Anda di halaman 1dari 30

MANAJEMEN

TRANSPORTASI
PERTEMUAN KE – 13
POLA JARINGAN ANGKUTAN UMUM
di kota metropolitan
Pola jaringan angkutan umum

• Teori Wilayah Konsentris


• Teori Sektor radial
• Pendekatan multiple nuclea
• Pemukiman bintang sakti (The galaxy of
sattlement )
• Pola Bintang perkotaan ( The Urban Star )
• Pola cincin (The ring)
Teori wilayah konsentris
5 buah cincin wilayah yg mengelilingi kota :
1. Distrik perniagaan sentral / The central bussines district ( CBD)
2. Wilayah transisi ( a transitional zone)
3. Wilayah perumahan buruh dan pabrik / a workers housing
and factory
4. Wilayah pemukiman penduduk golongan atas/ a high class
residential zone
5. Suburb daerah pemukiman komuter yg merupakan satelit
daerah perdagangan dan pembelanjaan/ a commuters zone of
residential suburbs
TEORI SEKTOR RADIAL
Teori sektor radial mengkonsentrasikan pada pola daerah dan
pergeseran dalam lokasi pemukiman .Golongan penduduk dengan
pendapatan berbeda-beda dalam suatu kota cenderung bertempat tinggal
di suatu daerah tersendiri dalam sektor-sektor disekeliling pusat kota .
1.Pusat kota dan distrik perdagangan sentral (CBD)
2.Kegiatan industri ringan dan perdagangan besar, yang terletak pada
batas pusat kota yang bertentangan arahnya dengan daerah
pemukiman berkualitas tinggi.
3.Daerah pemukiman golongan rendah, yg terletak pada perbatasan
pusat kota dengan daerah pemukiman berkualitas tinggi atau
berdekatan dengan wilayah industri
4.Daerah pemukiman golongan menengah yang terdapat disebelah
pemukiman daerah atas
5.Meliputi sektor yg agqak sempit , perluasan cenderung dilakukan di
daerah tersebut
Pendekatan multiple nuklea
Adalah anggapan bahwa kota-kota berkembang
disekitar beberapa pusat tertentu dari pada di sekeliling
satu pusat asal. Semakin besar kota semakin banyak
pusat yang dimilikinya
Wilayah 1 sd. 5 sama seperti model 2
Daerah industri berat yang terletak di dekat tetapi
terpisah dengan wilayah
 Perbatasan antara daerah pemukiman golongan
menengah terletak daerah pergadangan dan
perniagaan
Wilayah Subburb pemukiman dan rumah-rumah para
pejabat tinggi
Pemukiman bintang sakti
(THE GALAXY OF SATTLEMENT)
o Kota terdiri dari banyak kelompok pemukiman urban
(cluster) yang independen satu sama lainnya yang
disebut urban galaxy.
o Pusat-pusatnya berimbang dalam komposisinya atau
dapat pula berkembang lebih luas dibandingkan yang
lain karena spesialisasinya dalam jenis kegiatan
misalnya pusat kebudayaan, keuangan dll.
o Untuk mempertahankan kemudahan arus ke semua
arah, maka sistem sirkulasi diatur secara hubungan
segi tiga (triangular grid)
Beberapa prinsip dasar
pengaturan angkutan kota
Beberapa prinsip dasar
pengaturan angkutan kota
a. Penentuan wilayah pelayanan angkutan penumpan umum dan jaringan
trayek

b. Penentuan jumlah armada

c. Perhitungan tariff angkutan umum

d. Aspek-aspek sarana dan prasarana

e. Kelengkapan kendaraan dan awak

f. Aspek kepengusahaan
Wilayah Pelayanan Angkutan Penumpang Umum
Wilayah Pelayanan Angkutan Penumpang Umum
1. Pola tata guna lahan

Pelayanan angkutan umum diusahakan mampu menyediakan

aksesbilitas yang baik. Untuk memenuhi hal itu, lintasan trayek angkutan umum
diusahakan melewati tata guna tanah dengan potensi permintaan yang tinggi.
Demikian juga lokasi-lokasi yang potensial menjadi tujuan bepergian diusahakan
menjadi prioritas pelayanan.

2. Pola penggerakan penumpang angkutan umum

Rute angkutan umum yang baik adalah arah yang mengikuti polapergerakan
penumpang angkutan sehingga tercipta pergerakan yang lebih effesien. Trayek
angkutan umum harus dirancang sesuai dengan pola pergerakan penduduk yang
terjadi, sehingga transfer moda yang terjadi pada saat penumpang mengadakan
perjalanan dengan angkutan umum dapat diminimumkan.
3. Kepadatan prnduduk

Salah satu factor menjadi prioritas angkutan umum adalah wilayah


kepadatan penduduk yang tinggi, yang pada umumnya merupakan
wilayah yang mempunyai potensi permintaan yang tinggi. Trayek
angkutan umum yang ada diusahakan sedekat mungkin menjangkau
wilayah itu.

4. Daerah pelayanan

Pelayanan angkutan umum, selain memperhatikan wilayah-wilayah


potensial pelayanan, juga menjangkau semua wilayah perkotaan
yang ada. Hal ini se suai dengan konsep pemerataan pelayanan
terhadap penyediaan fasilitas angkutan umum.
5. Karekteristik jaringan

• Kondisi jaringan jalan akan menetukan pola pelayanan


trayek

• angkutan umum. Karakteristik jaringan jalan meliputi


konfigurasi,

• klasifikasi, fungsi, lebar jalan, dan tipe operasi jalur.


Operasi angkutan umum sangat dipengaruhi oleh
karakteristik jaringan jalan yang ada.
Tahapan Proses Menentukan Wilayah
Pelayanan Angkutan Umum
Tahapan Proses Menentukan Wilayah
Pelayanan Angkutan Umum
1. Analisis Permintaan

Analisa permintaan dilakukan dengan cara :

a. rencana pengembangan kota, inventarisasi tata guna tanah dan


aktivitas ekonomi wilayah perkotaan;

b. data penduduk, inventarisasi data perjalanan yang termasuk


didalamnya asal tujuan perjalanan, dimaksud perjalanan pemilihan moda
angkutan (moda split) dan jumlah penduduk serta penyebarannya.

c.. pertumbuhan penumpang masa lalu dan pertumbuhan beberapa


parameter lain, misalnya pemilik kendaraan dan pendapatan.
2. Analisis Kinerja Rute dan Operasi

Analisis ini mengkaji beberapa parameter sebagai berikut:

a. Faktor muat(Load Faktor)

b. Jumlah penumpang yang di angkut

c. Waktu antara (headway)

d. Waktu tunggu penumpang

e. Kecepatan perjalanan

f. Sebab-sebab kelambatan

g. Ketersediaan angkutan

h. Tingkat konsumsi bahan bakar


3. Analisis kinerja Prasarana

Analisis ini mengkaji beberapa aspek antara lain:

a. Fasilitas TPB dan halte

b. Kemungkinan aplikasi langkah-langkah prioritas bus

c. Sistem informasi dan

d. Inventarisasi jaringan jalan termasuk dimensi, kondisi


kapasitas, serta volume lalu lintas.
4. Penyusunan Rencana

a. Rencana pengembangan angkutan umum didasarkan


pada permintaan dan kebijakan yang berlaku yaitu:

1) Penetapan rute (jumlah dan kepadatan)

2) Pelayanan operasi (jumlah armada, waktu antara,


kecepatan, jamoperasi) tiap rute
b. Pengembangan prasarana dan sarana angkutan umum sesuai
dengan permintaan dan peraturan yang ditentukan:

1) Kebutuhan tanpa henti

2) Kebutuhan tempat pemantauan

c. Kelembangaan dan peraturan

Untuk menjamin berjalannya sistem angkutan umum bus kotayang


baik diperlukan peraturan dan kelembagaan yang sesuai, meliputi
sistem organisasi dan prosedur perizinan.
UPAYA MENGATASI KEMACETAN
LALU LINTAS DI KOTA BESAR
Langkah-langkah strategis

1. Perumusan kebijakan transportasi secara konprehensif


2. Pelaksanaan manajemen lalu lintas (traffic management)yang effektif.
3. Analisis jaringan transportasi meliputi jaringan prasarana transportasi
dan jaringan pelayanan transportasi.
4. Mengoptimalkan sarana angkutan umum yang berkapasitas dan
berkualitas.
5. Membangun prasarana transportasi yang berkapasitas dan berteknologi
maju.
6. Menentukan pembagian wilayah operasional angkutan umum.
7. Mengatur arus lalu lintas berdasarkan penemuan para ahli.
Melaksanakan manajemen lalu lintas yang efektif.

1. Pemasangan Traffic Light


2. Pembuatan marka jalan dan tanda lalu lintas jalan.
3. Oneway traffic (lalu lintas satu arah).
4. Keep left (belok kiri langsung) dan Prohibition to the right (membatasi
belok ke kanan)
5. Tidal flow (arus pasang).
6. Clear ways.
7. Three in one (tiga penumpang dalam satu mobil).
8. Pelayanan bus kota secara berjadwal, teratur dan tertib.
9. Larangan kendaraan berukuran besar masuk kota pada pagi dan sore hari.
10. Distribusi jam kerja secara merata.
11. Motor car free (bebas sepeda motor pada jam tertentu).
12. Pembangunan banyak ruang parkir.
13. Analisis jaringan transportasi (perkotaan).
14. Membagi Jakarta dalam beberapa wilayah pelayanan operasional
transportasi perkotaan.
15. Sistem kanalisasi lalu lintas perkotaan.
Mengoperasikan sarana angkutan umum
yang tepat kapasitas
Mengoperasikan sarana angkutan umum
yang tepat kapasitas

1. Bus kota biasa, bertingkat dan gandengan.


2. Mengoperasikan kendaraan (bus) besar menggantikan kendaraan
kecil (seperti microlet, `yang jumlahnya sangat banyak.
3. Busway
4. Kereta api perkotaan.
5. Monorail
6. Subway
7. Sarana angkutan lingkungan.
DAMPAK NEGATIF
KEMACETAN LALU LINTAS
DAMPAK NEGATIF
KEMACETAN LALU LINTAS
SEBAGAI AKIBAT TIDAK SEBANDINGNYA JUMLAH
KENDARAAN BERMOTOR DENGAN PAJANG JALAN
YANG TERSEDIA MENGAKIBATKAN :

1. MENGURANGI (MENGGANGGU) KELANCARANN


LALU INTAS
2. WAKTU PERJALANAN MENJADI KEBIH LAMA
3. KONSUMSI BAHANBAKAR MENINGKAT
4. MENIMBULKAN POLUSI (PENCEMARAN UDARAA)
UPAYA MENGATASI KEMACETAN LALU LINTAS

1. Perumusan kebijakan transportasi secara konfrehensif


2. Pelaksanaan manajemen lalu lintas (traffic management)
yang efektif
3. Analisa jaringan transportasi meliputi jaringan prasarana
transportasi dan jaringan pelayanan transportasi
4. Mengoperasikan saana angkutan ( umum ) yang
berkapasitas dan berkualitas.
5. Membangun prasarana transportasi yang berkapasitas dan
berteknologi maju.
6. Menentukan pembagian wilayah operasional angkutan
umum
7. Mengatur arus lalu lintas menggunakan rumus Luas Data
Tarik Relatif (LDTR) dan Bobot Fungsi Distribusi Relative
(BFDR).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai