Anda di halaman 1dari 11

III.

AGREGAT

Agregat adalah material granural, misalnya pasir, kerikil, batu pecah, dan kerak tungku
besi, yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu
adukan.
Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami pengecilan ukuran secara
alamiah melalui proses pelapukan dan aberasi yang berlangsung lama. Atau agregat dapat
juga diperoleh dengan memecah batuan induk yang lebih besar.
Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi
alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah
batu dan mempunyai ukuran butir 5 mm.
Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi alami
dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu, dan
mempunyai ukuran butir antara 5-40 mm. Besar butir maksimum yang diizinkan
tergantung pada maksud pemakaian.

Klasifikasi Ukuran Agregat


Agregat maksimum yang dugunakan pada struktur beton tergantung pada ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:
1. Tidak lebih 1/5 dari dimensi terkecil struktur
2. Tidak lebih 1/3 dari tebal pelat lantai
3. Tidak lebih dari 3/4 dari jarak bersih tulangan, berkas tulangan atau berkas kabel
prategang.
Agregat maksimum untuk keperluan pembuatan benda uji di laboratorium tidak boleh
lebih dari ¼ dimensi terkecil cetakan.
2

Klassifikasi Tekstur dan Bentuk


Bentuk dan tekstur permukaan agregat memegang peranan penting terhadap sifat adukan
beton dan sifat beton setelah mengeras. Pada adukan beton akan mempengaruhi
workability sedangkan pada beton keras akan mempengaruhi daya lekat antara agregat

dengan pastanya. Kuat rekatan antara agregat dengan pasta semen tergantung pada tekstur
permukaan agregat. Berdasarkan pemeriksaan visual tekstur permukaan butiran agregat
dibedakan menjadi: glassy (sangat halus), smooth (halus), granular (bergerigi), rough
(kasar), crystalline (berkristal), dan honeycombed (berpori). Bentuk butiran agregat dapat
dibedakan menjadi: rounded (bulat), irregular (bulat sebagian), flaky (pipih), angular
(bersudut), elongated (lonjong), dan flaky and elongated (pipih dan lonjong). Agregat
dengan permukaan kasar lebih disukai daripada agregat dengan permukaan halus karena
tekstur permukaan kasar dapat meningkatkan rekatan sekaligus kuat tekan beton.
Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih dan lonjong hanya dapat
dipakai,apabila jumlah butir-butir pipih dan lonjong tersebut tidak melampaui 20 % dari
berat agregat seluruhnya.

Sifat-Sifat Mekanik Agregat


Daya Lekat (Bond)
Bentuk butir dan tekstur permukaan agregat akan mempengaruhi kekuatan beton terutama
beton mutu tinggi. Tekstur lebih kasar akan menyebabkan daya lekat lebih besar antara
partikel dengan pasta. Daya lekat baik ditandai dengan banyaknya partikel agregat yang
pecah dalam beton akibat pengujian kuat tekan. Tetapi terlalu banyak partikel agregat
yang pecah menandakan bahwa agregat terlalu lemah.
Kekuatan
Kekuatan yang dibutuhkan pada agregat lebih tinggi daripada kekuatan beton karena
tegangan sebenarnya yang terjadi pada masing-masing partikel lebih tinggi daripada
tegangan nominal yang diberikan. Pengijian kekuatan agregat dapat dilakukan secara
langsung yaitu dengan cara membentuk benda uji silinder dari batuan induk, dengan cara
pengeboran. Sampel yang telah dibor kemudian dipotong sehingga terbentuk benda uji
silinder dengan tinggi 2 kali diameter. Kemudian dilakukan pengujian tekan dengan
3

Compression Testing Machine. Kuat tekan agregat batu hitam (andesite) biasanya berkisar
antara 600-1800 kg/cm2. Pada pembuatan beton mutu tinggi, kuat tekan batu yang
digunakan harus lebih besar dari kuat tekan beton yang direncanakan.

Kekerasan
Kekerasan agregat sangat diperlukan khususnya pada beton untuk struktur jalan atau pada
lantai beton yang memikul beban lalu lintas yang berat. Kekerasan agregat dapat diukur
dengan Los Angeles Test.
Toughness (Keuletan)
Keuletan merupakan daya tahan agregat terhadap pecah akibat tumbukan, pengukuran
keuletan biasanya dilakukan dengan uji kejut. Benda uji merupakan silinder tipis yang
dijatuhi hammer.

Sifat-sifat Fisik Agregat


Specific Gravity (Berat Jenis)
Berat jenis agregat adalah perbandingan berat agregat di udara dari suatu unit volume
terhadap berat air dengan volume yang sama.
Pengukuran berat jenis dapat dilakukan pada 3 kondisi :
1. Apparent Specific Gravity (berat jenis absolut) yaitu perbandingan berat agregat tanpa
pori di udara dengan volumenya
2. Bulk Specific Gravity (Saturated Surface Dry) yaitu perbandingan berat agregat,
termasuk berat air dalam pori dengan volumenya
3. Bulk Specific Gravity (Dry) yaitu perbandingan berat agregat, termasuk pori di udara
dengan volumenya.
Apparent specific gravity berkisar antara 2,5-2,7
Bulk Density (Berat Volume)
Berat volume adalah berat aktual yang akan mengisi suatu penampung/wadah dengan
volume satuan. Berat volume diukur dalam kondisi padat dan gembur.
Porositas dan Absorpsi
Porositas dan absorpsi mempengaruhi daya lekat antara agregat dengan pasta, daya tahan
4

terhadap abrasi, dan mempengaruhi nilai specific gravity. Absorpsi agregat ditentukan
dengan pengurangan berat dari kondisi SSD ke kondisi kering oven. Sehingga
perbandingan antara pengurangan berat tersebut dengan berat kering dalam persen disebut
absorpsi agregat. Skema kelembaban agregat dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Skema Kelembaban Agregat

Kadar Air
Berbeda dengan absorpsi yang nilainya tetap sedangkan kadar air nilainya berubah ubah
sesuai dengan kondisi cuaca. Kadar air ditentukan dengan pengurangan berat agregat dari
kondisi tertentu ke kondisi kering oven. Kadar air adalah perbandingan antara
pengurangan berat tersebut terhadap berat kering dalam persen. Pengukuran kadar air
sangat diperlukan pada pelaksanaan pencanpuran beton sehingga kelecakan dan faktor air
semen adukan beton tetap seperti yang direncanakan semula.

Bahan-Bahan yang Merusak Beton


Ada tiga katagori bahan-bahan yang bersifat merusak beton yang terdapat pada agregat
antara lain:
1. Kotoran yang akan mengganggu proses hidrasi semen
2. Kotoran yang menyelimuti permukaan agregat akan mengakibatkan lemahnya lekatan
antara permukaaan agregat dengan pasta.
3. Bahan-bahan yang lemah yang bercampur dengan agregat
Jenis pemeriksaan terhadap bahan-bahan yang merusak beton antara lain :
Kandungan Bahan Organik
Kandungan bahan organik biasanya terdapat pada agregat alam terutama pasir yang
berupa humus. Kandungan bahan organik pada pasir harus berada dalam batas toleransi
5

tertentu, hal ini dapat diperiksa dengan colorimetric test. Sampel pasir diisi kedalam botol
kemudian dicampur dengan larutan NaOH 3 %, dibiarkan selama 24 jam kemudian
dibandingkan dengan warna standar. Apabila warna yang terjadi lebih tua berarti pasir
mengandung bahan organik yang dapat merusak beton.
Kandungan Lumpur
Lumpur yang terdapat pada agregat dapat menutupi permukaan agregat, sehingga akan
menghambat lekatan (bond) antara agregat dengan pasta semen. Yang dimaksud dengan
lumpur adalah bahan yang lolos saringan No 200 (75 m m).
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 %, sedangkan agregat kasar
tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %.

Gradasi Agregat
Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran agregat. Dapat juga disebut
pengelompokan agregat dengan ukuran yang berbeda sebagai persentase dari total agregat
atau persentase kumulatif butiran yang lebih kecil atau lebih besar dari masing-masing
seri bukaan saringan. Gradasi agregat juga berguna untuk menentukan proporsi agregat
halus terhadap total agregat. Gradasi agregat akan mempengaruhi luas permukaan agregat
yang sekaligus akan mempengaruhi jumlah pasta/air yang akan digunakan. Sehingga
agregat yang lebih besar cenderung memerlukan pasta/air yang lebih sedikit karena luas
permukaannya lebih kecil.
Apabila ditinjau dari volume pori (ruang kosong) antara agregat maka ukuran butir yang
bervariasi akan mengakibatkan volume pori lebih kecil dengan kata lain kemampatan
menjadi tinggi. Hal ini berbeda dengan ukuran agregat yang seragam yang akan
mempunyai volume ruang kosong yang lebih besar.
Gradasi agregat dapat digolongkan menjadi 3 macam :
1. Gradasi kontinu, dimana ukuran butiran pada agregat kasar dan halus bervariasi mulai
dari ukuran yang terbesar sampai ukuran yang terkecil, seperti terlihat pada gambar 3.2.a.
Gradasi ini merupakan gradasi standar yang secara umum dipakai untuk campuran beton.
2. Gradasi seragam, dimana ukuran butiran hampir sama baik pada agregat halus maupun
di agregat kasar, seperti terlihat pada gambar 3.2.b. Gradasi agregat jenis ini pada
umumnya didapati pada agregat untuk beton ringan.
6

3. Gradasi celah, merupakan suatu gradasi dimana salah satu atau lebih agregat dalam
ukuran tertentu tidak ada, seperti terlihat pada gambar 3.2.c. Gradasi agregat jenis ini
biasanya terdapat pada pasir yang terlalu halus atau terlalu kasar Dalam kurva gradasi,
ditandai dengan adanya garis horizontal.

a.

b.

c.

Gambar 3.2. Macam Gradasi Agregat

Gradasi Standar
Terdapat beberapa gradasi standar untuk agregat antara lain terdapat pada American
Society for Testing and Material (ASTM), British Standard (BS), Standar Nasional
Indonesia (SNI). Pada dasarnya susunan dan ukuran saringan yang digunakan hampir
sama.
Gradasi standar agregat halus dan agregat kasar menurut ASTM C-33 masing-masing
terlihat pada Tabel 3.1. dan Tabel 3.3. Sedangkan gradasi standar agregat halus dan
agregat kasar menurut British Standar masing-masing terlihat pada Tabel 3.2 dan Tabel
3.4.
Tabel 3.1. Gradasi Standar Agregat Halus (ASTM-C33)

Ukuran Saringan (mm) Persentase Lolos


9,5 100
4,75 95-100
2,36 (No 8) 80-100
1,18 (No 16) 50-85
0,6 (No 30) 25-60
0,3 (No 50) 10-30
0,15 (No 100) 2-10
Pan
7

Tabel 3.2. Gradasi Standar Agregat Halus (BS 882)

Ukuran Saringan (mm) Persentase Lolos


10 100
5 89-100
2,36 60-100
1,18 30-100
0,6 15-100
0,3 5-70
0,15 0-15
Pan

Tabel 3.3. Gradasi Standar Agregat Kasar (ASTM-C33)

Ukuran Saringan Persentase Lolos


(mm) 37,5-4,75 19,0-4,75 12,5-4,75
50 100 - -
38,1 95-100 - -
25 - 100 -
19 35-70 90-100 100
12,5 - - 90-100
9,5 10-30 20-55 40-70
4,75 0-5 0-10 0-15
2,36 - 0-5 0-5
Pan

Tabel 3.4. Gradasi Standar Agregat Kasar (ASTM-C33)

Ukuran Saringan Persentase Lolos


(mm) 40mm-5mm 20mm-5mm 14mm-5mm
50 100 - -
37,5 90-100 100 -
20 35-70 90-100 100
14 - - 90-100
10 10-40 30-60 50-85
5 0-5 0-10 0-10
2,36 - - -
Pan

Berdasarkan gradasi standar agregat kasar pada Tabel 3.3. dan Tabel 3.4 maka untuk
keperluan perancangan campuran beton dapat dilakukan pencampuran dari beberapa
8

fraksi agregat. Misalnya untuk agregat kasar ukuran 37,5 mm-4,75 mm pada ASTM,
dapat dilakukan pengelompokan seperti pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Pengelompokan Agregat

Ukuran Saringan Lolos (%) Tertahan (%)


38,1 mm 100 0
19 mm 50 50
9,5 mm 20 30
4,75 mm 0 20

Dari tabel 3.5. dapat diartikan ukuran agregat 19-38,1 mm 50 % dari berat agregat,
ukuran 9,5-19 mm 30 % dari berat agregat, dan ukuran 4,75-9,5 mm 20 % dari berat
agregat.

Modulus Kehalusan Agregat


Modulus kehalusan (fineness modulus) merupakan suatu indek yang dipakai untuk
menjadi ukuran kehalusan atau kekasaran butir-butir agregat. Semakin halus agregat
maka modulus kehalusannya semakin kecil dan sebaliknya.
Modulus kehalusan didefinisikan sebagai jumlah persen kumulatif dari agregat yang
tertinggal diatas suatu set ayakan dan kemudian dibagi seratus. Set ayakan yang dimaksud
sebagai berikut: 38,1 mm, 19 mm, 9,5 mm, 4,75 mm, 2,36 mm, 1,18 mm, 0,6 mm, 0,3
mm, dan 0,15 mm. Pada umumnya pasir mempunyai modulus kehalusan 1,5-3,8. (SNI)
Sedangkan agregat kasar pada umumnya mempunyai modulus kehaluasan 6-7,1. Nilai
modulus kehalusan juga mempengaruhi persentase agregat halus terhadap total agregat.
Contoh pemeriksaan modulus kehalusan pasir dan kurva gradasi pasir masing-masing
dapat dilihat pada Tabel 3.6. dan Gambar 3.3.
9

Tabel 3.6. Pemeriksaan Modulus Kehalusan Pasir

Æ Saringan Tertahan % Tertahan Kumulatif % Lolos Standar


(mm) (gr) Tertahan ASTM
9,5 0,0 0.0 0,0 100 100
4,75 0,0 0,0 0,0 100 95-100
2,36 41,9 7,0 7,0 93 80-100
1,18 168,2 28,0 35,0 65 50-85
0,6 172,7 28,8 63,8 36,2 25-60
0,3 133,8 22,3 86,1 13,9 10-30
0,15 66,2 11,0 97,1 2,9 2-10
pan 17,2 2,9 100 0,0 -

600 100 FM= 2,89

Gambar 3.3. Kurva Gradasi Agregat Halus

Dari Gambar 3.3. terlihat bahwa kurva gradasi agregat halus berbentuk kurva S, demikan
pula halnya dengan kurva gradasi agregat kasar cenderung berbentuk kurva S. Sehingga
kurva gradasi agregat gabungan akan berbentuk kurva cekung seperti pada Gambar 3.4.
Contoh perhitungan gradasi agregat gabungan dengan persentase agregat halus 36 % dan
persentase agregat kasar 64 % dapat dilihat pada tabel 3.7.
10

Tabel 3.7. Perhitungan Gradasi Agregat Gabungan

Ukuran Tertahan Tertahan Gab. Kum. Tertahan Lolos


Saringan % % % %
(mm)
37,5 0 0 0 100
19 45 28,8 28,8 71,2
9,5 30 19,2 48,0 52
4,75 25 16 64,0 36
2,36 11,95 4,30 68,3 31,7
1,18 21,72 7,82 76,12 23,88
0,6 24,78 8,92 85,04 14,96
0,3 23,18 8,34 93,38 6,62
0,15 12,57 4,52 97,9 2,1
<0,15 5,8 2,09 100 0

Gambar 3.4. Kurva Gradasi Agregat Gabungan


11

Anda mungkin juga menyukai