Setelah semua sample masuk, lalu tambahkan air kedalam gelas ukur/tabung
reaksi ukur sampai semua sample pasir terendam air.
3. Agar lebih mudah samplenya sampai terendam semua,lakukan caranya dengan
membolak baliknya.
4.Lalu dibersihkan dengan selang air mengalir, disamping samping gelas ukurnya
sampai bersih tidak ada bekas pasir yang masih tersisa digelas ukurnya.
5.Kalau sudah digiling supaya permukaannya rata
6.Lalu tempatkan yang aman dan diamkan selama 24 jam hingga pasir dan lumpur
mengendap.
Nanti akan terlihat jelas air, lumpur dan bagian paling bawah pasir,yang dicatat
nanti adalah skala bacaan lumpur dan skala bacaan pasir.
Dokumentasi :

3.7 MENJADIKAN SAMPEL PASIR MENJADI SSD UNTUK


MENGHITUNG BERAT JENIS
Alat :
 Selang kecil
 Tutup kaca toples
 Toples
 Kuas
 Sekop kecil
 Gelas ukur/Tabung Reaksi
 Spatula
 Penumbuk
 Kerucut abrams
 Wadah pembuangan air
 Terpal
 Kaca
 Lap
Bahan :
 Sample Pasir Berat Jenis
Prosesnya :
1.Pertama yang dilakukan adalah buang air rendaman dari sampel pasir yang
sudah di rendam selama 24 jam
2.Lalu pindahkan pasir yang sudah tidak berisi air tadi,ke terpal yang sudah
disiapkan
3.Supaya pasir mudah sedikit kering dengan merata, ratakan pasir tersebut
4.Selanjutnya tunggu selama 30 menit, hingga sedikit kering, untuk mengetahui
sedikit keringnya, genggam pasir tersebut apabila saat digenggam dan telapak
tangan yang tadi menggenggam dibuka pasir tersebut akan lepas, tidak
menggumpal, dan warnanya sedikit keabuan.
5.Apabila sudah sedikit kering, dilakukan pengecekan pasir, sudah ssd atau belum
dengan cara diberi alas kaca dengan lap dibawah kaca,
6.Selanjutnya dengan cara diberi alas kaca dengan lap dibawah kaca, letakan
kerucut diatas kaca, pegang kerucut tersebut dengan tangan kiri kemudian
masukan pasir 1/3 tinggi kerucut
7.Selanjutnya ditumbuk dengan penumbuk, penumbuk tersebut setinggi 1/3 dan
sebanyak 8x tumbukan, lalu diisi pasir lagi sebanyak 2/3 tinggi kerucut dan
ditumbuk lagi dengan ketinggian 2/3 sebanyak 8x,selanjutnya isi kerucut hingga
penuh dan tumbuk sebanyak 8x dan yang terakhir isi lagi sampai penuh tumbuk
hanya sekali saja dan isi lagi sampai penuh kemudian diratakan dengan spatula,
lalu bersihkan pasir disekitar bawah kerucut sisa sisa tadi menggunakan kuas, dan
tunggu selama 30 detik,baru setelah itu kerucut boleh diangkat secara vertikal.
8.Apabila pasir hanya runtuh sebagian masih ada sisa runtuhan kerucutnya bisa
dikatakan sudah ssd.
9.Selanjutnya ambil toples dan tutup kaca toples untuk ditimbang dan dicatat
dalam form pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agg. halus (pasir)
10.Kemudian masukan pasir kedalam toples tutup menggunakan tutup kaca lalu
ditimbang dan dicatat dalam form pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agg.
halus (pasir)
11.Lalu diisi air ke dalam toples yang berisi pasir,diaduk menngunakan spatula
hingga merata seetelah diaduk isi air lagi sampai penuh dan tutup dengan tutup
kaca secara perlahan lahan sampai tidak terlihat gelembung, kemudian ditimbang
dan dicatat dalam form pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agg. halus (pasir)
12.Berikutnya pindahkan air dan pasir dalam toples tersebut ke dalam ompreng,
sampai toples bersih tidak ada sisa – sisa pasir yang tertinggal.
13.Air dan pasir yang sudah dipindahkan ke dalam ompreng disimpan atau
didiamkan ditempat aman
14.Setelah itu toples yang sudah dibersihkan diisikan air lagi sampai penuh, tutup
secara perlahan dengan tutup kaca,lalu ditimbang dan dicatat dalam form
pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agg. halus (pasir).
PEMERIKSAAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN
AGGREGAT HALUS (PASIR)

BUTIRAN PASIR YANG TERTAHAN


BERAT JENISPADA SARINGAN
AGGREGAT 4,75(PASIR)
HALUS mm.

Hasil
Hasil Pengujian
Pengujian SAMPEL
SAMPEL
Keterangan
Keterangan Sat.
Sat. Simbul, Formula
Simbul, Formula S.01 S.02 S.03
S.01 S.02 S.03
Berat benda
Berat benda uji
uji PASIR untuk butiran
di udara gr. W10
W1a 0,0 0,0 0,0
yang tertahan pada saringan 4,75 mm.
Berat benda uji dalam air gr. W11 0,0 0,0 0,0
Berat benda
Berat benda uji
uji kering
PASIRopen
untuk butiran gr. W12 0,0 0,0 0,0
W1b 710,5 639,0 712,5
yang lolos saringan 4,75 mm.
ANALISIS BUTIRAN
Berat total benda PASIR YANG gr.
uji PASIR. TERTAHAN PADA
W1ab = W1a +SARINGAN
W1b 4,75 mm.
710,5 639,0 712,5
3
Volume benda uji
Volume benda uji PASIR untuk butiran cm 3 V1=(W10-W11) 0,0 0,0 0,0
Cm V1a 0,0 0,0 0,0
yang tertahan
Berat air dalampada saringan 4,75 mm.
aggregat gr. W13 = W10 - W12 0,0 0,0 0,0

Volume benda uji PASIR untuk butiran 3


BUTIRAN PASIR4,75
YANGLOLOS Cm
SARINGAN 4,75 V1
mm.
b 172,0 179,5 225,5
yang lolos saringan mm.
3
Volume total benda uji PASIR. Cm V1ab = V1a +V1b 172,0 179,5 225,5
Hasil Pengujian SAMPEL
Berat jenis benda uji PASIR
Keterangan gr/cm
Sat.
3
Bj =W1ab
Simbul, /V1ab
Formula 4,131 3,560 3,160
S.01 S.02 S.03
Berat jenis rata-rata benda uji PASIR (gr/cm )
3
3,617
Berat (stoples + kaca penutup) gr. W1 710,5 639,0 712,5
Berat (stoples + BENDA UJI
gr. AGGREGAT
PENYERAPAN 1125,0
W2HALUS (PASIR) 1088,0 1251,0
SSD+kaca penutup)

Berat (stoples + kaca penutup + benda Hasil Pengujian


gr. 2080,0 2044,0 SAMPEL
2156,0
uji dalam airKeterangan
+ Air) Sat. Simbul,W3
Formula
S.01 S.02 S.03
Berat (stoples
benda uji+ PASIR
kaca penutup
KERING+ OPEN
Air) gr. W4 1837,5 1774,5 1843,0
untuk butiran yang tertahan pada gr. W5a 0,000 0,000 0,000
Berat
saringan
benda
4,75ujimm.
kering open gr. W5 406,5 443,5 528,5
Berat benda uji PASIR KERING OPEN
ANALISIS BUTIRAN PASIR YANGLOLOS SARINGAN 4,75 mm.
untuk butiran yang lolos saringan 4,75 gr. W5b 406,5 443,5 528,5
mm. benda uji
Berat gr. W6 = W2 - W1 414,5 449,0 538,5
Berat total benda uji PASIR KERING
Berat (stoples + kaca penutup + Air) gr.
gr. W5ab = W5a + W5b
W7 = W6 + W4
406,5
2252,0 443,5
2223,5 528,5
2381,5
OPEN.
+ Berat benda uji
Berat air dalam benda uji PASIR
Berat
untuk air yangyang
butiran tumpah akibatpada
tertahan gr.
gr.
W8
W8 = W7a - W3
0,000
172,0 0,000
179,5 0,000
225,5
dimasukkannya
saringan 4,75 mm.benda uji ke dalam air

3
Volume
Berat airbenda
dalamujibenda uji PASIR untuk cm V = W8 172,0 179,5 225,5
gr. W8b 8,000 5,500 10,000
butiran yang lolos saringan 4,75 mm.
Berat air dalam aggregat gr. W9 = W6 - W5 8,000 5,500 10,000
Berat total air dalam benda uji
gr. W8ab = W8a +W8b 8,000 5,500 10,000
PASIR.
Penyerapan benda uji PASIR % Pa =W8ab*100/W5ab 1,968 1,240 1,892

Penyerapan rata-rata Berat Uji PASIR (%) 1,700


3.8 MENJADIKAN SAMPEL KERIKIL MENJADI SSD UNTUK
MENGHITUNG BERAT JENIS

Alat :
 Lap
 Timbangan Triple BIM
 Wadah/Ompreng

Bahan :
 Sample Agregat Kerikil

Prosesnya :
1.Sample Kerikil yang direndam 24 jam kemarin, bisa dibuang airnya
2.Keringkan permukaan kerikil dengan mengelapnya
3.Selanjutnya sebelum ditimbang menggunakan timbangan triple bim, disetting
terlebih dahulu dengan mengenolkannya atau menstabilkannya terlebih dahulu,
dengan caranya parkirkan berat 100gram, titik tengah, dan berat 1000gram ke
tempat parkirnya yang berada diujung kiri, dan dengan berisikan wadah/ompreng
kosong.
4.Setelah itu baru bisa mulai digunakan, untuk mencari berat kerikil di udara
masukan kerikil ke wadah/ompreng,kemudian bisa dibaca berapa beratnya
tersebut, kemudian untuk mencari berat dalam air masukan kerikil ke wadah yang
berada di bawah yang sudah terendam air sepenuhnya dan bisa dibaca berapa
berat yang dihasilkan.
5. Selanjutnya sesudah membaca hasil berat benda uji di udara dan benda uji
dalam air, masukan kerikil ke wadah/ompreng lagi,untuk dimasukkan ke oven.
PEMERIKSAAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN
AGGREGAT KASAR (KERIKIL)

BUTIRAN KERIKIL YANG TERTAHAN


BERAT PADA SARINGAN
JENIS AGGREGAT KASAR 4,75 mm.
(KERIKIL)

Hasil
HasilPengujian
PengujianSAMPEL
SAMPEL
Keterangan
Keterangan Sat.
Sat. Simbul, Formula
Simbul, Formula S.01
S.01 S.02
S.02 S.03
S.03
Berat
Beratbenda
bendaujiuji di udara untuk butiran
KERIKIL gr. W10 728,0 466,0 537,0
gr. W1a 728,0 466,0 537,0
yang tertahan pada saringan 4,75 mm.
Berat benda uji dalam air gr. W11 441,0 231,0 318,0
Beratbenda
Berat bendaujiujikering
KERIKIL untuk butiran
open gr.
gr. W12
W1b
708,0
0,0 447,0
0,0 520,0
0,0
yang lolos saringan 4,75 mm.
ANALISIS BUTIRAN KERIKIL YANG TERTAHAN PADA SARINGAN 4,75 mm.
Berat total benda uji KERIKIL. gr. W1ab = W1a + W1b 728,0 466,0 537,0
3
Volume
Volumebenda
bendaujiuji KERIKIL untuk cm V1=(W10-W11) 287,0 235,0 219,0
3
butiran yang tertahan pada saringan Cm V1a 287,0 235,0 219,0
Berat air dalam aggregat gr. W13 = W10 - W12 20,0 19,0 17,0
4,75 mm.
Volume benda uji KERIKIL untuk 3
BUTIRAN KERIKIL YANG Cm 0,0 0,0 0,0
4,75LOLOS SARINGAN 4,75
V1bmm.
butiran yang lolos saringan mm.
3
Volume total benda uji KERIKIL. Cm V1ab = V1a +V1b 287,0 235,0 219,0
Hasil Pengujian SAMPEL
Berat jenis Keterangan
benda uji KERIKIL Sat.
gr/cm
3
Simbul, Formula
Bj =W1ab/V1ab 2,537 1,983 2,452
S.01 S.02 S.03
Berat
Berat jenis+rata-rata
(stoples benda uji KERIKIL
kaca penutup) gr. (gr/cm W1
)
3
0,0 2,324
0,0 0,0
Berat (stoples + BENDA UJI
gr. W2 0,0 0,0 0,0
SSD+kaca penutup) PENYERAPAN AGGREGAT KASAR (KERIKIL)
Berat (stoples + kaca penutup + benda
gr. W3 0,0 Pengujian
Hasil 0,0 SAMPEL
0,0
uji dalam air + Air)
Keterangan Sat. Simbul, Formula
S.01 S.02 S.03
Berat (stoples + kaca penutup + Air) gr. W4 0,0 0,0 0,0
Berat benda uji KERIKIL KERING
OPEN untuk butiran yang tertahan gr. W5a 708,0 447,0 520,0
Berat
padabenda
uji kering
saringan
open
4,75 mm. gr. W5 0,0 0,0 0,0
Berat bendaBUTIRAN
ANALISIS uji KERIKILKERIKIL
KERING YANG LOLOS SARINGAN 4,75 mm.
OPEN untuk butiran yang lolos gr. W5b 0,0 0,0 0,0
saringan 4,75
Berat benda uji mm. gr. W6 = W2 - W1 0,0 0,0 0,0
Berat
Berat total benda
(stoples + kacaujipenutup
KERIKIL+ Air) gr.
gr. W5ab =
W7 = W5
W6a ++ W4
W5b 708,0
0,0 447,0
0,0 520,0
0,0
KERING OPEN.
+ Berat benda uji
Berat air dalam benda uji KERIKIL
Berat
untukair yang yang
butiran tumpah akibatpada
tertahan gr. 20,000 19,000 17,000
gr. W8 =W8
W7a - W3 0,0 0,0 0,0
dimasukkannya benda
saringan 4,75 mm. uji ke dalam air

Berat air dalam


Volume benda ujibenda uji KERIKIL cm
3
V = W8 0,0 0,0 0,0
untuk butiran yang lolos saringan 4,75 gr. W8b 0,000 0,000 0,000
Berat
mm. air dalam aggregat gr. W9 = W6 - W5 0,0 0,0 0,0
Berat total air dalam benda uji
gr. W8ab = W8a +W8b 20,000 19,000 17,000
KERIKIL.
Penyerapan benda uji KERIKIL % Pa =W8ab*100/W5ab 2,825 4,251 3,269

Penyerapan rata-rata Berat Uji PASIR (%) 3,448


3.9 MELAKUKAN PENGAYAKAN / DISTRIBUSI SAMPEL PASIR
UNTUK MENDAPATAN ZONE PASIR
Alat:
 Sieve shaker
 Timbangan
 Ayakan

Bahan :
 Sample Pasir Ayakan

Prosesnya :
1.Bawa hasil sample pasir yang sudah dioven ke lab pengujian
2.Bisa disiapkan terlebih dahulu ayakannya, seperti ayakan 19,000, 9,500, 4,750,
2,360, 1,180, 0,600, 0,300, 0,150, 0,075, dan fan
3.Setting atau zerokan timbangan setiap sebelum memulai menimbang
3.Untuk mengetahui berat ayakan (gram), ditimbang terlebih dahulu secara satu
persatu
4.Selanjutnya timbang wadah kosong,dizerokan dan diisi sample pasir,lalu
timbang dan baca hasil timbangannya
5.Masukan sampel pasir yang sudah timbang tadi ke ayakan yg telah di susun
6.Agar merata bisa dikocok sedikit, untuk ayakan 19,000 bisa dilepaskan dan
tutup kembali
7.Selanjutnya gunakan mesin sieve shacker untuk memulai pengayakan,durasi
waktunya 15 menit
8.Jika sudah selesai pengayakan, kita timbang untuk mencari berat agg. tertahan
pada ayakan + berat ayakan (gram)
9.Baca hasil timbangan tersebut dan cantumkan ke dalam form perhitungan
analisa ayak
POSISI ZONE AGGREGAT HALUS (PASIR)

RERATA %
SPESIFIKASI
UKURAN PASIR
Z1 ZONE-01 Z2 ZONE-02 Z3 ZONE-03 Z4 ZONE-04
AYAKAN LOLOS
AYAKAN
4 BAWAH ATAS 5 BAWAH ATAS 6 BAWAH ATAS 4 BAWAH ATAS

19 100,000 1 100 100 1 100 100 1 100 100 1 100 100


9,5 100,000 1 100 100 1 100 100 1 100 100 1 100 100
4,75 99,910 1 90 100 1 90 100 1 90 100 1 95 100
2,36 94,399 1 60 95 1 75 100 1 85 100 1 95 100
1,18 78,591 0 25 70 1 55 90 1 75 100 0 90 100
0,6 64,679 0 10 39 0 35 59 1 60 79 0 80 100
0,3 48,690 0 5 20 0 8 30 0 12 40 1 5 50
0,15 26,920 0 0 10 0 0 10 0 0 10 0 0 15
0,075 10,930 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

ZONE AGGREGAT HALUS (PASIR) ADALAH ZONE : 3 (TIGA)

RERATA KANDUNGAN KERIKIL pada PASIR sebesar =0,09 %

3.10 MEMBACA HASIL SEKALA TABUNG REAKSI UNTUK


MENDAPATKAN KADAR LUMPUR
Alat :
 Gelas Ukur/Tabung Reaksi

Bahan :
 Sample Pasir (0,300)

Prosesnya :
1.Dengan melihat hasil tabung reaksi yang berisi air dan sample pasir kemarin
sudah didiamkan, tentu badan harus sejajar dengan tabung reaksi bacaan tersebut.
2.Bisa dibaca hasil skala bacaan lumpur dan skala bacaan pasir
3.Data hasil skala bacaan lumpur dan skala bacaan pasir yang sudah kita dapat,
bisa dicantumkan ke dalam form pengujian kadar lumpur agregat halus (pasir).
Pengujian Kadar Lumpur Aggregat HALUS (PASIR)
Dasar prosedur pengujian : ASTM D 2419-74

Indeks Sampel
No. Item Pengujian Satuan
S.01 S.02 S.03
3
1 Pembacaan skala pasir cm SKLps 200,00 200,00 200,00

3
2 Pembacaan skala lumpur cm SKLlp 220,00 225,00 220,00

3 Sand Equivalent (SE) % SE=SKLps*100/SKLlp 90,909 88,889 90,909

4 Kadar lumpur % 100% - SE 9,091 11,111 9,091

RERATA Kadar Lumpur Pasir =9,764%

DOKUMENTASI :
3.7 MENJADIKAN SAMPEL PASIR MENJADI SSD UNTUK
MENGHITUNG BERAT JENIS

3.8 MENJADIKAN SAMPEL KERIKIL MENJADI SSD UNTUK


MENGHITUNG BERAT JENIS
3.9 MELAKUKAN
PENGAYAKAN /
DISTRIBUSI SAMPEL
PASIR UNTUK
MENDAPATAN ZONE
PASIR
3.10 MEMBACA HASIL SEKALA TABUNG
REAKSI UNTUK MENDAPATKAN KADAR
LUMPUR

3.11 MENCARI BERAT VOLUME AGREGAT HALUS, AGREGAT


KASAR DAN SEMEN
Alat :
 Neraca ohaus
 Neraca digital
 Tutup kaca
 Sekop
 Cetok
 Mold
 Lap kering
 Grinding

Benda Uji :

 Benda Uji Agregat Halus


 Benda Uji Agregat Kasar
 Benda Uji Semen

Proses Benda Uji Agregat Halus :


1.Mengambil agregat halus dengan grinding menggunakan sekop ke quary ,
timbang dahulu mold kosong ke neraca digital (dapat berat mold kosong)
2.Kemudian tuangkan material agregat halus ke mold, lalu ratakan atas
permukaan mold menggunakan besi perata, bersihkan sisa material dibagian
permukaan mold menggunakan kuas, setelah itu baru ditimbang pada neraca
digital (dapat berat mold + berat benda uji) kemudian catat hasilnya pada formulir
pemeriksaan berat volume.
3.Timbang mold kosong dengan tutup kaca pada neraca digital (dapat berat mold
+ tutup kaca) kemudian catat hasilnya pada formulir pemeriksaan berat volume
4.Mengisi mold kosong dengan air,lalu tutup menggunakan kaca usahakan tidak
ada gelembung air dan lap permukaan mold sehingga tidak ada air di bagian luar
mold dan tutup kaca, lalu timbang pada neraca digital dapat (berat mold + air +
tutup kaca), catat hasil data tersebut ke formulir pemeriksaan berat volume
Proses Benda Uji Agregat Kasar :
1.Mengambil agregat kasar dengan grinding menggunakan sekop ke quary ,
timbang dahulu mold kosong ke neraca digital (dapat berat mold kosong)
2.Kemudian tuangkan material agregat kasar ke mold,lalu ratakan atas permukaan
mold menggunakan besi perata, bersihkan sisa material dibagian permukaan mold
menggunakan kuas, setelah itu baru ditimbang pada neraca digital (dapat berat
mold + berat benda uji) kemudian catat hasilnya pada formulir pemeriksaan berat
volume.
3.Timbang mold kosong dengan tutup kaca pada neraca digital (dapat berat mold
+ tutup kaca) kemudian catat hasilnya pada formulir pemeriksaan berat volume
4.Mengisi mold kosong dengan air,lalu tutup menggunakan kaca usahakan tidak
ada gelembung air dan lap permukaan mold sehingga tidak ada air di bagian luar
mold dan tutup kaca, lalu timbang pada neraca digital dapat (berat mold + air +
tutup kaca), catat hasil data tersebut ke formulir pemeriksaan berat volume

Proses Benda Uji Semen :


1.Timbang dahulu mold kosong ke neraca digital (dapat berat mold kosong)
2.Kemudian tuangkan semen ke mold,lalu ratakan atas permukaan mold
menggunakan besi perata, bersihkan sisa semen dibagian permukaan mold
menggunakan kuas, setelah itu baru ditimbang pada neraca digital (dapat berat
mold + berat benda uji) kemudian catat hasilnya pada formulir pemeriksaan berat
volume.
3.Timbang mold kosong dengan tutup kaca pada neraca digital (dapat berat mold
+ tutup kaca) kemudian catat hasilnya pada formulir pemeriksaan berat volume
4.Mengisi mold kosong dengan air,lalu tutup menggunakan kaca usahakan tidak
ada gelembung air dan lap permukaan mold sehingga tidak ada air di bagian luar
mold dan tutup kaca, lalu timbang pada neraca digital dapat (berat mold + air +
tutup kaca), catat hasil data tersebut ke formulir pemeriksaan berat volume
PEMERIKSAAAN BERAT VOLUME
KERIKIL, PASIR, SEMEN
AGGREGAT HALUS (PASIR)

Hasil Pengujian
Keterangan Sat. Simbul / Formula
S1 S2 S3
Berat bejana kosong gr. W14ps 3400 3400 3400
Berat bejana + Benda uji gr. W15ps 11300 11100 11100
Berat bejana kosong + tutup kaca gr. W16ps 5600 5600 5600
Berat bejana + Air + tutup kaca gr. W17ps 12500 12500 12500
Berat SAMPEL uji gr. W18ps = W15ps - W14ps 7.900,00 7.700,00 7.700,00
3
Volume SAMPEL cm Vps = W17ps - W16ps 6.900,00 6.900,00 6.900,00
3
Berat Volume benda uji PASIR gr/cm BVps = W18ps/Vps 1,145 1,116 1,116

Berat Volume rata-rata PASIR 1,126

AGGREGAT KASAR (KERIKIL)

Hasil Pengujian
Keterangan Sat. Simbul / Formula
S1 S2 S3
Berat bejana kosong gr. W14kr 3400 3400 3400
Berat bejana + Benda uji gr. W15kr 11600 11900 11800
Berat bejana kosong + tutup kaca gr. W16kr 5600 5600 5600
Berat bejana + Air + tutup kaca gr. W17kr 12500 12500 12500
Berat SAMPEL uji gr. W18kr = W15kr - W14kr 8.200,00 8.500,00 8.400,00
3
Volume SAMPEL cm Vkr = W17kr - W16kr 6.900,00 6.900,00 6.900,00
3
Berat Volume benda uji PASIR gr/cm BVkr = W18kr/Vkr 1,188 1,232 1,217

Berat Volume rata-rata KERIKIL 1,213

SEMEN

Hasil Pengujian
Keterangan Sat. Simbul / Formula
S1 S2 S3
Berat bejana kosong gr. W14pc 3400 3400 3400
Berat bejana + Benda uji gr. W15pc 10900 10800 11000
Berat bejana kosong + tutup kaca gr. W16pc 5600 5600 5600
Berat bejana + Air + tutup kaca gr. W17pc 12500 12500 12500
Berat SAMPEL uji gr. W18pc = W15pc - W14pc 7.500,00 7.400,00 7.600,00
3
Volume SAMPEL cm Vpc = W17pc - W16pc 6.900,00 6.900,00 6.900,00
3
Berat Volume benda uji PASIR gr/cm BVpc = W18pc/Vpc 1,087 1,072 1,101

Berat Volume rata-rata SEMEN 1,087

Anda mungkin juga menyukai