AGREGAT
Agregat adalah material granural, misalnya pasir, kerikil, batu pecah, dan kerak tungku
besi, yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu
adukan.
Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami pengecilan ukuran secara
alamiah melalui proses pelapukan dan aberasi yang berlangsung lama. Atau agregat dapat
juga diperoleh dengan memecah batuan induk yang lebih besar.
Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi
alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah
batu dan mempunyai ukuran butir 5 mm.
Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi alami
dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu, dan
mempunyai ukuran butir antara 5-40 mm. Besar butir maksimum yang diizinkan
tergantung pada maksud pemakaian.
dengan pastanya. Kuat rekatan antara agregat dengan pasta semen tergantung pada tekstur
permukaan agregat. Berdasarkan pemeriksaan visual tekstur permukaan butiran agregat
dibedakan menjadi: glassy (sangat halus), smooth (halus), granular (bergerigi), rough
(kasar), crystalline (berkristal), dan honeycombed (berpori). Bentuk butiran agregat dapat
dibedakan menjadi: rounded (bulat), irregular (bulat sebagian), flaky (pipih), angular
(bersudut), elongated (lonjong), dan flaky and elongated (pipih dan lonjong). Agregat
dengan permukaan kasar lebih disukai daripada agregat dengan permukaan halus karena
tekstur permukaan kasar dapat meningkatkan rekatan sekaligus kuat tekan beton.
Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih dan lonjong hanya dapat
dipakai,apabila jumlah butir-butir pipih dan lonjong tersebut tidak melampaui 20 % dari
berat agregat seluruhnya.
Compression Testing Machine. Kuat tekan agregat batu hitam (andesite) biasanya berkisar
antara 600-1800 kg/cm2. Pada pembuatan beton mutu tinggi, kuat tekan batu yang
digunakan harus lebih besar dari kuat tekan beton yang direncanakan.
Kekerasan
Kekerasan agregat sangat diperlukan khususnya pada beton untuk struktur jalan atau pada
lantai beton yang memikul beban lalu lintas yang berat. Kekerasan agregat dapat diukur
dengan Los Angeles Test.
Toughness (Keuletan)
Keuletan merupakan daya tahan agregat terhadap pecah akibat tumbukan, pengukuran
keuletan biasanya dilakukan dengan uji kejut. Benda uji merupakan silinder tipis yang
dijatuhi hammer.
terhadap abrasi, dan mempengaruhi nilai specific gravity. Absorpsi agregat ditentukan
dengan pengurangan berat dari kondisi SSD ke kondisi kering oven. Sehingga
perbandingan antara pengurangan berat tersebut dengan berat kering dalam persen disebut
absorpsi agregat. Skema kelembaban agregat dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Kadar Air
Berbeda dengan absorpsi yang nilainya tetap sedangkan kadar air nilainya berubah ubah
sesuai dengan kondisi cuaca. Kadar air ditentukan dengan pengurangan berat agregat dari
kondisi tertentu ke kondisi kering oven. Kadar air adalah perbandingan antara
pengurangan berat tersebut terhadap berat kering dalam persen. Pengukuran kadar air
sangat diperlukan pada pelaksanaan pencanpuran beton sehingga kelecakan dan faktor air
semen adukan beton tetap seperti yang direncanakan semula.
tertentu, hal ini dapat diperiksa dengan colorimetric test. Sampel pasir diisi kedalam botol
kemudian dicampur dengan larutan NaOH 3 %, dibiarkan selama 24 jam kemudian
dibandingkan dengan warna standar. Apabila warna yang terjadi lebih tua berarti pasir
mengandung bahan organik yang dapat merusak beton.
Kandungan Lumpur
Lumpur yang terdapat pada agregat dapat menutupi permukaan agregat, sehingga akan
menghambat lekatan (bond) antara agregat dengan pasta semen. Yang dimaksud dengan
lumpur adalah bahan yang lolos saringan No 200 (75 m m).
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 %, sedangkan agregat kasar
tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %.
Gradasi Agregat
Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran agregat. Dapat juga disebut
pengelompokan agregat dengan ukuran yang berbeda sebagai persentase dari total agregat
atau persentase kumulatif butiran yang lebih kecil atau lebih besar dari masing-masing
seri bukaan saringan. Gradasi agregat juga berguna untuk menentukan proporsi agregat
halus terhadap total agregat. Gradasi agregat akan mempengaruhi luas permukaan agregat
yang sekaligus akan mempengaruhi jumlah pasta/air yang akan digunakan. Sehingga
agregat yang lebih besar cenderung memerlukan pasta/air yang lebih sedikit karena luas
permukaannya lebih kecil.
Apabila ditinjau dari volume pori (ruang kosong) antara agregat maka ukuran butir yang
bervariasi akan mengakibatkan volume pori lebih kecil dengan kata lain kemampatan
menjadi tinggi. Hal ini berbeda dengan ukuran agregat yang seragam yang akan
mempunyai volume ruang kosong yang lebih besar.
Gradasi agregat dapat digolongkan menjadi 3 macam :
1. Gradasi kontinu, dimana ukuran butiran pada agregat kasar dan halus bervariasi mulai
dari ukuran yang terbesar sampai ukuran yang terkecil, seperti terlihat pada gambar 3.2.a.
Gradasi ini merupakan gradasi standar yang secara umum dipakai untuk campuran beton.
2. Gradasi seragam, dimana ukuran butiran hampir sama baik pada agregat halus maupun
di agregat kasar, seperti terlihat pada gambar 3.2.b. Gradasi agregat jenis ini pada
umumnya didapati pada agregat untuk beton ringan.
6
3. Gradasi celah, merupakan suatu gradasi dimana salah satu atau lebih agregat dalam
ukuran tertentu tidak ada, seperti terlihat pada gambar 3.2.c. Gradasi agregat jenis ini
biasanya terdapat pada pasir yang terlalu halus atau terlalu kasar Dalam kurva gradasi,
ditandai dengan adanya garis horizontal.
a.
b.
c.
Gradasi Standar
Terdapat beberapa gradasi standar untuk agregat antara lain terdapat pada American
Society for Testing and Material (ASTM), British Standard (BS), Standar Nasional
Indonesia (SNI). Pada dasarnya susunan dan ukuran saringan yang digunakan hampir
sama.
Gradasi standar agregat halus dan agregat kasar menurut ASTM C-33 masing-masing
terlihat pada Tabel 3.1. dan Tabel 3.3. Sedangkan gradasi standar agregat halus dan
agregat kasar menurut British Standar masing-masing terlihat pada Tabel 3.2 dan Tabel
3.4.
Tabel 3.1. Gradasi Standar Agregat Halus (ASTM-C33)
Berdasarkan gradasi standar agregat kasar pada Tabel 3.3. dan Tabel 3.4 maka untuk
keperluan perancangan campuran beton dapat dilakukan pencampuran dari beberapa
8
fraksi agregat. Misalnya untuk agregat kasar ukuran 37,5 mm-4,75 mm pada ASTM,
dapat dilakukan pengelompokan seperti pada Tabel 3.5.
Dari tabel 3.5. dapat diartikan ukuran agregat 19-38,1 mm 50 % dari berat agregat,
ukuran 9,5-19 mm 30 % dari berat agregat, dan ukuran 4,75-9,5 mm 20 % dari berat
agregat.
Dari Gambar 3.3. terlihat bahwa kurva gradasi agregat halus berbentuk kurva S, demikan
pula halnya dengan kurva gradasi agregat kasar cenderung berbentuk kurva S. Sehingga
kurva gradasi agregat gabungan akan berbentuk kurva cekung seperti pada Gambar 3.4.
Contoh perhitungan gradasi agregat gabungan dengan persentase agregat halus 36 % dan
persentase agregat kasar 64 % dapat dilihat pada tabel 3.7.
10