PERENCANAAN STRATEGIS
Angkutan Umum (2)
@TAgt
2
Garis rute adalah lintasan kendaraan yang direncanakan yang penentuannya
berdasarkan pada kriteria pemilihan terhadap:
Untuk menjamin bahwa ROW tipe A yang dipilih akan benar-benar efektif maka
lintasan harus bersifat eksklusif, untuk itu maka pemilihan jenis flyover atau
underpass akan lebih tepat.
@TAgt
3
B. Jenis teknologi yang dipakai
Teknologi yang dipilih apakah dengan menggunakan teknologi jalan rel, jalan
raya atau kabel, di mana hal ini sangat berhubungan dengan penyediaan koridor
ruang, apakah memungkinkan ataukah tidak.
Sebagai contoh pada daerah perkotaan yang padat, teknologi jalan rel kurang
@TAgt
4
Posisi titik-titik pemberhentian harus direncanakan dengan memperhatikan jarak
berjalan kaki yang dapat diterima oleh pejalan kaki dari kantong-kantong zona
bangkitan.
Menurut Dittmar, dkk (2004), jarak berjalan kaki optimal antara rumah ke tempat
pemberhentian angkutan umum adalah 500 s/d 1,000 feet atau kurang lebih 150
sampai 350 meter (The optimal walking distance between a transit station or stop and a place
@TAgt
5
Referensi terkait dengan jarak berjalan kaki yang dapat diterima pengguna:
▪ Mid-America Regional Council , Transit-Supportive Development Guidebook.
(Kansas City, Missouri): http://www.marc.org/transportation/TSD%20Guidebook.pdf
Menyatakan bahwa kebanyakan orang bersedia berjalan kaki sejauh 1500 feet
(0,28 mil) untuk berbelanja atau mengakses angkutan umum. Jarak blok yang
@TAgt
6
▪ Dittmar, H., and G. Ohland, eds. The New Transit Town: Best Practices in Transit-
Oriented Development. 2004. Island Press. Washington, D.C. p. 120:
http://www.fairfaxcounty.gov/planning/tod_docs/walking_distance_abstracts.pdf.
Merekomendasikan untuk menempatkan pengembangan kota dekat dengan jalur
transit. TOD (Transit Oriented Development) yang efektif akan menempatkan area
perumahan dan area kantor sedekat mungkin dengan transit. Jarak berjalan kaki
Sebuah rute direncanakan untuk menghubungkan dua daerah, di mana idealnya harus
memiliki tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang.
Selain itu juga diperlukan tempat untuk parkir kendaraan untuk sementara waktu,
Pada daerah pusat kota, ujung rute biasanya berada di suatu terminal, yang
merupakan kumpulan dari beberapa rute.
Pelayanan angkutan umum di daerah perkotaan, pada kenyataannya sangat
bervariasi, baik dalam hal rutenya maupun jenis armadanya. Tidak jarang pada suatu
rute yang melayani suatu daerah perumahan, dengan jenis armada berupa mobil kecil
dengan kapasitas angkut 10 sampai 12 penumpang, sangat sulit mendapatkan tempat
untuk meletakkan ujung rutenya.
@TAgt
8
Dalam kondisi yang paling minimal, ujung rute harus memiliki tempat untuk parkir
satu kendaraan dan geometriknya harus dirancang agar kendaraan mudah untuk
berputar arah.
Selain itu, pemilihan tempat juga haruslah diperhatikan, karena ujung rute tersebut
idealnya harus mudah dijangkau dari berbagai tempat. Dengan fasilitas jalan
pendekat yang memadai, dan masih dalam jangkauan yang layak bagi calon
@TAgt
9
HIRARKI RUTE
berdasarkan Beban Pelayanan
Selain perencanaan ujung rute, suatu rute biasanya juga direncanakan dengan
berbagai aspek tinjauan. Aspek-aspek yang ditinjau meliputi antara lain teknologinya,
kapasitasnya, strategi operasionalnya, yang kesemuanya didasarkan pada kondisi
demand yang akan dilayaninya.
Sistem Angkutan Massal
Semakin besar tingkat demand yang akan dilayani, maka haruslah semakin besar pula
kapasitas angkut dari rute yang dimaksud.
Berdasarkan pada tingkat kemampuan rute melayani penumpang, rute dikelompokkan
dalam beberapa kelas, yang dalam hal ini mencerminkan suatu hirarki/tingkatan dari
yang paling besar tingkatannya sampai yang paling kecil, yaitu:
@TAgt
10
a. TRUNK Route
Trunk Route (rute batang), merupakan rute-rute utama dengan beban pelayanan
yang paling tinggi. Beban pelayanan tinggi disebabkan oleh demand yang harus
dilayaninya sangat tinggi, baik pada waktu jam sibuk maupun pada jam bukan sibuk.
Artinya pelayanan terjadi sepanjang hari, dari pagi sampai malam, bahkan bisa jadi
Sistem Angkutan Massal
selama dua puluh empat jam penuh. Pengoperasian dilakukan selama tujuh hari
dalam satu minggu.
Biasanya rute tipe ini melayani koridor utama jalan, yakni jalan arteri yang
melintas di daerah pusat-pusat kegiatan utama. Karena tingkat demand yang
tinggi, pelayanan armada pada rute jenis ini dilakukan oleh bus reguler, bus PATAS,
dan mungkin busway, dengan titik-titik perhentian yang terbatas.
Rute ini biasanya melayani koridor sub-kota di daerah pinggir dengan pusat kota.
Karakteristik operasional dari rute tipe ini adalah frekuensinya yang tinggi dan jenis
kendaraan yang dipakai adalah yang berdaya angkut besar.
@TAgt
11
b. PRINCIPAL Route
@TAgt
13
d. BRANCH Route
▪ Branch Route merupakan rute yang berfungsi untuk menghubungkan trunk
routes ataupun principal routes dengan daerah-daerah pusat aktivitas lainnya,
seperti sub-kota ataupun pusat pertokoan lain.
▪ Dengan tingkat demand yang relatif tidak begitu besar, maka frekuensinya juga
Sistem Angkutan Massal
tidak begitu tinggi, dengan tipe kendaraan yang juga tidak begitu besar.
▪ Jenis kendaraan yang melayani rute tipe ini biasanya adalah bus kecil dengan
kapasitas angkut 30 penumpang.
@TAgt
14
e. LOCAL Route
Local route atau rute lokal adalah rute yang melayani suatu daerah tertentu yang
luasnya relatif kecil, yang selanjutnya dihubungkan dengan rute lainnya dengan
klasifikasi yang lebih tinggi.
Dengan demikian rute ini merupakan penghubung antara daerah pemukiman
Sistem Angkutan Massal
dengan rute-rute yang lebih besar. Maka rute ini akan berpotongan dengan
rute-rute jenis trunk routes ataupun principal routes, pada perpotongan antara
jalan arteri dengan jalan lokal.
Rute tipe ini biasanya melayani daerah kota secara melingkar, bukan secara radial
sebagaimana pada principal routes. Biasanya melewati jalan-jalan kota yang
mempunyai kelas jalan kolektor dan jalan lokal.
Karena karakteristik dan demandnya adalah relatif rendah dan juga tidak terlalu
bervariasi terhadap waktu, maka pada rute tipe ini jenis kendaraan yang
dioperasikan biasanya adalah kendaraan yang relatif kecil dan frekuensinya tidak
terlalu tinggi. Kendaraan seperti minibus, yaitu kendaraan dengan kapasitas 10
sampai dengan 20 orang penumpang adalah yang beroperasi pada rute jenis ini.
@TAgt
15
f. FEEDER Route
Feeder route atau rute pengumpan merupakan local routes yang khusus melayani
daerah tertentu dengan trunk routes, principal routes, ataupun secondary routes.
Dengan demikian pada titik pertemuan antara rute tipe ini dengan rute lainnya yang
cukup besar, atau dengan jalur kereta, biasanya disediakan prasarana khusus yang
Sistem Angkutan Massal
dimungkinkan terjadinya proses transfer yang cukup baik, yaitu tempat di mana
dimungkinkannya penumpang untuk bertukar moda angkutan umum secara nyaman.
Sama seperti local routes, pada rute tipe ini kendaraan yang dioperasikan biasanya
adalah kendaraan ukuran kecil dengan frekuensi yang tidak begitu tinggi.
@TAgt
16
g. DOUBLE-FEEDER Route
Rute tipe ini pada dasarnya sama dengan feeder routes, hanya saja dapat
melayani dua trunk routes sekaligus, yaitu dengan menghubungkan kedua trunk
routes pada kedua ujungnya.
Sistem Angkutan Massal
Dengan kondisi demikian, rute jenis ini melayani dua trunk routes sekaligus, dan
juga melayani daerah-daerah pemukiman diantara kedua ujung trunk routes.
Secara umum karakteristik operasional rute tipe ini sama dengan feeder routes.
@TAgt
17
KAPASITAS RUTE
@TAgt
18
b. Keberadaan fasilitas pengaturan yang disediakan dalam pengoperasiannya
Yakni apakah selama dalam perjalanannya disediakan lajur khusus (misalnya
dengan bus lane). Juga apakah ada prioritas untuk jalan di persimpangan bersinyal
ataukah tidak.
Membiarkan moda angkutan umum berjalan tanpa pemberian fasilitas sama sekali akan
Tolak ukur atau performance indicator (PI) dari kapasitas suatu rute adalah:
▪ kecepatan rata-rata,
@TAgt
20
KRITERIA
EVALUASI RUTE
Suatu rute dikatakan mempunyai kondisi pelayanan yang bagus jika penumpang
merasa mudah untuk menggunakan rute yang bersangkutan.
c)
@TAgt
21
c) Waktu pelayanan, dibedakan sesuai dengan tipe rutenya, seperti terlihat
pada Tabel 5.1 berikut
Daerah pelayanan rute adalah suatu daerah yang seluruh warganya dapat
menggunakan atau memanfaatkan rute yang bersangkutan untuk kebutuhan
mobilitasnya.
Daerah tersebut merupakan luasan daerah dengan jangkauan orang masih cukup
@TAgt
23
Kriteria jarak 400 meter tentu saja tidak berlaku umum, dan dapat saja dilakukan
survei pendapat masyarakat sekitar tentang jarak yang layak berjalan kaki bagi
mereka.
Perlu diperhatikan bahwa pada daerah dengan kepadatan yang tinggi, seperti
misalnya di daerah perkotaan yang padat, kriteria jarak berjalan kaki akan lebih
pendek daripada di daerah pinggiran kota. Pada area yang padat, rute-rute yang
Besarnya luas daerah pelayanan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya berlaku
jika kita membicarakan rute secara individual dan juga jika rute yang dimaksud
adalah rute dengan sistem operasi dua arah.
Tetapi jika terkait dengan rute yang secara geografis merupakan dua garis yang
paralel, karena sistem pengoperasiannya adalah satu arah, maka persoalannya
menjadi berbeda. Untuk kasus ini aspek lain yang perlu diperhatikan yang
berkaitan dengan besarnya luas daerah pelayanan, adalah jarak antar rute.
@TAgt
24
SISTEM PENGOPERASIAN RUTE
Adalah kondisi pengoperasian dari rute, ditinjau dari arah kendaraan yang
melayaninya, yaitu:
▪ apakah rute dengan satu arah operasi, atau
▪ rute dengan dua arah operasi.
@TAgt
25
Aspek sistem pengoperasian rute ini dan juga jarak antar rute sangat mempengaruhi
besarnya luas daerah pelayanan.
Seperti terlihat dalam Gambar 5.1 dan Gambar 5.2, untuk luas daerah pelayanan pada
rute dengan sistem pengoperasian dua arah adalah sejauh 6 blok, sedangkan pada
rute dengan sistem pengoperasian satu arah adalah sejauh 4 blok saja.
Gambar 5.1 Rute dengan Sistem Gambar 5.2 Rute dengan Sistem
Pengoperasian Dua Arah Pengoperasian Satu Arah
@TAgt
26
Dengan demikian maka sistem pengoperasian dua arah akan memberikan
pelayanan yang lebih lebar dan otomatis juga lebih luas dibandingkan dengan sistem
pengoperasian satu arah.
Selain itu, sistem pengoperasian satu arah juga membingungkan dalam hal tempat
pemberhentian, karena boleh jadi lokasinya bisa berbeda pada daerah yang sama.
Semakin besar nilai dari route directness, maka berarti rutenya semakin berbelok-
belok.
Pada perencanaan suatu rute, biasanya diusahakan agar route directnessnya sekecil
mungkin, agar penumpang dapat melakukan perjalannya dari tempat asal ke tempat
tujuannya dengan waktu yang seefisien mungkin.
@TAgt
28
Pada kenyataan, perencanaan rute dengan nilai route directness sekecil mungkin
adalah sangat sulit. Hal ini biasanya disebabkan oleh keterbatasan medan dan
karena kondisi geografis yang kurang mendukung.
Agar rute bisa selurus mungkin maka pilihan melalui jalan arteri merupakan salah satu
solusinya. Rute yang melalui jalan arteri dari sudut pandang route directness adalah
yang paling ideal, namun dari segi aksesibilitas masyarakat belum tentu
@TAgt
29
Sistem Angkutan Massal
Tokyo 24-Hour Hop-on Hop-off
Sightseeing Bus
@TAgt
→ 30