Anda di halaman 1dari 39

PRASARANA DAN SARANA

TRANSPORTASI

By
Dr. Anita Ratnasari R
Sistem Transportasi
 Sistem transportasi dapat didefinisikan sebagai jaringan
terencana dari elemen atau komponen fisik yang
memainkan peran yang berbeda dalam transportasi
barang dan orang dari satu tempat ke tempat lain.
 Unsur-unsur atau komponen fisik dari suatu sistem
transportasi disebut sebagai fasilitas.
 Oleh karena itu, sistem transportasi dapat dianggap
terdiri dari fasilitas tetap, entitas arus, dan sistem
kontrol yang memungkinkan orang dan barang
mengatasi gesekan ruang geografis secara efisien untuk
berpartisipasi secara tepat waktu dalam beberapa
aktivitas yang diinginkan.
Fixed Facilities
 Fasilitas tetap adalah komponen fisik dari sistem yang
tetap dalam ruang dan merupakan jaringan penghubung
(link) dan simpul (node) dari sistem transportasi.
 Sebagai contoh, link tersebut dapat berupa ruas jalan
raya dan rel kereta api dan node tersebut dapat berupa
persimpangan, simpang susun, terminal transit,
pelabuhan, dan bandara.
 Desain fasilitas tetap ini secara tradisional berada dalam
ranah teknik sipil.
 Desain tersebut meliputi desain rekayasa tanah dan
pondasi, desain rekayasa struktur, desain sistem
drainase, dan desain geometrik, yang berkaitan dengan
proporsi fisik elemen-elemen fasilitas tetap.
Flow Entities
 Entitas aliran adalah unit yang melintasi fasilitas
tetap tersebut. Ini termasuk orang, kendaraan,
unit kontainer, gerbong kereta api, dan
sebagainya.
 Dalam hal sistem jalan, fasilitas tetap diharapkan
dapat mengakomodasi berbagai jenis
kendaraan, mulai dari sepeda hingga kombinasi
traktor-trailer besar.
Control System
 Sistem kontrol terdiri dari kontrol kendaraan dan kontrol
aliran. Kontrol kendaraan mengacu pada cara teknologi di mana
kendaraan individu dipandu pada fasilitas tetap. Kontrol tersebut
dapat manual atau otomatis.
 Desain geometrik yang tepat dari fasilitas tetap harus
mempertimbangkan karakteristik kendaraan dan karakteristik sistem
kontrol kendaraan.
 Dalam kasus fasilitas jalan raya, di mana kendaraan dikendalikan
secara manual, ini termasuk karakteristik pengemudi, seperti waktu
yang dibutuhkan pengemudi untuk merasakan dan bereaksi
terhadap berbagai rangsangan. Dalam kasus sistem otomatis, waktu
respons yang serupa, tetapi lebih tepat, juga ada.
 Sistem kontrol aliran terdiri dari sarana yang memungkinkan operasi
aliran kendaraan yang efisien dan lancar dan pengurangan konflik
antar kendaraan. Sistem ini mencakup berbagai types of signing,
marking, and signal systems serta rules yang mendasarinya.
Mobility & Accessibility
 Mobilitas mengacu pada kemampuan untuk
berpindah di antara lokasi aktivitas yang berbeda
 Jika suatu fasilitas dapat memindahkan orang dan barang
dengan sangat cepat maka fasilitas tersebut memberikan
mobilitas yang sangat tinggi
 Aksesibilitas mengacu pada jumlah situs aktivitas
yang dihubungkan oleh fasilitas
 Jika sebuah fasilitas menyediakan koneksi ke sejumlah
besar tempat tinggal, tempat komersial dan tempat
industri maka menyediakan aksesibilitas yang sangat tinggi
 Mobilitas dan aksesibilitas berbanding terbalik.
Major Transportation Systems
 Highways
 Railways
 Airways
 Waterways
 Pipeline
 Conveyor
KONSEP TRANSPORTASI TERPADU
Moda Transportasi

Darat Laut Udara

Bus Mobil Truk KA Ferry Kapal Pesawat


Penumpang

Sistem Transportasi Terpadu

• Terstruktur • Menerus • Optimum

Rute Kapaisitas Waktu Perjalanan Simpul


AKTIVITAS DIATAS GUNA LAHAN

Pola Bangkitan Penanganan


dan
Perencanaan
Sebaran Perjalanan Jaringan Jalan

Harapan :
• Efisiensi pergerakan
• Efisiensi aksesibilitas
• Keselamatan
• Harmonisasi antara
transportasi dan lingkungan
Planning
 “…suatu kegiatan atau proses yang menguji
potensi tindakan masa depan untuk memandu
situasi atau sistem menuju arah yang
diinginkan” (Papacostas & Prevedouros, 2001)
 Terjadi di masa sekarang tetapi berorientasi ke
masa depan
 Tujuan
 Mencapai tujuan positif
 Hindari konsekuensi negatif
 Atau keduanya
Scope of transportation
planning
 Semua proyek buatan manusia harus
dimulai dengan rencana
 Semakin signifikan proyeknya, semakin
intensif dan jangka panjang
perencanaannya
 Untuk proyek transportasi besar,
perencanaan dimulai 20 tahun sebelum
konstruksi
Planning Process
Situation Definition

Establishing the Problem Definition


Purpose & Need
Feedback
Search for Solutions

Analysis of Performance

Evaluation of Alternatives

Choice of Projects

Design & Construct


MANAJEMAN LALU LINTAS
• Pasal 2 PP 43/93 tentang manajemen lalu lintas meliputi
kegiatan perencanaan, pengaturan, pengawasan, dan
pengendalian lalu lintas.
• Manajemen lalu lintas bertujuan untuk keselamatan,
keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas, antara lain
 Usaha peningkatan kapasitas ruas jalan, persimpangan,
dan/atau jaringan jalan;
 Pemberian prioritas bagi jenis kendaraan atau pemakai
jalan tertentu;
 Penyesuaian antara permintaan perjalanan dengan
tingkat pelayanan tertentu dengan mempertimbangkan
keterpaduan intra dan antar moda;
 Penetapan sirkulasi lalu lintas, larangan dan atau
perintah bagi pemakai jalan.
PERATURAN-PERATURAN JALAN
SECARA UMUM

• Jalan Umum adalah jalan yang diperuntukkan


bagi lalu lintas umum. Jalan (umum) mempunyai
suatu sistem jaringan jalan yang mengikat dan
menghubungkan pusat pertumbuhan dengan
wilayah yang berada dalam pengaruh
pelayanannya dalam suatu hubungan hirarki
• Jalan Khusus adalah jalan selain dari jalan
umum (jalan yang tidak diperuntukkan bagi lalu
lintas umum), seperti jalan perkebunan, jalan
pertambangan, dan jalan inspeksi pengairan
MENURUT PERANAN PELAYANAN JASA
DISTRIBUSINYA, SISTEM JARINGAN JALAN
• Sistem jaringan jalan primer yaitu sistem jaringan
jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi
untuk pengembangan semua wilayah di tingkat
nasional dengan semua simpul jasa distribusi yang
berwujud kota
Kota Jenjang I Jenjang II Jenjang III Persil
Jenjang I Arteri Arteri Lokal
Jenjang II Arteri Kolektor Arteri Lokal
Jenjang III - Kolektor Lokal Lokal
Persil Lokal Lokal Lokal Lokal
• Sistem jaringan jalan sekunder yaitu sistem
jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa
distribusi untuk masyarakat di dalam kota
Sekun Sekunder Sekun Peru
Kawasan Primer
der I II der III mahan
Primer Arteri
Sekunder I Arteri Arteri Arteri Lokal
Sekunder II - Arteri Kolektor Kolktor Lokal
Sekunder III - ToKolektor - Lokal
Perumahan - Lokal Lokal Lokal
PENGELOMPOKAN JALAN
BERDASARKAN PERANNYA
• Jalan Arteri yaitu jalan yang melayani angkutan
jarak jauh, dengan kecepatan rata‑rata tinggi dan
jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien
• Jalan Kolektor yaitu jalan yang melayani angkutan
pengumpulan dan pembagian dengan ciri‑ciri
merupakan perjalanan jarak sedang, dengan
kecepatan rata‑rata sedang dan jumlah jalan masuk
dibatasi
• Jalan Lokal, yaltu jalan yang melayani angkutan
setempat dengan ciri‑ciri perjalanan jarak dekat,
kecepatan rata‑ratanya rendah dengan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi
• PP No. 43 tahun 1993 tentang prasarana dan
UULLAJ No. 14/1992 yang merupakan peraturan
pelaksanaan dari pembagian kelas adalah
• Jalan arteri (Kelas I); dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran
lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang
tidak melebihi 10000 mm dan muatan sumbu
terberat yang diijinkan lebih besar dari 10 ton
• Jalan arteri (Kelas II); dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran
lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang
tidak melebihi 18000 mm dan muatan sumbu
terberat diijinkan 10 ton
• Jalan kolektor (Kelas IIIA); dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi
2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18000 mm
dan muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton
• Jalan kolektor (Kelas IIIB); dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi
2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 12000 mm
dan muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton
• Jalan kolektor (Kelas IIIC); dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi
2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 9000 mm
dan muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton
• Menurut status dan wewenang pembinaannya,
jalan dapat dikelompokkan sebagai berikut :
• Jalan Nasional
• Jalan Kabupaten/Kotamadya
• Jalan Desa Jalan Khusus
JARINGAN JALAN
• Penataan jaringan jalan prasarana lingkungan
permukiman harus terencana dan teratur dengan hirarki
yang berjenjang
⌂ di daerah perkotaan, memungkinkan adanya

keterpaduan sistem jaringan jalan untuk angkutan


perkotaan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib,
teratur, dan massal, dengan sistem jaringan jalan
lingkungan yang menampung jasa berbagai moda
angkutan berkecepatan sedang untuk mobilitas
manusia dan/atau barang
⌂ di daerah perdesaan memungkinkan adanya
pengembangan keterpaduan sistem jaringan jalan
untuk angkutan antar desa dengan sistem jaringan jalan
angkutan intra desa
SISTEM JARINGAN PRIMER
• Menurut ketentuan tata ruang dan struktur pengembangan
wilayah tingkat nasional yang menghubungkan secara
menerus PKN, PKW PKL dibawahnya sampai ke persil di
dalam suatu kesatuan wilayah pengembangan dan
menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota lain
jenjang ke satu antar satuah wilayah pengembangan
• Berdasarkan pengelompokan jalan menurut peranannya,
jaringan jalan primer dibagi menjadi :
⌂ Arteri primer; jalan yang menghubungkan secara
efisien antar Pusat Kegiatan Nasional (PKN) atau
antara PKN dengan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
⌂ Kolektor primer; jalan yang menghubungkan secara
efisien antara Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dengan
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) atau antar PKW
Lokal Primer Arteri Primer
Persil PKN PKN

Arteri Primer

Lokal Primer Kolektor Primer


Persil PKW PKW

Kolektor Primer

Lokal Primer
PKL PKL

⌂ Lokal primer; menghubungkan PKN dengan persil atau


menghubungkan PKW dengan persil atau
menghubungkan PKL dengan PKL, kota jenjang ketiga
dengan kota jenjang di bawah, kota jenjang ketiga dengan
persil atau dibawah kota jenjang ketiga sampai persil
SISTEM JARINGAN SEKUNDER
• Disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang
kota menghubungkan kawasan-kawasan yang
mempunyai fungsi primer, sekunder, sekunder
kedua, sekunder ketiga dan seterusnya sampai
perumahan
• Berdasarkan pengelompokan jalan menurut
perannya, jaringan jalan sekunder terbagi atas
 Arteri sekunder; menghubungkan kawasan primer
dan kawasan sekunder I atau menghubungkan
kawasan sekunder I dengan kawasan sekunder I
atau menghubungkan kawasan sekunder I dengan
kawasan sekunder II
 Kolektor sekunder; menghubungkan kawasan
sekunder, kedua dengan kawasan sekunder II,
atau menghubungkan kawasan sekunder II
dengan kawasan sekunder III
 Lokal sekunder; menghubungkan kawasan
sekunder I dengan perumahan,
menghubungkan kawasan sekunder dengan
perumahan, dengan sekunder III dan
seterusnya sampai perumahan
SISTEM JARINGAN JALAN PERUMAHAN
• Jalan lokal sekunder di perumahan dibagi ke dalam 4 bagian
⌂ Jalan lokal sekunder I; merupakan jalan poros
perumahan yang menghubungkan antara jalan kolektor
dan atau pusat aktifitas di perumahan dgn berkapasitas
jalan yang dapat melayani jumlah kendaraan yang
relatif besar yaitu antara 800-2000 kendaraan/hari.
⌂ Jalan lokal sekunder II; menghubungkan akses
menuju jalan lokal III dan menghubungkan aktivitas atau
menuju jalan yang lebih tinggi hirarkinya. Jalan lokal II
dapat berbentuk loop yang menghubungkan satu jalan
kolektor atau jalan arteri pada dua titik atau dapat juga
berbentuk jalan lurus yang menghubungkan lalulintas
antara jalan kolektor atau jalan arteri. Jalan lokal II
mempunyai kapasitas 200-1000 kendaraan/hari.
 Jalan lokal sekunder III; fungsi utama dari jalan in
adalah menghubungkan lalulintas dari dan menuju
persil jalan lainnya dalam perumahan. Jalan lokal III
tidak memberikan pelayanan sebagai jalan intas.
Kapasitas jalan ini adalah kurang dari 350
kendaraan/hari
 Jalan lingkungan (lokal sekunder IV/V); merupakan
jalan yang tidak diperuntukan untuk kendaraan
bermotor roda empat, dan berfungsi sebagai
penghubung untuk pergerakan pejalan kaki, sepeda
motor, kereta dorong dari persil ke jalan lokal sekunder
III atau ke jalan lokal sekunder II.
⌂ Klasifikasi jalan perumahan dan kebutuhan ruangnya
secara garis besar diuraian sebagai berikut :
Sempadan Bangunan
Minimum sesuai
Lebar Lebar Dengan Perda
Badan Perkerasan Bahu Setempat
Klasifikasi Jalan
Jalan Jalan Jalan Rumah Rumah
Minimum Minimum Lt. 1 Lt. 2

Jalan Lokal
Sekunder I
Jalan Setapak 2.00 1.20 0.25 2.75 1.75
Jalan Kendaraan 3.50 3.00 0.50 2.75 1.75
Jalan Lokal 5.00 4.50 0.50 3.50 2.50
Sekunder II
Jalan Kolektor 7.00 5.00 0.50 4.50 3.5
Sekunder
PERSYARATAN PERENCANAAN
PRASARANA JALAN
• Konstruksi jalan sesuai dengan ketentuan kelas
jalan
• Radius belokan dan kemiringan bagi setiap jenis
jalan harus mengikuti ketentuan geometri jalan yang
berlaku
• Berfungsi juga sebagai jalan untuk kendaraan yang
diperlukan dalam keadaan darurat, seperti mobil
pemadam kebakaran dan ambulance
• Mempunya damaja dengan lebar penampang
sebesar-besarnya 6 meter, dan mempunyai lebar
perkerasan jalan sekurang-kurangnya 3 meter
KETERKAITAN SISTEM TATA RUANG DAN
SISTEM TRANSPORTASI

RTRW Nasional Sistem Transportasi


Nasional (SISTRANAS)

RTRW Propinsi Sistem Transportasi Regional


Propinsi

RTRW Kabupaten/Kota Sistem Transportasi Regional


Kabupaten/Kota

RTRW Kawasan Sistem Transportasi Kawasan


Pembagian Tugas dalam Penyelenggaraan
Jalan
Jalan Jalan
N Tugas Penyelenggaraan Jalan Jalan Jalan
Strategis Kabupaten/Kot Jalan Desa Jalan Tol
No (Kegiatan dan uraian tugas) Nasional Propinsi Khusus
Nasional a
1 TUGAS PEMBINAAN
1.1 Pengaturan
Perumusan kebijakan perencanaan Pusat Pusat Propinsi Kab-kota Kab-Kota Pusat Pusat
Penyusunan kebijakan perencanaan
Pusat Pusat Propinsi Kab-Kota Kab-Kota/Desa Pusat Pusat
umum dan pemrograman
an
Penyusunan peraturan perundangan Pusat Pusat Propinsi Kab-Kota Kab-Kota/Desa Pusat Pusat
n
Penyusunan pedoman & standar teknis Pusat Pusat Propinsi Kab-Kota Kab-Kota/Desa Pusat Pusat
1.2 Pelayanan
Pusat/Prop/
Instansi
Perizinan Kab-Kota Kab-Kota Kab-Kota Kab-Kota Kab-Kota Kab-Kota/
terkait
Korporasi
ang
Informasi Pusat/Korpo Instansi
Pusat Pusat Propinsi Kab-Kota Kab-Kota/Desa
rasi terkait
1.3 Pemberdayaan
Bimbingan dan penyuluhan Pusat Pusat Pusat/ Propinsi Kab-Kota Kab-Kota/ Desa Pusat Pusat
Pendidikan dan pelatihan Pusat Pusat Pusat/ Propinsi Kab-Kota Kab-Kota/ Desa Pusat Pusat
1.4 Penelitian dan pengembangan
Penelitian Propinsi/Kab- Pusat/Kor
Pusat Pusat Pusat/ Propinsi Kab-Kota/ Desa Pusat
Kota porasi
Pengkajian Propinsi/Kab- Pusat/Kor
Pusat Pusat Pusat/ Propinsi Kab-Kota/ Desa Pusat
Kota porasi
Penyelidikan Propinsi/Kab- Pusat/Kor
Pusat Pusat Pusat/ Propinsi Kab-Kota/ Desa Pusat
Kota porasi
Pengembangan Propinsi/Kab- Pusat/Kor
Pusat Pusat Pusat/ Propinsi Kab-Kota/ Desa Pusat
Kota porasi
2 PEMBANGUNAN
Studi kelayakan Pusat Propinsi Propinsi Kab-Kota Kab-Kota/ Desa Korporasi Korporasi
Perencanaan teknis Pusat Propinsi Propinsi Kab-Kota Kab-Kota/ Desa Korporasi Korporasi
Pelaksanaan konstruksi Pusat Propinsi Propinsi Kab-Kota Kab-Kota/ Desa Korporasi Korporasi
Pengoperasian Pusat/
Pusat Propinsi Propinsi Kab-Kota Kab-Kota/ Desa Korporasi
Korporasi
Pemeliharaan Pusat Propinsi Propinsi Kab-Kota Kab-Kota/ Desa Korporasi Korporasi
3 PENGAWASAN
Tertib pembinaan Propinsi/Kab-
Pusat Pusat Pusat Kab-Kota Pusat Pusat
Kota
Tertib pembangunan Propinsi/Kab-
Pusat Pusat Pusat Kab-Kota Pusat Pusat
Kota
Tertib pemanfaatan Propinsi/Kab-
Pusat Pusat Pusat Kab-Kota Pusat Pusat
Kota
Hubungan antara Ruas Kota dengan peranan
Ruas Jalan Dalam Sistem Jaringan Jalan Primer

Fungsi Kota PKN PKW PKL


PKN Arteri Primer (AP) Kolektor Primer 1 (KP1) Kolektor Primer 1 (KP1)
PKW Kolektor Primer 1 (KP1) Kolektor Primer 2 (KP2) Kolektor Primer 3 (KP3)
PKL Kolektor Primer 1 (KP1) Kolektor Primer 3 (KP3) Lokal Primer (LP)
Hubungan antara Wilayah dengan Status Jalan

Negara Wilayah Ibukota Wilayah Kota Ibukota Wilayah Ibukota


Wilayah Strategis Propinsi Strategis Kabupaten Strategis Kecamatan
Nasional Regional Lokal
Negara Jalan
Nasional
Wilayah Strategis Jalan
Nasional Nasional
Ibukota Propinsi Jalan Jalan
Nasional Nasional
Wilayah Strategis Jalan Jalan Jalan
Regional Propinsi Propinsi Propinsi
Kota Jalan Jalan Jalan Jalan
Propinsi Propinsi Propinsi Propinsi
Ibukota Kabupaten Jalan Jalan Jalan Jalan Jalan
Propinsi Propinsi Propinsi Propinsi Propinsi
Wilayah Strategis Jalan Jalan
  Lokal Kabupaten Kabupaten
Ibukota Kecamatan Jalan Jalan Jalan
Kabupaten Kabupaten Kabupaten
Keterkaitan Sistem Tata Ruang dan Sistem
Transportasi
Sistem Transportasi Nasional
(SISTRANAS)
Jaringan Transportasi Nasional
(JTN)
Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN)

Sistem Transportasi Wilayah


Terpadu/Regional
(Pulau/Propinsi/Kawasan) Jaringan Transportasi Wilayah
Terpadu
Rencana Tata Ruang Wilayah (Pulau/Propinsi/Kawasan)
Terpadu
(Pulau/Propinsi/Kawasan)

Sistem Transportasi
Kotamadya/Kabupaten
Jaringan Transportasi Wilayah
Kotamadya/Kabupaten
Rencana Tata Ruang Wilayah
Kotamadya/Kabupaten
Wawasan pengembangan prasarana bidang
perumahan dan pemukiman

Standar kebutuhan S & P berdasarkan


• Jumlah Penduduk
• Struktur Penduduk
• Penyebaran Penduduk
• Perkembangan Penduduk
• Kepadatan Penduduk

Pemukiman, suatu lingkungan terdiri dari


• Tempat tinggal
• Prasarana sosila dan budaya
• Prasarana ekonomi
• Prasarana pelayanan
Diskusi: Mobility & Accessibility
Expressways
Multilane Highways

State Highways
Mobility

Major District Roads

Other District Roads

Village Roads

Access
Diskusi: Mobility & Accessibility
Urban Expressways

Arterials

Sub arterials
Mobility

Collectors

Locals

Access
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai