Anda di halaman 1dari 58

MANAJEMEN DAN

REKAYASA LALU
LINTAS
Materi: 12
Pengendalian Ruas-1
Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas - MRLL

UNSUR
HUBUNG
UNSUR POLRI
PERAN

PENINGKATAN DAN PERBAIKAN PHISIK JALAN


PENETAPAN KEBIJAKAN DAN PENGADAAN & PENEMPATAN PERLENGKAPAN JALAN
MAN & REK OPS DAN
PENEGAKAN HUKUM

1) penetapan prioritas angkutan massal melalui


penyediaan lajur atau jalur atau jalan
khusus;
2) pemberian prioritas keselamatan mengoptimalkan
dan kenyamanan Pejalan Kaki; penggunaan
3) pemberian kemudahan bagi penyandang cacat;
jaringan Jalan dan
4) pemisahan atau pemilahan pergerakan arus
Lalu Lintas berdasarkan peruntukan lahan, gerakan Lalu Lintas
mobilitas, dan aksesibilitas;
5) pemaduan berbagai moda angkutan;
6) pengendalian Lalu Lintas pada persimpangan;
7) pengendalian Lalu Lintas pada ruas Jalan;
dan/atau
8) perlindungan terhadap lingkungan.
2
Metoda/ Cara Melakukan MRLL
1 penetapan prioritas angkutan massal;

2 pemberian prioritas keselamatan dan kenyamanan pejalan kaki;

3 pemberian kemudahan bagi penyandang cacat;

4 pemisahan atau pemilahan pergerakan arus lalu lintas;

5 pemaduan berbagai moda angkutan;

6 pengendalian lalu lintas pada persimpangan;

7 pengendalian lalu lintas pada ruas jalan;


8 perlindungan terhadap lingkungan.
7. Pengendalian Lalu Lintas Pada Ruas Jalan

1) penerapan jalur /lajur pasang surut


2) penerapan sistem satu arah;
3) penerapan lajur kendaraan berpenumpang tinggi (HOV);
4) pembatasan ruang parkir di ruang milik jalan;
5) pengaturan dan pembatasan kecepatan;
6) pembatasan jenis kendaraan tertentu;
7) pembatasan kendaraan dengan kapasitas tertentu;
8) penyediaan fasilitas berputar arah;
9) pengendalian ruas dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk kepentingan lalu lintas (Intellegent
transportation system/ ITS).
10) Pengendalian lalu lintas di ruas pada perlintasan sebidang dengan
kereta api.
7. Catatan Tambahan
• Selain teknik-teknik pengendalian lalu lintas di ruas jalan
diatas, dimungkinkan juga untuk menerapkan teknik-
teknik pengendalian lalu lintas di ruas jalan lainnya.

• Teknik-teknik pengendalian lalu lintas di ruas jalan yang


akan diterapkan harus memperhatikan kelancaran dan
keselamatan lalu lintas serta kebijakan transportasi secara
umum.
7.1) Penerapan Jalur / Lajur Pasang Surut

• Penerapan jalur pasang surut (tidal flow)


dilakukan umumnya pada jam-jam sibuk tertentu,
dimana volume lalu lintas masing-masing arah
pada suatu ruas jalan sangat tidak seimbang.
7.1) Persyaratan

diterapkan pada ruas jalan yang memiliki paling sedikit 2 lajur 2 arah;

1
nisbah volume per kapasitas salah satu arah pada jam puncak
melebihi 0,9;

2 perbandingan volume lalu lintas kedua arah sekurang-kurangnya


70:30 atau sebaliknya;

3
tidak mengganggu pelayanan angkutan umum.

4
7.1) Catatan Tambahan

• Penerapan jalur pasang surut harus dilengkapi dengan media


informasi, rambu lalu lintas, dan pemisah jalan yang
bersifat sementara.

• Untuk kelancaran dan keselamatan berlalu lintas,


penerapan jalur / lajur pasang surut harus dijaga oleh
petugas dari instansi yang berwenang dibidang sarana dan
prasarana lalu lintas dan angkutan jalan dan/ atau petugas
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Umum

• Pada jam-jam sibuk tertentu, volume lalu lintas masing-masing


jurusan pada jalan-jalan arteri dua arah sangat tidak seimbang.
Kondisi ini sangat tidak efisien, karena kapasitas jalan yang ada
tidak dimanfaatkan secara penuh, lajur pasang surut
merupakan pemecahan terbaik untuk kondisi tersebut.
• Pada sistem lajur pasang surut, satu atau lebih lajur lalu lintas
dikhususkan untuk arus lalu lintas arah tertentu pada jam sibuk
pagi dan untuk arah yang sebaliknya pada jam sibuk sore.
• Maksud dari sistem lajur pasang surut adalah untuk memberikan
tambahan lajur untuk arah yang mempunyai arus lebih besar.
Pada keadaan ekstrim bahkan: pada jam-jam sibuk tertentu jalan
dua arah dapat diubah menjadi satu arah.
Manfaat

1) Sistem lajur pasang surut secara logis merupakan metode yang


paling efisien dalam meningkatkan kapasitas jaringan jalan
pada jam-jam sibuk.
2) Hal tersebut dilakukan dengan cara memanfaatkan lajur lalu
lintas pada arah yang mempunyai arus kecil untuk digunakan
bagi lalu lintas yang arusnya lebih besar. Ini berarti merupakan
langkah pemanfaatan lajur semaksimal mungkin.
3) Sistem ini sangat efisien terutama pada jembatan atau
terowongan, dimana biaya penambahan lajur sangat tinggi
atau bahkan kemungkinan secara fisik tidak mungkin sama
sekali.
Kerugian

1) Pada jam-jam sibuk tersebut kapasitas pada arah arus yang


kecil berkurang;
2) Menimbulkan sedikit masalah pada ujung jalan
yang bersangkutan (atau pada persimpangan);
3) Memerlukan pengawasan yang ketat (dari polisi),
untuk mencegah pelanggaran terhadap pengaturan
tersebut.
Pertimbangan-pertimbangan

Pertimbangan sebelum sistem lajur pasang-surut diterapkan:


1) Adanya kemacetan
Jika tingkat pelayanan selama periode tertentu menurun sampai pada
batas di mana arus lalu lintas akan melampaui kapasitas aktual,
kemungkinan penerapan lajur pasang surut perlu dipikirkan.

2) Saat terjadinya kemacetan


Dalam hal ini harus dapat dipastikan bahwa saat terjadinya kemacetan
lalu lintas adalah periodik dan dapat diperkirakan, sehingga
pengoperasian sistem lajur pasang surut dapat lebih mudah.
3) ..
3) Perbandingan arah volume lalu lintas
Sistem lajur pasang surut dicapai dengan pemanfaatan lajur pada arah
dengan volume lalu lintas yang l'ebih rendah. Perhitungan volume lalu
lintas perlajur akan memastikan apakah beberapa lajur pada arah yang
minor dapat dikurangi atau tidak, kalaupun bisa berapa yang akan
dialokasikan untuk masing-masing arah dan kapan lajur pasang surut
diberlakukan.
4) Kapasitas pada lokasi-lokasi akses
Kapasitas yang memadai harus terpenuhi pada ujung sistem lajur pasang
surut sehingga memudahkan bagi pengendara yang masuk maupun
keluar sistem. Apabila hal di atas tidak terpenuhi maka penerapan sistem
lajur pasang surut tidak lebih daripada hanya memindahkan masalah lalu
lintas dari satu tempat ke tempat lain saja.
Metode pengaturan

Cara yang dapat dipakai dalam menerapkan sistem lajur pasang


surut antara lain dengan:
1) Lampu pengatur lalu lintas .dapat diletakkan di atas
masing- masing lajur (Gantry System).
2) Lampu pengatur lalu lintas dapat diletakkan di atas
masing- masing lajur (Gantry System).
3) Berbagai pembatas fisik seperti kerucut lalu lintas dan lain-
lain.
7.2) Penerapan sistem satu arah (SSA)

PERSYARATAN

1
terdapat jalan yang sejajar dengan tingkat pelayanan yang setara
dengan jalan yang dilakukan pengaturan satu arah yang dapat
dipergunakan pengguna jalan untuk arah yang berlawanan;

2 kondisi lalu lintas pada jalan tersebut memiliki nisbah volume per
kapasitas > 0,85.
7.2) Pertimbangan - SSA

pengaruhnya terhadap pelayanan angkutan umum;

1
pengaruhnya terhadap distribusi
barang;

2
pengaruhnya terhadap pusat-pusat kegiatan sebagai

pembangkit lalu lintas sekitar jalan satu arah.


3
Umum

• Pada dasarnya hampir semua jalan direncanakan untuk


dipakai dua arah.
• Dengan semakin rneningkatnya arus lalu lintas, konflik
antar kendaraan, dan antara kendaraan dengan pejalan
kaki akhirnya mendorong penerapan sistem jalan satu arah.
• Di daerah pusat kota dimana arus lalu lintasnya tinggi,
persimpangan yang saling berdekatan, penerapan jalan
searah sangat menguntungkan, terutama ditinjau dari sudut
pengaturan lampu pengatur lalu lintas dan peningkatan
kapasitas jalan.
Cara:

1) Jalan satu arah yang permanen.


2) Jalan satu arah sementara, dapat berupa jalan yang pada
kondisi bukan jam sibuk merupakan jalan dua arah, pada
jam sibuk pagi dibuat searah dan sebaliknya pada jam sibuk
sore ibuat searah yang berlawanan.
Manfaat

1) Meningkatkan kapasitas
a) Mengurangi hambatan-hambatan pada persimpangan yang
ditimbulkan oleh konflik kendaraan membelok dan konflik
arus kendaraan dengan penyeberang jalan;
b) Memungkinkan penyesuaian lebar lajur lalu lintas yang dapat
menambah kapasitas ataupun menambah jumlah lajur baru;
c) Mempersingkat waktu tempuh;
d) Terjadinya penyebaran lalu lintas guna menghindari kemacetan pada
jalan-jalan yang berdekatan;
e) Menyederhanakan pengaturan lampu pengatur lalu lintas
terutama pada koordinasi lampu lalu lintas.
2) Meningkatkan keselamatan
a) Pengurangan konflik antar arus kendaraan dan antara arus
kendaraan dengan penyeberang jalan pada persimpangan;
b) Terhindarnya penyeberang jalan terjebak di tengah arus lalu lintas
yang saling berlawanan arah;
c) Perbaikan pada pengamatan kondisi persimpangan bagi pengemudi.
3) Lain-lain
a) Penambahan kapasitas lalu lintas untuk interval waktu tertentu tanpa
biaya yang mahal;
b) Memperoleh pembaharuan pola lalu lintas dalam waktu
singkat dengan biaya yang rendah.
Kerugian

• Pemakai jalan (kendaraan bermotor ) harus memutar


untuk mencapai suatu tujuan tertentu, hal ini akan
rnembuang waktu dan bahan bakar;
• Bagi pendatang baru mungkin mernbingungkan, khususnya
jika geometri jaringan jalan tidak beraturan serta marka
dan ambu-rambunya tidak jelas.
Perencanaan Jalan Satu Arah

1) Apakah sistem jaringan jalan yang ada adalah sedemikian rupa sehingga
diperoleh sepasang jalan searah?
2) Bagaimana pengaruh terhadap pengoperasian kendaraan
angkutan umum penumpang?
3) Bagaimana pengaruh terhadap pengoperasian kendaraan
angkutan barang?
4) Apakah geometri ujung jalan yang akan dioperasikan searah cukup
memenuhi syarat, sehingga pada pertemuannya dengan lalu lintas
dua arah tidak menimbulkan kemacetan maupun masalah
keselamatan?
5) Adakah lokasi pembangkit lalu lintas pada jalan yang akan dijadikan
jalan searah? Jika ada, apa pengaruh yang akan diperkirakan terjadi?
1) Segi jalan
a) Kapasitas jalan pada salah satu arah harus seimbang dengan kapasitas pada
jalan yang berlawanan arah.
b) Sepasang jalan searah yang paling disarankan adalah yang saling berdekatan.
2) Ujung jalan searah
Pola jaringan jalan tertentu biasanya sangat cocok untuk dioperasikan sebagai sistem
jalan searah misalnya :
a) jalan yang berpotongan dan menjadi satu berbentuk Y.
b) Pada pola "grid" sistem jalan searah akan beruJung pada persirnpangan dengan
4 kaki.
c) Jika suatu jalan searah berakhir pada suatu jalan arteri, maka sebaiknya
sistem searah ini diteruskan sampai satu blok di depannya, sehingga tidak
mempengaruhi operasi lalu lintas di jalan arteri tersebut.
7.3) Penerapan lajur kendaraan berpenumpang tin

• diterapkan pada jam-jam tertentu sesuai dengan


1 kondisi arus lalu lintas;

• memiliki minimal 2 lajur per arah.


2

• Penerapan lajur kendaraan berpenumpang tinggi


sekurang-kurangnya harus dilengkapi dengan
marka jalan dan rambu petunjuk.
• Lajur kendaraan berpenumpang tinggi – (High-Occupancy Vehicle
- HOV), juga dikenal sebagai lajur carpool atau diamond (berlian),
adalah strategi manajemen lalu lintas untuk memaksimalkan
pemanfaatan kapasitas jalan;
• Manfaat: meningkatkan kelancaran angkutan umum,
meningkatkan pemanfaatan kapasitas mobil pribadi, mengurangi
kemacetan, menghemat BBM, mengurangi polusi, dll.
• Lajur HOV biasanya terletak di lajur cepat/ luar/ kanan dan
ditandai dengan marka diamond. (pada Jalan tol Jakarta Cikampek
pernah diterapkan lajur HOV-khusus bus, pada lajur lambat/ kiri);
• Pengoperasian Lajur-HOV:
– Paruh waktu: misal hanya beroperasi pada hari kerja (Senin sampai
Jumat) selama jam-jam kemacetan puncak, misalnya: antara jam 06.00-
09.00 pagi dan 16.00-19.00; Semua kendaraan lain dapat menggunakan
jalur tersebut selama jam-jam di luar jam tersebut.
– dapat pula diterapkan secara penuh (24 jam sehari dan 7 hari seminggu).
7.4) Pembatasan ruang parkir di ruang milik jala

Dilakukan apabila memenuhi kriteria paling sedikit:

• Perbandingan/ nisbah volume per kapasitas sama dengan


1 atau lebih besar dari 0,7 pada salah satu jalur jalan;

• Hanya dapat dilalui kendaraan dengan kecepatan rata-rata


2 pada Jam puncak kurang dari 30 km/jam.

Pemberlakuan pembatasan ruang parkir selain memenuhi kriteria


diatas, juga harus memperhatikan kualitas lingkungan.
• Pembatasan ruang parkir di ruang milik jalan sekurang-kurangnya
harus dilengkapi dengan marka jalan berupa larangan parkir dan/atau
Pembatasan ruang parkir

• Dapat dilakukan dengan pembatasan:


1) waktu parkir;
2) durasi parkir;
3) tarif parkir;
4) kuota parkir; dan/atau
5) lokasi parkir.

• Pelaksanaan pembatasan ruang parkir diatur


dengan peraturan daerah.
Pembatasan waktu parkir

• Penetapan larangan parkir pada waktu-waktu tertentu,


misal: dilarang parkir pada jam sibuk pagi atau jam sibuk
sore hari, dimana jalan lebih diutamakan untuk mengalirkan
arus lalu lintas;
• Penetapan ini biasanya dilakukan untuk jalan-jalan yang
masih diizinkan untuk parkir di pinggir jalan, tetapi kapasitas
jalannya terbatas.
• Sehingga untuk meningkatkan kapasitas pada waktu-
waktu tertentu maka parkir di pinggir jalan di larang.
Pembatasan durasi parkir

• Penetapan waktu maksimal parkir;


• Biasanya dengan menggunakan mesin parkir,
yang mempunyai alarm lama waktu parkir;
• Dalam hal ini parkir dibatasi dalam waktu tertentu, misal 1
atau 2 jam, dan kendaraan harus keluar dari lokasi parkir
sebelum waktu parkirnya berakhir (alarm berbunyi) atau
akan mendapat denda yang besar.
Pembatasan tarif parkir

• Berdasarkan waktu: tarif progresif, semakin lama semakin tinggi;


Cara: waktu tertentu diawal parkir (satu atau dua jam pertama)
dengan tarif tetap (flat), selanjutnya akan bertambah dengan
jumlah tertentu seiring dengan bertambahnya waktu, misal
setiap 15 / 30 / 60 menit;
Pemberlakuan tarif progresif perlu mesin parkir; Untuk parkir di
badan jalan selain perlu mesin parkir untuk setiap SRP, juga masih
perlu diawasi; Untuk lokasi yang tertutup, akan lebih mudah,
karena dapat dikendalikan pada pintu keluar/masuk lokasi.
• Berdasarkan zona, misal: tarif yang lebih mahal pada zona-
zona tertentu dipusat kota;
• Berdasarkan lokasi: tarif parkir di badan jalan lebih tinggi daripada
tarif parkir di luar badan jalan.
Pembatasan kuota parkir

• Dengan membatasi SRP pada lokasi-lokasi parkir di badan


jalan;
• Untuk parkir diluar badan jalan, melalui:
Merubah pendekatan dalam pemberian Izin Mendirikan Bangunan
(IMB) untuk tempat-tempat umum, perkantoran dengan merubah
pendekatan dari jumlah ruang parkir minimal menjadi jumlah ruang
parkir maksimal yang boleh disediakan;
Pembatasan lokasi parkir

• Sesuai dengan UU 22/ 2009 tentang LLAJ, maka


penyelenggaraan fasilitas parkir hanya dilakukan pada Jalan
Kabupaten, Jalan Kota, dan Jalan Desa; dalam arti jalan-
jalan arteri primer dan kolektor primer sudah terlarang
untuk fasilitas parkir pada badan jalan;
• Dari ketiga jaringan jalan sesuai kewenangannya
tersebut, dapat pula dilakukan pembatasan, misal:
1) Membatasi penyelenggaraan fasilitas parkir pada jaringan jalan
primer antar kota-kota di Kabupaten, dan pada jalan-jalan
arteri sekunder serta kolektor sekunder di perkotaan; dan
2) Membatasi lokasi-lokasi parkir pada zona-zona dipusat
kegiatan (pusat kota);
7.5) Pengaturan dan pembatasan kecepatan

• Pengaturan dan pembatasan kecepatan bertujuan untuk


menurunkan tingkat kecelakaan dan membantu pengendara
dalam memilih kecepatan yang sesuai dengan kondisi jalan dan
cuaca serta lingkungan yang ada sehingga diperoleh kondisi lalu
lintas yang lebih baik.

• pembatasan kecepatan dengan pemasangan rambu;


1 dan/atau

• pembatasan kecepatan dengan pembatasan fisik


2 berupa traffic humps.
Umum

• Maksud: untuk membantu pengendara dalam


memilih kecepatan yang sesuai dengan:
– kondisi jalan;
– Cuaca; dan
– lingkungan yang ada.
• sehingga akan diperoleh kondisi arus lalu lintas yang lebih
baik dan mengurangi angka kecelakaan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pengaturan Kecepatan
1) Sikap Masyarakat;
2) Tingkat frekuensi kecelakaan dalam kaitannya
dengan kecepatan;
3) Pengaruh lingkungan pada kecepatan;
4) Jenis dan kondisi jalan;
5) Tataguna lahan sekitar;
6) Kondisi cuaca.
1. Sikap Masyarakat • Berbagai program
keselamatan lalu lintas
• Masyarakat, baik sebagai dilakukan untuk meyakinkan
individu maupun kelompok akan bahwa kecepatan adalah
mengusulkan batas kecepatan penyebab utama suatu
yang lebih rendah bagi jalan- kecelakaan lalu lintas.
jalan di sekitar tempat
tinggalnya.
• Instansi pengelola jalan biasanya
menerima usulan untuk
melakukan pembatasan
kecepatan yang berarti
menunjukkan adanya sesuatu
hal yang kurang benar pada
suatu ruas jalan.
2. gkat frekuensi kecelakaan
dalam kaitannya dengan
kecepatan
3. Pengaruh lingkungan 4. Jenis dan kondisi jalan
pada kecepatan
• Meskipun istilah yang dipakai • Kecepatan yang tinggi relatif
adalah "kecepatan yang aman" aman pada jalan dengan
akan tetapi istilah tersebut standar design yang tinggi
adalah relatif dan tergantung seperti pada jalan arteri dimana:
pada situasi dan kondisi – lajur yang lebar,
setempat; – tidak ada tikungan yang tajam,
• Batas "kecepatan yang aman " – jarak pandang yang cukup,
di suatu lokasi mungkin tidak – adanya pembatasan jalan akses
aman di tempat lain; – dan lain-lain.

• Demikian juga suatu batas • Kondisi permukaan jalan juga


"kecepatan yang aman" pada merupakan faktor yang
waktu tertentu, mungkin tidak menentukan kecepatan aman,
aman pada kondisi cuaca yang khususnya karakteristik
lain, meskipun pada tempat permukaan jalan yang
yang sama. menjadi licin pada kondisi
basah.
5. Tataguna lahan sekitar 6. Kondisi cuaca

• Kecepatan yang aman juga Cuaca yang merupakan faktor utama yang m
sangat dipengaruhi oleh adanya
persimpangan dan kegiatan
sepanjang koridor jalan.
• Kecepatan pada jalan-jalan
perkotaan umumnya lebih
rendah dibanding jalan-jalan luar
kota, karena adanya berbagai
kegiatan di sepanjang jalan
tersebut.
Pita Penggaduh
Jenis Pita Penggaduh: • Fungsi Pita Penggaduh:
a. mengurangi kecepatan
a. rumble strip; kendaraan;
b. shoulder rumble; dan b. mengingatkan pengemudi
c. rumble area. tentang objek di depan
yang harus diwaspadai;
c. melindungi penyeberang
jalan; dan
rumble strip, berbahan marka
d. mengingatkan pengemudi
jalan; akan lokasi rawan
shoulder rumble; dan rumble area berbahan kecelakaan.
asphalt atau termoplastik deng
Pita penggaduh • Pita penggaduh berupa
ditempatkan dan dipasang sebelum: rumble strip ditempatkan
dan dipasang dengan
jarak paling sedikit 5.000
a. perlintasan sebidang kereta (lima ribu) milimeter
api; sekolah; sebelum pintu gerbang
b.
pintu tol; atau
c. tol.
tempat-tempat yang
d. • Pita penggaduh berupa
berbahaya.
rumble shoulder
ditempatkan dan dipasang
tegak lurus melintang pada
marka membujur
pembatas tepi jalan.
Alat Pembatas Kecepatan

• Alat pembatas kecepatan digunakan untuk memperlambat


kecepatan kendaraan, berupa peninggian sebagian badan
jalan dengan lebar dan kelandaian tertentu yang posisinya
melintang terhadap badan jalan;
• Alat pembatas kecepatan, meliputi:
a. Speed Bump;
b. Speed Hump;
c. Speed Table.
Speed Bump

• Speed Bump adalah alat pembatas kecepatan yang digunakan hanya


pada area parkir, atau jalan lingkungan terbatas dengan kecepatan
operasional di bawah 10 (sepuluh) km/ jam;
• Merupakan area perkerasan yang ditinggikan melintang di jalan;
• Terbuat dari bahan badan jalan, karet, atau bahan lainnya yang memiliki
pengaruh serupa;
• Tinggi maksimal : 12 cm; Lebar bagian atas minimal : 15 cm;
• Lebar pada jalan: (30 – 100) cm;
• Kombinasi warna kuning atau putih berukuran 20 cm sedangkan warna
hitam berukuran 30 cm, dengan sudut kemiringan pewarnaan ke
kanan sebesar: 30 ⁰ - 45⁰.
• Speed bump menyebabkan ketidaknyamanan bagi pengemudi dan
umumnya mengakibatkan kendaraan melambat hingga 8 km/jam
atau kurang di setiap benturan.
Speed Humb

• Speed Hump adalah alat pembatas kecepatan yang


digunakan hanya pada jalan lokal dan jalan lingkungan
dengan kecepatan operasional di bawah 20 (dua puluh)
kilometer per jam.
• Merupakan area perkerasan yang ditinggikan melintang di jalan;
• Terbuat dari bahan badan jalan, karet, atau bahan lainnya
yang memiliki pengaruh serupa;
• Tinggi maksimal : 5 sampai dengan 9 cm;
• Lebar pada jalan : (350 – 390) cm, dengan panjang tanjakan (90-
180) cm;
• Warna: kombinasi warna kuning atau putih dengan warna
hitam berukuran antara: 25 - 50 cm.
Speed Humb

• Speed Humb adalah perangkat Traffic calming dengan


tujuan untuk memperlambat kecepatan lalu lintas di jalan
lokal dengan volume rendah dan kecepatan rendah.
• Speed hump tidak boleh ditempatkan di depan jalan masuk
atau area akses penting lainnya.
• Jarak Speed hump harus berjarak tidak lebih dari
maksimum 150 m untuk mencapai kecepatan 30-40
km/jam.
• Untuk mencapai pengurangan kecepatan yang lebih besar,
Speed hump dipasang saling berdeka
Speed Table

• Speed Table adalah alat pembatas kecepatan yang digunakan pada jalan
kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan serta tempat penyeberangan
pejalan kaki/ jalan (raised crossing/ raised intersection) dengan
kecepatan operasional di bawah 40 km/jam.
• Speed table adalah perangkat traffic calming pada ruas jalan dengan
menaikkan seluruh roda kendaraan untuk mengurangi kecepatan
lalu lintasnya.
• Speed table lebih panjang dari speed humps dan flat-topped; Speed table
tidak boleh diterapkan di jalan dengan lebar lebih dari 50 kaki
• Material permukaan terbuat dari bahan badan jalan, karet, atau
blok terkunci dengan mutu setara K-300;
• Tinggi maksimal : 8 sampai dengan 9 cm; Lebar: 670 cm (310 cm datar dan
2x180 cm pendekat)
• Kombinasi warna kuning atau putih berukuran 20 cm sedangkan
warna hitam berukuran 30 cm.
7.6) Pembatasan jenis kendaraan tertentu

• pembatasan jenis kendaraan tertentu pada


1 waktu jam sibuk;

• pembatasan jenis kendaraan tertentu pada


2 jalan tertentu di pusat kota.
7.6) Catatan Tambahan

• Pembatasan jenis kendaraan tertentu harus


mempertimbangkan pola pelayanan angkutan
penumpang dan/atau angkutan barang.

• Kendaraan tertentu dalam hal ini, dapat berupa


kendaraan bermotor atau kendaraan tidak bermotor.
Cara Pelaksanaan

Dengan cara pembatasan pada:


1) lalu lintas kendaraan perseorangan pada koridor atau
kawasan tertentu pada waktu dan jalan tertentu;
2) lalu lintas sepeda motor pada koridor atau kawasan tertentu pada
waktu dan jalan tertentu;
3) lalu lintas kendaraan tidak bermotor umum pada koridor
atau kawasan tertentu pada waktu dan jalan tertentu.
Pembatasan Lalu Lintas
Kendaraan
Perseorangan
Kendaraan perseorangan yang meliputi:
1) mobil penumpang;
2) mobil bus; dan
3) mobil barang dengan jumlah berat yang diperbolehkan paling besar
3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram.
Kriteria Pembatasan

Pembatasan lalu lintas kendaraan perseorangan dilakukan


apabila pada jalan, kawasan, atau koridor memenuhi kriteria
paling sedikit:
1) memiliki perbandingan volume lalu lintas kendaraan bermotor dengan
kapasitas jalan pada salah satu jalur jalan sama dengan atau lebih
besar dari 0,7 (nol koma tujuh);
2) hanya dapat dilalui kendaraan dengan kecepatan rata-rata pada jam
puncak kurang dari 30 (tiga puluh) km/jam; dan
3) tersedia jaringan dan pelayanan angkutan umum dalam trayek yang
memenuhi standar pelayanan minimal pada jalan, kawasan, atau
koridor yang bersangkutan.
Cara Pembatasan

Pembatasan lalu lintas kendaraan perseorangan dapat dilakukan


dengan cara pembatasan lalu lintas kendaraan berdasarkan:
1) jumlah penumpang;
2) tanda nomor kendaraan bermotor.
• batasan lalu lintas sepeda motor dapat dilakukan apabila
pada jalan, kawasan, atau koridor memenuhi kriteria paling
sedikit:
1) memiliki perbandingan volume lalu lintas kendaraan bermotor
dengan kapasitas jalan pada salah satu jalur jalan sama dengan
atau lebih besar dari 0,5 (nol koma lima); dan
2) telah tersedia jaringan dan pelayanan angkutan umum dalam
trayek yang memenuhi standar pelayanan minimal pada jalan,
kawasan, atau koridor yang bersangkutan.
Cara Pelaksanaan

• Pembatasan lalu lintas sepeda motor dilakukan dengan


cara melarang sepeda motor untuk melalui lajur atau jalur
pada jalan tertentu.
Pembatasan Lalu Lintas Kendaraan
Tidak Bermotor
• Pembatasan lalu lintas kendaraan tidak bermotor umum
pada koridor atau kawasan tertentu pada waktu dan jalan
tertentu meliputi kendaraan tidak bermotor umum yang
digerakkan oleh tenaga manusia atau hewan.
• Pembatasan lalu lintas kendaraan tidak bermotor
umum dapat dilaksanakan di jalan nasional, jalan
provinsi, jalan kabupaten, atau jalan kota.
• Pembatasan lalu lintas kendaraan tidak bermotor
umum dapat dilakukan dengan:
1) pembatasan berdasarkan kawasan, koridor, atau ruas jalan
tertentu; dan/atau
2) pembatasan berdasarkan waktu.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai