Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu bagian penting dalam jalan raya adalah persimpangan, karena

persimpangan berpengaruh pada tingkat pelayanan dan keselamatan arus lalu

lintas. Simpang sebagai titik lemah system jaringan jalan sering tidak diperhatikan

dengan seksama. Banyak terlihat kinerja simpang yang tidak efisien dan

berbahaya. Pentingnya memperhatikan kinerja pada suatu simpang untuk

menciptakan transportasi yang lebih baik. Pada suatu persimpangan jika panjang

antrian sudah melebihi yang ditentukan, maka simpang tersebut bisa dikatakan

kinerjanya sudah tidak efisien lagi.

Kota Makassar yang merupakan ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan

mengalami peningkatan jumlah penduduk dan jumlah kendaraan di setiap

tahunnya, sehingga mengakibatkan terjadinya peningkatan arus lalu lintas. Untuk

itu perlu ditunjang dengan pelayanan fasilitas-fasilitas yang memadai, terutama

pada jalan yang potensial menimbulkan hambatan bila tidak ditangani sacara

teknis.

Lokasi penelitian di persimpangan Jalan Goa Ria, Kec. Biringkanaya

merupakan simpang tiga bersinyal di Kota Makassar. Pada persimpangan ini

sering terjadi kemacetan, antrian, dan tundaan karena arus lalu lintasnya yang

cukup padat terutama pada jam sibuk. Berdasarkan permasalahan diatas, simpang
bersinyal di Jalan Goa Ria, Pai, Kec Biringkanaya perlu dianalisis untuk

mengetahui kinerja pada simpang dengan menggunakan metode PKJI 2014.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana kinerja pada pesimpangan jalan Goa Ria, Pai, Kec Biringkanaya?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui besar volume lalu lintas yang melalui persimpangan jalan

Goa Ria, Pai, Kec Biringkanaya.

2. Untuk mengetahui kinerja pada persimpangan jalan Goa Ria, Pai, Kec

Biringkanaya.

D. Batasan Masalah

Batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi yang dilakukan hanya di lakukan pada persimpangan jalan Goa Ria,

Pai, Kec Biringkanaya.

2. Prosedur perhitungan tingkat kinerja berdasarkan Pedoman Kapasitas Jalan

Indonesia 2014 (PKJI 2014)

3. Penelitian ditujukan untuk waktu siklus lampu lalu lintas pada persimpangan

jalan tersebut.
4. Penelitian membatasi titik atau lokasi yang akan diteliti dan waktu survey lalu

lintas yaitu sebanyak dua hari yaitu hari senin mewakili hari kerja dan hari

minggu mewakili hari libur.

Survey hanya dilakukan pada jam puncak, yaitu:

a. Pagi hari pukul 07.00 – 09.00 WITA

b. Siang hari pukul 12.00 – 14.00 WITA

c. Sore hari pukul 16.00 – 18.00 WITA

E. Sistematika Penulisan

Laporan ini memiliki sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

Batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas tentang teori persimpangan, serta teori-teori

pendukung lainnya terhadap penelitian yang akan dilakukan.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang lokasi penelitian, kondisi geometric jalan,

alat yang akan digunakan, waktu penelitian, pelaksanaan penelitian,

kinerja lalu lintas, bagan alur penelitian, pelaksanaan penelitian, tahap

penganbilan data, tujuan metodologi, tahap pengolahan data,

pengumpulan data lapangan, kinerja lalu lintas, serta analisa data.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sesuai dengan topik penelitian, maka pada bab ini akan membahas aspek

karakteristik lalu lintas berdasarkan referensi yang ada, khususnya yang berkaitan

dengan persimpangan Jalan Goa Ria, Pai, Kec. Biringkanaya.

A. Pengertian Lampu Lalu Lintas

Lampu lalu lintas menurut Oglesby dan Hicks (1982) adalah semua

peralatan pengatur lalu lintas yang menggunakan tenaga listrik kecuali lampu

kedip, rambu, dan marka jalan untuk mengarahkan atau memperingatkan

pengemudi kendaraan bermotor, pengendara sepeda atau pejalan kaki. Setiap

pemasangan lampu lalu lintas bertujuan untuk satu atau lebih fungsi-fungsi

sebagai berikut :

1. mendapatkan gerakan lalu lintas yang teratur,

2. meningkatkan kapasitas lalu lintas pada perempatan jalan,

3. mengurangi frekuensi jenis kecelakaan tertentu,

4. mengkoordinasikan lalu lintas dibawah kondisi jarak sinyal yang cukup baik,

sehingga aliran lalu lintas tetap berjalan menerus pada kecepatan tertentu,

5. memutuskan arus lalu lintas tinggi agar memungkinkan adanya

penyeberangan kendaraan lain atau pejalan kaki,


6. mengatur penggunaan jalur lalu lintas,

7. sebagai pengendali pertemuan jalan pada jalan masuk menuju jalan bebas

hambatan,

8. memutuskan arus lalu lintas bagi lewatnya kendaraan darurat (Ambulance)

atau pada jembatan gerak.

B. Teori Persimpangan

Definisi persimpangan adalah suatu daerah umum dimana dua ruas jalan

atau lebih bergabung atau berpotongan, termasuk fasilitas – fasilitas yang ada di

pinggir jalan untuk pergerakan lalu lintas dalam daerah tersebut (Antonio Vicente

Soares. Dkk 2017)

Sinyal lalu lintas adalah alat kontrol elektris untuk lalu lintas

dipersimpangan jalan yang berfungsi untuk memisahkan arus kendaraan

berdasarkan waktu, yaitu dengan memberikan kesempatan berjalan secara

bergiliran kepada kendaraan dari masing-masing kaki simpang/pendekat dengan

menggunakan isyarat dari lampu lalu lintas (Amir Sanjaya, Eti Sulandari, Said

Basalim, 2016). Fungsi pemisahan arus ini menjadi sangat penting karena

pertemuan arus kendaraan terutama dalam volume yang cukup besar akan

membahayakan kendaraan yang melalui simpang dan dapat mengacaukan sistem

lalu lintas dipersimpangan. Pengaturan arus lalu lintas pada persimpangan pada

dasarnya dimaksudkan untuk bagaimana pergerakan kendaraan pada masing-

masing kelompok pergerakan kendaraan (vehicle group movements) dapat

bergerak secara bergantian sehingga tidak mengganggu antar arus yang ada. Ada

berbagai jenis kendali dengan menggunakan kendali lampu lalu lintas dimana
pertimbangan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi persimpangan yang

ada seperti volume dan geometrik simpang.

Berdasarkan cakupan jenis kendali lampu lalu lintas pada persimpangan


dibedakan antara lain:
1. Lampu lalu lintas terpisah (isolated traffic signal): yaitu pengoperasian lampu
lalu lintas dimana dalam perencanaannya hanya didasarkan pertimbangan
pada
satu tempat persimpangan saja tanpa pertimbangkan simpang lain yang dekat.

2. Lampu lalu lintas terkoordinasi (coordinated traffic signal): yaitu

pengoperasian lampu lalu lintas dimana dalam perancangannya

mempertimbangkan cakupan beberapa simpang yang terdapat pada suatu

jalur/arah tertentu

3. Lampu lalu lintas jaringan (networking traffic signal): yaitu pengoperasian

lampu lalu lintas dimana dalam perancangan mempertimbangkan cakupan

beberapa simpang yang terdapat dalam suatu jaringan jalan dalam suatu

kawasan.

Menurut PKJI 2014, dalam pengaturan dan pengoprasian sinyal lampu lalu

lintas ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :

1. Fase sinyal, yaitu bagian dari siklus sinyal dengan lampu hijau disediakan

bagikombinasi tertentu dari gerakan lalu lintas,

2. Waktu siklus, yaitu waktu untuk ukuran lengkap dari indikasi sinyal. waktu

siklus yang terlalu panjang akan menyebabkan meningkatnya keadaan rata-

rata. Jika nilai rasio arus (FR) mendekati atau lebih dari satu maka simpang

tersebut adalah lewat jenuh dan rumus tersebut akan menghasilkan waktu

siklus yang sangat tinggi atau negatif. Jika perhitungan menghasilkan waktu
siklus yang lebih dari batas yang disarankan, maka hal ini menunjukkan

bahwa kapasitas dari simpang tidak mencukupi.

Menurut Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia ada beberapa pertimbangan


pengaturan sinyal lalu lintas antara lain sebagai berikut :
1. Pengaturan waktu tetap umumnya dipilih bila simpang tersebut merupakan

bagian dari sistem sinyal lalu lintas terkoordinasi.

2. Pengaturan sinyal aktuasi (detektor hanya dipasang pada jalan minor atau

tombol penyeberangan pejalan kaki) umumnya simpang tersebut terisolir dan

erdiri dari sebuah jalan minor atau penyeberangan pejalan kaki dan

berpotongan dengan jalan arteri. Pada keadaan ini sinyal selalu hijau untuk

jalan utama bila tidak ada kebutuhan dari jalan minor.

3. Pengaturan sinyal aktuasi penuh adalah model pengaturan yang paling efisien

untuk simpang terisolir di antara jalan-jalan dengan kepentingan dan

kebutuhan lalu lintas yang sama atau hampir sama.

4. Pengaturan sinyal terkoordinasi umumnya diperlukan bila jarak antara

simpang bersinyal berdekatan adalah kecil (kurang dari 200 m).

C. Simpang bersinyal

Pada umumnya sinyal lalu lintas digunakan karena berbagai alasan antara

lain :

1. Untuk menghindari kemacetan akibat adanya konflik arus lalu lintas sehingga

terjamin bahwa suatu kapasitas tertentu dapat dipertahankan, bahkan selama

kondisi lalu lintas jam puncak.


2. Untuk memberi kesempatan kepada kendaraan dan atau pejalan kaki dari jalan

simpang (kecil) untuk memotong jalan utama.

3. Untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas akibat tabrakan antara

kendaraan – kendaraan dari arah yang bertentangan.

Penggunaan sinyal dengan lampu tiga warna (hijau, kuning, merah)

diterapkan untuk memisahkan lintasan dari gerakan – gerakan lalu lintas yang

saling bertentangan dalam dimensi waktu.

Pada sistem transportasi darat pasti terdapat persimpangan dimana banyak

problem yang terjadi karena gerakan – gerakan lalu lintas yang saling

bertentangan (konflik). (Hudari 2018)

a. Konflik utama (primary conflict) merupakan konflik dari gerakan –

gerakan arus lalu lintas yang datang dari jalan – jalan yang saling

berpotongan.

b. Konflik kedua (secondary conflict) merupakan konflik oleh Gerakan

membelok dari arus lalu lintas lurus melawan, atau memisahkan Gerakan

lalu lintas membelok dari pejalan kaki yang menyebrang.

D. Jenis – jenis pengaturan simpang

Makin tinggi tingkat suatu simpang maka tinggi pula kebutuhan

pengaturannya, jenis pengaturan simpang sebidang dapat dikelompokkan menjadi;

1. Pengaturan simpang tanpa lampu lalu lintas.

2. Pengaturan simpang dengan lampu lalu lintas.

E. Volume Lalu Lintas


Menurut Bukhari (2002), volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang

melewati suatu penampang jalan dalam satu satuan waktu, atau secara praktis

dapat ditentukan dengan menghitung langsung jumlah kendaraan yang lewat

dalam satu satuan waktu. Volume lalu lintas yang terjadi selalu tidak tetap, tetapi

akan berubah-ubah menurut hari pada jalur tetap. Volume lalu lintas ini sangat

dipengaruhi oleh musim dalam setahun, hari dalam seminggu, jam dalam sehari.

Disamping itu juga dipengaruhi oleh komposisi lalu lintas, pembagian jurusan

jalan, klasifikasi jalan, jenis penggunaan daerah, sifat jalan (jalan komplek, jalan

tol dan lain-lain) dan secara umum dipengaruhi oleh geometrik jalan.

Untuk menghitung volume lalu lintas digunakan waktu sibuk (Paek

hour). Waktu sibuk adalah volume saat jalan menerima jumlah lalu lintas tertinggi

pada saat jam sibuk. Umumnya dalam menentukan volume lalu lintas

berpedoman pada waktu sibuk, yaitu saat jalan menerima beban maksimum.

Volume lalu lintas di hitung berdasarkan rumus sebagai berikut :

n
Q= ............................................................................................................
t

(1)

q = Volume lalu lintas (smp/jam)

n = Jumlah kendaraan (smp)

t = Waktu tempuh kendaraan (jam)

Menurut Bukhari (2002), volume lalu lintas tidak merata sepanjang waktu

melainkan berfluktuasi. Hubungan antara volume dan waktu (fluktuasi) lalu lintas

tersebut tergantung pada letak dan fungsi jalan tersebut.


F. Komposisi Lalu Lintas

Menurut Bukhari (2002), pada umumnya lalu lintas pada jalan raya terdiri dari

campuran kendaraan cepat, kendaraan lambat, kendaraan berat, kendaraan ringan,

dan kendaraan tak bermotor. Kendaraan dengan ukuran dan berat yang berbeda

mempunyai sifat yang berbeda pula. Misalnya kendaraan truk mempunyai ukuran

dan berat lebih besar, disamping itu juga mempunyai kelincahan lebih rendah

dibandingkan dengan mobil penumpang. Pengaruh kendaraan truk pada

perencanaan jalan antara lain, memerlukan lebar jalur dan kebebasan samping

yang lebih besar, sehingga dapat menurunkan kapasitas jalan. Untuk dapat

menghitung pengaruhnya terhadap lalu lintas dan kapasitas jalan , maka

kendaraaan di bagi dalam beberapa golongan dan setiap golongan mewakili

kendaraan rencana.

Maka pengaruh dari setiap jenis kenderaan terhadap keseluruhan arus lalu

lintas, diperhitungkan dengan membandingkannya terhadap pengaruh dari satuan

mobil penumpang (smp). Untuk menilai setiap kendaraan kedalam satuan mobil

penumpang (smp) pada daerah data, dalam hal ini Dinas Bina Marga telah

mengeluarkan suatu persamaan lalu lintas, khususnya untuk digunakan di

Indonesia.

G. Persimpangan Sebidang

Menurut Bukhari (2002), persimpangan jalan adalah suatu daerah umum

dimana dua atau lebih ruas jalan (link) saling bertemu berpotongan yang

mencakup fasilitas jalur jalan (road way) dan tepi jalan (road side), dimana lalu

lintas dapat bergerak didalamnya. Persimpangan merupakan bagian yang


terpeting dari jalan raya sebab sebagian besar dari efisiensi, kapasitas lalu lintas,

kecepatan, biaya opersi, waktu perjalanan, keamanan dan kenyamanan akan

tergantung pada hal tersebut. Setiap persimpangan mencakup pergerakan lalu

lintas menerus dan lalu lintas yang saling memotong pada satu atau lebih dari kaki

persimpangan dan mencakup juga pergerakan perputaran. Pergerakan lalu lintas

dikendalikan dengan berbagai cara, bergantung pada jenis persimpangannya.

Menurut Ir. Hamirham Soandang MSCE, (2004), simpang jalan pada

pertemuan sebidang, sangat potensial untuk menjadi :

a) Titik pusat konflik lalu lintas yang saling bertemu;

b) Penyebab kemacetan, akibat perubahan kapasitas;

c) Tempat terjadi kecelakaan;

d) Konsentrasi kendaraan dan penyeberangan jalan.

H. Kondisi Geometrik

Menurut Bukhari, dkk (2004 : 8), menyatakan jalan ideal adalah jalan

yang mempunyai lebar lajurnya sebesar 3,75 m (12 ft) dan tidak ada gangguan

benda-benda lain sejarak 2 m (6 ft) dari tepi perkerasan. Menurut Sukirman

(1999: 24, 28, 29), lebar jalan minimum untuk jalan lokal adalah 5,50 m (2 x 2,75

m), lebar ini cukup memadai untuk jalan 2 lajur 2 arah.

Sketsa pola geometrik digambarkan pada Formulir USIG-I, dapat kita lihat

contoh pada Lampiran Gambar A.2.1 Halaman 30. Nama jalan minor dan utama

dan nama kota dicatat pada bagian atas sketsa sebagaimana juga nama pilihan dari

alternatif rencana. Untuk orientasi sketsa sebaiknya juga memuat panah penunjuk
arah. Jalan utama adalah jalan yang dipertimbangkan terpenting pada simpang,

misalnya jalan dengan klasifikasi tertinggi. Untuk simpang 3- lengan, jalan yang

menerus selalu jalan mayor. Pendekat jalan minor sebaiknya diberi notasi A dan

C, pendekat jalan utama diberi notasi B dan D. Pemberian notasi dibuat searah

jarum jam.

Sketsa sebaiknya memberikan gambaran yang baik dari suatu simpang

mengenai informasi tentang kereb, lebar jalur, bahu dan median. Jika median

cukup lebar sehingga memungkinkan melintasi simpang dalam dua tahap dengan

berhenti di tengah (biasanya ≥ 3 m).

I. Kecepatan Lalu Lintas

Kecepatan lalu lintas menggambarkan kondisi arus lalu lintas. Kecepatan

adalah jarak dibagi dengan waktu tempuh. Kecepatan lalu lintas dirumuskan

sebagai berikut :

d
u = .................................................................................................................
t

(2)

Dimana :

u = Kecepatan (km/jam)

d = Jarak tempuh (km)

t = Waktu tempuh d (jam)

J. Level Of Service (LOS)

LOS adalah ukuran kualitatif yang mencerminkan persepsi pengemudi

tentang kualitas mengendarai kendaraan. Baiknya pelayan dapat dinyatakan dalam


tingkat pelayanan Level Of Service (LOS). Level Of Service (LOS) merupakan

ukuran kualitas sebagai rangkaian dari beberapa faktor yang mencakup kecepatan

kendaraan dan waktu perjalanan,interupsi lalu lintas,kebebasan

manuver,keamanan kenyamanan mengemudi,dan ongkos operasi (Operation

cost). Sehingga LOS sebagai tolak ukur kualitas suatu kondisi lalu lintas,maka

volume pelayanan harus kurang dari kapasitas jalan itu sendiri. LOS yang tinggi

didapatkan apabila cycle time yang pendek akan menghasilkan delay yang kecil

dalam klasifikasi pelayanannya LOS dibagi menjadi 6 tingkatan yaitu :

Tabel I. Indikator tingkat pelayanan

Tingkat
Rasio (V/C) Karaktersitik
pelayanan

Arus bebas dengan kecepatan tinggi, tidak


A < 5 detik
ada hambatan.

Arus stabil, tetapi kecepatan mulai dibatasi


B < 5,1 - 15 detik
oleh kondisi arus lalu lintas

Arus stabil tetapi kecepatan dan gerak


C < 15,1 - 25 detik
kendaraan di kendalikan

Arus mendekati tidak stabil, Q/C masih


D < 25,1 - 40 detik
dapat di tolerir.

Volume arus lalu lintas berada pada


E < 40,1 - 60 detik
kapasitas tidak stabil

F > 60 detik Arus yang dipaksakan, kecepatan rendah,


antrian Panjang Q < C

Sumber : PKJI 2014

K. Studi Kajian Terdahulu

Ada beberapa penelitian terdahulu mengenai efektifitas persimpangan

yang dapat dilihat dibawah ini :

Penelitian oleh YUSMEI GULO Tahun 2019, Maksud dari penelitian ini

adalah untuk menganalisa lampu lalu lintas pada persimpangan Jl. Letda Sujono –

Mandala By Pass – Jl. Selamet Ketaren terhadap titik konflik kendaraan. “Analisa

perhitungan lampu lalu lintas pada persimpangan terhadap titik komplit

kendaraan” Berdasarkan analisa dan pembahasan yang telah dilakukan, maka

dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan

hasil hitungan yang diperoleh di lapangan kapasitas yang terjadi di simpang jalan

Mandala pada hari Senin (pukul 17.00 – 18.00 WIB). Data tersebut diambil pada

pengambilan survey paling puncak selama survey 3 hari di lapangan. 2. Derajat

kejenuhan yang terjadi di simpang jalan Mandala pada hari Senin pukul 17.00 –

18.00 WIB untuk masing-masing pendekat utara, barat, selatan, dan timur adalah

1,54 > 0,75 untuk semua pendekat, dengan nilai tundaan sebesar 467,11 det/smp

dan tingkat kinerja pelayanan jalannya F (buruk sekali). Data tersebut diambil

pada pengambilan survey paling puncak selama survey 3 hari di lapangan. 3. Dari

hasil alternatif didapat nilai waktu siklus yang lebih sedikit, yaitu waktu siklus

100 detik. Dengan waktu siklus yang lebih singkat maka arus lalu lintas sudah

mulai stabil dan lancar, sehingga kepadatan lalu lintasnya sudah mulai berkurang

dan pengendara aman dalam berlalu-lintas, sehingga di dapat nilai Derajat


Kejenuhannya (DS) = 0,95. Tundaan rata-rata simpangnya didapat sebesar 15,08

det/smp dengan tingkat pelayanannya C (sedang) yang artinya arus stabil,

kecepatan dapat dikontrol oleh lalu lintas. waktu siklus 100 detik. Dengan waktu

siklus yang lebih singkat maka arus lalu lintas sudah mulai stabil dan lancar,

sehingga kepadatan lalu lintasnya sudah mulai berkurang dan pengendara aman

dalam berlalu-lintas, sehingga di dapat nilai Derajat Kejenuhannya (DS) = 0,95.

Tundaan rata rata simpangnya didapat sebesar 15,08 det/smp dengan tingkat

pelayanannya C (sedang) yang artinya arus stabil, kecepatan dapat dikontrol oleh

lalu lintas.

Berdasarkan analisa dan pembahasan oleh Hermantinus Waluwu dengan

judul “Analisa traffic control pada simpang jalan pelangi medan” yang telah

dilakukan, maka dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Metodologi yang dipakai dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini dibagi

menjadi tiga tahap. Tahap 1 yaitu persiapan dan studi literatur, tahap 2 adalah

survey lapangan untuk memperoleh data primer dan data sekunder, dan tahap 3

yaitu analisis dan pengolahan data dengan menggunakan metode Manual

Kapasitas Jalan Indonesia.

2. Berdasarkan hasil hitungan yang diperoleh di lapangan kapasitas yang terjadi

di simpang Pelangi pada hari Senin (16/07/2018) pukul 17.00 – 18.00 WIB

untuk masing-masing pendekat utara, barat, selatan, dan timur adalah 2624

smp/jam, 1138 smp/jam, 2298 smp/jam, 1180 smp/jam. Data tersebut diambil

pada pengambilan survey paling puncak selama survey 3 hari di lapangan.


3. Derajat kejenuhan yang terjadi di simpang Pelangi pada hari Senin

(16/07/2018) pukul 17.00 – 18.00 WIB untuk masing-masing pendekat utara,

barat, selatan, dan timur adalah 0,74 untuk semua pendekat. Data tersebut

diambil pada pengambilan survey paling puncak selama survey 3 hari di

lapangan.

Penilitian oleh ERIC GOLDMAN SINAR Tahun 2010 dengan judul

“Analisis kinerja simpang tanpa sinyal (studi kasus : simpang tiga ringroad -

maumbi)” dapat disimpulkan bahwa;

1. Waktu sibuk di persimpangan Jalan ruas Ringroad – Maumbi – Kairagi yaitu

pada hari rabu, 19 November 2013 pukul 17.00 – 18.00 dengan jumlah arus

total 2671,4 smp/jam, dan nilai kapasitas sebesar 2728.775080 smp/jam.

2. Diperoleh nilai derajat kejenuhan (DS) sebesar 0,98. Nilai ini lebih besar dari

nilai yang di isyaratkan dalam MKJI 1997 yaitu 0,75.

3. Tundaan simpang (D) adalah sebesar 18,1070 detik/smp dan nilai peluang

antrian sebesar 38 % - 76 %.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih pada penelitian adalah persimpangan yang terletak

diadipura lama Jalan Urip sumaharjo, pemilihan lokasi ini karena kerap terjadi

kemacetan diruas jalan diakibatkan oleh Kawasan Pendidikan.

B. Kondisi Geometrik Jalan


Data kondisi geometri jalan yang telah diamati dan diukur, kemudian

selanjutnya dicaatat untuk digunakan dalam perhitungan menentukan volume dan

follow up time jalan yang ditinjau.

C. Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai

berikut:

1. Stopwatch

Berfungsi sebagai alat acuan untuk mengetahui volume kendaraan yang ada

pada simpang lokasi penelitian

2. Rol meter

Berfungsi untuk mengukur dimensi jalan pada lokasi penelitian

3. Kamera

Berfungsi untuk mendokumentasikan pergerakan lalu lintas yang terjadi pada

lokasi simpang jalan yang di teliti.

4. Tripod
Sebagai alat dudukan untuk kamera pada saat survei untuk menstabilkan

pengambilan gambar di lapangan.

5. Laptop
Digunakan untuk mengolah data hasil survei menggunakan perangkat lunak

Ms. Excel

6. Simple multiple counter

Digunakan untuk memudahkan dalam menghitung kendaraan yang melintas

pada ruas jalan lokasi penelitian.

7. Alat tulis (ATK)

Digunakan untuk mencatat hasil survei yang dilakukan di lokasi penelitian.

D. Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilakukan selama 4 hari yaitu :

1. Satu hari mewakili hari kerja yaitu hari senin dan kamis

2. Satu hari mewakili hari libur yaitu sabtu dan minggu

Dalam satu hari dilakukan pengamatan pada jam – jam puncak (peak

hours) yaitu pada jam

Jam pagi = 07.00 – 09.00 WITA

Jam siang = 12.00 – 14.00 WITA

Jam sore = 16.00 – 18.00 WITA

Untuk mengetahui jam – jam besar volume lalu lintas yang melalui

persimpangan jalan Urip sumaharjo dan Perintis kemerdekaan.

E. Pelaksanaan Penelitian

Dalam mempertanggung jawabkan hasil dari pelaksanaan penelitian ini,

maka penelitian ini meliputi latar belakang, persiapan, pengumpalan data dan
analisis pergerakan lalu lintas di simpang jalan tersebut. Maka daripada itu

peneliti melakukan kajian perihal menglatar belakangi terkait permasalan yang

terjadi dalam perkembangan lalu lintas di wilayah Makassar, selain itu melakukan

kajian pustaka terkait penelitian yang akan dilaksanakan,kemudian melakukan

survei lapangan guna mengetahui kondisi existing lokasi penelitian juga untuk

menentukan titik letak penempatan alat survei.

F. Tahap Pengambilan Data

Tahap pengumpulan data merupakan langkah awal setelah tahap persiapan

dalam proses penelitian. Adapun beberapa metode yang dilakukan yaitu antara

lain:

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil surrvei yang dilakukan

langsung dilapangan. Data yang diperlukan sebagai bahan analisis perhitungan

lampu lalu lintas meliputi:

a. Data geometrik simpang

b. Data volume lalu lintas

c. Data sinyal

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh darri dinas terrkait, seperti dinas,

kantor, dan lainnya. Data sekunder yaitu data kependudukan dan peta jaringan

jalan. Pengumpulan data sekunder yaitu dengan cara meminta kepada dinas/kantor

terkait.
G. Tujuan Metodologi

Tujuan dari adanya metodologi ini adalah untuk mempermudah

pelaksanaan dalam melakukan pekerjaan Tugas Akhir ini, guna memperoleh

pemecahan masalah sesuai dengan maksud dan tujuan yang telah diteteapkan

melalui prosedur kerja yang sistematis, teratur, tertib sehingga dapat

dipertanggung jawabkan.

H. Tahap Pengolahan Data


Survei pendahuluan ini bertujuan untuk mengetahui data awal mengenai

pola arus lalu lintas, lokasi survei yang akan dipilih dan jam puncak (peak hour)

dan juga kondisi lingkungan di sekitar simpang. Adapun hal-hal yang perlu

diperhatikan dari survei ini adalah :

1) Penempatan tempat atau titik lokasi survei yang memudahkan pengamat.

2) Penentuan arah lalu lintas dan jenis kendaraan yang disurvei.

3) Membiasakan para pensurvei dalam menggunakan alat yang akan digunakan

untuk survey.

4) Memahami kesulitan yang memugkinkan muncul pada saat pelaksanan survei

dan melakukan revisi sesuai dengan keadaan lapangan serta kondisi yang

mungkin dihadapi.

I. Pengumpulan Data Lapangan

Untuk memperoleh tujuan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya maka

dilakukan pengumpulan data. Pengumpulan data tersebut digolongkan menjadi

dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang diambil dari lapangan

meliputi kondisi geometrik, kondisi lingkungan, volume lalu lintas, pencatatan


waktu siklus dan fase sinyal. Untuk data sekunder adalah data yang didapat dari

sumber lain, sumber ini didapat dari instansi swasta dan instansi pemerintah

antara lain dapat berupa laporan penelitian, laporan sensus, peta,dan foto.

1. Pengamatan geometrik simpang dan pengukuran geometrik simpang

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Mencatat jumlah lajur dan arah.

b. Menentukan kode untuk masing-masing pendekat (Utara, Selatan, Timur

dan Barat) dan tipe pendekat (P = terlindung, O = terlawan).

c. Menentukan ada tidaknya median jalan.

d. Menentukan kelandaian jalan.

2. Pengamatan kondisi lingkungan adalah dengan menentukan simpang tersebut

sebagai lahan komersial, permukiman, atau daerah dengan akses terbatas.

3. Penentuan fase sinyal dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Mencatat lamanya waktu menyala tiap fase dengan alat pencatat waktu.

b. Waktu siklus diperoleh dengan cara mencatat lamanya waktu semua fase

dari saat menyala, berhenti sampai menyala kembali.

c. Waktu hilang diperoleh dengan menjumlahkan fase merah semua dan fase

kuning.

d. Survei lalu lintas dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor


jumlah kendaraan, arah gerakan waktu pengamatan dan periode jam sibuk.
Setiap pengamat mencatat semua kendaraan yang melewati pendekat
(Kendaraan ringan, Kendaraan berat dan Sepeda motor) baik untuk
gerakan lurus, belok kiri, dan belok kanan, serta memasukkan data
tersebut ke dalam formulir pencacahan yang telah diberikan. Pengumpulan
data volume lalu lintas pada simpang dilakukan dengan mencatat semua
kendaraan yang lewat pada dua buah titik pengamatan atau garis
pengamatan pada ruas jalan dan simpang yang diamati oleh surveyor,
kendaraan digolongkan kedalam tiga kategori yaitu :
1) Sepeda Motor / Motorcycle (MC)

2) Kendaraan ringan / Light Vehicle (LV)

3) Kendaraan berat / Heavy Vehicle (HV)

Volume lalu lintas dinyatakan dengan rumus :

n
Q= ..........................................................................................................
t

(3)

J. Kinerja lalu lintas


1. Kapasitas Simpang
C = S x g/CO
2. Kapasitas Derajat Kejenuhan
DS = Q/C = ( Q x C ) / ( S x g )
3. Arus jenuh
S = So x Fcs x Fsf x FG x Fp x FRT x FLT (smp/jam hijau)

K. Analisa Data
Setelah data selesai dikelolah selanjutnya dilakukan analisis berdasarkan

hasil survey lapangan. Tahapan ini meliputi analisa hasil perhitungan volume lalu

lintas dan efektifitas kinerja lalu lintas. Untuk menganalisa data yang didapat dari

hasil pengelolaan data perhitungan volume dan digunakan waktu selama 2 hari

berturut-turut yaitu pada minggu dan senin.


L. Bagan Alur Penelitian

Mulai

Studi literatur
Persiapan survey
1. Survei Pendahuluan
2. Penyiapan Logistik Survei
3. Pelaksanaan Survei

Pengambilan data

Data Primer : Data Sekunder :


-Geometrik jalan -Kondisi lapangan
(lokasi survey)
-Volume lalu lintas
-Data jumlah penduduk
-Kecepaatan lalu lintas

Perhitungan dan pengolahan


data dengan metode PKJI

Analisis dan
pembahasan

Kesimpulan dan
saran

Selesai

Anda mungkin juga menyukai