PENDAHULUAN
c. Agregat berat
Pemakaiannya untuk beton yang tahan terhadap radiasi dan digunakan
untuk perlindungan terhadap Sinar-X, Beta, Gamma dan Neutron.
Berat isinya antara 4000 – 5000 kg/m3.
Kelemahannya adalah mempunyai sifat pengerjaan yang sulit, juga
pencegah terhadap segregasi dan work abilitynya lebih sulit.
Berat jenis untuk agregat lebih besar dari atau sama dengan 3,0 gr/cm3.
Selain jenis-jenis agregat di atas ada beberapa agregat lain digunakan
untuk hal-hal khusus, diantaranya seperti:
a. Untuk beban yang harus kuat dan awet pakai:
Corundum sintetik (Al2O3) berat isi 3,9 – 4,0 kg/dm3.
Silica carbida (SiC) berat isi 3,1 – 3,2 kg/dm3.
b. Untuk isolasi terhadap panas dan ringan dipakai:
Perlit adalah sejenis batuan beku berjenis gelas yang mempunyai berat isi
antara 0,06 – 0,2 kg/dm3.
Vermikulit berat isinya antara 0,07 – 0,9 kg/dm3.
Styrpor berat isinya antara 0,02 kg/dm3.
c. Agregat sebagai pelindung terhadap radiasi:
Spar (BaSO4) dengan berat isi murni antara 4,15 – 4,45 kg/dm3.
Magnetik yaitu semacam biji besi yang mempunyai berat isi 4,40 –
5,00 kg/dm3.
GRADASI AGREGAT
Gradasi adalah suatu cara untuk menentukan distribusi ukuran
penyebaran ukuran butir agregat. Hasil dari penilaian penyebaran ukuran ini
dapat dipakai untuk menentukan apakah jenis agregat yang dipakai.
Cara yang paling banyak digunakan untuk menentukan nilai gradasi
agregat adalah dengan cara analisa ayak (proses penyaringan agregat kasar
maupun halus) dengan menggunakan berbagai diameter ayakan, benda
mendapatkan jumlah ukuran butir yang standar.
Ada beberapa sifat fisik yang berpengaruh terhadap kekuatan beton nantinya
adalah:
a. Kekuatan
Kekuatan agregat akan berpengaruh terhadap kekuatan beton, semakin
besar kekuatan agregat semakin tinggi pula kekuatan beton. Kekuatan
agregat ini biasanya tergantung pada jenis batuan terutama mineral,
struktural, dan susunan butirannya.
b. Ketegaran
Ketegaran dapat diartikan sebagai daya tahan agregat terhadap kehancuran
akibat benturan, yang penentuannya dengan cara Impec Test (pembebanan
tiba- tiba)
c. Kekerasan
Yaitu daya tahan agregat terhadap kerusakan akibat penggunaan.
Kekerasan agregat akan mempengaruhi keausan agregat.
b. Agregat kasar
1. Agregat kasar harus terdiri dari butir yang keras dan tidak berpori.
Agregat kasar yang mengandung butir pipih hanya dapat dipakai
apabila butir tersebut tidak melampaui 20 % dari berat agregat
seluruhnya. Butir agregat kasar harus bersifat kekal yang artinya tidak
pecah atau hancur karena pengaruh cuaca atau matahari.
2. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %.
Lumpur adalah bagian yang dapat lolos ayakan 0,063 mm, jika kadar
lumpur lebih dari 1 % maka harus dicuci.
3. Tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak beton seperti
alkali.
4. Harus terdiri dari butir yang beraneka ragam besarnya dan jika
diayak harus memiliki syarat sebagai berikut:
- Sisa di atas ayakan 31,5 mm harus 0 % berat.
c. Agregat Campuran
Susunan butir agregat campuran untuk beton mutu K 225 dan mutu
yang lebih tinggi harus dilakukan analisa ayak dengan ukuran: 31,5; 6; 8;
4; 2; 1; 0,5; 0,25.
Dari ukuran tersebut didapat beberapa zona batuan yang mempunyai
karakteristik tersendiri, yaitu:
Zona I : Daerah yang tidak baik, diperlukan terlalu banyak semen dan
air.
Zona II : Daerah baik, tetapi diperlukan yerlalu banyak seman dan air
dibandingkan dengan zona III.
Zona III : Daerah yang baik sekali.
Zona IV : Daerah yang baik untuk ukuran susunan butir diskontinu
Zona V : Daerah tidak baik terlalu sulit dikerjakan.
1.3 Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh.
b. Oven (pengering) yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 ± 5)° C.
c. Talam atau Cawan, terbuat dari poselin atau logam tahan karat.
1.6 Perhitungan
1.7 Pelaporan
a. Laporan perhitungan kadar air agregat dalam 2 (dua) decimal.
Kesimpulan :
Dari data tersebut diatas kelompok kami dapat menyimpulkan bahwa kadar air
yang terkandung dalam agregat dipengaruhi oleh kehalusan atau luas
permukaan agregat.Semakin basah suatu agregat,maka pada campuran beton
akan menjadi basah dan proses pengeringannya akan memerlukan waktu yang
lebih lama.
Kesimpulan :
Dari data tersebut diatas kelompok kami dapat menyimpulkan bahwa semakin
banyak pori semakin besar porositasnya (daya serap air ).
2.1 Tujuan
Pemerikasaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis agregat yang
nantinya digunakan untuk menentukan volume yang diisi oleh agregat.
Hubungan antara berat jenis dengan daya serap adalah jika semakin tinggi
nilaiberat jenis agregat meka semakin kecil daya serap air agregat tersebut.
2.3 Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram, kapasitas lenih dari 2000
gram.
b. Piknometer / gelas ukur, kapasitas 500 ml
c. Kerucut terpancung untuk menentukan keadaan SSD, diameter atas
(40±3) mm, diameter bawah (90±3) mm, dan tinggi (75±3) mm, terbuat
dari logam dengan tebal minimum 0,8 mm
d. Penumbuk, dengan penampang rata, berat (340±15) gr, diameter
permukaan penumbuk (25 ± 3) mm.
e. Saringan no.4 (saringan standard)
f. Oven (pengering), dapat diatur suhu konstan (110±5)˚C
g. Thermometer
h. Cawan
i. Hot plate
j. Desikator
2.6 Perhitungan
a. Berat jenis kering (bulk dry specific gravity)
c. Penyerapan
Dimana:
B1 = Berat piknometer berisi benda uji dan air (gram)
B2 = Berat benda uji dalam keadaan kerng oven (gram)
B3 = Berat piknometer berisi air (gram)
500 = Berat benda uji dalam keadaan SSD (gram)
Catatan
Hasil perhitungan dilaporkan dalam 2 (dua) desimal.
2.7 Pelaporan
a. Hasil perhitungan dilaporkan dalam 2 (dua) desimal.
b. Kesimpulan dari data hasil percobaan.
Catatan
BENDA UJI
PEMERIKSAAN BERAT
SEMPEL 1 SEMPEL 2
GELAS UKUR + AIR + BENDA UJI B1 981,5 980
BENDA UJI KERING OVEN B2 497,6 498,59
BENDA UKUR + AIR B3 668,5 668
BENDA UJI JPK/SSD BJ 500 500
BENDA UJI
PERHITUNGAN RATA
SAMPLE SAMPLE -RAT
1 2 A
B2
BJ BULK
(B3+BJ-B1) 2,66 2,65 2,66
BJ
BJ JPK
(B3+BJ-B1) 2,67 2,66 2,67
B2
BJ APP
(B3+B2-B1) 2,70 2,67 2,68
(BJ- B2) X
ABS
B2 100% 0,48 0,28 0,39
3.1 Tujuan
Pemerikasaan ini dimakudkan untuk menentukan berat jenis agregat yang
nantinya digunakan untuk menentukan volume yang diisi oleh agregat serta
memeriksa penyerapan air agregat tersebut.
3.3 Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh, kapasitas 500 gram
b. Oven pengering yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 ± 5)0 C
c. Cawan
d. Piknometer / gelas ukur, kapasitas 1000 ml
e. Penjepit
f. Thermometer
g. Alat pembagi contoh (riffle sampler)
h. Desikator
i. Bejana gelas
j. Kain penyerap
3.6 Perhitungan
a. Berat jenis kering (bulk specific gravity)
d. Penyerapan
BENDA UJI
PERHITUNGAN SAMPLE SAMPLE RATA
1 2 -RATA
B2
BJ BULK
(B3+BJ-B1) 2,40 2,38 2,39
BJ
BJ JPK
(B3+BJ-B1) 2,49 2,47 2,48
B2
BJ APP
(B3+B2-B1) 2,62 2,62 2,62
(BJ-B2)
ABS X100%
B2 3,50 3,89 3,70
4.1 Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa akan dapat mengetahui dan
memahami sifat-sifat fisik, meknik dan tegnologi agregat serta pengaruhnya
terhadap beton dengan benar.
4.4 Peralatan
a. Timbanagan dengan ketelitin 0,1% dari berat contoh
b. Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat
c. Tongkat pemadat dengan diameter 15 mm, panjang 60 cm dengan ujung
bulat, sebaiknya rebuat dari baja tahan karat
d. Mistar perata (straight edge)
e. Sendok/skop
f. Wadah (mould) baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat
pemegang berkapasitas, seperti dalam tabel
Benda uji
Pemeriksaan
Lepas dipadatkan digoyangkan
Berat Mould(g) W1 868,50 868,50 868,50
Berat Mould + Benda Uji (g) W2 3681,00 3846,50 3860,50
W3=W2-
Berat benda Uji (g) 2812,50 2978,00
W1 2992,00
Berat Mould + air (g) W4 2690,00 2690,00 2690,00
Berat Air/ Volume(g) V=W4-W1 1821,50 1821,50
1821,50
Berat Isi Agregat W3/V 1,54 1,63 1,64
Catatan:
Satuan Berat : gram
Jenis Material : pasir
Kesimpulan :
Dari data tersebut kelompok kami menyimpulkan bahwa pada agregat halus
memiliki berat berbeda pada kondisi gembur dan padat dengan volume yang
sama.
5.4 Peralatan
a. Tabung/botol kaca, dilengkapi dengan skala isi
b. Gelas ukur.
c. Larutan NaOH 3(tiga) %
d. Bahan pembantu merupakan cairan pembanding warna (warna standard)
yang dapat dibuat dari :
1) Cairan pembanding permanent
Caranya :
a) Memasukkan campuran 9 gram Ferri chlorida
(FeCl3 6H2O)dengan 1 gram Cobalt chlorida (CoCl2 6H2O)
kedalam 100 ml air yang telah mengandung 1/3 ml asam HCl.
5.7 Kesimpulan
Dari hasil pengujian bahwa agregat halus tersebut mengandung kadar organik
rendah yaitu untuk benda uji A menunjukkan grid 1 karena warna botol percobaan
lebih jernih dari pada larutan pembanding sehingga dapat digunakan sebagai
penyusun beton tanpa dibersihkan terlebih dahulu dari kadar organik yang
terkandung di dalamnya.
6.1 Tujuan
6.1.1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan
memahami sifat-sifat fisik, mekanik dan teknologi agregat serta pengaruhnya
terhadap beton dan bahan perkerasan jalan dengan benar.
6.1.2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat:
a. Menentukan gradasi butiran agregat kasar dan agregat halus
b. Menjalankan prosedur pelaksanaan pengujian gradasi butiran agregat kasar dan
agregat halus
c. Menggunakan peralatan dengan terampil
6.2 Dasar Teori
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan gradasi/pembagian gradasi
butiran agregat kasar dan agregat halus dengan menggunakan saringan. Gradasi
agregat adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Bila butir-butir agregat
mempunyai ukuran yang sama (seragam), maka volume pori akan besar.
Sebaliknya bila ukuran butir-butirnya bervariasi akan terjadi volume pori yang
kecil. Hal itu karena butiran yang kecil, akan mengisi pori diantara butiran yang
lebih besar, sehingga pori-porinya menjadi sedikit, dengan kata lain
kemampatannya tinggi.
Pada agregat untuk pembuatan mortar atau beton, diinginkan suatu butiran
yang kemampuannya tinggi, karena volume porinya sedikit dan ini berarti hanya
membutuhkan bahan penngikat sedikit saja.
6.3 Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 0,2%, kapasitas maximum 25 kg
b. Alat pemisah contoh (Riffle Sampler)
c. Talam atau nampan
6.6 Perhitungan
Persentase berat benda uji yang tertahan di atas saringan ayakan adalah:
6.7 Pelaporan
a. Hasil pemeriksaan yang dilaporkan adalah:
Jumlah persentase di atas masing-masing ayakan yang dihitung dari
contoh aslinya, sampai dengan 2 (dua) decimal.
Modus kehalusan dari masing-masing agregat (modulus kehalusan
didefinisikan sebagai jumlah persen komulatif dari butir-butir agregat
yang tertinggal di atas satu set ayakan dibagi 100).
Persentase tembus komulatif pada masing-masing lubang ayakan.
Gambar grafik prosentase tembus komulatif dari masing-masing
agregat.
b. Kesimpulan dari hasil uji yang diperoleh.
6.8 Referensi
1. AASHTO T-27-74
2. ASTM C-136-50
3. SK SNI T-15-1990, Tata Cara Perencanaan Campuran Beton Normal.
4. PEDC Bandung, pengujian bahan, edisi 1983
berat komulatif
diameter berat %
ayakan tertahan %lolos %
ayakan ayakan tertahan
+ pasir tertahan
19 458,5 951,5 493 24,09 75,91 24,09
9,5 451,6 1901 1449,4 70,83 29,17 94,93
4,75 432,5 486,5 54 2,64 2,43 97,57
2,36 405,2 411 5,8 0,28 2,15 97,85
1,18 374,5 381 6,5 0,32 1,83 98,17
0,6 333,2 348,5 15,3 0,75 1,08 98,92
0,3 310,4 319 8,6 0,42 0,66 99,34
0,15 290 301,5 11,5 0,56 0,10 99,90
pan 433,9 436 2,1 0,10 0,00 100,00
2046,2 810,75
MHB 8,11
Kesimpulan :
Dari data tersebut diatas kami mendapatkan nilai modulus kehalusan sebesar 8,11.
Dan gradasi agregat yang menerus atau kontinyu, sehingga agregat tersebut layak
digunakan untuk beton maupun perkerasan jalan.
b. Butiran Agregat Halus
berat komulatif
diameter berat %
ayakan tertahan %lolos %
ayakan ayakan tertahan
+ pasir tertahan
9,5 450 466 16 1,00 99,00 1,00
4,75 432,5 471,5 39 2,44 96,56 3,44
2,36 405,5 504,5 99 6,19 90,37 9,63
1,18 373,5 634 260,5 16,29 74,09 24,91
0,6 333,5 850 516,5 32,29 41,79 58,21
0,3 310,5 794 483,5 30,23 69,77 88,43
0,15 290 442,5 152,5 9,53 2,03 97,97
pan 433 465,5 32,5 2,03 0,00 100,00
1599,5 383,59
Kesimpulan :
Dari data tersebut diperoleh modulus kehalusan sebesar 3,84 dan gradasi agregat
yang menerus. Jadi,agregar halus disini dapat berfungsi dengan baik untuk
menutup pori atau rongga yang di buat agregat kasar.
CAMPURAN
7.6 Perhitungan
Persentase keausan agregrat kasar adalah sebagai berikut:
7.7 Pelaporan
a. Hasil pemeriksaan yang dilaporkan adalah yang dihitung dari contoh
aslinya, sampai dengan 2 (dua) desimal.
b. Kesimpulan dari hasil uji yang anda peroleh.
Catatan :
Pemeriksaan keausan agregrat kasar dengan Mesin Los Angeles dapat dilakukan
hanya 1 (satu) kali percobaan.
7.8 Referensi
1. AASHTO T-96-74
2. ASTM C-131-55
3. ASTM. C-535-9
4. PEDC Bandung, Pengujian Bahan, Edisi 1983
Kesimpulan :
Dari data tersebut disimpulkan bahwa keausan agregat merupakan perbandingan
antara berat jenis bahan aus lewat saringan no.12 terhadap berat semula dalam
persen.Kausan agregat tidak boleh lebih dari 40% dari berat material.
8.6 Perhitungan
Prosentase kekerasan agregat kasar adalah sebagai berikut :
Rata-rata = 14,70 %
Pemeriksaan Benda Uji
l ll
Kesimpulan :
Dari data diatas diperoleh bahwa kekerasan agregat rata-rata tidak lebih dari
30%,sehingga dapat digunakan untuk campuran beton sebagai bahan perkerasan
jalan dan untuk konstruksi lainnya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Untuk peneliti selanjutnya diharapkan melakukan pengujian lebih lanjut untuk
menambah referensi tentang agregat. Penyusun juga mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Oglesby, Clarkson H. dan R. Gary Hicks. 2005. TEKNIK JALAN RAYA. Jakarta:
Erlangga