Anda di halaman 1dari 6

3.2.

2 Agregat Kasar

Agregat kasar dapat berupa kerikil, pecahan kerikil, batu pecah, terak tanur tiup atau beton semen
hidrolis yang dipecah. Sesuai dengan SNI 03 – 2847 – 2002, bahwa agregat kasar merupakan agregat
yang mempunyai ukuran butir antara 5,00 mm sampai 40 mm. Agregat kasar (kerikil/batu pecah) yang
akan dipakai untuk membuat campuran beton harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai
berikut :

a. Kerikil atau batu pecah harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori serta mempunyai
sifat kekal (tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca seperti terik matahari atau hujan). Agregat
yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak
melebihi 20% dari berat agregat seluruhnya.

b. Tidak boleh mengandung bahan yang reaktif terhadap alkali jika agregat kasar digunakan untuk
membuat beton yang akan mengalami basah dan lembab terus menerus atau yang akan berhubungan
dengan tanah basah. Agregat yang reaktif terhadap alkali boleh untuk membuat beton dengan semen
yang kadar alkalinya dihitung setara Natrium Oksida tidak lebih dari 0,6 %, atau dengan menambahkan
bahan yang dapat mencegah terjadinya pemuaian yang dapat membahayakan oleh karena reaksi alkali-
agregat tersebut.

c. Sifat kekal dari agregat kasar dapat diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut :

1) Jika dipakai natrium sulfat (Na2SO4), bagian yang hancur maksimum 12% berat agregat.

2) Jika dipakai magnesium sulfat (MgSO4), bagian yang hancur maksimum 12% berat agregat.

d. Agregat kasar tidak boleh mengandung bahan-bahan yang dapat merusak beton seperti bahan-bahan
yang reaktif sekali dan harus dibuktikan dengan percobaan warna dengan laruta NaOH. III - 5

e. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (terhadap berat kering) dan apabila
mengandung lebih dari 1%, agregat kasar tersebut harus dicuci. f. Kekerasan dari agregat kasar diperiksa
dengan bejana penguji dari Rudeloff dengan beban pengji 20 ton dan harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :

1) Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5-19 mm lebih dari 24% berat.

2) Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari 22% berat. g. Agregat kasar harus terdiri
dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak dengan ayakan standard ISO harus
memenuhi syarat sebagai berikut.

h. Besar butir agregat kasar maksimum tidak boleh lebih daripada 1/5 jarak terkecil antarabidang-bidang
samping cetakan, 1/3 dari tebal pelat atau ¾ dari dari jarak bersih minimum antara batang-batang atau
berkas tulangan
Kekerasan merupakan lawan dari keausan. Ketahanan terhadap abrasi sering dipakai sebagai indeks
secara umum untuk kualitas agregat. Untuk mengetahui kekerasan atau sifat tahan abrasi dengan
pengujian berikut, yaitu dengan menggunakan mesin Los Angeles, mesin Rudolf dan mesin Rockwell.
Pada penelitian ini menggunakan bejana Rudolf untuk menguji kekerasan agregat.

http://eprints.polsri.ac.id/1194/3/BAB%20II.pdf 14/12/2019 pukul 14:11

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui kekerasan agregat alam/batu pecah untuk digunakan
sebagai fondasi pengeras jalan atau agregat beton dengan menggunakan bejana tekan Rudeloff.
Pemeriksaan kekerasan agregat dengan cara ini memberi gambaran yang berhubungan dengan
kekerasan dan kekuatan hancur agregat. Kekerasan agregat berhubungan pula dengan kekuatan beton
yang dibuat. Pada umumnya agregat untuk beton disyaratkan bagian yang hancur (menjadi bubuk) tidak
boleh lebih dari 22 persen untuk Fraksi A, 24 persen untuk Fraksi B, (tentang fraksi-fraksi Lihat Sub-
bab.3). Pembubukan yang diperoleh yaitu berupa bagian yang hilang (menembus ayakan 2 mm) dalam
persen berat semula.

http://silab.ugm.ac.id/fo/laboratorium/download/320/1939 13/12/2019 pukul 22.35

Pada umumnya kekuatan dan elastisitas agregat tergantung dari jenis batunya, susunan
mineralnya, tekstur butirnya atau kristalnya. Kekuatan agregat sangat berpengaruh terhadap
kekuatan beton, agregat yang lemah tidak akan menghasilkan beton yang kuat dan untuk membuat
beton kekuatan mutu tinggi haruslah dipakai agregat yang tinggi pula kekuatannya. Kekuatan
agregat diperoleh dengan cara pengujian dengan menggunakan bejana tekan untuk agregat.

Pengujian ini dilakukan berdasarkan peraturan dalam British Standard karena ayakan yang
digunakan adalah ayakan standar ( 10 mm dan 14 mm ).

Pengujian ini meggunakan agregat kasar yang telah dicuci agar kadar lumpur yang dikandungnya
sedikit dan bersih dari kotoran, serta harus dioven untuk mendapatkan berat tetap. Uji kekerasan ini
menghasilkan data berupa jumlah persentase berat butiran agregat yang lolos ayakan 2,36 mm
setelah mengalami tekanan 400 KN.

Bila jumlah agregat yang tertahan ayakan 2.36 mm adalah < 30%, maka agregat tersebut
dapat digunakan untuk beton tahan aus, sedangkan bila > 30%, maka agregat tersebut hanya dapat
digunakan untuk beton normal saja.

https://www.scribd.com/doc/59175129/Uji-Kekerasan-Agregat-Kasar-Dengan-Tekanan-400-KN
13/12/2019 pukul 22:43
Pengujian kekuatan agregat terhadap tekanan ACV merupakan simulasi pemberian beban terhadap suatu
benda uji agregat. Prinsip percobaan ini adalah benda uji agregat diberi kenaikkan tekanan tertentu selama
beberapa waktu. Agregat yang hancur kemudian ditimbang dan dibandingkan dengan semua berat benda uji.
Perbandingan ini merupakan nilai ACV.
Kekuatan agregat dapat bervariasi dalam batasan yang besar. Butir-butir agregat dapat bersifat kurang
kuat karena yang disebabkan oleh :
1. Karena terdiri dari bahan yang lemah atau terdiri dari partikel yang kuat tetapi tidak baik dalam hal pengikatan
(interlocking).
2. Partikel yang besar mempengaruhi keuletan yang menentukan kekuatan terhadap beban kejut.

Penekanan pada benda uji hanya dilakukan pada daerah axial saja, hal ini berbeda pada proses penekanan
yang dilakukan dengan agregat crushing plant, dimana penekanan axial dikombinasikan dengan penekanan arah
lateral, selain itu dikombinasikan juga dengan beban tumbukan.
Nilai agregat impact value (AIV) adalah persentase perbandingan antara agregat yang hancur dengan
jumlah sampel yang ada. Agregat yang hancur dinyatakan dengan jumlah agregat yang lolos saringan 2,36 mm.
menurut british standart agregat yang mempunyai nilai AIV 30 % dikatakan tidak normal dan nilai AIV yang besar
dari ini menunjukkan jumlah agregat yang hancur cukup banyak, berarti sampel yang diuji memiliki kekuatan yang
rendah.
Umumnya batuan beku mempunyai kekuatan yang cukup besar dibandingkan dengan jenis batuan lainnya,
perlu dilakukan pengujian lebih lanjut lainnya yaitu dengan tes ten perfect runes value. Butiran yang lemah dan
lunak perlu dibatasi nilai minimumnya.
Pada pemeriksaan ini menggambarkan suatu cara untuk menentukan nilai ACV dari agregat kering, bahwa
kekerasan agregat kasar dapat digolongkan dalam fungsinya untuk lapisan permukaan jalan bila nilai kuat
tekanannya tidak melampaui 30% yang digunakan dalam beton aspal, sedangkan untuk keperluan lainnnya tidak
melampaui 45%.
Agregat yang digunakan adalah agregat yang lolos saringan 14 mm dan tertahan saringan 10 mm, agregat
diisi dalam 3 lapis dan tiap lapis ditumbuk sebanyak 25 kali, agregat yang hancur dinyatakan dalam agregat yang
lolos saringan 2,36 mm.

http://em-ridho.blogspot.com/2012/01/laporan-praktikum-pengujian-kekuatan.html 14/12/2019 pukul


14:10
KEKUATAN DAN KEKERASAN

Kekuatan agregat akan berpengaruh pada kekuatan beton, artinya agregat yang lemah
tidak akan menghasilkan beton yang kuat dan untuk membuat beton dengankekuatan tinggi harus
menggunakan agregat yang kekuatannya tinggi pula. Kekuatan dan elastisitas agregat, tergantung
dari : jenis batuan, susunan mineral, tekstur batuan,atau kristal batuan.

Kekuatan beton tidak lebih tinggi dari kekuatan agregat, oleh karena itu sepanjang
kekuatan tekan agregat lebih tinggi dari beton yang akan dibuat maka agregat tersebut masih
cukup aman digunakan sebagai campuran beton. Pada kasus- kasus tertentu, beton mutu tinggi
yang mengalami konsentrasi tegangan local cenderung mempunyai tegangan lebih tinggi
daripada kekuatan seluruh beton. Dalam hal ini kekuatan agregat menjadi kritis.

Dalam pengujian kekuatan agregat untuk beton ini, terdapat beberapa cara dan istilah
yang dipergunakan oleh beberapa negara. antara lain kekuatan hancur, nilaikekuatan pukul
(impact ), dan kekuatan aus, contoh :

a. British standart ( BS – 812– 1967 ), memakai cara dengan mencari kekuatanhancur ( crushing
value ), kekuatan pukul ( impact value ) , ten percent fine value

b. ASTM Standart C 131 dan C535 , memakai cara uji geseran dengan mesin×Angels, dan
ketahanan aus dinyatakan dalam persen bagian yang aus dari contoh uji agregat kasar ( cara
uji ini dianut oleh Indonesia dengan SNI 03– 2417 – 1997)

c. Di Indonesia, cara pengujian dengan bejana Rudeloff pada agregat kasar. Kekuatan dinyatakan
dengan persen hancur yang menembus ayakan 2,0 mm terhadap beratcontoh uji.

Kekerasan merupakan lawan dari keausan. Ketahanan terhadap abrasi seringdipakai


sebagai indeks secara umum untuk kualitas agregat. Untuk mengetahuikekerasan atau sifat tahan
abrasi dengan pengujian berikut, yaitu dengan menggunakanmesin Los Angeles, mesin
Rudolf dan mesin Rockwell. Kekerasan atau kekuatan butir-butir agregat tergantung dari
bahannya dan tidak dipengaruhi oleh lkatan antara butir satu dengan lainnya . Agregat yang
lebih kuat biasanya mempunyai moduluselastisitas (sifat dalam pengujian beban uniaxial) yang
lebih tinggi. Butir-butir yanglemah (lebih rendah dari pasta semen) tidak dapat menghasilkan
kekuatan beton yangdapat diandalkan. Kekerasan sedang mungkin justru lebih menguntungkan,
karenadapat mengurangi konsentrasi tegangan yang terjadi, atau pembasahan dan pengeringan,
atau pemanasan dan pendinginan dan dengan demikian membantu mengurangi kemungkinan
terjadinya retakan dalam beton. Butiran yang lemah danlunak perlu dibatasi nilai minimumnya
jika ketahan terhadap abrasi yang kuatdiperlukan. Modulus elastisitas agregat juga penting
diketahui karena memberikankonstribusi dalam modulus elastisitas beton.
https://www.academia.edu/8465557/TEKNOLOGI_BAHAN_BANGUNAN_AGREGAT 19/12/2019 pukul
22:21

Anda mungkin juga menyukai