Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL EMPAT LENGAN

(Studi Kasus Simpang Tak Bersinyal Empat Lengan Jalan Wates Km.5, Gamping,
Sleman, Yogyakarta)

Arbima Rif Amtoro1, Ir.Bachnas, M.Sc.2, Prima Juanita Romadhona., S.T., M.Sc.2
1
Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Email : Arbimarifa@gmail.com
2
Dosen Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Islam Indonesia
Email : bachnas@uii.ac.id
Email : prima_dhona@yahoo.co.id

Abstrak: Meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk, jumlah kepemilikan


kendaraan pribadi serta sistem angkutan umum lainnya akan menciptakan permasalahan
lalu lintas terutama pada persimpangan. Yogyakarta merupakan kota pelajar dan
sekaligus kota berkembang yang mengalami permasalahan tersebut. Salah satu simpang
di Yogyakarta yang memerlukan evaluasi dan peningkatan kinerja adalah simpang empat
tak bersinyal Jalan Wates Km 5 Oleh karena itu, diperlukan suatu analisis kinerja
simpang kondisi eksisting pada simpang tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui kinerja simpang empat tak bersinyal Jalan Wates Km 5 Gamping pada
kondisi eksisting serta mengetahui alternatif pemecahan masalah yang tepat.
Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif, kuantitatif, dan kualitatif.
Data yang diperoleh dari survey primer di lapangan pada saat jam puncak pagi, siang
dan sore hari kemudian dianalisis dengan menggunakan Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI, 1997) dan menggunakan PTV Vissim.
Hasil analisis menunjukkan bahwa alternatif pemecahan masalah yang paling
tepat untuk perbaikan simpang tak bersinyal Jl.Wates Km 5 adalah dengan pemasangan
median pada jalan utama, pengurangan hambatan samping dan pemberlakuan sistem
jalan searah untuk jalan minor pada jam sibuk, sehingga tidak ada arus kendaraan dari
jalan minor menuju simpang. Maka didapatkan kapasitas (C) 6949 smp/jam, derajat
kejenuhan (DS) 0,78, tundaan simpang (D) 12,64 detik/smp, dan peluang antrian (QP%)
= 24,789 % - 49,392 % dengan tingkat pelayanan C. Analisis dengan program PTV
VISSIM didapatkan tundaan untuk pendekat timur = 2,35 detik/kend dan pendekat barat
= 8,75 detik/kend, sedangkan untuk panjang antrian pendekat timur = 32,68 meter dan
pendekat barat = 175,22 meter dengan tingkat pelayanan B.

Kata kunci : Simpang Tak Bersinyal, MKJI, PTV VISSIM, Tingkat Pelayanan

1. LATAR BELAKANG sering terjadi salah satunya adalah pada


Pertumbuhan jumlah penduduk dan persimpangan jalan. Simpang adalah
meningkatnya daya beli masyarakat suatu area yang kritis pada suatu jalan
mengakibatkan semakin meningkatnya raya yang merupakan tempat titik
pergerakan manusia dan barang, konflik dan tempat kemacetan karena
sehingga menyebabkan semakin besar bertemunya dua ruas jalan atau lebih
juga jumlah pergerakan kendaraan pada (Pignataro, 1973).
suatu daerah. Dengan demikian Yogyakarta merupakan kota pelajar dan
menimbulkan konflik lalu lintas yang sekaligus kota berkembang yang
semakin rumit. Konflik lalu lintas yang mengalami permasalahan kemacetan.
Salah satu faktor penyebab terjadinya 3. Parameter waktu penelitian hanya
hal tersebut adalah adanya perubahan terbatas pada hari senin, selasa,
kondisi lalu lintas simpang yang tidak sabtu dan minggu pada jam-jam
diikuti oleh perubahan manajemen sibuk yang dirasa memiliki volume
simpang tersebut. kendaraan terbanyak. Pengambilan
Salah satu simpang di Yogyakarta yang jam tersebut berdasarkan penelitian
memerlukan evaluasi dan peningkatan sejenis sebelumnya yang dilakukan
kinerja adalah simpang empat tak di lokasi yang sama dan
bersinyal Jalan Wates Km 5 Gamping. pengamatan secara langsung.
Simpang empat tak bersinyal Jalan Dalam penelitian ini jam sibuk
Wates Km 5, Gamping merupakan diambil tiga waktu yaitu pagi jam
simpang tak bersinyal yang 06.30-08.30 WIB, siang jam
mempertemukan antara jalan Nasional 11.00-13.00 WIB, dan sore jam
dengan jalan Kota. Permasalahan yang 16.00-18.00 WIB.
sering dijumpai adalah terjadinya 4. Penelitian dilakukan dengan cara
tundaan yang tinggi terutama pada jam- pengambilan data di lapangan yaitu
jam sibuk dan letak simpang tersebut pencacatan melalui pengamatan
berdekatan pusat kegiatan masyarakat visual terhadap kendaraan bermotor
antara lain pasar, rumah sakit, dan yang diklasifikasikan ke dalam
universitas sehingga menambah ketidak sepeda motor (motorcycle),
nyamanan bagi pengguna jalan. kendaraan ringan yang meliputi
Berdasarkan kondisi di atas, penelitian mobil penumpang, bus mini, serta
yang akan dilakukan adalah untuk pick up (light vehicle) dan
menganalisis kinerja simpang tersebut kendaraan berat yang meliputi bus,
dan memberikan alternatif solusi dari truk ringan dan truk berat (heavy
permasalahan tersebut sehingga vehicle).
pengguna jalan dapat merasakan 5. Faktor hambatan samping mengacu
kelancaran dan kenyamanan. pada ketetapan yang sudah ada
pada Manual Kapasitas Jalan
2. TUJUAN Indonesia (MKJI, 1997).
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis kinerja simpang 4. STUDI PUSTAKA
empat tak bersinyal Jalan Wates Beberapa penelitian serupa yang
Km 5 pada kondisi eksisting. digunakan sebagai studi pustaka dalam
2. Memperoleh alternatif optimalisasi penelitian ini antara lain :
kinerja simpang empat tak 1. Analisis Kinerja Simpang Tak
bersinyal Jalan Wates Km 5 yang Bersinyal (Studi Kasus : Simpang 4
dapat menangani permasalahan tak bersinyal Jl. Wates Km 5,
simpang tersebut. Sebelah Barat Pasar Gamping,
Yogyakarta) oleh Muhammad
3. BATASAN PENELITIAN Baihaqi (2014).
Lingkup permasalahan pada penelitian 2. Analisis Kinerja Ruas Jalan Wates
ini dibatasi pada hal-hal berikut : (Studi Kasus Pada Jalan Wates
1. Metode yang digunakan dalam Depan Pasar Gamping, Sleman,
melakukan penelitian mengacu Yogyakarta) oleh Andreas Andra
pada Manual Kapasitas Jalan Wisnu Wijanarko (2011).
Indonesia (MKJI, 1997) dan 3. Analisas Kinerja Simpang Empat
menggunakan program Vissim oleh Lengan Tidak Bersinyal Jalan
PT AVG (Jerman). Seturan Raya Yogyakarta, oleh
2. Penelitian dilakukan pada daerah Florianus G. Nagur (2013).
simpang tak bersinyal empat lengan 4. Analisis Simpang Empat Tak
Jalan Wates Km 5. Bersinyal Dengan Menggunakan
Manajemen Lalu Lintas (Studi
Kasus Pada Simpang Jl.Pramuka x DS) - (1-DS) x 1,8
dan Jl.RE.Marthadinata Kota 3. Tundaan lalu lintas jalan minor
Bandung), oleh Wisnhukoro (DTMI)
(2008). Tundaan lalu lintas rata-rata jalan minor
ditentukan berdasarkan tundaan lalu
5. LANDASAN TEORI lintas rata-rata (DTI) dan tundaan lalu
a. KAPASITAS (C) lintas rata-rata jalan major (DTMA).
C = Co × FW × FM × FCS × FRSU × DTMI = QTOT x DT1 - QMA x DTMA
FLT × FRT × FMI..................…….. / QMI)
Keterangan : Keterangan :
C = Kapasitas (smp/jam) QMA= Arus total jalan utama/mayor
Co = Kapasitas dasar (smp/jam) (smp/jam)
FW = Faktor penyesuaian lebar QM I= Arus total jalan minor
masuk (smp/jam)
FM = Faktor penyesuaian tipe 4. Tundaan geometrik simpang (DG)
median jalan utama Tundaan geometrik simpang adalah
FCS = Faktor penyesuaian ukuran tundaan geometrik rata-rata seluruh
kota kendaraan bermotor yang masuk
FRSU = Faktor penyesuaian simpang.
hambatan samping Untuk DS < 1,0
FLT = Faktor penyesuaian belok DG= (1-DS) x (PT x 6 + (1- PT) x 3)
Kiri + DS x 4
FRT = Faktor penyesuaian belok Untuk DS ≥ 1,0 : DG = 4
Kanan Keterangan :
FMI = Faktor penyesuaian arus jalan DG= tundaan geometrik simpang
Minor (det/smp)
b. TUNDAAN DS= derajat kejenuhan
Menurut MKJI (1997), tundaan adalah PT = rasio belok total
waktu tempuh tambahan yang perlu 5. Tundaan Simpang
diperlukan untuk melalui suatu simpang Tundaan simpang dihitung
dibandingkan terhadap situasi tanpa menggunakan persamaan sebagai
simpang. berikut :
1. Tundaan lalu lintas (DT1) D = DG + DT1 (det/smp)
Tundaan yang disebabkan pengaruh Keterangan :
kendaraan lain. Besarnya tundaan lalu DG= tundaan geometrik simpang
lintas dapat dihitung dengan rumus : (det/smp)
Untuk DS ≤ 0,6 DT1= tundaan lalu lintas simpang
DT1= 2 + 8,2078 x DS – (1 – DS) (det/smp)
x2 c. PELUANG ANTRIAN
Untuk DS > 0,6 Peluang antrian dengan batas atas dan
DT1= 1,0504/ (0,2742–0,2042x DS) batas bawah dapat diperoleh dengan
x2 menggunakan rumus sebagai berikut di
2. Tundaan lalu lintas jalan utama bawah ini ( MKJI 1997 ) :
(DTMA) Qp % batas atas =
Tundaan lalu lintas jalan utama adalah 47,71 x DS – 24,68 x DS2+ 56,47 x DS3
tundaan lalu lintas semua kendaraan Qp % batas bawah =
bermotor yang masuk persimpangan dari 9,02 x DS + 20,66 x DS2 +10,49 x DS3
jalan utama. d. TINGKAT PELAYANAN
Untuk DS ≤ 0,6 (LEVEL OF SERVICE)
DTMA= 1,8 + 5,8234 x DS - (1-DS) Menurut Permenhub (KM 14 Tahun
x 1,8 2006), Tingkat Pelayanan adalah
Untuk DS > 0,6 kemampuan ruas jalan dan/atau
DTMA= 1,05034 / (0,346 – 0,246 persimpangan untuk menamung lalu
lintas pada keadaan tertentu. Menurut (Sumber : Hobbs, 1995)
Permenhub (KM 96 Tahun 2015), f. MEDIAN JALAN
tingkat pelayanan harus memenuhi Median jalan merupakan suatu bagian
indikator sebagai berikut : tengah badan jalan yang secara fisik
1. Rasio antara volume dan kapasitas memisahkan arus lalu lintas yang
jalan berlawanan arah. Median jalan (pemisah
2. Kecepatan yang merupakan tengah) dapat berbentuk median yang
kecepatan batas atas dan kecepatan ditinggikan (raised), median yang
batas bawah yang ditetapkan diturunkan (depressed), atau median rata
berdasarkan kondisi daerah (flush). Median jalan direncanakan
3. Waktu perjalanan dengan tujuan untuk meningkatkan
4. Kebebasan bergerak keselamatan, kelancaran, dan
5. Keamanan kenyamanan bagi pemakai jalan maupun
6. Keselamatan lingkungan. (Perencanaan Median Jalan;
7. Ketertiban Departemen Permukiman dan Prasarana
8. Kelancaran Wilayah).
9. Penilaian pengemudi terhadap
kondisi arus lalu lintas
Berikut adalah parameter tingkat
pelayanan pada persimpangan
Tabel 1. Tingkat Pelayanan Persimpangan

Rata-rata tundaan
Tingkat Gambar 2. Lajur Tunggu Pada Bukaan
berhenti (detik per
Pelayanan (Sumber : Perencanaan Median Jalan;
kendaraan)
A <5 Departemen Permukiman dan Prasarana
Wilayah)
B 5 – 15
g. PTV VISSIM
C 15 – 25
Menurut PTV-AG (2011), Vissim
D 25 – 40 adalah multi-moda lalu lintas perangkat
E 40 – 60 lunak aliran mikroskopis simulasi yang
F > 60 mempunyai fasilitas kalibrasi, sehingga
Sumber : Permenhub (KM 96 Tahun 2015) VISSIM dapat menggambarkan perilaku
e. JALAN SATU ARAH pengemudi dan komposisi kendaraan.
Menurut Hobbs (1995), Jalan satu arah Hasil analisis yang dihasilkan VISSIM
merupakan salah satu cara untuk berupa simulasi berupa video animasi.
mengurangi kemacetan dan tundaan Video animasi tersebut menampilkan
lalulintas, melalui pengaturan arah animasi kendaraan (mobil penumpang,
pergerakan lalulintas. Keuntungan dari truk, kereta api,dll), pohon, bangunan,
jalan satu arah ini diharapkan dapat fasilitas transit, dan rambu lalu lintas.
mengurangi konflik kecelakan dan
menambah kapasitas ruas jalan sehingga
kecepatan kendaraan bertambah.

Gambar 1. Sistem Jalan Satu Arah


Gambar 3.Bagan Alir Vissim
Gambar 5. Bagan Alir Penelitian
6. METODELOGI PENELITIAN
Pengambilan data volume lalu lintas 7. DATA, ANALISIS, DAN
dilakukan pada hari Senin, Selasa, PEMBAHASAN
a. DATA
Sabtu, dan Minggu. Agar mendapatkan
Data yang diperoleh untuk proses
data arus lalu lintas yang maksimal,
analisis dalam penelitian ini terdiri dari
pengambilan data dilakukan pada jam
data primer dan data sekunder. Data
sibuk saat terjadinya arus puncak.
primer dalam penelitian ini berupa
Parameter waktu penelitian pada jam-
geometri simpang dan volume lalu
jam sibuk karena pada jam-jam sibuk
lintas. Sedangkan data sekunder adalah
dirasa memiliki volume kendaraan
yang diperoleh dari instansi atau melalui
terbanyak. Pengambilan waktu
perantara.
penelitian tersebut berdasarkan
1. Data Geometri
penelitian sejenis sebelumnya yang
Simpang empat tak bersinyal Jalan
dilakukan di lokasi yang sama dan
Wates Km 5 yang mempertemukan :
pengamatan secara langsung.
a. Utara (A) = Jalan Delingsari
Waktu pengambilan data yaitu :
dengan lebar 4,8 meter.
1. Pagi hari, pukul 06.30–08.30 WIB b. Timur (B) = Jalan Wates dengan
2. Siang hari, pukul 11.00–13.00 WIB lebar 14,6 meter.
3. Sore hari, pukul 16.00–18.00 WIB c. Selatan (C) = Jalan Utara
UMY dengan lebar 6,9 meter.
d. Barat (D) = Jalan Wates dengan
lebar 14,1 meter.

Gambar 4. Tata Guna Lahan dan Posisi


Kamera
Tabel 6. Data Collection Results VISSIM
(Eksisting)

Tabel 7. Validasi Volume VISSIM


(Eksisting)

Gambar 6. Titik Konflik Simpang Jalan


Wates Km 5
Tabel 8. Delay VISSIM (Eksisting)
2. Data Volume Lalu Lintas
Data volume lalu lintas diperoleh
dengan cara merekam arus lalu lintas
dengan alat bantu handycam selama dua
jam dengan interval 15 menit pada jam
sibuk pagi, siang, dan sore. Pengamatan
dilakukan pada hari Senin (20 April Tabel 9. Queue Counter VISSIM (Eksisting)
2015), Selasa (21 April 2015), Sabtu (25
April 2015), dan Minggu (26 April
2015).
Tabel 2. Data Volume Lalu Lintas Puncak
Simpang Jalan Wates Km 5
3. Perbandingan Analisis MKJI dan
PTV VISSIM
Tabel 10. Perbandingan Hasil Analisis
Eksisting Manual Kapasitas Jalan Indonesia
(MKJI) 1997 dan PTV VISSIM

b. ANALISIS
Pada penelitian ini proses analisis
kinerja simpang menggunakan Manual
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997
dan program PTV VISSIM.
1. Manual Kapasitas Jalan Indonesia
(MKJI) 1997 c. ALTERNATIF PEMECAHAN
Tabel 3. Lebar Pendekat MASALAH
1. Alternatif 1
Allternatif pertama yang dilakukan
untuk meningkatkan kinerja simpang tak
bersinyal Jalan Wates Km 5 adalah
Tabel 4. Perhitungan Kapasitas (C) dengan pemasangan median pada jalan
utama sehingga arus kendaraan pada
jalan minor hanya diperbolehkan untuk
belok kiri dan arus kendaraan jalan
utama tidak diperbolehkan untuk belok
kanan.
Tabel 5. Perhitungan Derajat Kejenuhan 2. Alternatif 2
Pada alternatif kedua ini dilakukan
pemberlakuan sistim jalan searah
2. Program PTV VISSIM
untuk jalan minor, sehingga tidak
ada arus kendaraan yang masuk ke Tabel 11. Validasi Volume VISSIM
simpang dari jalan minor. Serta
pemasangan tanda dilarang berhenti
sehingga hambatan samping menjadi
rendah.

5. Rekapitulasi Hasil Analisis


Tabel 12. Rekapitulasi Hasil Analisis

Gambar 7. Rute Alternatif Arus Lalu Lintas


(Alternatif 2)
3. Alternatif 3
Pada alternatif ketiga perubahan
yang dilakukan sama seperti halnya
alternatif pertama dan kedua yaitu Keterangan :
pemasangan median pada jalan 1. Alternatif Pemecahan Masalah 1 =
utama, pengurangan hambatan Pemasangan median pada jalan
samping dan pemberlakuan sistem utama.
jalan searah untuk jalan minor, 2. Alternatif Pemecahan Masalah 2 =
sehingga tidak ada arus kendaraan Pemberlakuan sistem jalan
dari jalan minor menuju simpang searah pada jalan minor
3. Alternatif Pemecahan Masalah 3 =
Pemasangan median pada jalan
utama dan pemberlakuan sistem
jalan searah pada jalan minor.
Berdasarkan hasil rekapitulasi
analisis kinerja simpang tak bersinyal
Jalan Wates Km 5 di atas, hasil kinerja
yang paling baik ditunjukan oleh
alternatif ketiga dilihat dari perbaikan
tundaan, derajat kejenuhan, peluang
antrian, panjang antrian dan tingkat
Gambar 8. Rute Alternatif Arus Lalu Lintas pelayan (Level of Service), dengan
(Alternatif 3) pemasangan median pada jalan utama
4. Validasi Volume dan pemberlakuan jalan searah untuk
Validasi adalah proses menyesuaikan jalan minor pada jam sibuk.
parameter untuk mendapatkan
kesesuaian antara nilai simulasi dengan 6. SIMPULAN DAN SARAN
data hasil pengamatan. Data lalu lintas 6.1 SIMPULAN
yang digunakan sebagai perbandingan Setelah dilakukan analisis terhadap
dalam proses validasi adalah volume kinerja simpang tak bersinyal Jl.Wates
arus lalu lintas di setiap lengan simpang Km 5 dengan berdasarkan Manual
Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (MKJI)
dan menggunakan program PTV
VISSIM didapatkan kesimpulan pendekat utara = 6,39 detik/kend,
penelitian sebagai berikut. pendekat timur = 40,59 detik/kend,
1. Setelah dilakukan pengamatan dan pendekat selatan = 8,88 detik/smp
perhitungan volume lalu lintas pada dan pendekat barat = 64,01
simpang tak bersinyal Jl. Wates Km detik/kend, sedangkan untuk
5 didapat volume lalu lintas puncak panjang antrian pendekat utara =
simpang tersebut pada Senin pagi 13,61 meter, pendekat timur =
jam 06.45-07.45 WIB sebesar 5683 183,23 meter, pendekat selatan =
smp/jam. 12,89 meter, dan pendekat barat =
2. Analisis kinerja simpang tak 183,14 meter dengan tingkat
bersinyal Jl.Wates Km 5 pada pelayanan F.
kondisi eksisting menggunakan Alternatif kedua dilakukan
MKAJI dan PTV VISSIM pemberlakuan sistim jalan searah
menunjukkan hasil kinerja simpang untuk jalan minor, sehingga tidak
yang kurang baik. Analisis ada arus kendaraan yang masuk ke
berdasarkan MKAJI didapatkan simpang dari jalan minor. Serta
kapasitas sebesar 4592 smp/jam, pemasangan tanda dilarang berhenti
derajat kejenuhan (DS) 1,24, sehingga hambatan samping
tundaan simpang (D) 53,391 menjadi rendah. Sehingga
detik/smp, peluang antrian (QP%) didapatkan kapasitas (C) 6631
62,696 % - 128,329 %, dan tingkat smp/jam, derajat kejenuhan (DS)
pelayanan F. Analisis dengan 0,79, tundaan simpang (D) 12,82
program PTV VISSIM didapatkan detik/smp, dan peluang antrian
tundaan untuk pendekat utara = (QP%) = 25,372 % - 50,479 %
8,20 detik/kend, pendekat timur = dengan tingkat pelayanan C.
9,43 detik/kend, pendekat selatan = Analisis dengan program PTV
4,82 detik/kend dan pendekat barat VISSIM didapatkan tundaan untuk
= 68,22 detik/kend, sedangkan pendekat timur = 86,69 detik/kend
untuk panjang antrian pendekat dan pendekat barat = 60,25
utara = 15,57 meter, pendekat timur detik/kend, sedangkan untuk
= 67,83 meter, pendekat selatan = panjang antrian pendekat timur =
11,15 meter, dan pendekat barat = 201,21 meter dan pendekat barat =
181,53 meter dengan tingkat 182,98 meter dengan tingkat
pelayanan F. pelayanan F.
3. Pada penelitian ini terdapat 3 Alternatif ketiga perubahan yang
alternatif pemecahan masalah untuk dilakukan sama seperti halnya
meningkatkan kinerja simpang tak alternatif pertama dan kedua yaitu
bersinyal tersebut. Alternatif pemasangan median pada jalan
pertama dilakukan pemasangan utama, pengurangan hambatan
median pada jalan utama, sehingga samping dan pemberlakuan sistem
sehingga arus kendaraan pada jalan jalan searah untuk jalan minor pada
minor hanya diperbolehkan untuk jam sibuk, sehingga tidak ada arus
belok kiri dan arus kendaraan jalan kendaraan dari jalan minor menuju
utama tidak diperbolehkan untuk simpang. Maka didapatkan
belok kanan. Analisis dengan kapasitas (C) 6949 smp/jam, derajat
MKAJI didapatkan kapasitas (C) kejenuhan (DS) 0,78, tundaan
5516 smp/jam, derajat kejenuhan simpang (D) 12,64 detik/smp, dan
(DS) 1,03, tundaan simpang (D) peluang antrian (QP%) = 24,789 %
20,52 detik/smp, dan peluang - 49,392 % dengan tingkat
antrian (QP%) = 42,695 % - 84,735 pelayanan C. Analisis dengan
% dengan tingkat pelayanan C. program PTV VISSIM didapatkan
Analisis dengan program PTV tundaan untuk pendekat timur =
VISSIM didapatkan tundaan untuk 2,35 detik/kend dan pendekat barat
= 8,75 detik/kend, sedangkan untuk Agmala, Ikhsan. (2014). Analisis
panjang antrian pendekat timur = Kinerja Dua Simpang Yang
32,68 meter dan pendekat barat = Berdekatan Menggunakan
175,22 meter dengan tingkat Perangkat Lunak Vissim (Studi
pelayanan B. Kasus Simpang Galunggung Kota
Berdasarkan hasil analisis tersebut Tasikmalaya).Universitas Islam
didapatkan alternatif pemecahan Indonesia.Yogyakarta.
masalah untuk simpang tak Badar, Praycilia Inri (2014), Analisa
bersinyal Jalan Wates Km 5 dengan Persimpangan Tidak Bersinyal
peningkatan kinerja simpang Menggunakan Program Sidra
terbaik adalah alternatif ketiga yaitu (Studi Kasus Persimpangan Jalan
pemasangan median pada jalan 14 Februari-Jalan Tololiu Supit-
utama dan pemberlakuan sistem Jalan Babe Palar, Kota Manado).
jalan satu arah pada jalan minor. Universitas Sam Ratulangi
6.2 SARAN Manado. Manado.
Setelah dilakukan pengamatan secara Baihaqi, Muhammad. (2014). Analisis
langsung dan analisis pada kinerja Kinerja Simpang Tak Bersinyal
simpang tak bersinyal Jl.Wates Km 5 (Studi kasus : Simpang 4 tak
tersebut, dapat diajukan saran untuk bersinyal Jl. Wates Km 5, Sebelah
penelitian selanjutnya sebagai berikut. Barat Pasar Gamping,
1. Penambahan jam pengamatan pada Yogyakarta). Universitas
simpang tak bersinyal Jalan Wates Muhammadiyah Yogyakarta.
Km5 agar didapatkan hasil yang Yogyakarta.
lebih akurat dan lebih sesuai Cruz, Ivo Alexandre Lopes Da, (2011).
dengan keadaan di lapangan. Analisis Lalu Lintas Simpang Tiga
2. Memperhitungkan penggunaan Tak Bersinyal (Studi Kasus Pada
lampu sinyal (traffic light) pada Pertigaan Jalan Ahmad
simpang tak bersinyal Jl.Wates Km Yani,Kupang-Nusa Tenggara
5 untuk mengatasi permasalahan Timur). Universitas Atma Jaya.
yang terjadi pada simpang tersebut. Yogyakarta.
3. Memperhitungkan kinerja di lokasi Departemen Permukiman Dan Prasarana
lain yang terkena dampak Wilayah, (2004). Pedoman
penerapan alternatif pemecahah Konstruksi dan Bangunan,
masalah pada simpang tak bersinyal (Perencanaan Median Jalan.
Jalan Wates Km 5. Departemen Permukiman Dan
4. Menggunakan lebih banyak Prasarana Wilayah. Jakarta.
pedoman dan refrensi terkait DPU Direktorat Jendral Bina Marga,
peningkatan kinerja simpang (1997). Manual Kapasitas Jalan
tersebut agar didapatkan alternatif Indonesia. Direktorat Jenderal Bina
pemecahan masalah yang dapat Marga. Jakarta.
mengatasi permasalahan yang Furqan, Zainul (2012), Simulasi Aliran
terjadi pada simpang tersebut Lalu Lintas Pada Segmen
dengan sangat baik. Penyempitan Geometrik
(Bottleneck) dengan Menggunakan
7. DAFTAR PUSTAKA VISSIM 5,40. Universitas Syiah
Adiarso, R. Yekti Eko (2011), Kuala Banda Aceh. Banda Aceh.
Pemodelan Pembebanan Jaringan Hendarto, S.(2001), Perancangan
Jalan Di Lingkungan Kampus Geometrik Jalan. Institut Teknologi
Universitas Indonesia Depok Bandung. Bandung.
Akibat Pembangunan Rumah Sakit Menteri Perhubungan (2006), Peraturan
Universitas Indonesia (RSUI). Menteri Perhubungan Nomor : KM
Universitas Indonesia. Depok. 14 Tahun 2006 tentang Manajemen
dan Rekayasa Lalu Lintas di Jalan.
Menteri Perhubungan. Jakarta.
Menteri Perhubungan (2015), Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor : PM
96 Tahun 2015 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kegiatan Manajemen
dan Rekayasa Lalu Lintas. Menteri
Perhubungan. Jakarta.
Munawar, A (2004), Manajemen Lalu
Lintas Perkotaan, Beta Offset.
Yogyakarta.
Nagur, Florianus G. (2013). Analisis
Kinerja Simpang Empat Lengan
Tidak Bersinyal Jalan Seturan
Raya, Yogyakarta. Universitas
Atma Jaya Yogyakarta.
Yogyakarta.
Oglesby, C.H. & Hicks R.G., (1988),
Teknik Jalan Raya. Erlangga.
Jakarta.
PTV VISSIM. 2013. PTV VISSIM 6
User Manual. PTV AG,
Karlsruhe.Germany.
Suraji, Aji.(2008), Bagian Transportasi
Jalan Raya. Universitas
Widyagama Malang. Malang.
Sulaksono, S. (2001), Rekayasa Jalan.
Institut Teknologi Bandung.
Bandung.
Warsono, Ganang Unggul (2015),
Analisis Kinerja Simpang Bersinyal
Dengan Menggunakan Program
KAJI dan SIDRA Intersection 5.1
(Studi Kasus Simpang Demak Ijo
Jalan Ringroad Barat-Jalan
Godean). Universitas Islam
Indonesia. Yogyakarta.
Wijanarko, Anderas Andra Wisnu.
(2011). Analisis Kinerja Ruas Jalan
Wates (Studi Kasus pada Jalan
Wates Depan Pasar Gamping,
Sleman, Yogyakarta). Universitas
Atma Jaya Yogyakarta.
Yogyakarta.
Wisnhukoro (2008), Analisis Simpang
Empat Tak Bersinyal dengan
Menggunkan Manajemen Lalu
Lintas (Studi Kasus Simpang Jalan
Pramuka dan Jalan RE.
Martadinata Kota Bandung).
Universitas Islam Indonesia.
Yogyakart

Anda mungkin juga menyukai