Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SIFAT FISIK DAN MEKANIS AGREGAT SEBAGAI MATERIAL


PEMBENTUK BATON

(Salah satu syarat memenuhi ketuntasan Dalam Mata kuliah Pratikum Beton)

Disusun Oleh Kelompok 2 :


Nadia Adam Sawilan (2222201006)
Alfandhy D.L (2222201001)
Michael C Hitipeuw (2222201005)

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO
2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Karena hanya
berkat dan kuasahnya penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah Ini yang berjudul
“Sifat Fisik dan
Mekanis dari Agregat sebagai Material pembentuk Baton”. Meskipun banyak
kesulitan yang penulis alami dalam proses pengerjaannya, tapi akhirnya penulis bisa
menyelesaikan Makalah ini.
Penuli menyadari bahawa dalam menulis Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
sempurnanya Makalah ini.
Penulis berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan
pemikiran baik bagi pihak yang membutuhkan, sehingga tujuan yang diharapkan
dapat tercapai.

Manado, 22 September 2023

Kelompok 2
i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I : PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 2
BAB II : PEMBAHASAN 3

2.1 Defenisi Agregat 3


2.2 Jenis-jenis Agregat 4
2.3 Kualitas serta Ukuran Agregat 7
2.4 Sifat-sifat fisik Agregat 8
2.5 Sifat-sifat Mekanik Agregat 9
2.6 Bahan-Bahan yang Merusak Beton 10
2.7 Bahan yang dapat merugikan Agregat 11
BAB III : PENUTUP 12

Kesimpulan 12
DAFTAR PUSTAKA 13
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agregat adalah material yang dominan dalam konstruksi kongkrit.
Hampir 70% - 80 % lebih berat konstruksi kongkrit adalah agregat.
Agregat terdiri atas agregat kasar (kerikil/batu baur) dan agregat halus
(pasir), dan jika diperlukan menggunakan bahan pengisi atau filler.
Pasir untuk ukuran nominal agregat yang kurang dari 0,5 cm dan batu
kerikil adalah agregat yang mempunyai ukuran nominal yang lebih dari
0,5 cm.
Mengingat bahwa agregat menempati jumlah yang cukup besar
dari volume beton dan sangat mempengaruhi sifat beton, maka
material ini perlu diberi perhatian yang lebih detail dan teliti dalam
setiap pembuatan suatu campuran beton. Disamping itu, agregat
dapat mengurangi penyusutan akibat pengerasan beton dan juga
mempengaruhi koefisien pemuaian akibat suhu panas. Pemilihan
agregat adalah menentukan jenis agregat yang akan digunakan
tergantung pada mutu agregat, ketersediannya di lokasi, harga serta
jenis konstruksi yang akan menggunakannya.
Klasifikasi agregat menjadi kasar, halus dan filler adalah
berdasarkan ukurannya yang ditentukan menggunakan saringan. Mutu
agregat mempengaruhi kekuatan dan ketahanan konkrit.
Adapun sifat agregat juga merupakan salah satu faktor penentu
kemampuan perkerasan jalan memikul beban lalu lintas dan daya
tahan terhadap cuaca. Sifat agregat yang menentukan kualitasnya
sebagai material perkerasan jalan yaitu gradasi, kebersihan, kekerasan,
ketahanan agregat, bentuk butir, tekstur permukaan, porositas,
kemampuan untuk menyerap air, berat jenis, dan daya kelekatan
terhadap aspal. Sifat agregat tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis
batuannya.
Banyak hal yang harus di ketahui mengenai agregat, karena dalam
setiap pekerjaan konstruksi apapun, agregat merupakan hal yang

1
sangat penting, untuk itu di perlukan pemahaman yang lebih mengenai
agregat supaya menghasilkan suatu konstruksi yang baik dan
berkualitas.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan Agregat ?
b. Bagaimana jenis-jenis Agregat ?
c. Bagaimana kualitas serta ukuran Agregat ?
d. Bagaiman sifat-sisfat fisik Agregat ?
e. Bagaimana sifat-sifat Mekanik Agregat ?
f. Bahan apa saja terdapat pada Agregat yang dapat merusak
baton ?
g. Apa bahan yang dapat merugikan Agregat ?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui defenisi Agregat.
b. Untuk mengetahui jenis-jenis Agregat.
c. Untuk mengetahui kualitas serta ukuran Agregat.
d. Untuk mengetahui sifat-sifat fisik Agregat.
e. Untuk mengetahui sifat-sifat mekanik Agregat.
f. Untuk mengetahui Bahan apa saja terdapat pada Agregat yang
dapat merusak baton.
g. Untuk mengetahui Apa bahan yang dapat merugikan Agregat.

1.4 Manfaat
a. Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui defenisi Agregat.
b. Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis Agregat.
c. Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui kualitas serta ukuran

2
Agregat.
d. Diharapkan mahasiswa dapat mengetahi sifat-sifat fisik Agregat.
e. Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui sifat-sifat mekanik
Agregat.
f. Diharapakan mahasiswa dapat mengetahui bahan apa saja
terdapat pada Agregat yang dapat merusak beton.
g. Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui apa bahan yang dapat
merugikan Agregat.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Agregat


Agregat adalah material granular, misalnya pasir , kerikil, batu
pecah atau kerak tungku besi, yang dipakai secara bersama-sama
dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton
semen hidraulik atau adukan (SK SNI T-15-1991-03). Atau dapat
juga didefinisikan sebagai butiran mineral alami yang berfungsi
sebagai bahan pengisi dalam campuran beton atau mortar. Agregat
menempati sebanyak kurang lebih 70 % dari volume beton atau
mortar. Oleh karena itu sifat-sifat agregat sangat mempengaruhi
sifat-sifat beton yang dihasilkan.
Menurut Puwardi, (2009), Agregat merupakan campuran dari
pasir, gravel, batu pecah, slag atau material lain dari bahan mineral
alami atau buatan. Agregat merupakan bagian terbesar dari
campuran aspal. Material agregat yang digunakan untuk konstruksi
perkerasan jalan utamanya untuk menahan beban lalu lintas.
Agregat dari bahan batuan pada umumnya masih diolah lagi
dengan mesin pemecah batu (stone crusher) sehingga didapatkan
ukuran sebagaimana dikehendaki dalam campuran. Agar dapat
digunakan sebagai campuran aspal, agregat harus lolos dari

3
berbagai uji yang telah ditetapkan.
Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan
perkerasan jalan, yaitu 90% - 95% agregat berdasarkan persentase
berat, atau 75% - 80% agregat berdasarkan persentase volume.
Dengan demikian kualitas perkerasan jalan ditentukan juga dari
sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain.
Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah
mengalami pengecilan ukuran secara alamiah melalui proses
pelapukan dan aberasi yang berlangsung lama. Atau agregat
dapat juga diperoleh dengan memecah batuan induk yang lebih
besar.
Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam
sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa
pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir 5 mm.
Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil sebagai
hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah
yang diperoleh dari pemecahan batu, dan mempunyai ukuran butir
antara 5-40 mm. Besar butir maksimum yang diizinkan tergantung
pada maksud pemakaian.

2.2 Jenis-jenis Agregat


Agregat dibagi menjadi beberapa jenis tergantung asalnya,
proses terjadinya, berat jenisnya dan ukuran butirannya, yaitu :
 Berdasarkan Asalnya
a) Agregat alam
Agregat yang menggunakan bahan baku dari batu alam atau
penghancurannya. Jenis batuan yang baik digunakan untuk agregat
harus keras, kompak, kekal dan tidak pipih. Agregat alam terdiri dari
: (1) kerikil dan pasir alam, agregat yang berasal dari penghancuran
oleh alam dari batuan induknya. Biasanya ditemukan di sekitar
sungai atau di daratan. Agregat beton alami berasal dari pelapukan
atau disintegrasi dari batuan besar, baik dari batuan beku, sedimen

4
maupun metamorf. Bentukya bulat tetapi biasanya banyak
tercampur dengan kotoran dan tanah liat. Oleh karena itu jika
digunakan untuk beton harus dilakukan pencucian terlebih dahulu.
(2) Agregat batu pecah, yaitu agregat yang terbuat dari batu alam
yang dipecah dengan ukuran tertentu.

Agregat Alam Batu Pecah

b) Agregat Buatan
Agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan khusus
(tertentu) karena kekurangan agregat alam. Biasanya agregat
buatan adalah agregat ringan.
Contoh agregat buatan adalah : Klinker dan breeze yang berasal dari
limbah
pembangkit tenaga uap, agregat yang berasal dari tanah liat yang
dibakar (leca = Lightweight Expanded Clay Agregate), cook breeze
berasal dari limbah sisa pembakaran arang, hydite berasal dari
tanah liat (shale) yang dibakar pada tungku putar, lelite terbuat dari
batu metamorphore atau shale yang mengandung karbon,
kemudian dipecah dan dibakar pada tungku vertical pada suhu
tinggi.

5
Agregat Ringan Bola Plastik

 Berdasarkan Proses Terjadinya


a) Agregat Beku (igneous rock)
Agregat beku adalah agregat yang mendingin dan membeku.
Agregat beku luar (extrusive igneous rock) dibentuk dari magma
yang keluar ke permukaan bumi di saat gunung berapi meletus, dan
akibat pengaruh cuaca mengalami pendinginan dan membeku.
Umumnya agregat beku luar berbutir halus seperti batu apung,
andesit, basalt, obsidian, pumice.
Agregat beku dalam (intrusive igneous rock) dibentuk dari
magma yang tak dapat keluar ke permukaan bumi, mengalami
pendinginan dan membeku secara perlahanlahan di dalam bumi,
dapat ditemui di permukaan bumi karena proses erosi dan atau
gerakan bumi. Agregat beku dalam umumnya bertekstur kasar
seperti : gabbro, diorit,syenit.
b) Agregat Sedimen (sedimentary rock)
Agregat Sedimen dapat berasal dari campuran partikel mineral,
sisa-sisa hewan dan tanaman yang mengalami pengendapan dan
pembekuan. Pada umumnya merupakan lapisan-lapisan pada kulit
bumi, hasil endapan di danau, laut, dan sebagainya.

6
Berdasarkan proses pembentukan agregat sedimen dapat
dibedakan atas :
• Agregat sedimen yang dibentuk dengan proses mekanik, seperti
breksi, konglomerat, batu pasir, batu lempung. Agregat ini banyak
mengandung silika.
• Agregat sedimen yang dibentuk dengan proses organis, seperti
batu gamping, batu bara, opal.
• Agregat sedimen yang dibentuk dengan proses kimiawi, seperti
batu gamping, garam, gips, dan flins.

c) Agregat Metamorfik (metamorphic rocks)


Agregat metamorfik adalah agregat sedimen ataupun agregat
beku yang mengalami proses perubahan bentuk akibat adanya
perubahan tekanan dan temperatur kulit bumi. Berdasarkan
strukturnya dapat dibedakan atas agregat metamorf yang masif
seperti marmer, kuarsit, dan agregat metamorf yang berfoliasi,
berlapis seperti batu sabak, fillit, sekis.

 Berdasarkan Berat Jenisnya


a) Agregat berat

Agregat yang mempunyai berat jenis lebih dari 2,8. Biasanya


digunakan untuk beton yang terkena sinar radiasi sinar X. Contoh
agregat berat : Magnetit, butiran besi.
b) Agregat Normal
Beton dengan agregat normal akan memiliki berat jenis sekitar
2,3 dengan kuat tekan 15 MPa - 40 MPa. Agregat normal terdiri dari :
kerikil, pasir, batu pecah (berasal dari alam), klingker, terak dapur
tinggi (agregat buatan).
c) Agregat Ringan
Agregat yang mempunyai berat jenis kurang dari 2,0. Biasanya
digunakan untuk membuat beton ringan. Terdiri dari : batu apung,
asbes, berbagai serat alam (alam), terak dapur tinggi dg gelembung

7
udara, perlit yang dikembangkan dengan pembakaran, lempung
bekah, dll (buatan).

2.3 Kualitas serta Ukuran Agregat


a) Kualitas Agregat
Agregat adalah bahan keras yang apabila dipadatkan sehingga
bersatu kuat akan membentuk struktur pokok bangunan jalan tanpa
atau dengan penambahan bahan perekat.
Kualitas dan sifat agregat menentukan kemampuannya dalam
memikul beban lalu lintas. Agregat dalam kualitas dan sifat yang
baik dibutuhkan untuk lapisan permukaan yang langsung memikul
beban lalu lintas dan menyebarkanya ke lapisan bawah. Oleh karena
itu agregat yang digunakan harus mempunyai kualitas yang tinggi .
Hal ini tergantung pada :
 Kekerasan Agregat
Agregat harus cukup kuat menahan tumbukan, pemecahan
dan peremukan akibat beban yang diterimanya. Untuk mengetahui
kekuatan agregat ini biasanya dilakukan pengujian dan
pemeriksaan di laboratorium. Ada 2 macam pengujian kekerasan
agregat :
a. Pengujian tumbukan (impact) untuk menentukan ketahanan
agregat terhadap tumbukan. Persyaratan Bina Marga untuk nilai
impact maksimum adalah 30 %.
b. Pengujian abrasi untuk mengetahui ketahanan agregat kasar
terhadap keausan
dengan mesin Los Angeles. Persyaratan keausan maksimum
adalah 40 %.

 Bentuk Butir Agregat


Agar agregat tidak mudah pecah, maka butirannya sedapat

8
mungkin harus mendekati bentuk kubus, selain itu karena
bentuknya persegi maka butiran – butiran tersebut akan dapat
mengunci dan akan saling mengisi dengan baik sedangkan butir
yang berbentuk pipih akan mudah patah sewaktu pemadatan dan
tidak kuat menerima beban lalu lintas yang tinggi.

 Permukaan Butir Agregat


Aspal harus dapat mengikat butir-butir agregat dengan baik,
maka dibutuhkan permukaan butir agregat yang cukup kasar dan
bersih dari bahan-bahan kotoran, mikroorganisme dan bahan-bahan
yang akan mengganggu kelekatan aspal terhadap agregat.
Permukaan yang licin kurang memiliki daya ikat antara butiran
satu dengan yang lainnya dibandingkan dengan permukaan yang
kasar dan juga permukaan yang licin kurang mempunyai daya ikat
terhadap aspal.

 Kelekatan Agregat terhadap Aspal


Pemeriksaan agregat terhadap daya lekatnya terhadap aspal
dilakukan dengan percobaan Stripping PB 020576 atau AASHTO
T182-82. Kelekatan agregat terhadap aspal dinyatakan dalam
persentase luas permukaan batuan yang tertutup aspal terhadap
seluruh permukaan luas. Nilai kelekatan agregat terhadap aspal
untuk bahan campuran dengan aspal minimum 95 %.

b) Ukuran Agregat

Agregat maksimum yang dugunakan pada struktur beton


tergantung pada ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
• Tidak lebih 1/5 dari dimensi terkecil struktur
• Tidak lebih 1/3 dari tebal pelat lantai
• Tidak lebih dari 3/4 dari jarak bersih tulangan, berkas tulangan
atau berkas kabel prategang.
Agregat maksimum untuk keperluan pembuatan benda uji di

9
laboratorium tidak boleh lebih dari ¼ dimensi terkecil cetakan.

2.4 Sifat-sifat fisik


Agregat
Spesific Gravity (Berat
Jenis)
Berat jenis agregat adalah perbandingan berat agregat diudara
suatu unit volume terhadap berat air dengan volume yang sama.
Pengukuran berat jenis dapat dilakukan pada 3 kondisi :
1. Apparent Spesific Gravity (berat jenis absolut) yaitu
perbandingan berat agregat tanpa pori diudara dengan
volumenya.
2. Bulk Spesific Gravity (Saturated Surface Dry) yaitu perbandingan
berat agregat, termasuk berat air dalam pori dengan volumenya.
3. Bulk Spesific Gravity (Dry) yaitu perbandingan berat
agregat,termasuk pori diudara dengan volumenya.
Apparent Spesific Gravity berkisar antara 2,5-2,7
 Bulk Density (berat volume)
Berat volume adalah berat aktual yang akan mengisi suatu
penampung/wadah dengan volume satuan. Berat volume
diukur dalam kondisi padat dan gembur  Porositas dan
Absorpsi

Porositas dan absorpsi mempengaruhi daya lekat antara


agregat dengan pasta, daya tahan terhadap abrasi, dan
mempengaruhi nilai specific gravity. Absorpsi agregat
ditentukan dengan pengurangan berat dari kondisi SSD
ke kondisi kering oven. Sehingga perbandingan antara
pengurangan berat tersebut dengan berat kering dalam
persen disebut absorpsi agregat.

 Kadar Air
Berbeda dengan absorpsi yang nilainya tetap sedangkan

10
kadar air nilainya berubah ubah sesuai dengan kondisi
cuaca. Kadar air ditentukan dengan pengurangan berat
agregat dari kondisi tertentu ke kondisi kering oven. Kadar
air adalah perbandingan antara pengurangan berat
tersebut terhadap berat kering dalam persen. Pengukuran
kadar air sangat diperlukan pada pelaksanaan
pencanpuran beton sehingga kelecakan dan faktor air
semen adukan beton tetap seperti yang direncanakan
semula.

2.5 Sifat-sifat Mekanik Agregat


Daya lekat (bond)
Bentuk butir dan tekstur permukaan agregat akan mempengaruhi
kekuatan beton terutama beton mutu tinggi. Tekstur lebih kasar
akan menyebabkan daya lekat lebih besar antara partikel dengan
pasta. Daya lekat baik ditandai dengan banyaknya pertikel agregat
yang pecah dalam beton akibat pengujian kuat tekan. Tetapi
terlalu banyak partikel agregat yang pecah menandakan bahwa
agregat terlalu lemah.
Kekuatan
Kekuatan yang dibutuhkan pada agregat lebih tinggi dari pada
kekuatan beton karena tegangan sebenanya yang terjadi pada
masing-masing partikel lebih tinggi dari pada tegangan nominal
yang diberikan. Pengujian kekuatan agregat dapat dilakukan
secara langsung yaitu dengan cara membentuk benda uji silinder
dari batuan induk, dengan cara pengeboran. Sampel yang telah
dibor kemudian dipotong sehingga terbentuk benda uji silinder
dengan tinggi 2 kali dimeter. Kemudian dilakukan pengujian tekan
dengan compression testing machine. Kuat tekan agregat batu
hitam (andesite) biasanya berkisar antara 600-1800 kg/cm. pada
pembuatan beton bermutu tinggi, kuat tekan batu yang digunakan
harus lebih besar dari kuat tekan beton yang direncanakan.

11
• Kekerasan
Kekerasan agregat sangat diperlukan khususnya pada
beton untuk struktur jalan atau pada lantai beton yang
memikul beban lalu lintas yang berat.
Kekerasan agregat dapat diukur dengan los angeles test.

• Toughness (keuletan)
Keuletan merupakan daya tahan agregat terhadap pecah
akibat tumbukan, pengukuran keuletan biasanya dilakukan
dengan uji kejut. Benda uji merupakan silinder tipis yang
dijatuhi hammer.

2.6 Bahan-Bahan yang Merusak Beton

Ada tiga katagori bahan-bahan yang bersifat merusak beton yang


terdapat pada agregat antara lain:
• Kotoran yang akan mengganggu proses hidrasi semen
• Kotoran yang menyelimuti permukaan agregat akan
mengakibatkan lemahnya lekatan antara permukaaan
agregat dengan pasta.
• Bahan-bahan yang lemah yang bercampur dengan agregat.
Jenis pemeriksaan terhadap bahan-bahan yang merusak beton
antara lain :
 Kandungan Bahan Organik
Kandungan bahan organik biasanya terdapat pada agregat alam
terutama pasir yang berupa humus. Kandungan bahan organik
pada pasir harus berada dalam batas toleransi tertentu, hal ini
dapat diperiksa dengan colorimetric test. Sampel pasir diisi
kedalam botol kemudian dicampur dengan larutan NaOH 3 %,
dibiarkan selama 24 jam kemudian dibandingkan dengan warna
standar. Apabila warna yang terjadi lebih tua berarti pasir
mengandung bahan organik yang dapat merusak beton.

12
 Kandungan Lumpur
Lumpur yang terdapat pada agregat dapat menutupi permukaan
agregat, sehingga akan menghambat lekatan (bond) antara
agregat dengan pasta semen. Yang dimaksud dengan lumpur
adalah bahan yang lolos saringan No 200 (75 m).
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 %,
sedangkan agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari
1 %.

2.7 Bahan yang dapat merugikan Agregat

Bahan-bahan yang merugikan agregat adalah bahan-bahan yang


mengganggu proses pengikatan dan pengerasan beton,
mengurangi kekuatan serta berat isi beton, menyebabkan
terkelupasnya beton dan mempengaruhi ketahanan beton terhadap
karat.
Bahan-bahan tersebut adalah :
• Bahan-bahan padat yang menetap, seperti : lempung, Lumpur
dan abu. Bahanbahan ini apabila terdapat dalam agregat dalam
jumlah banyak, maka akan ada kecenderungan penggunaan air
yang banyak dalam campuran beton, sehingga mutu beton
menjadi jelek. Selain itu, bahan-bahan ini juga akan menghalangi
pengikatan antara semen dan agregat.
• Bahan organic dan humus, seperti : daun-daun yg membusuk,
humus, asam untuk menyamak, dll. Bahan-bahan ini akan
mengganggu proses hidrasi pada beton.
• Garam, seperti : Chlorida, sulfat, Karbonat dan Fosfat. Bahan-
bahan ini dapat bereaksi secara kimiawi sehingga
memperlambat atau merobah proses pengikatan semen,
menurunkan kekuatan bahkan menghancurkan beton. Apabila
agregat mengandung Chlorida lebih dari 2 % maka Chlorida
tersebut akan menyerap air dalam udara sehingga

13
meninggalkan noda putih pada permukaan beton. Selain itu,
jenis garam ini juga akan menyebabkan karat pada tulangan
sehingga retak-retak pada beton dan menyebabkan terurainya
beton yang bersangkutan. Pada kondisi yang demikian, beton
tidak dapat diperbaiki lagi, karena serangan karat oleh Chlorida
berlangsung terus menerus tidak dapat dicegah.
• Agregat yang reaktif terhadap alkali, yaitu agregat yg
mengandung silica reaktif, biasanya terdapat pada batuan
cherts, batu kapur dan beberapa jenis batuan beku. Jenis
agregat ini dapat bereaksi dengan alkali yang ada dalam semen
dan membentuk gel-silika, sehingga agregat
mengembang/membengkak dan menyebabkan timbulnya retak
serta penguraian beton.

 Pengujian keausan agregat

pengujian keausan agregat dengan alat abrasi Los Angeles alat


dan bahan timbangan mesin Los Angeles dan bola baja
saringan 1set wadah atau talam oven dan agregat

 Langkah- langkah kerja

Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan timbang agregat


pastikan agregat yang digunakan telah kering oven dengan cara
cuci agregat sampai bersih kemudian masukkan agregat ke dalam
oven dengan suhu 110° celcius selama 24 jam setelah 24 jam
berlalu Arkan agregat lalu dinginkan maka agregat tersebut siap

14
untuk diuji sharing agregat dengan saringan dan mesin vibrator
kemudian timbang agregat yang tertahan pada setiap nomor
saringan catat hasil timbangan kedalam tabel lalu jumlahkan maka
Hasil tersebut adalah nilai dari langkah selanjutnya yaitu siapkan
alat Los Angeles masukkan agregat kedalam alat Los Angeles
masukkan bola baja sesuai dengan hasil perhitungan bola baja
sebagai contoh agregat tertahan pada saringan 9,5 adalah 1250
maka jumlah bola baja yang digunakan adalah 12 buah hidupkan
dan atur alat dengan kecepatan 30-33 RPM sebanyak 500 kali
putaran soal setelah itu keluarkan agregat dari dalam muncul
sharing agregat menggunakan saringan Nomor 12 cuci agregat
yang tertahan pada saringan lalu pindahkan kedalam wadah
masukkan agregat yang telah diuji ke dalam oven dengan suhu
110° celcius selama 24 jam setelah 24 jam berlalu Arkan agregat
lalu timbang hasil timbangan tersebut merupakan nilai dari W2
Lakukan analisis menggunakan rumus berikut :

Berdasarkan SK SM yg nomor 2417 tahun 1991 nilai keausan agregat


yang baik digunakan yaitu kecil dari 4 resep

15
BAB III PENUTUP

Kesimpulan
1. Agregat beton adalah bahan dasar dalam pembuatan beton, yang
terdiri dari pasir, kerikil, atau batu pecah yang dicampur dengan
semen dan air untuk membentuk material konstruksi yang kuat dan
tahan lama.
2. Kualitas agregat beton sangat penting dalam menentukan kualitas
beton akhir. Agregat yang bersih, tahan terhadap tekanan, dan
memiliki ukuran yang sesuai akan menghasilkan beton yang lebih
kuat dan tahan lama.
3. Ukuran dan distribusi butir agregat memiliki pengaruh signifikan
terhadap sifat-sifat beton, seperti kekuatan, kerja, dan kekakuan.
Agregat dengan gradasi yang tepat akan menghasilkan beton yang
lebih baik.
4. Selain itu, kebersihan agregat juga penting. Agregat yang bebas dari
kontaminan seperti tanah, debu, atau bahan organik akan
membantu mencegah kelemahan dalam beton dan meningkatkan
daya tahan terhadap cuaca dan lingkungan.
5. Agregat beton juga dapat diklasifikasikan menjadi agregat kasar
(kerikil atau batu pecah) dan agregat halus (pasir). Kombinasi yang
tepat dari kedua jenis agregat ini akan menghasilkan campuran
beton yang optimal.
6. Proses pemilihan, penyimpanan, dan penggunaan agregat harus
dilakukan dengan hati-hati untuk memastikan beton yang dihasilkan
memenuhi persyaratan teknis dan keamanan.
7. Agregat beton adalah salah satu komponen penting dalam industri
konstruksi, dan pemahaman yang baik tentang karakteristik dan

16
penggunaannya akan membantu memastikan kesuksesan proyek
konstruksi yang berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

A.P, O. I. (2016). Mengenal Sifat Agregat. wordpress.

Consulting, Z. (2021). Pengertian Agregat dan Klasifikasinya. Zamil.

Fajri, K. (2017). Pengertian Agregat, Jenis jenis Agregat. Data Arsitek.

17

Anda mungkin juga menyukai