Anda di halaman 1dari 16

TUGAS PERENCANAAN PERKERASAN JALAN 3

Dosen :
Siti Asyiah, M.T.

Nama :
Ari mustofa (3336160004)

JURUSAN TEKNIK SIPIL - FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON - BANTEN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Perkerasan jalan raya adalah bagian jalan raya yang diperkeras dengan lapis
konstruksi tertentu, yang memiliki ketebalan, kekuatan, dan kekakuan, serta
kestabilan tertentu agar mampu menyalurkan beban lalu lintas diatasnya ke tanah
dasar secara aman. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di
antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan
pelayanan kepada sarana transportasi, dan selama masa pelayanannya diharapkan
tidak terjadi kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan
mutu yang diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan pengolahan
dari bahan penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan.
Fungsi perkerasan jalan, adalah:
1. Untuk memberikan permukaan rata / halus bagi pengendara.

2. Untuk mendistribusikan beban kendaraan di atas formasi tanah secara memadai,


sehingga melindungi tanah dari tekanan yang berlebihan.
3. Untuk melindungi formasi tanah dari pengaruh buruk perubahan cuaca.
Elemen – elemen struktural utama dalam pembangunan jalan meliputi:
1. Timbunan.
2. Pondasi dibawah timbunan.
3. Galian.
4. Perkerasan jalan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi pelayanan
1. Fungsi jalan
2. Kinerja perkerasan.
3. Umur rencana.
4. Lalu lintas yang merupakan beban dari perkerasan jalan.
5. Sifat tanah dasar.
6. Kondisi lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bahan Perkerasan Jalan Lentur

Bahan penyusunperkerasan lentur terdiri dari aspal, agregat, danfiller. Bahan

bahan tersebut harus memenuhi persyaratan/spesifikasi yang telah ditetapkan Bina

Marga.

2.1.1 Aspal

Aspal adalah material yang bersifat "viscous liquid" tersusun dari campuran
hidrokarbon dan semua turunannya yang dapat larut dalam carbon disulfida Pada
dasamya aspal merupakan bahan yangtidak dapat menguap ("non volatile") dan
dapat berangsur-angsur menjadi lunak meleleh bila dipanaskaa Aspal juga berupa
material padat berwarna hitam atau coklat dan tidak tembus air ('"waterproof') serta
bersifat kohesif("cohesive properties").

Aspal dalam campuran perkerasan berfungsi sebagai bahan ikat antar agregat
Sebagai salah satu bahan perkerasan lentur, aspal merupakan salah satu komponen
kecil, umumnyahanya4 -10 % berdasarkan berat atau 10 - 15 % berdasarkan
volume, tetapi merupakan komponen yangrelatifmahal.

Menurutasalnya aspal dapat digolongkan menjadidua bagianseperti berikutini.

1. Aspal minyak ("petroleum bitumen")

Aspal minyak diperoleh dari hasil penyulingan minyak bumi. Oleh karena
derajat. kekerasan aspal inidapat di ukur dengan uji standar ("standard penetration
test"), makaaspal inijugadikenalsebagai'Tenetration Grade Bitumen".

2. Aspal alam / batuan ("rock asphalt")

Aspal batuan ini terdapat sebagai bagian yang tercampur dengan batuan (dalam
batuan) kapur atau pasir. Kadaraspal sangat bervariasi antara satu daerah dengan
daerah iaranya (4-12%).Pengolahannya dilakukan dengan carapenambangan batu
yang mengandung aspal kemudian di pecah-pecah dengan mesin pemecah batu
("stone crusher"). Aspal dikeluarkan dari celah mineral batuan dengan bahan
pelarut Hasil yang diperoleh kurang lebihmemiliki kadar aspal7%.

Aspal dibenmk olehunsur berikut ini:

a. asphaltenes, merupakan bagian utama dari aspal ('"body ofbitumen") dengan


berat molekul besar,

b. maltenes / resins, merupakan unsur yang memberikan efek adhesive (lekatan)


dan efek ductile (lentur) dengan beratmolekul sedang, dan

c. oils, mempunyai beratmolekul rendah sertamemberi efek viskositas dan efek


flow.

Berdasarkan unsur pembentuknya, aspal merupakan suspensi koloidal dari


asphaltenes dalam media minyak dengan resins berperan sebagai bahan pencegah
penggumpalan ataupencegahkoaguiasi.

2.1.2 Agregat

Agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah bulat, pasir atau mineral
lainnya baik berupa agregat hasil alam maupun hasil pengolahan (penyaringan,
pemecahan). Pada bahan perkerasan lentur agregat merupakan komponen utamanya
yaitu mengandung 90 - 95 % agregat berdasarkan persentase berat atau 75 - 85 %
agregat berdasarkanpersentasevolume. Dengan demikian, daya dukung, keawetan,
dan mutu perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran
agregat dengan bahan lain Pemilihan jenis agregat yang sesuai untuk dipergunakan
pada struktur perkerasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ukuran dan
gradasi, kekuatan dan kekerasan, tekstur permukaan, porositas, kelekatan terhadap
aspal dankebersihannya.

2.1.3 filler

Filler pada campuran beton aspal adalah bahan berbutir halus yang berfungsi
sebagai butiran pengisi rongga diantara partike1agregat kasardalam rangka
mengurangi besarnya rongga, meningkatkan kerapatan, dan stabilitas. Filler ini
didefinisikan
Sebagai fraksi debu minerallolos saringan no. 200 (0,075 mm) dapat berupa debu
batu kapur, debu dolamit, atau semen.2.4.4 Komposisi Bahan dalam Campuran
Komposisi bahan dalam campuran perkerasan diperoleh dari pengujian
laboratorium, selanjutnya didapat persentase bahan dalam campuran perkerasan (%
aspal,% agregat dan% rongga). Gambar 2.1 berikut memperlihatkan komposisi
bahan tersebut

Gambar2.1 Komposisi bahan dalam campuran

2.2 Lapis Permukaan Beraspal

Besaran rencana yang menyangkutpermukaan beraspal diperoleh dari dua sifat


penting yang sangat berpengamh terhadap kualitas campuran tersebut Kedua sifat
itu adalah karaktenstik kekakuan campuran lapis aspal ("Mix Stiffness
Characteristic") dan karakteristik kelelahan campuran ('Tatique Characteristic" ).
Selain dari kedua hal tersebut diatas, untuk bisa menggunakan grafik-grafik
penentuan tebal perkerasan dalam metoda SHELL 1978 ini masih diperlukan
sebuah data lagi, yaitu penetrasi aspal.

1. Mix Stiffness Characteristic

Kekakuan campuran dari permukaanberaspal hanya bergantung pada kekakuan


bahan ikat dan volume penyusunnya yang meliputi aspal, agregat dan rongga udara
Sedangkan untuk nilai kekakuan yang rendah, pada temperatur yang tinggi atau
pada waktu pembebanan yang panjang, selain bergantung pada kekakuan bahan ikat
dan perbandingan volume bahan penyusunnya, kekakuan campuran tersebut
jugabergantung pada gradasi agregat Untuk memudahkan dalam menentukan mix
code suatu campuran, disajikan pedoman sifat-sifat dari kelompokSI dan S2,
yaitu
a. Kelompok SI : campuran dengan perbandingan volume yang seimbang antara
agregat, bitumendan rongga udara

b. Kelompok S2 : campuran "open graded" dengan volume bitumen yang sedikit,


tetapi terdapat rongga udara yangrelatifbarryak.

Selain itu karakteristik campuran (SI dan S2) juga dapat ditentukan dengan
grafikMl dan M2 sebagaimanaterlihat pada lampiran 5 dan 6. Grafik Ml merupakan
hubungan antara kekakuan campuran (Smix) dan kekakuan bahan ikat aspal (Sbit),
sedangkan grafik M2 menunjukkan kekakuan campuran (Smix) dan temperature
pada waktupembebanan 0,02 detik 18

2. MixFatique Characteristic

Sebagaimanatelah diuraikan didepan,bahwa karakteristik keleiahan campuran


dibedakan menjadi dua kelompok Fl dan F2. Grafik karakteristik keleiahan ini
dapat dilihat padalampiran 7, yaitu grafik M3 dan M4. Pada perancangan tebal
perkerasan, metoda ini telah menyediakan suatu patokan sebagai gambaran dasar
untuk mempermudah dalam penentuan karakteristik keleiahan suatu campuran
aspal, yaitu :

Fl : campurandenganjumlah kandungan rongga udara antara 2% - 7%.

F2: campuran denganjumlahkandungan rongga udara relative banyak, yaitu lebih


besar

dari 7%.

2.3 Perancangan Tebal Perkerasan Dengan Metoda SHELL 1978

Penentuan tebal perkerasan pada mas panjang efektif digunakan perancangan

tebal perkerasan dengan metoda SHELL 1978. Metoda ini memperhitungkan nilai

modulus kekakuanberdasarkan lamapembebanan.

2.3.1 TanahDasar

Kekuatan dan keawetan struktur tergantung pada sifat-sifat dan daya dukung

tanah dasar. Dalam metoda ini kekuatan dari tanah dasar dinyatakan dengan nilai
modulus dinamik (E3). Penentuan nilai modulus dinamik ini dimudahkan dengan
memakai grafik korelasi (lampiran 3). Berdasarkan atas percobaan yang dilakukan
ternyatanilai modulus dinamik E3 (N/m2 )adalah setara dengan 107 CBR. Tetapi
untuk tanah plastis dengan nilai CBR yang rendah, nilai E3 setara dengan nilai
2x107 CBR.

2.3.2 Lata Lintas

Besaran yang digunakan dalam perancangan tebal perkerasan berkaitan


dengandata lalu lintas, dipengaruhi oleh jenis kendaraan, volume lalu lintas dan
polaoperasi. Perananjeniskendaraan padabesarnya beban gandar yang akan
didukung oleh struktur perkerasan. Data volume lalu lintas digunakan dalam
perhitungan jumlah beban yang 15 akan terjadi selama umur rencana Pola operasi
kendaraan adalah mengenai kecepatan kendaraan, yang berpengamh terhadap
waktu pembebanan. Analisis lalu lintas untuk penentuan tebal struktur perkerasan,
di dasarkanatas datalalulintas pada lajur rencana atau "designlane".

1. Jenis dan Volume Lalu Lintas


Menurut metoda SHELL 1978 ini, faktor lalu lintas dinyatakan sebagai
"cumulative equivalent number of standard axle perlane (N)". Beban gandar yang
dipakai adalah sebesar 80 kN, dimana setiap gandarstandar dianggap terdiri dari
dua roda ganda 20 kN. Masing-masing roda tersebut memberikan tekanan sebesar
6 x 10s N/m2 terhadap permukaan struktur perkerasan.

Beban lalu lintas dihitung berdasarkan atasjumlah gandar yang


lewatpadalajur rencana Beban gandar dari kendaraan tersebut dikorelasikan
terhadap beban gandar standar 80 kN dengan menggunakan angka konversi
("Convertion Factor, Ne") yang besarnya dapat dihitung dengan persamaan :

Ne= 2,4xlO-8xL4………………………………….(1)

Nilai L adalah besarnya beban gandar yang lewat dalan satuan kN. Faktor konversi
(Ne)ini dapatjugadicari dengan bantuan grafiksepertiteriihat pada lampiran 4.
2. Kecepatan Kendaraan

Kecepatan kendaraan yang digunakan sebagai data dalam perancangan ini


adalah kecepatan kendaraan pada lajur rencana yaitu sepanjang panjang efektif
yang di tinjau. Pengaruh kecepatan kendaraan adalah terhadap lama
pembebananyang akhirnya akan menentukan kekakuan bahan ikat (aspal).

2.4 Lapisan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)


Perkerasan kaku atau perkerasan beton semen adalah suatu konstruksi
(perkerasan) dengan bahan baku agregat dan menggunakan semen sebagai bahan
ikatnya.Pada saat ini dikenal ada 5 jenis perkerasan beton semen yaitu:
1. Perkerasan beton semen tanpa tulangan dengan sambungan (joined plain
concrete pavement).
2. Perkerasan beton semen bertulang dengan sambungan (joined reinforced
concrete pavement).
3. Perkerasan beton semen tanpa tulangan (continuosly reinforced concrete
pavement).
4. Perkerasan beton semen prategang (prestressed concrete pavement).
5. Perkerasan beton semen bertulang fiber (fiber reinforced concrete pavement).

Gambar 2.2 macam macam Lapisan Perkerasan Kaku

Perkerasan kaku mempunyai sifat yang berbeda dengan perkerasan lentur.


Pada perkerasan kaku daya dukung perkerasan terutama diperoleh dari pelat beton.
Hal initerkait dengan sifat pelat beton yang cukup kaku, sehingga dapat
menyebarkan beban pada bidang yang luas dan menghasilkan tegangan yang
rebdah pada lapisan-lapisan di bawahnya.

Gambar 2.3 Gambar Penyebaran Beban dari Lapisan Perkerasan ke Subgrade

2.5 Komponen Konstruksi Perkerasan Kaku


Pada konstruksi perkerasan beton semen, sebagai konstruksi utama adalah
berupa satulapis beton semen mutu tinggi. Sedangkan lapis pondasi bawah
(subbase) berupa cementtreated subbase maupun granular subbase berfungsi
sebagai konstruksi pendukung atau pelengkap.
Adapun komponen konstruksi perkerasan beton semen (rigid pavement) adalah
sebagai berikut:

1.Tanah Dasar (subgrade)


Tanah dasar adalah bagian dari permukaan badan jalan yang dipersiapkan
untukmenerima konstruksi di atasnya yaitu konstruksi perkerasan. Tanah dasar ini
berfungsisebagai penerima beban lalu lintas yang telah disalurkan/disebarkan oleh
konstruksi perkerasan. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam penyiapan tanah
dasar (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya
dukung dankeseragaman kepadatan. Daya dukung atau kapasitas tanah dasar pada
konstruksi perkerasan kaku yang umum digunakan adalah CBR dan modulus reaksi
tanah dasar (k). Pada konstruksi perkerasan kaku fungsi tanah dasar tidak terlalu
menentukan,dalam arti kata bahwa perubahan besarnya daya dukung tanah dasar
tidak berpengaruhterlalu besar pada nilai konstruksi (tebal) perkerasan kaku.

2.Lapis Pondasi (subbase)


Lapis pondasi ini terletak di antara tanah dasar dan pelat beton semen mutu
tinggi.Sebagai bahan subbase dapat digunakan unbound granular (sirtu) atau bound
granural(CTSB, cement treated subbase). Pada umumnya fungsi lapisan ini tidak
terlalustruktural, maksudnya keberadaan dari lapisan ini tidak untuk
meyumbangkan nilaistruktur perkerasan beton semen.Fungsi utama dari lapisan ini
adalah sebagai lantai kerja yang rata dan uniform.Apabila subbase tidak rata, maka
pelat beton juga tidak rata. Ketidakrataan ini dapat berpotensi sebagai crack
inducer.

3.Tulangan
Pada perkerasan beton semen terdapat dua jenis tulangan, yaitu tulangan pada
pelat beton untuk memperkuat pelat beton tersebut dan tulangan sambungan
untukmenyambung kembali bagian-bagian pelat beton yang telah terputus
(diputus). Keduatulangan tersebut memiliki bentuk, lokasi serta fungsi yang
berbeda satu sama lain.
Adapun tulangan tersebut antara lain:
1.Tulangan pelat Tulangan pelat pada perkerasan beton semen mempunyai bentuk,
lokasi dan fungsiyang berbeda dengan tulangan pelat pada konstruksi beton yang
lain sepertigedung, balok dan sebagainya. Adapun karakteristik dari tulangan
pelat pada perkerasan beton semen adalah sebagai berikut:
 Bentuk tulangan pada umumnya berupa lembaran atau gulungan.
Pada pelaksanaan di lapangan tulangan yang berbentuk lembaran lebih baik
daripadatulangan yang berbentuk gulungan. Kedua bentuk tulangan ini
dibuat oleh pabrik.
 Lokasi tulangan pelat beton terletak ¼ tebal pelat di sebelah atas.
 Fungsi dari tulangan beton ini yaitu untuk “memegang beton” agar tidak
retak
(retak beton tidak terbuka), bukan untuk menahan momen ataupun gaya
lintang.Oleh karena itu tulangan pelat beton tidak mengurangi tebal
perkerasan betonsemen.

2.Tulangan sambunganTulangan sambungan ada dua macam yaitu tulangan


sambungan arah melintangdan arah memanjang. Sambungan melintang
merupakan sambungan untukmengakomodir kembang susut ke arah memanjang
pelat. Sedangkan tulangansambungan memanjang merupakan sambungan
untuk mengakomodir gerakan enting pelat beton.

Gambar 2.4 Tulangan sambunganTulangan sambungan

Adapun ciri dan fungsi dari masing-masing tulangan sambungan adalah


sebagai berikut:

a) Tulangan sambungan melintang


 Tulangan sambungan melintang disebut juga dowel
 Berfungsi sebagai „sliding device‟ dan „load transfer device‟

 Berbentuk polos, bekas potongan rapi dan berukuran besar


 Satu sisi dari tulangan melekat pada pelat beton, sedangkan satu sisi
yanglain tidak lekat pada pelat beton
 Lokasi di tengah tebal pelat dan sejajar dengan sumbu jalan
b.Tulangan sambungan memanjang
 Tulangan sambungan memanjang disebut juga Tie Bar
 Berfungsi sebagai unsliding devices dan rotation devices
 Berbentuk deformed/ulir dan berbentuk kecil
 Lekat di kedua sisi pelat beton
 Lokasi di tengah tebal pelat beton dan tegak lurus sumbu jalan
 Luas tulangan memanjang dihitung dengan rumus seperti pada
tulanganmelintang

4.Sambungan atau Joint


Fungsi dari sambungan atau joint adalah mengendalikan atau mengarahkan
retak pelat beton akibat shrinkage (susut) maupun wrapping (lenting) agar teratur
baik bentukmaupun lokasinya sesuai yang kita kehendaki (sesuai desain). Dengan
terkontrolnyaretak tersebut, maka retak akan tepat terjadi pada lokasi yang teratur
dimana padalokasi tersebut telah kita beri tulangan sambungan.Pada sambungan
melintang terdapat 2 jenis sambungan yaitu sambungan susut dansambungan
lenting. Sambungan susut diadakan dengan cara memasang bekistingmelintang dan
dowel antara pelat pengecoran sebelumnya dan pengecoran berikutnya.Sedangkan
sambungan lenting diadakan dengan cara memasang bekisting memanjangdan tie
bar.
Pada setiap celah sambungan harus diisi dengan joint sealent dari bahan
khusus yang bersifat thermoplastic antara lain rubber aspalt, coal tars ataupun
rubber tars. Sebelum joint sealent dicor/dituang, maka celah harus dibersihkan
terlebih dahulu dari segalakotoran.

5.Bound Breaker di Atas Subbase


Bound breaker adalah plastik tipis yang diletakkan di atas subbase agar tidak
terjadi bounding antara subbase dengan pelat beton di atasnya. Selain itu,
permukaan subbase juga tidak boleh di groove atau di brush.
6.Alur Permukaan atau Grooving/Brushing
Agar permukaan tidak licin maka pada permukaan beton dibuat alur-alur
(tekstur)melaluipengaluran/pemyikatan (grooving/brushing) sebelum
beton disemprot curingcompound, sebelum beton ditutupi wet burlap dan sebelum
beton mengeras. Arah alur bisa memanjang ataupun melintang.

2.6 Persyaratan Bahan Perkerasan

Agar didapatkan lapis perkerasan yang kuat, awet, aman dan nyaman maka
struktur perkerasan jalan hams mempunyai karakteristik tertentu. Karaktenstik dari
permukaanjalan sangatbergantung pada bahansusunnya, khususnya penlaku aspal
jika telah berada dalam campurannya Syarat-syarat yang hams dipenuhi oleh
campuran perkerasan adalah seperti berikut ini.

1. Stabilitas

2. Fleksibilitas

3. Keawetan (Durabilitas)

4. Kekesatan ( "Skid Resistance" )

5. Kekakuan ( "Stiffness" )

2.7 Kekakuan Perkerasan

Salah satu persyaratan agar perkerasan dapat berfungsi dengan baik adalah
dengan mempunyai kekakuan ("stiffness") yang cukup. Kekakuan yang cukup akan
bermanfaat dalam menyebarkan beban lalu lintas dan menurunkan tekanan yang di
terirna oleh lapis di bawahnya

Kekakuan perkerasan dapat dihitung dengan duacara, yaitu :

1. caraanalitis, dan

2. caragrafis (nomogram).
Pada penelitian ini, kedua cara tersebut dipakai sebagai bahan
pemrbandingan diantarakeduanya Pada perhitungan kekakuan perkerasan dengan
cara analitismaupun grafis, teriebih dahulu dihitung kekakuan aspalnya Perhitungan
kekakuan aspal ditentukan dengan nomogram Shel
BAB III
KESIMPULAN
Agar didapatkan lapis perkerasan yang kuat, awet, aman dan nyaman maka
struktur perkerasan jalan harus mempunyai karakteristik tertentu. Karakterstik dari
permukaan jalan sangat bergantung pada bahan susunnya, khususnya perlakuan
aspal jika telah berada dalam campurannya Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
campuran perkerasan masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Saodang, Hamirhan. 2004 Konstruksi Jalan Raya Bandung: Nova
Anonim, 1990, SNI, Bidang Pekerjaan Umum : Perkerasan Jalan, DPU, c.q.
Ditjen Bina Marga, Jakarta.
Sri Nuryati, Agus Tarwiji, 1995, Perancangan Tebal Perkerasan Dengan Metoda
SHELL 1978’’

Anda mungkin juga menyukai