Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aspal
Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau cokelat tua,
pada temperature yang berbentuk padat sampai agak padat. Jika dipanaskan
sampai suatu temperature tertentu aspal dapat menjadi lunak/cair sehingga
dapat membungkus partikel agregat pada waktu pembuatan aspal beton atau
dapat masuk dalam pori pori yang ada pada penyemprotan/penyiraman pada
perkerasan macadam ataupun peleburan. Jika temperature mulai turun, aspal
akan mengeras dan mengikat agregat pada tempatnya (Sukirman,1993).
Aspal yang dipergunakan pada konstruksi perkerasan jalan berfungsi
sebagai bahan pengikat dan bahan pengisi. Bahan pengikat, memberikan
ikatan yang kuat antara aspal dan agregat dan atara aspal itu sendiri.
Sedangkan sebagai bahan pengisi yakni mengisi rongga antara butir-butir
agrgat dan pori-pori yang ada dari agregat itu sendiri. Untuk memenuhi kedua
fungsi aspal itu dengaan baik, maka aspal haruslah memiliki sifat adhesi dan
kohesi yang baik, memberikan sifat fleksibel pada caampuran, membuat
permukaan jalan menjadi kedap air serta pada saat dilaksanakannya
mempunyai tingkat kekentalan tertentu. Bahan aspal harus memenuhi
persyaratan sebagaimana yang ditentukan pada pedoman Kementrian PU
Tahun 2018 seperti pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Persyaratan Aspal Keras

(Sumber : Kementrian PU dan Perumahan Rakyat, 2018)


Fungsi kandungan aspal dalam campuran juga berperan sebagai selimut
penyelubung agregat dalam bentuk tebal film aspal yang berperan menahan
gaya geser permukaan dan mengurangi kandungan pori udara yang lebih
lanjut, juga berarti mengurangi penetrasi air dalam campuran. Pemeriksaan
aspal terdiri atas 6 pemeriksaan yaitu, pemeriksaan penetrasi, pemeriksaan
titik lembek, pemeriksaan titik nyala, pemeriksaan kehilangan berat,
pemeriksaan daktilitas aspal, dan pemeriksaan berat jenis aspal.

2.2 Agregat
Agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir, atau
mineral lainnya berupa hasil alam atau buatan. Batuan juga didefinisikan
sebagai suatu bahan yang terdiri dari mineral padat, berupa massa berukuran
besar (ASTM, 1974). Kandungannya berkisar antara 90%-95% dari berat
total atau 75%-85% agregat berdasarkan presentase volume. Dengan
demikian daya dukung keawetan dan mutu perkerasan jalan ditentukan juga
dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain. Agregat
dapat diperoleh sacara alami adalah pasir, keikil dan batu. Kebanyakan
agregat memerlukan beberapa proses seperti dipecah, dicuci sebelum agregat
tersebut bisa digunakan dalam campuran aspal.
Jenis agregat dibagi menjadi dua, yaitu agregat kasar dan agregat halus.
Agregat kasar adalah agregat yang tertahan di atas saringan 2,36 mm, atau
saringan No.8 menurut saringan ASTM. Fraksi agregat kasar untuk keperluan
pengujian harus terdiri atas batu pecah atau kerikil pecah dan harus
disediakan dalam ukuran normal. Sedangkan agregat halus dapat berupa
pasir, batu pecah, atau kombinasi dari keduanya. Agregat halus adalah
material yang pada prinsipnya lolos saringan 2,36 mm, dan tertahan di
saringan 75 µm atau saringan No.200.
Agregat kasar yang mempunyai bentuk butiran (particle shape) yang
bulat memudahkan proses pemadatan, tetapi rendah stabilitasnya, sedangkan
yang berbentuk menyudut (angular) sulit dipadatkan tetapi mempunyai
stabilitas yang tinggi. Agregat kasar harus mempunyai ketahanan terhadap
abrasi bila digunakan sebagai campuran wearing course, untuk itu nilai nilai
yang menjadi persyaratan harus memenuhi persyaratan agregat kasar menurut
Pedoman Kementrian PU tahun 2018 sebagai berikut :
Tabel 2.2 Persyaratan Slag Dan Agregat Kasar

(sumber : Pedoman Kementrian PU dan Perumahan Rakyat tahun 2018)

Selain persyaratan tentang agregat kasar, ada pula persyaratan yang


menyatakan tentang nilai nilai yang harus dipenuhi oleh agregat halus. Pada
pedoman Kmentrian PU menjelaskan bahwa fraksi slag halus berupa
penyaringn slag hasil pecah mesin, sedangkan agregat halus dapat berupa
batu pecah atau pasir alam dengan penggunaannya maksimum sebanyak 15%
terhadap berat total campuran. Fraksi slag dan agregat halus harus memenuhi
persyaratan sebgaimana yang disajikan pada tabel berikut :
Tabel 2.3 Persyaratan Slag dan Agregat Halus

(sumber : Pedoman Kementrian Pu dan Perumahan Rakyat, 2018)

Untuk gradasi campuran, persyaratan gradasi campuran beraspal panas


bergradasi menerus menggunakan slag untuk setiap jenis campuran
ditunjukkan dalam tabel berikut bahwa gradasi setiap jenis campuran tersebut
harus termasuk agregat (bila digunakan).
Tabel 2.4 persyaratan gradasi campuran beraspal panas
bergradasi menerus menggunakan slag

(sumber : Pedoman Kementrian PU dan Perumahan rakyat, 2018)

2.3 Campuran AC-BC (Asphalt Concrete – Binder Course)


Salah satu produk campuran aspal yang kini banyak digunakan oleh
Departemen Pekerjaan umum adalah AC-BC (Asphalt Concrete - Binder
Course) / Lapis Antara Aspal Beton. AC-BC adalah salah satu dari tiga
macam campuran lapis aspal beton yaitu AC-WC, AC-BC dan AC-
Base.Ketiga jenis Laston tersebut merupakan konsep spesifikasi campuran
beraspal yang telah disempurnakan oleh Bina Marga bersama- sama dengan
Pusat Litbang Jalan. Fungsi dari lapis antara adalah mengurangi tegangan
pada lapis perkerasan dan menahan beban maksimum lalu lintas

Gambar 2.1 Lapisan Laston


Penggunaan AC-BC yaitu untuk lapis antara (kedua dari atas) dalam
perkerasan dan mempunyai tekstur yang lebih kasar dibandingkan dengan
jenis laston AC-WC. Pada umumnya campuran yang akan digunakan harus
memenuhi ketentuan-ketentuan berikut :
Tabel 2.5 Persyaratan Sifat Sifat Campuran Laston Menggunakan Slag

(sumber : Pedoman Kementrian PU dan Perumahan Rakyat, 2018)

Tebal padat setiap lapisan perkerasan beraspal hasil penghamparan


harus sama atau lebih besar dari tebal rancangan yang ditentukan dalam
gambar dengan tebal nominal minimum sesuai yang dipersyaratkan pada
tabel berikut ini. Adapun toleransi tebal untuk setiap lapisan campran
beraspal adalah :
Tabel 2.6 Ketentuan Tabel nominal minimum laston dan laston
modifikasi menggunakan slag

(sumber : Pedoman Kementrian PU dan Perumahan Rakyat, 2018)

2.4 Analisa Saringan


Pemeriksaan ini di maksudkan untuk menentukan gradasi butir agregat
kasar dan agregat halus dengan menggunakan saringan. Gradasi agregat
adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Bila butir – butir agregat
memepunyai ukuran yang sama, makan volume pori akan besar. Sebaliknya
bila ukuran butirnya bervariasi akan terjadi volume pori di antara butiran
yang lebih besar, sehingga pori – porinya menjadi sedikit, dengan kata lain
kemampatannya tinggi.
Analisa saringan adalah suatu kegiatan analisis yang di gunakan untuk
menentukan presentase butiran agregat yang lolos dalam satu set saringan
yang angka presetase komulatif di gambarkan pada grafik bagian butir.
Ukuran butir yang maksimum dari agregat yang ditunjukkan dengan saringan
terkecil dimana agregat tersebut bisa lolos 100%. Ukuran nominal maksimum
agregat adalah ukuran saringan yang terbesar dimana diatas saringan tersebut
terdapat sebagian besar agregat yang tertahan. Ukuran butiran maksimum dan
gradasi agregat di kontrol oleh spesifikasi. Susunan dari butiran agregat
sangat berpengaruh dalam perencanaan suatu perkerasan. Saringan yang biasa
di gunakan adalah saringan menurut standart ASTM amerika. Setiap standrad
mempunyai ukuran berbeda satu sama lainnya. Meskipun demikian biasanya
dapat di ambil ukuran ukuran lubang yang berdekatan. Saringan utama terdiri
dari saringan ukuran 4”, 3”, 1”, ¾”, ½”, 3/8”, no. 4, no. 8, no. 16, no. 30,
no.50, no. 100, no. 200.

2.5 Berat Jenis dan penyerapan Agregat


Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan massa
air dengan volume sanna pada suhu yang sama. Sedangkan penyerapan
adalah kemampuan agregat untuk menyerap air dalam kondisi kering sampai
dengan kondisi jenuh permukaan kering (SSD = saturated surface dry).
Untuk menentukan berat jenis efektif agregat harus di hitung terlebih dahulu :
1. Berat jenis curah ( bulk specific gravity )
Ialah perbandingan antara berat agregat kering dan air suling yang isinya
sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suatu suhu tertentu
2. Berat jenis jenuh kering permukaan ( saturated dry – ssd )
Yaitu perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh pada
suhu tertentu
3. Berat jenis semua ( apparent specific gravity )
Perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya
sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu tertentu
4. Penyerapan agregat
Presentase berat air yang dapat di serap pori terhadap berat agregat kering

Rumus Perhitungan
Perhitungan berat jenis dan penyerapan agregat kasar di berikan sebagai
berikut:
1. Berat jenis curah ( bulk specific gravity )
Bk
Bj−Ba
2. Berat jenis kering permukaan jenuh ( saturated dry – ssd )
Bj
Bj−Ba
3. Berat jenis semu ( apparent specific gravity )
Bk
Bj−Ba
4. Penyerapan
Bj−Bk
x 100 %
Bk
Bk = berat benda uji kering oven ( gr )
Bj = berat benda uji kering permukaan jenuh ( gr )
Ba = berat benda uji kering permukaan jenuh dalam air ( gr )

2.6 Keausan Agregat Dengan Mesin Los Angeles Abration Test


Daya tahan agregat adalah ketahanan agregat untuk tidak hancur oleh
pengaruh mekanis ataupun kimia. Degradasi di definisikan sebagai
kehancuran agregat menjadi partikel partikel yang lebih kecil akibat pengaruh
mekanis yang di berikan pada waktu penimbunan pemadata ataupun oleh
beban lalulintas. Tujuannya yaitu mengetahui, menentukan dan memahami
keausan agregat. Kami menggunakan referensi SNI 2417:20008 “cara uji
keausan dengan mesin abrasi los angeles”
Disintegrasi di definisikan sebagai pelapukan pada agregat menjadi
butir butir halus akibat pengaruh kimiawi seperti kelembapan, kepanasan,
ataupun perbedaan temperatur sehari hari. Dengan mesin los angeles, hal
yang dapat di uji adalah pengaruh mekanis atau degradasi saja. Sedangkan
disintegrasi dengan metode uji yang lain.
Faktor yang mempengaruhi tingkat degredasi adalah :
a) Jenis agregat
b) Gradasi agregat
c) Bentuk agregat
d) Ukuran agregat Perhitungan kadar air agregat :

b . benda uji−b . benda uji tertahan saringan no.12


% keausan agregat = x 100
b . benda uji semula

2.7 Uji Penetrasi Aspal


Penetrasi aspal adalah salah satu cara yang digunakan dalam
pengolompokan aspal, yang apabila niali penetrasi aspal besar maka aspal itu
akan semakin lembek, sebaliknya semakin kecil nilai penetrasi aspal, maka
semakin rendah/keras. Dalam penggunaan dilapangan, nilai penetrasi ini
disesuaikan dengan suhu lingkungan.
Pengujian penetrasi ini bertujuan untuk menentukan penetrasi Bitumen
keras atau lembek (solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum
penetrasi yang memiliki ukuran tertentu, beban dan waktu tertentu kedalam
bitumen pada suhu tertentu juga. Tingkat kekerasan ini merupakan klasifikasi
aspal. Pengujian ini disesuaikan dengan PA-301-76 atau (AASTHOT-45-68)
atau (ASTM D-71).
Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan
senyawa hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor.
Aspal sebagai bahan pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai sifat
viskoelastis. Aspal berasal dari alam atau dari pengolahan minyak bumi. Sisa
residu minyak bumi ini dijadikan beberapa jenis aspal, yaitu :
1. Blow aspal
2. Aspal keras / aspal semen / aspal panas
3. Aspal cair
4. Aspal emulsi

Sifat sifat aspal dapat dibedakan menjadi :


1. Sifat mekanis (rheologis)
Hubungan antara tegangan dan regangan aspal yang merupakan fungsi
waktu.
2. Sifat thermoplastic
Viskositas (kekentalan) aspal berubah ubah sesuai perubahan suhu.
3. Sifat durabilitas
Daya tahan aspal untuk mempertahankan sifat asli aspal terhadap
perubahan yang diakibatkan oleh cuaca; dan proses pengerjaan perkerasan
(pencampuran, penghamparan, pemadatan).
4. Sifat adhesi dan kohesi
Adhesi adalah kemampuan aspal untuk mengikat agregat dalam campuran.
Kohesi adalah kemampuan aspal untuk tetap mempertahankan ikatan antr
agregat tetap pada tempatnya (stabil). Kohesi adalah ikatan di dalam
molekul aspal untuk tetap mempertahankan agregat tetapdi tempatnya
setelah terjadi pengikatan. Hilangnya ikatan atau adhesi fisik dari suatu
campuran aspal disebabkan oleh melemahnya ikatan antara agregat dan
aspal.

2.8 Uji Titik Lembek Aspal


Aspal adalah material yang bersifat termoplastik yang secara bertahap
mencair, sesuai dengan pertambahan suhu dan berlaku sebalik nya pada
pengurangan suhu. Namun ketika perilaku material aspal tersebut terhadap
suhu pada prinsipnya membentuk suhu spectrum/beragam, tergantung dari
komposisi unsur-unsur penyusunnya.
Titik lembek adalah suhu pada saat bola baja dengan berat 3,5 ± 0,05
gram, jatuh terhadp lapisan aspal yang tertahan dalam cincin berdiameter
23,026 mm sehingga aspal tersebut menyentuh pelat dasar yang terletak di
bawah cincin pada ketinggian 25,4 mm, sebagai akibat kecepatan pemanasan
5°C permenit. Percobaan ini diciptakan karena pelembekan bahan-bahan
aspal tidak terjadi secara sekejap pada suhu tertentu, tapi lebih kepada
perubahan suhu. Oleh sebab itu, prosedur yang dugunakan untuk menentukan
titik lembek aspal hendaknya mengikuti sifat dasar tersebut, artinya
penambahan suhu pada pengujian ini hendaknya berlangsung secara gradual
dalam jenjang yang halus, metode ring and ball yang umumnya ditetapkan
paada bahan aspal ini dapat mengukur titik lembek bahan semi padat sampai
padat.
Titik lembek sangat penting digunakan pada saat pengaspalan hotmix.
Pada pengerjaan di lapangan titik lembek diperlukan pada saat pencampuran
antara aspal dengan agregat, karena pada kondisi panas, aspal memerlukan
suhu tertentu untuk mencapai panas optimum sehingga pencampuran antara
aspal dan agregat dapat tercapai dan tidak terjadi bleeding. Bila pemadatan
dilakukan pada kondisi panas maka akan menyebabkan sulitnya tercapai
kepadatan yang optimal Karen acampuran selalu bergerak bila dipadatkan.
Hubungan terhadap pelaksanaan bersama- sama dengan penetrasi adalah :
1. Dalam pencampuran, penghamparan, dan pemadatan
2. Suhu luar dan kecepataan lalu lintas.
Bila pemadatan dilakukan pada kondisi terlalu dingin dapat
mengakibatkan terjadi keretakan rongga-rongga yang tidak terkendali,
campuran menjadi tidak homogeny mengakibatkan kepadatan titik optimal
dan pencampuran susah dilakukan. Titik lembek dapat digunakan untuk
menentukan penetration index (PI) dengan rumus :
(20−500 A ) ( log pen 25 0 C−log 800 )
PI = ; A=
( 1+50 A ) 25−TL
Dimana:
PI = Penetration Index (-1 < PI <+1)
Pen = Angka Penetrasi TL = Titik Lembek
Persyaratan titik lembek asapal keras yang digunakan sebagai campuran
laston berdasarkan Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (revisi II) sebagai
berikut: Tabel 2.1 Persyaratan Titik Lembek Aspal Keras sebagai campuran
Laston.

Tabel 2.7 persyaratan titik lembek aspal keras sebagai campuran


laston

2.9 Marshall Test


2.9.1. Parameter marshall
Alat marshall merupakan alat tekan yang di lengkapi dengan
proving ring yang berkapasitas 22,5 kN atau 5000 lbs. Proving ring di
lengkapi dengan arloji pengukur yang berguna untuk mengukur
stabilitas campuran. Di samping itu terdapat arloji kelelehan (flow
meter) untuk mengukur kelelehan plastis, karena prinsip dasar metode
marshall adalah pemeriksaan stabilitas dan kelelehan (flow), serta
analisis kepadatan dan pori dari campuran padat yang terbentuk.
Rancangan campuran berdasarkan metode marshall di temukan oleh
bruce marshall, dan telah di standarisasi oleh ASTM ataupun AASHTO
melalui beberapa modifikasi, yaitu ASTM D 1559-76, atau AASHTO
T- 245-90. Secara garis besar, pengujian marshall ini meliputi:
1. Persiapan benda uji
2. Penentuan berat jenis bulk dari benda uji
3. Pemeriksaan nilai stabilitas dan flow.

2.9.2. Perhitungan dalam marshall


Adapun dasar perhitungan yang menjadi acuan dalam analisa data
yaitu mengacu pada SNI 06-2489-1991 Asphalt institute sebagai
berikut:
1. Berat jenis aspal
Pemeriksaan berat jenis aspal di laboratorium (specific gravity test)
adalah perbandingan antara berat aspal dan berat air suling dengan
isi yang sama pada suhutertentu (25°C atau 15,6°C). Pengujian ini
diperlukan pada saat pelaksanaan untukkonversi dari berat ke
volume atau sebaliknya.
Berat jenis = (𝐶 − 𝐴) (𝐵 − 𝐴) − (𝐷 − 𝐶) Keterangan:
A = Massa piknometer dan penutu
B = Massa piknometer dan penutup berisi air C = Massa piknometer,
penutup dan benda uji
D = Massa piknometer, penutup, benda uji, dan air

2. Berat jenis dan penyerapan agregat


Agregat total teridiri atas fraksi-fraksi agregat kasar, agregat
halus, dan bahan pengisi (filler) yang masing masing mempunyai
berat jenis yang berbeda, baik berat jenis kering dan berat jenis
semu. Penyerapan terhadap air dan berat jenis efektifnya juga
berbeda antara agregat kasar dan agregat halus.
a. Berat jenis kering
A
Sd=
B−C
b. Berat jenis semu
A
Sd=
A−C
c. Berat jenis air
B− A
Sw= x 100 %
A
d. Berat jenis efektif
Sa+ Sd
Bj . efektif =
2

3. Rongga dalam agregat (VMA = Void in Minerale Agregate)


Rongga antar mineral agregat (VMA) adalah ruang rongga
diantara partikelagregat pada suatu perkerasan, termasuk rongga
udara dan volume aspal efektif (tidak termasuk volume aspal yang
diserap agregat). VMA dapat dihitung dengan rumus berikut:

( 100−% aspal ) x berat volume benda uji


VMA=100
berat jenis agregat

keterangan :
VMA = rongga udara pada mineral agregat (%)
% aspal = kadar aspal terhadap campuran (%)
Bj. Agregat = berat jenis aktif

4. Rongga dalam campuran (VIM = Void In Mix)


Rongga udara dalam campuran (VIM) dalam campuran
perkerasan aspal terdiri atas ruang udara diantara partikel agregat
yang terselimuti aspal. Volume rongga udara dalam campuran dapat
ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

( 100−% aspal ) x berat volume benda uji


VMA=100
berat jenis agregat
Keterangan :
VIM = rongga uadara pada campuran setelah pemadatan (%)
Bj. Teoritis = berat jenis campuran maksimum teoritis
setelah pemadatan (gr/cc)

5. Rongga terisi aspal (VFWA = Volume Of Voids Filled With Asphalt)


Rongga terisi aspal adalah persen rongga yang terdapat di
antara partikel agregat (VMA) yang terisi oleh aspal, tidak termasuk
aspal yang diserap oleh agregat.
VMA−VIM
VFWA=100
VMA
Keterangan :
VFWA = rongga udara terisi aspal (%)
VMA = rongga uadara pada mineral agregat (%)
VIM = rongga uadara pada campuran setelah pemadatan (%)

6. Stabilitas
Stabilitas adalah kemampuan lapis keras dalam menahan
beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk yang permanen,
dinyatakan dalam kg. Pengukuran stabilitas dengan uji marshall
ddiperlukan untuk mengetahui kekuatan tekan geser dari sampel
yang ditahan dua sisi kepala penekan, dengan nilai stabilitas yang
cukup tinggi diharapkan perkerasan dapat menahan beban lalu lintas
tanpa terjadi kehancuran geser.
Nilai stabilitas diperoleh berdasarkan nilai masing-masing
yang ditunjukkan oleh jarum arloji. Untuk nilai stabilitas, nilai yang
ditunjukkan pada arloji perlu dikonversi terhadap alat marshall. Hasil
pembacaan di arloji stabilitas harus dikalikaan dengan nilaai
kalibrasi proving ring yang digunakan pada alat marshall. Alat
marshall yang digunakan mempunyai niali kalibrasi proving ring
sebesar 15,9. Selanjutnya, nilai tersebut uga harus disesuaikan
dengan angka koreksi terhadap ketebalan benda uji.
Tabel 2.8 Angka Koreksi Terhadap Ketebalan Benda Uji

7. Kelelehan (Flow)
Nilai flow ditunjukkan oleh jarum arloji pembacaan flow pada
alat marshall. Untuk arloji pembacaan flow, niali yang didapat sudah
dalam satuan mm, sehingga tidak perlu dikonversi lebih lanjut.

8. Marshall Quotient
Marshall quotient dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan
sebagai berikut :
MS
MQ=
MF
Keterangan :
MQ = marshall quontient
MS = marshall stability (kg)
MF = flow marshall (mm)

Anda mungkin juga menyukai