Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Jalan merupakan bagian dari prasarana transportasi darat yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan pengembangan suatu daerah serta
dapat membuka hubungan sosial, ekonomi dan budaya antar daerah.
Kapasitas dari suatu jaringan jalan di daerah perkotaan dapat dipengaruhi
oleh perilaku lalu lintas dari suatu fasilitas pada kondisi lalu lintas, geometric
jalan dan juga keadaan lingkungan tertentu. (Binamarga,1997)
Seiring dengan perkembangan kota Bengkulu, maka arus
transportasi di Jalan Meranti (Jati) juga semakin padat. Kemacetan lalu lintas
(congestion) di Jalan Meranti terjadi karena ruas jalan tersebut sudah mulai
tidak mampu menerima/ melewatkan luapan arus kendaraan yang datang
secara lancar. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh hambatan/ gangguan
samping (side friction) yang tinggi, sehingga mengakibatkan penyempitan
ruas jalan (bottleneck), seperti: parkir di badan jalan (on road parking),
pangkalan angkot, kegiatan sosial yang menggunakan badan jalan (pesta atau
kematian) dan pedestrian (berjalan di badan jalan dan menyeberang jalan).
Kemacetan itu terasa dengan terjadinya tundaan yang lama dan antrian yang
panjang pada simpang. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya hal
tersebut adalah adanya perubahan kondisi lalu lintas simpang yang tidak
diikuti oleh perubahan manajemen simpang tersebut. (Binamarga,1997)

Perubahan yang terjadi yaitu perubahan arus kendaraan, kondisi


sekitar simpang, dan yang lainnya. Hal tersebut akan berpengaruh pada
kapasitas sehingga diperlukan perubahan manajemen pada simpang tersebut.
Simpang Jalan Meranti (Jati) memiliki sinyal lalu lintas yang belum efektif
dan sering mengalami kerusakan, sehingga pengaturan lalu lintasnya
dilakukan oleh polisi. Oleh karena itu kondisi simpang tersebut perlu
dianalisis agar dapat diperoleh pengaturan simpang yang memiliki kinerja
optimum.

1|
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem traffic light pada persimpangan di Jalan Meranti (Jati)
dan hambatan-hambatan yang terjadi?
2. Bagaimana memecahkan masalah yang terjadi di persimpangan Jalan
Meranti (Jati)?

1.3. Tujuan Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tujuan yaitu :
1. Untuk memeriksa atau menganalisa kembali system traffic light pada
persimpangan Jalan Meranti yang meliputi : kapasitas persimpangan,
derajat kejenuhan, tundaan, panjang antrian dan waktu siklus yang tepat
pada pertumbuhan lalu lintas dengan menggunakan metode Manual
Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (MKJI 1997) dan Metode Webster.
2. Memecahkan masalah kemacetan yang terjadi di persimpangan Jalan
Meranti Jalan Jati.
3. Untuk memberikan usulan/ saran yang dapat dipertimbangkan untuk
perubahan waktu siklus yang ada pada persimpangan tersebut pada masa
yang akan datang.

1.4. Manfaat Penelitin


1. Memberikan usulan/pilihan dalam penanganan masalah yang selama ini
terjadi di persimpangan jalan.
2. Menambah pengetahuan tentang pemecahan masalah-masalah di
persimpangan.

1.5. Batasan Penelitian


1. Penghitungan volume lalu lintas dilakukan selama 6,5 jam yang terbagi
atas dua jam puncak pagi 07.00 s.d. 09.00, dua jam puncak sore 16.00-
18.00, dua jam bukan puncak siang pukul 13.00-15.00 dan 0,5 jam pada
kondisi tanpa larangan belok kanan pukul 05.30-06.00 subuh.
2. Kinerja simpang yang ditinjau adalah kapasitas simpang, derajat
kejenuhan, tundaan dan arus total dari simpang eksisting tak bersinyal dan
bersinyal.

2|
3. Analisis terhadap pejalan kaki tidak dilakukan pada penelitian ini.
4. Simpang Jl. Meranti Jl. Jati dianggap simpang tunggal tiga lengan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

3|
2.1. Persimpangan
Tujuan dari pembuatan persimpangan adalah mengurangi potensi
konflik di antara kendaraan (termasuk pejalan kaki) dan sekaligus
menyediakan kenyamanan maksimum dan kemudahan pergerakan bagi
kendaraan. Berikut ini adalah empat elemen dasar yang umumnya
dipertimbangkan dalam merancang persimpangan sebidang:
1. Faktor manusia, seperti kebiasaan mengemudi, dan waktu pengambilan
keputusan dan waktu reaksi
2. Pertimbangan lalu-lintas, seperti kapasitas dan pergerakan membelok,
kecepatan kendaraan, dan ukuran serta penyebaran kendaraan
3. Elemen-elemen fisik, seperti karakteristik dan penggunaan dua fasilitas
yang saling berdampingan, jarak pandang dan fitur-fitur geometris
4. Faktor ekonomi, seperti biaya, manfaat, dan konsumsi energi.
(MKJI ,Bina Marga 1997)

2.2. Pengaturan Simpang Tak Bersinyal


Pengaturan pergerakan pada simpang tak besinyal pada
MKJI(1997) dilakukan secara komperhensif dimana kinerja yang dihasilkan
sebagai acuan penentuan dan prosedur pergerakan yang akan ditetapkan
dengan memperhatikan besarnya parameter tundaan, kapasitas, derajat
kejenuhan, peluang antrian dan kondisi geometrik yang ada pada simpang
yang ditinjau. Ukuran-ukuran kinerja dari simpang tak bersinyal untuk
kondisi tertentu sehubungan dengan geometrik lingkungan lalu lintas adalah:
1. Kapasitas yaitu arus lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan
pada suatu bagian jalan dalam kondisi tertentu yang dinyatakan dalam
satuan kendaraan/ jam atau smp.jam.
2. Derajat Kejenuhan yaitu rasio arus lalu lintas terhadap kapasitas
3. Tundaan yaitu waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk melewati
suatu simpang dibandingkan tanpa melewati suatu simpang.
4. Peluang antrian yaitu kemungkinan terjadinya penumpukan kendaraan di
sekitar lengan simpang
Metoda MKJI(1997) ini menganggap bahwa simpang jalan
berpotongan tegak lurus dan terletak pada alinyemen dan berlaku untuk
derajat kejenuhan kurang dari 0.8 0.9. Pada kebutuhan lalu lintas yang lebih
tinggi perilaku lalu lintas menjadi agresif dan ada resiko tinggi bahwa

4|
simpang tersebut akan terhalang oleh para pengemudi yang berebut ruang
terbatas pada daerah konflik. Metoda ini memperkirakan pengaruh terhadap
kapasitas dan ukuran-ukuran terkait lainnya akibat kondisi geometrik,
lingkungan dan kebutuhan lalu lintas. (MKJI ,Bina Marga 1997)

2.3 Pengaturan Simpang Bersinyal


Menurut MKJI(1997), pada umumya sinyal lalu lintas
dipergunakan untuk satu atau lebih dari alasan berikut:
1. untuk menghindari kemacetaan simpang akibat tingginya arus lalu lintas,
sehingga terjamin bahwa suatu kapasitas tertentu dapat dipertahankan,
bahkan selama kondisi lalu lintas jam puncak
2. untuk memberi kesempatan kepada kendaraan dan/atau pejalan kaki dari
jalan simpang (kecil) untuk/memotong jalan utama;
3. untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas akibat tabrakan antara
kendaraan-kendaraan dari arah yang bertentangan.
Untuk sebagian besar fasilitas jalan, kapasitas dan perilaku lalu
lintas terutama adalah fungsi dari keadaan geometrik dan tundaan lalu lintas.
Dengan menggunakan sinyal, kapasitas dapat didistribusikan ke berbagai
pendekat melalui pengalokasian waktu hijau pada masing-masing pendekat.
Penggunaan sinyal dengan lampu tiga warna (hijau, kuning, merah)
diterapkan untuk memisah lintasan dari gerakan-gerakan lalu lintas yang
saling bertentangan dalam dimensi waktu. Hal ini adalah keperluan yang
mutlak bagi gerakan-gerakan lalu lintas yang datang dari jalan-jalan yang
saling berpotongan (konflk-konflik utama). Sinyal-sinyal dapat juga
digunakan untuk memisahkan gerakan membelok dari lalu lintas melawan,
atau untuk memisahkan gerakan lalu lintas membelok dari pejalan kaki yang
menyeberang (konflik-konflik kedua).
Jika hanya konflik-konflik primer yang dipisahkan, maka untuk
pengaturan sinyal lampu lalu lintas hanya dengan dua fase, masing-masing
sebuah untuk jalan yang berpotongan. Penggunaan lebih dari dua fase
biasanya akan menambah waktu siklus dan rasio waktu yang disediakan
untuk pergantian antara fase, pada umumnya berarti kapasitas keseluruhan
dari simpang tersebut akan berkurang. (MKJI ,Bina Marga 1997)

5|
2.4 Metode Webster
Waktu siklus optimum menurut Webster(1966) tidak berbeda
dengan waktu siklus yang digunakan MKJI, karena MKJI memang
menggunakan waktu siklus metode Webster, yaitu:

1,5 L+5
C0 = ............................................................................................ 2.1
1Y

Dimana,
C0 = Waktu siklus
Y = jumlah nilai y dan mengacu pada persimpangan secara keseluruhan
L = total waktu hilang per siklus (detik) = (I-a) + l
I = waktu antar hijau
a = waktu kuning biasanya digunakan 3 detik
l = kehilangan waktu awal biasanya digunakan 2 detik

Tundaan simpang untuk setiap pendekat dengan metode Webster


menggunakan persamaan yang berbeda dengan metode yang digunakan
MKJI, Metode Webster menggunakan Persamaan 2.2.

2
C (1) x2 C 1x (2+5 )

d= + 0,65( 2 ) 3 .............................................. 2.2


2(1x) 2 q(1x) q

Dimana,
d = tundaan rata-rata per kendaraan
c = waktu siklus
= proporsi waktu hijau efektif
q = arus
s = arus jenuh

6|
x = derajat kejenuhan, merupakan perbandingan arus dengan arus maksimum
yang dapat lepas dari garis henti.

BAB III
METODE PENELITIAN

Dalam melakukan suatu Tugas akhir dibutuhkan metodologi yang


akan digunakan agar kegiatan yang dilaksanakan tetap berada pada koridor

7|
yang telah direncanakan. Secara umum penelitian ini dilakukan melalui
tahapan kerja seperti terlihat dalam bagan alir di bawah ini :

3.1. Penentuan lokasi


Berikut penetuan ini dilampirkan peta lokasi simpang yang
diamati:

8|
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

9|
1. Depertemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, (1997),
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), Dirjen Bina Marga; Jakarta.
2. Sudirdjo, Titi L.; (2012), Analisa Kinerja Simpang, Jurnal Teknik Sipil
ITB; Bandung.
3. D., Hobbs, F. (1995). Z Perencanaan dan Teknik Lalu lihtas, GadjahMada
University Press; Yogyakarta.
4. Ivan JF Sitanggang,Humala (2007). Rencana Pengadaan Sistem Traffic
Light pada Persimpangan, Universitas Sumatera Utara;Medan.
5. Nugroho, Dewi Adhi, (2008). Analisis Penerapan Belok Kiri Langsung
Terhadap Tundaan Lalu Lintas Pada Pendekat Persimpangan Bersinyal.
Universitas Diponegoro; Semarang.
6. Phd,Purnawan, (2008), Rekayasa Lalu Lintas , Transportasi Jurusan
Teknik Sipil, Universitas andalas; Padang.
7. Sukirman, Silvia, (1999). Dasar - Dasar Perencanaan Geometrik Jalan.
Nova; Bandung.
8. Shirley, L. Hendarsin, (2000). Penuntun Praktis Perencanaan Teknik
Jalan Raya, Politeknik Negeri Bandung Jurusan Teknik Sipil; Bandung.
9. Soedirdjo, Titi Liani, 2002. Rekayasa Lalu Lintas; Bandung.
10. Kwintaryana W, Putu, 2000, Koordinasi Pengaturan Lampu Lalu Lintas.
Tesis Bidang khusus Rekayasa Transportasi Program Studi Rekayasa Sipil
Program Pasca Sarjana Institut Teknologi; Bandung.

10 |

Anda mungkin juga menyukai