Anda di halaman 1dari 7

TINJAUAN SEBARAN LOKASI AGLOMERASI INDUSTRI DI INDONESIA

Sonny Tilaar

Abstrak

Sektor Industri memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Di Indonesia,
sektor Industri tersebut merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia. Sektor ini sebagai
penyumbang terbesar dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia selama sepuluh tahun
terakhir. Daerah-daerah dimana konsentrasi kegiatan industri terjadi memperoleh manfaat yang disebut
dengan ekonomi aglomerasi (agglomeration economies). Jadi dengan adanya ekonomi aglomerasi dapat
memberikan pengaruh yang positif terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Sehubungan dengan itu adalah
penting agar kegiatan industri dapat tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia agar terjadinya
pemerataan pembangunan secara menyeluruh. Oleh karena itu adalah penting untuk mengkaji tentang
sebaran lokasi industri tersebut di Indonesia.
Dari studi literatur ditemukan bahwa lokasi aglomerasi industri, khususnya industri manufaktur
yang ada sebagian besar terkonsentrasi di pulau Jawa dengan konsentrasi yang membentuk pola dua kutub
(bipolar pattern), yaitu di ujung barat pulau Jawa yang meliputi Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang,
Bekasi) dan Bandung. Sedangkan di ujung timur pulau Jawa berpusat di kawasan Surabaya.

Kata Kunci : Lokasi, Aglomerasi, Industri

PENDAHULUAN industri (peranan sektor industri sebagai lapangan


Di berbagai wilayah di dunia, kerja), komposisi ekspor barang dan jasa dalam
Industrialisasi telah menjadi salah satu kekuatan lalu lintas pembayaran internasional
utama pembangunan ekonomi. Sejak masa orde (Djojohadikusumo, 1987). Sektor ini sebagai
baru telah dimulai proses industrialisasi pada penyumbang terbesar dalam pembentukan PDB
tahun 1966, dimana sektor industri manufaktur (Produk Domestik Bruto) Indonesia selama
menjadi sektor yang potensial untuk sepuluh tahun terakhir. Sebagai gambaran, pada
meningkatkan pertumbuhan di dalam negeri. Pada tahun 2005 peran sektor industri pengolahan
tahun 1990 Indonesia melakukan transformasi diperkirakan mencapai lebih dari seperempat atau
industri yaitu dari negeri berbasis pertanian sebesar 28,06 % dari komponen pembentukan
menjadi Newly Industrialized Cauntry (NICs), PDB, sementara sektor pertanian hanya memberi
dimana kontribusi sektor industri manufaktur andil sebesar 13,39 %. (BPS,2005)
dalam PDRB telah melampaui kontribusi sektor Badan Pusat Statistik (BPS )membagi
pertanian ( Shofiyana,2012). indutri menjadi empat golongan yaitu (1) Indutri
Selanjutnya sektor industri telah menjadi besar, apabila mempunyaitenaga kerja 100 orang
salah satu bidang usaha yang dalam jangka atau lebih, (2) industri sedang, apabila
panjang diarahkan agar dapat berperan sebagai mempunyai tenaga kerja 20 sampai 99 orang, (3)
dinamisator bagi sektor–sektor lain dan akan industri kecil, apabila mempunyai tenaga kerja 5
membawa seluruh ekonomi menuju tingkat sampai 9orang, (4) imdutri rumah tangga,apabila
pertumbuhan yang lebih tinggi. Dengan kata lain mempunyai tenaga kerja 1 sampai 4 orang.
diharapkan industri akan mampu menjadi tulang Indonesia adalah sebuah negara yang
punggung ekonomi negara dan mendorong melimpah sumber daya alamnya. Sumberdaya ini
pembangunan yang sedang berjalan. sebagai sumber pendorong kegiatan industri.
Kesinambungan struktur perekonomian dapat Dari keadaan yang ada , wilayah-wilayah yang
ditelaah antara lain dengan menggunakan tolak ada tidak memiliki kesamaan potensi
ukur menyangkut besarnya sumbangan sektor sumberdaya. Sumberdaya yang tidak merata ini
industri terhadap produk nasional. Jumlah menimbulkan disparitas dalam laju pertumbuhan
angkatan kerja yang mendapat nafkah disektor pertumbuhan ekonomi antar daerah.

TEKNO/Volume07/No.52/April 2010 90
Ketidakmerataan sumber daya ini tercermin pada panjang sehingga masyarakat akan banyak
konsentrasi kegiatan industri yang terjadi pada memperoleh keuntungan apabila mengikuti
daerah tertentu saja. Daerah-daerah dimana tindakan mendirikan usaha disekitar lokasi
konsentrasi kegiatan industri terjadi memperoleh tersebut.
manfaat yang disebut dengan ekonomi Berdasarkan klasifikasi yang
aglomerasi (agglomeration economies). Jadi dikemukakan oleh Head dan Mayer (2003),
dengan adanya ekonomi aglomerasi dapat agglomerasi mengandung dua pengertian.
memberikan pengaruh yang positif terhadap laju Pengertian pertama adalah proses yang dilakukan
pertumbuhan ekonomi. Sebagai akibatnya secara bersama-sama dalam melakukan mobilitas
daerah-daerah yang termasuk dalam aglomerasi secara spasial. Pengertian kedua adalah suatu
pada umumnya mempunyai laju pertumbuhan bentuk lokasional, terutama bagaimana aktivitas
yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah ekonomi terkonsentrasi secara spasial. Secara
yang bukan aglomerasi. Jadi terdapat hubungan umum, dalam “New Economic Geography”,
yang positif antara aglomerasi geografis dari pengamatan mengenai agglomerasi diawali
kegiatan-kegiatan ekonomi dan pertumbuhan dengan observasi mengenai bentuk agglomerasi
ekonomi. Aglomerasi itu terjadi, salah dan mendiskusikan mengenai proses bagaimana
satunya dikarenakan sifat manusia sebagai itu terjadi.
makhluk sosial akan cenderung berusaha untuk
Definisi yang telah dikemukaan
mencapai tujuannya dengan prinsip pemusatan
melengkapi pengertian yang dikemukaan oleh
(aglomerasi) di dalam permukiman mereka.
Fujita yang menyatakan bahwa agglomerasi
Aglomerasi itu sendiri merupakan faktor lokasi
merupakan proses pengelompokan dari aktivitas
yang amat pentihg, baik yang berwujud
ekonomi secara spasial, yang terjadi dan terbentuk
pengelompokan industri , perumahan, pemusatan
secara komulatif oleh beberapa alasan logis
pertokoan di pusat perbelanjaan, sama-sama
(Fujita et al 1999:1) . Pandangan tersebut
menjadi sarana utama untuk meningkatkan
dilengkapi oleh Ellison dan Glaeser (1997) yang
efisiensi ekonomis ataupun kepuasan sosial,
menyatakan bahwa agglomerasi tidak selalu
karena di situ terjadi timbunan kegiatan manusia
terjadi dalam satu industri, agglomerasi dapat
di suatu lokasi tertentu.
terjadi pada beberapa industri yang berbeda dan
Besarnya manfaat ekonomi aglomerasi
tidak saling terkait. Agglomerasi bisa berarti sama
akibat dari keberadaan lokasi industri di suatu
dengan kluster apabila hanya terjadi dalam suatu
daerah, maka adalah penting untuk mengetahui
industri, akan tetapi agglomerasi industri lebih
tentang keberadaan lokasi aglomerasi industri
mengarah kepada penjelasan mengenai
khususnya industri manufaktur yang ada di
terbentuknya atau berkembangnya suatu kluster.
Indonesia serta pengaruhnya terhadap
Ahli ekonomi Hoover membuat klasifikasi
perekonomian wilayah tersebut. Dalam penulisan
ekonomi aglomerasi menjadi 3 jenis (Isard,1975),
ini , penelusuran tentang lokasi aglomerasi
yaitu: .
industri ini dilakukan melalui studi literatur serta
1. large scale economies merupakan keuntungan
pengamatan langsung di lapangan.
yang diperoleh perusahaan karena
KONSEP AGLOMERASI
membesarnya skala produksi perusahaan
Istilah aglomerasi muncul pada dasarnya
tersebut pada suatu lokasi,
berawal dari ide Marshall tentang penghematan
2. localization economies merupakan keuntungan
aglomerasi (agglomeration economies) atau dalam
yang diperoleh bagi semua perusahaan dalam
istilah Marshall disebut sebagai industri yang
industry yang sama dalam suatu lokasi dan
terlokalisir (localized industries). Agglomeration
3. urbanization economies merupakan
economies atau localized industries menurut
keuntungan bagi semua industry pada suatu
Marshall muncul ketika sebuah industri memilih
lokasi yang sama sebagai konsekuensi
lokasi untuk kegiatan produksinya yang
membesarnya skala ekonomi (penduduk,
memungkinkan dapat berlangsung dalam jangka

TEKNO/Volume07/No.52/April 2010 91
pendapatan, output atau kemakmuran) dari Kedua, Pendapatan Per Kapita. Industri yang
lokasi tersebut. hasilnya meningkat (increasing return industry)
Selanjutnya desebutkan bahwa terjadinya akan berkonsentrasi pada pasar yang besar.
aglomerasi diperkotaan disebabkan oleh faktor : Menurut hipotesis Krugman (1991) menyatakan
a.Economic of scale adalah keuntungan karena lokasi yang semakin padat penduduk akan
dapat berproduksi secara berspesialisasi menarik konsentrasi produksi manufaktur, asumsi
sehingga produksi lebih besar dan biaya per adalah daerah tersebut menawarkan pasar lokal
unitnya lebih efisien. (domestic) yang lebih besar daripada daerah lain,
b.Economic of agglomeration ialah keuntungan biaya tetap (fixed cost) relatif lebih besar dari
karena di tempat itu terdapat berbagai biaya transportasi (Kuncoro, 2007). Pada daerah
keperluan dan fasilitas yang dapat digunakan yang padat penduduk dengan pendapatan yang
oleh perusahaan. rata-rata relatif tinggi maka secara bersama akan
mempengaruhi permintaan dan meningkatkan
FAKTOR - FAKTOR PENENTU penawaran akan barang konsumtif sehingga
AGLOMERASI menimbulkan industri-industri baru untuk men-
Kegiatan industri yang ada cenderung cukupi pasar.
beraglomerasi di daerah-daerah dimana potensi Ketiga, Input lokal. Input lokal adalah bahan
dan kemampuan daerah tersebut memenuhi baku, perlengkapan, atau layanan yang hadir di
kebutuhan mereka, dan mereka mendapat lokasi yang layak dan tidak bisa didatangkan dari
manfaat akibat lokasi perusahaan yang saling tempat lain seperti aspek georgrafi dan pelayanan
berdekatan. Daya tarik kota bagi industri ialah, publik lokal yang disediakan akan masuk dalam
kota umumnya menawarkan berbagai kelebihan perhitungan akuntansi untuk mengambarkan biaya
dalam bentuk produktifitas dan pendapatan yang input total. Akhirnya, akan tetap masuk adanya
lebih tinggi, rnenarik investasi baru, teknologi kemudahan lokal, seperti sosial budaya (tingkat
baru, pekerja terdidik dan terampil dalam jurnlah estetika, budaya lingkungan atau masyarakat yang
yang jauh lebih tinggi di banding pedesaan. memainkan peran sangat penting dalam preferensi
Sehingga berbeda dengan kasus industri berbasis lokasi perumahan). Fitur umum dari semua faktor
sumber daya (resource-based industries), industri input lokal adalah bahwa apa pun yang
manufaktur cenderung berlokasi di dalam dan di menawarkan lokasi tertentu tergantung pada
sekitar kota. kondisi di lokasi itu sendiri dan tidak melibatkan
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi transfer input dari lokasi lain.
aglomerasi industri adalah sebagai berikut: Keempat, Biaya Tenaga Kerja. Faktor pasar
Pertama, Skala Ekonomi. Menurut Tarigan tenaga kerja, kususnya tingkat upah dan keteram-
(2005) skala ekonomi adalah faktor-faktor pilan tenaga kerja akan mendorong terjadinya
produksi yang tidak dapat dibagi (indivisibility). konsentrasi spasial kerena dengan adanya penge-
Dengan melakukan spesialisasi, dapat dibuat lompokkan perusahaan maka akan terjadi urba-
pabrik/perusahaan dengan kapasitas yang lebih nisasi tenaga kerja yang besar karena Indonesia
besar sehingga biaya per unit bisa lebih murah sebagai negara berkembang masih tergolong sulit
karena besarnya perusahaan sehingga biaya tetap untuk menemukan lapangan pekerjaan dan tawa-
(fixed cost) tidak bertambah, walaupun jumlah ran upah yang lebih menjanjikan. Hal itu terjadi
produksi ditingkatkan pada proporsi tertentu. karena kota berindustri padat memberi upah lebih
Skala ekonomi juga akan berdampak tersedianya layak karena peraturan ketimbang di daerah yang
berbagai fasilitas yang melancarkan berbagai ke- berada pada pedalaman karena budaya yang ter-
giatan perusahaan, misalnya transportasi yang tanam kadang menyulitkan. Biaya tenaga kerja
mudah (akses jalan, dan kendaraan), keamanaan, adalah faktor kedua yang dapat mempengaruhi
perbankan, asuransi, perbengkelan/reparasi, pe- lokasi industri. Hal ini dapat terjadi apabila peng-
rusahaan listirk, perusahaan air bersih, dan tempat hematan biaya tenaga kerja per unit produksi lebih
reklame; besar dari pada tambahan biaya transportasi per

TEKNO/Volume07/No.52/April 2010 92
unit produksi karena berpindahnya lokasi ke dekat Berdasarkan penelitian yang telah
sumber tenaga kerja (Tarigan, 2005) dilakukan ditemukan bahwa konsentrasi
Menurut Djojodipuro (1992) pemilihan geografis industri menunjukkan bahwa
lokasi industri sendiri dipengaruhi oleh banyak konsentrasi geografis telah berlangsung lebih dari
faktor antara lain : faktor endowment, pasar, dua dekade terakhir. Dari pengamatan yang ada,
bahan baku, aglomerasi, kebijakan pemerintah, ternyata pada tingkat nasional, Jawa dan Sumatera
dan biaya angkutan. Fuji menyatakan bahwa merupakan dua pulau besar yang menyerap lebih
konsentrasi spasial merupakan pengelompokan dari 90% usaha industri besar menengah (IBM) di
setiap industri pada suatu wilayah tertentu (Fujita Indonesia (Sulastri,2013).
2005). Masih menurut orang yang sama, Selanjutnya pada proses perkembangan
konsentrasi spasial sendiri disebabkan karena industri di Indonesia, Jawa Timur adalah wilayah
adanya perbedaan kondisi geografis, infrastruktur, pertama Indonesia yang mengalami dampak dari
dan sumber daya alam antar daerah. revolusi industri. Sejak awal industri modern di
Jawa Timur tidak diorientasikan kearah produksi
LOKASI AGLOMERASI DI INDONESIA barang-barang konsumsi namun ke arah
Pada saat ini, di setiap daerah di pengolahan hasil pertanian, terutama industri gula
Indonesia telah memiliki tata ruang untuk dan industri berat. Kota Surabaya yang memiliki
industri yang disebut lahan peruntukan industri. pelabuhan alam dan dihubungkan dengan derah
Hal itu dibuktikan dari Keputusan Menteri pedalaman oleh sungai, pada tahun 1830-an telah
Perindustrian tentang Pedoman Pengarahan menjadi pusat industri gula yang terus
Lokasi bagi Kegiatan Industri. Berdasarkan SK berkembang. Pada tahun 1860-an, penenggilingan
Memperindag Nomor 17/M/SK/8/1993, dan pemerosesan gula tidak hanya
Pedoman ini mengatur tentang bagaimana dan membangkitkan pabrik gula menjadi semakin
dimana lokasi indutri itu ditempatkan. Jadi besar, tetapi juga mendorong pertumbuhan
semua kegiatan industri harus berlokasi di dalam industri penunjangnya. Sementara itu, dibukanya
lahan peruntukan industri sesuai dengan perlayanan antar pulau dengan kapal uap dan
kebijakan tata ruang yang ditetapkan oleh didirikannya pangkalan angkatan laut di kota
pemerintah daerah setempat. Surabaya pada tahun 1850-an mengakibatkan
Keberadaa lokasi industri pada berkembangnya sebuah industri perbaikan kapal
kenyataannya cenderung berdampingan dengan laut yang besar di kota Surabaya. Selain itu Jawa
kegiatan pertanian, bahkan kadang berebut lahan Timur memiliki industri rel dan kereta api (Dick,
di seputar pusat-pusat kota yang pada gilirannya 1993 a). Akibat dari Jawa Timur sebagai daerah
semakin mengaburkan perbedaan baku antara aglomerasi industri khususnya manufaktur, maka
desa dan kota . Kegiatan industri yang ada Industri manufaktur di Jawa Timur menyumbang
cenderung beraglomerasi di daerah-daerah sekitar 20% dari nilai tambah yang dihasilkan
dimana potensi dan kemampuan daerah tersebut oleh sektor industri manufaktur di Indonesia dan
memenuhi kebutuhan mereka, dan mereka sekitar 25% tenaga kerja yang bekerja di sektor
mendapat manfaat akibat lokasi perusahaan yang industri manufaktur Indonesia. Dengan demikian
saling berdekatan. Daya tarik kota bagi industri roda perekonomian Jawa Timur maju pesat
ialah, kota umumnya menawarkan berbagai dibandingkan dengan sebagian wilayah Indonesia
kelebihan dalam bentuk produktifitas dan yang ada.
pendapatan yang lebih tinggi, rnenarik investasi Berkembangnya aglomerasi industri di
baru, teknologi baru, pekerja terdidik dan Jawa Timur ini karena didukung oleh beberapa
terampil dalam jurnlah yang jauh lebih tinggi di faktor. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
banding pedesaan. Sehingga berbeda dengan oleh Santosa dan McMichael (2004), beberapa
kasus industri berbasis sumber daya (resource- faktor tersebut antara lain adalah faktor
based industries), industri manufaktur cenderung kependudukan, ketenagakerjaan maupun
berlokasi di dalam dan di sekitar kota. Infrastrutur, termasuk di dalamnya infrastruktur

TEKNO/Volume07/No.52/April 2010 93
sektor telekomunikasi, transportasi dan energi. dibuktikan dengan meningkatnya jumlah desa
Selain itu, kinerja industri manufaktur di Jawa urban di sepanjang koridor-koridor tersebut.
Timur tidak terlepas dari peranan Sektor Sedangkan secara geografis konsentrasi industri
keuangan dan juga dari dukungan iklim investasi terlihat tersebar di sepanjang koridor Jakarta -
yang baik. Kependudukan dan ketanagakerjaan Bandung, sehingga wilayah perkotaan di
merupakan determinan dari industri manufaktur. Jabotabek dan Metropolitan Bandung hampir
Kondisi kependudukan sangat mempengaruhi menyatu atau membentuk suatu jaringan kota
local demand terhadap output industri manufaktur (network cities) (Kuncoro, 2000). Penelitian ini
di Jawa Timur, sedangkan kondisi juga memberikan bukti empiris bahwa
ketenagakerjaan mempengaruhi produktivitas perkembangan aglomerasi di kutub barat pulau
industri manufaktur di Jawa Timur. Jawa ini, ternyata membentuk suatu jaringan
Lokasi aglomerasi industri di wilayah kota (network cities) yang menghubungkan
Indonesia ditemukan adanya disparitas aglomerasi di Greater Jakarta dan Bandung
konsentrasi lokasi industri itu sendiri. Dalam sehingga menjadi satu kesatuan aglomerasi yang
penelitian yang dilakukan oleh Kuncoro (2002), besar.
yang melakukan studi tentang dinamika spasial
industry manufaktur di Indonesia dengan tahun Terkonsentrasinya lokasi aglomerasi
pengamatan 1976 sampai 1999. Dalam studinya industri di Pulau Jawa juga didukung oleh
menemukan bahwa pusat konsentrasi industri penelitian dari Sulastri (2013), didapatkan hasil
manufaktur Indonesia berlokasi di pulau jawa bahwa nilai konsentrasi rasio industri Indonesia
dengan konsentrasi yang membentuk pola dua tahun 2009 berdasarkan nilai output industri
kutub (bipolar pattern), yaitu di ujung barat wilayah menunjukkan bahwa Jawa Barat memiliki
pulau Jawa yang meliputi Jabotabek (Jakarta, tingkat konsentrasi yang baik sebesar 0,28321,
Bogor, Tangerang, Bekasi) dan Bandung. selanjutnya diikuti Jawa Timur sebesar 0,16013,
Sedangkan di ujung timur pulau Jawa berpusat DKI Jakarta sebesar 0,11518, Banten sebesar
di kawasan Surabaya. Hal ini merupakan 0,10811 dan Jawa Tengah sebesar 0,07098 .
pertanda pentingnya ekonomi Iokalisasi bagi Urutan ke-enam dan seterusnya telah tampak
terkonsentrasinya industry di daerah perkotaan bahwa terjadinya pergeseran kawasan industri ke
besar (large urban areas). Menyimak pulau Sumatera dengan tingkat konsentrasi
perkembangan konsentrasi industri di kutub sebesar 0,04985 berada di wilayah Sumatera
barat pulau Jawa yang meliputi Greater Utara. Sedangkan lima kawasan industri yang
Jakarta dan Bandung, maka akan terlihat memiliki tingkat konsentrasi terendah berdasarkan
beberapa fenomeaa yang cukup menarik untuk nilai output berada pada wilayah Maluku bagian
diamati lebih lanjut. Utara dengan tingkat konsentrasi sebesar 0,00025
pada tahun perhitungan 2009, Nusa Tenggara
Pertama, dewasa ini terdapat kecenderungan Barat (NTB) dengan tingkat konsentrasi sebesar
perkembangan aktifitas industri manufaktur di 0,00041, wilayah Papua tingkat konsentrasi
kota-kota inti (core region) dalam hal ini sebesar 0,00043, Sulawesi Tengah tingkat
Metropolitan Jakarta dan Bandung terlihat konsentrasi sebesar 0,00061 diikuti wilayah
menurun. Sementara itu di kota-kota pinggiran Gorontalo dengan tingkat konsentrasi 0,00069
(fringe region) seperti Bogor, Tangerang, dan berdasarkan nilai output tahun analisis 2009.
Bekasi (Botabek) aktivitas industri manufaktur Selanjutnya tentang seberapa besar konsentrasi
justru semakin meningkat. nilai output industri di beberapa propinsi utama di
Indonesia. Hasil perhitungan konsentrasi rasio
Kedua, terdapat fenomena pengelompokan terhadap industri spasial di Indonesia berdasarkan
(aglomerasi) industri yang cenderung 5 wilayah yang memiliki tingkat konsentrasi yang
membentuk suatu koridor pembangunan diantara dilihat dari trend perkembangan industrinya dari
wilayah metropolitan Jakarta dengan tahun 2002 sampai dengan tahun 2009, walaupun
metropolitan Bandung. Secara fenomenal dapat pada tahun tertentu nilai konsentrasi rasio

TEKNO/Volume07/No.52/April 2010 94
mengalami penurunan namun Jawa Barat sampai besar secara efisien; (4) struktur industri
saat ini masih mendominasi kawasan industri di Indonesia terbukti masih dangkal, dengan
Indonesia. Trend perkembangan industri minimnya sektor industri menengah; (5) masih
berdasarkan perhitungan konsentrasi rasio kakunya BUMN sebagai pemasok input maupun
terhadap nilai output menunjukkan wilayah DKI sebagai pendorong kemajuan teknologi; (6)
Jakarta dan Banten sama-sama memiliki tingkat investor asing masih cenderung pada orientasi
rasio konsentrasi yang baik di Indonesia walaupun pasar domestik (inward oriented) dan sasaran
sedikit mengalami penurunan pada tahun tertentu. usahanya sebagian besar masih pada pasar yang
diproteksi
PERMASALAHAN KONSENTRASI
AGLOMERASI
Terjadinya aglomerasi yang terus KESIMPULAN
meningkat pada satu wilayah tentunya akan Berdasarkan kajian yang ada, dapat
memberikan konsekwensi kesenjangan disimpulkan bahwa berkembangnya sebuah
pembangunan antar wilayah yang juga terus kegiatan industri dipengaruhi oleh beberapa faktor
melebar. Pada tingkat nasional, Jawa dan antara lain faktor kependudukan, ketenagakerjaan
Sumatera merupakan dua pulau besar yang maupun infrastrutur, termasuk di dalamnya
menyerap lebih dari 90% lokasi industri besar infrastruktur sektor telekomunikasi, transportasi
menengah (IBM) di Indonesia. Hal ini dan energi. Selain itu, kinerja industri tidak
menimbulkan persoalan kesenjangan yang besar terlepas dari peranan sektor keuangan dan juga
antar pulau dalam hal distribusi industri-industri dari dukungan iklim investasi yang baik.
manufaktur. Di pulau jawa, kesenjangan yang Selanjutnya ternyata telah terjadinya aglomerasi
terjadi lebih mencuat karena IBM terkonsentrasi industri yang lokasinya terkonsentrasi di Pulau
secara spasial dan membentuk pola dua kutub Jawa selama beberapa dekade ini.
serta bias berlokasi di daerah-daerah metropolitan. Terkonsentrasinya industri di Pulau Jawa, akan
Akibat lain yang ditimbulkan dari membawa dampak pada ketimpangan
terkonsentrasiya lokasi aglomerasi industri pada pembangunan wilayah di Indonesia. Oleh karena
satu wilayah yaitu akan mengakibatkan terjadinya itu perlu adanya kebijakan yang mengatur agar
percepatan kenaikan jumlah penduduk di daerah aglomerasi industri tidak hanya terkonsentrasi di
itu akibat dari urbanisasi dari para pekerja. salah satu pulau saja, tetapi aglomerasi industri
Konsekuensinya yaitu kota atau wilayah itu akan dapat terbagi rata di seluruh wilayah Indonesia.
menurun daya dukung lingkungannya. Perlu dikembangkan peran daerah dalam proses
Laporan Bank Dunia (1993), yang pembangunan nasional secara keseluruhan
berjudul Industrial Policy-Shifting into High Gear melalui pengembangan sektor-sektor unggulan
menemukan beberapa permasalahan struktural yang dapat meningkatkan perekonomian seperti
pada industri Indonesia.Permasalahan struktural pengembangan sektor industri kecil dan
pada industri Indonesia adalah (1) tingginya menengah di wilayah yang bersangkutan.
tingkat konsentrasi dalam perekonomian dan
banyaknya monopoli, baik yang terselubung DAFTAR PUSTAKA
maupun terang- terangan pada pasar diproteksi;
Adisasmita, R.H., 2005, Dasar-Dasar Ekonomi
(2) dominasi kelompok bisnis pemburu rente
Wilayah, Graha Ilmu, Yogyakarta.
(rentseeking) ternyata belum memanfaatkan Badan Pusat Statistik (BPS). 2005. Statistik
keunggulan mereka dalam skala produksi dan Industri Indonesia Tahun 2002-2009.
kekuatan finansial untu bersaing dipasar global; Dick,H . (1993a). “Manufacturing”. In H.,J.J.
(3) lemahnya hubungan intra industri, Fox, & J. Mackie (Ed), Balanced
sebagaimana ditunjukkan oleh minimnya Development: East Java in the New Order
perusahaan yang bersifat spesialis yang mampu (pp. 230-255). Singapore: Oxford
University Press.
menghubungkan klien bisnisnya yang berjumlah

TEKNO/Volume07/No.52/April 2010 95
Djojodipuro, Marsudi. 1992. Teori Lokasi. international Journal of Business.
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi September 2000.Vol.2.No.3,pp.307-
Universitas Indonesia. 325.
Djojohadikusumo, Sumitro. 1987. Pembangunan Kuncoro, Mudrajat. 2002. Analisis Spasial dan
Ekonomi Indonesia. Jakarta: Regional: Studi Aglomerasi dan Kluster
SinarHarapan. Industri Indonesia, UPP AMP YKPN.
Ellison, G. and Glaeser, E. (1999). “The Jogjakarta.
Geographic Concentration of Industry: Kuncoro, Mudrajat. 2007. Ekonomika Industri
Does atural Advantage Explain Indonesia (Menuju Negara Industri baru
Agglomeration?” American Economic 2030?). C.V ANDI Yogyakarta
Review. Vol 9. pp 311-316 Santosa, B and McMichael, H (2004) “Industrial
Fujita, M.. Krugman,P., and Venables, A. 1999, Development in East Java: A Special
The Spatial Economy: cities, regions and Case?”. Australian National University
international trade, MIT Press. Working Paper.
Head, K & Mayer, T. (2003). “The Empirics of Setiono, Dedi N.S., 2011, Ekonomi
Agglomeration and Trade”. Cepii Paper Pengembangan Wilayah, Teori dan
No: 2003-15. Analisis, Lembaga Penerbit Fakultas
Isard, W., 1975, Introduction to Regional Ekonomi UI, Jakarta.
Science, Prentice Hall, Inc. Shofiana,A.,2012., Analisis Konsentrasi Spasial
Industri Manufaktur Besar dan Sedang di
Juoro, U. 1989. Perkembangan Studi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2002-2008,
Ekonomi Aglomerasi dan Implikasi Universitas Negeri Semarang.
Bagi Perkembangan Perkotaan di http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ed
Indonesia, Jurnal Ekonomi dan aj
Keuangan Indonesia, Vol. 37 No. 2. Sulastri,R.,2013,Konsentrasi Spasial
Krugman, P., 1991, Geograhy and Trade, Industri:Kajian Empirik di
Cambridge:MIT Press. Indonesia,Polibisinis, Volume 5 no.1
Kuncoro, M. (2000). “Beyond Agglomeration and April.
Urbanization”. Gajah Mada Tarigan , R., 2005, Ekonomi Regional :Teori dan
Aplikasi, Bumi Aksara, Jakarta.

TEKNO/Volume07/No.52/April 2010 96

Anda mungkin juga menyukai