Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS KONSEP AGLOMERASI INDUSTRI

TUGAS KELOMPOK

Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas


Mata Kuliah : Perencanaan Pembangunan
Dosen Pengampu : Naerul Edwin Kiky Aprianto, M.E.

Disusun Oleh:
Fasyi Khaetul Laela (214110201035)
Aan Nur Rohman (214110201068)
Cholis Jalil Arafi (214110201115)
Desti Fitriyanti (214110201268)

KELAS 4 EKONOMI SYARIAH D

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROFESOR KIAI HAJI
SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO
2023
ANALISIS KONSEP AGLOMERASI INDUSTRI

Abstrak

Industrialisasi telah menjadi kekuatan utama di balik pesatnya urbanisasi di


kawasan Asia. Industri cenderung fokus pada wilayah yang potensi dan kemampuan
wilayahnya sesuai dengan kebutuhan dan keuntungan dari lokasi perusahaan. Konsep
aglomerasi industri dapat dilaksanakan secara khusus yang mencakup aspek-aspek
umum, yaitu bisnis, pekerja dan konsumen. Di suatu tempat yang terdapat faktor-faktor
yang mempengaruhi kegiatan industri, dapat terjadi aglomerasi atau yang lebih dikenal
dengan pemusatan industri. Faktor-faktor yang dibutuhkan oleh industri meliputi, bahan
baku Kerja, perizinan mudah, pajak relatif murah. Fenomena aglomerasi industri dan
dampaknya terhadap perekonomian yang telah diterapkan di beberapa wilayah Indonesia,
mengingat manfaatnya seperti membuka lapangan kerja, meningkatkan biaya produksi,
mempercepat pertumbuhan ekonomi dan daya tarik migrasi.
Kata kunci: industri, aglomerasi, keuntungan

A. Pendahuluan
Industrialisasi sudah menjadi kekuatan utama dibalik urbanisasi yang cepat
dikawasan asia. Industri cenderung beraglomerasi di wilayah-wilayah yang dimana
potensi dan kemampuan daerah tersebut memenuhi kebutuhan mereka dan mereka
mendapat manfaat akibat lokasi perusahaan tersebut. Menunut Kuncoro, konsep
aglomerasi industri dapat dijalankan dengan spesial yang melibatkan aspek secara
keseluruhan yaitu perusahaan, tenaga kerja, dan konsumen 1 Ketiga aspek yang terlibat
dalam aglomerasi industri spesial ini, akan mendapat dampaknya secara langsung
maupun tidak. Dampaknya secara garis besar bisa menyejahterakan perekonomian
masyarakat dan meningkatkan pembangunan perekonomian negara.

Aglomerasi industri juga dapat meningkatkan pembangunan ekonomi dan


mencapai tingkat di mana konsumsi energi dan emisi polutan dapat dikurangi hingga
batas tertentu. Proses industrialisasi yang pesat sering dianggap sebagai penyebab utama

Arniati (2022), “Buku Ekonomi Regional”, Kabupaten Bandung, WIDINA BHAKTI PERSADA
1

BANDUNG (Grup CV. Widina Media Utama)


1
masalah pencemaran. Migrasi internal perusahaan China membuka peluang bagi provinsi
di wilayah lain untuk meningkatkan lapangan kerja, tetapi juga menyebabkan polusi yang
berbeda di wilayah penerima, dan dengan tekanan pengendalian polusi dan
pengembangan klaster industri, industri intensif polusi juga telah menunjukkan
aglomerasi. Aglomerasi industri, yang meliputi aglomerasi khusus, aglomerasi
terdesentralisasi, dan sinergi industri, dianggap sebagai faktor yang memiliki pengaruh
yang relatif besar terhadap produktivitas faktor total, seringkali memiliki efek non-linear
dan bahkan efek pertumbuhan eksponensial daripada aglomerasi industri. Bisnis eksternal
ditandai dengan komunikasi sinergi, refleksi dan efek penyembuhan diri 2

Hoover (1948) mengklasifikasikan aglomerasi menjadi tiga jenis, yaitu: Large


Scale Economies: yang diperoleh suatu industri dengan memperluas produksi industri di
suatu lokasi. Locazation Economies: Menghasilkan keuntungan dari industri yang sama
secara lokal. Keuntungan ini terjadi karena kegiatan produksi saling berhubungan dan
terpusat pada satu wilayah, biaya pengangkutan bahan baku dan bahan jadi berkurang,
dan produksi ditingkatkan melalui bahan baku, energi yang berkualitas dan pasar yang
terjamin. Urbanization economies: Keuntungan untuk semua industri yang beroperasi di
lokasi yang sama, yang dihasilkan dari peningkatan skala ekonomi (populasi, pendapatan,
produksi, atau aset) di lokasi tersebut 3

B. Konsep Aglomerasi Industri


Aglomerasi yang berati sebuah kegiatan dalam ruang lingkup ekonomi maupun
lingkup lainnya. Salah satunya ada aglomerasi perkotaan yang terjadi akibat adanya
urbanisasi penduduk dan aglomerasi industri yang terjadi karena sebuah perusahaan satu
dengan perusahaan saling berdekatan. Selain itu algromerasi industri bisa terjadi karena
adanya sebuah lokasi yang sangat berpotensi dalam menyediakan infrastruktur yang
dibutuhkan oleh industri yang bersangkutan 4

2
Bhenu Artha et al., “Industrial Agglomeration: Suatu Studi Literatur,” Jurnal Rekayasa Industri
(Jri) 4, no. 1 (2022): 13–19.
3
Barli Novirin, “Analisis Pengaruh Aglomerasi Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dalam
Pelaksanaannya Di Beberapa Wilayah Indonesia,” OIKONOMIKA : Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan
Syariah 2, no. 1 (2021): 60–69.
4
Mahatma Pertiwi DS, Ade Tri Darma Kufepaksi and Muslimin, “E-Journal Field of Economics
, Business , and Entrepreneurship,” E-journal Field of Economics, Business, and Entrepreneurship
(EFEBE) 1 (2022): 317–326.
2
Algromerasi industri sangat bermanfaat dan dapat menunjang perekonomian
negara. Pemusatan industri satu dengan yang lainnya yang dilakukan oleh algromerasi
yang dapat dirasakan sekali yaitu pengeluaran modal dalam berindustri dan keuntungan
yang lebih banyak. Sebagai salah satu contoh penerapan algromerasi yang diterapkan
Indonesia yang berhasil membuahkan banyak keuntungan yaitu pemusatan industri di
kecamatan Mengwi. Pemusatan industri tersebut dilakukan untuk menampung berbagai
usaha seperti pembuatan kerajinan gerabah dan workshop. 5
Aglomerasi industri di kecamatan Mengwi berdampak positif baik bagi penikmat
maupun pemiliknya. Dampak positif yang dapat dirasakan bagi penikmat atau
pengunjung yaitu mempermudah dalam mendapatkan ketrampilan, dalam membeli
kerajinan, dan mempermudah dalam melihat bahkan dalam mengambil gambar dari
berbagai proses pembuatan kerajinan tersebut. Dampak positif bagi pemilik yang dapat
diperoleh antaranya lain modal yang dikeluarkan untuk membuka industri lebih kecil dari
yang seharusnya, keuntungan yang didapat akan jauh lebih besar dari yang belum terjadi
pemusatan, dan bisa meningkatkan image ekonomi teruma bagi negara dari kerajinan
yang dibuat.
Aglomerasi yang bisa disebut dengan " Klaster" memiliki sebuah konsep untuk
menjalankannya. Konsep dari aglomerasi industri secara tradisional dapat mencakup
beberapa aspek pelaku diantaranya ada produsen, supplier, pembeli, dan pihak-pihak lain
yang ikut berkontribusi didalamnya. Dengan adanya banyak aspek atau pihak yang
terlibat, maka timbullah daya saing dalam berindustri.6 Sehingga akan menciptakan
persaingan dan perkembangan yang kompetitif antar pihak-pihak yang terkait. Hal
tersebut yang nantinya akan berdampak pada pertumbuhan perekonomian nasional secara
signifikan dengan sisitem atau konsep algromerasi industri tersebut.
Aspek dalam aglomerasi industri tidak hanya mencangkup aspek pelaku tetapi,
juga mencakup aspek-aspek pendukung agar kegiatan aglomerasi berhasil. Menurut
Bergman dan Geser, ada beberapa aspek pendukung atau aspek umum yaitu lokasi

5
Gde Bagus Andhika Wicaksana3 I Gusti Ayu Sri Utari Dewi1, I Nyoman Gede Maha Putra2 and
3 1, 2, “Perencanaan Dan Perancangan Pusat Industri Dan Workshop Gerabah Di Desa Kapal, Kecamatan
Mengwi Kecamatan Mengwi” x, no. x (2022): 94–104.
6
Shella Elly Sritrsiniawati, “Solution Idea of MSMEs Based on Cluster in East Java During the
Covid-19 Crisis: Can Survive or Not?,” East Java Economic Journal 6, no. 1 (2022): 25–31.
3
geografis, sumber-sumber inovasi, pemasok, dan faktor-faktor produksi. Dari aspek-
aspek pendukung yang ada, lahirnya konsep-konsep aglomerasi industri, 7diantaranya:
1. Konsep Ekonomi Geografi (Economic Geography Concept)
Dalam konsep ini, indentifikasi karakteristik dan faktor lokasi menjadi faktor
utama dalam melakukan aglomerasi industri. Kedua faktor tersebut yang
berdampak dalam penentuan tempat atau lokasi untuk berindustri. Sehingga
menimbulkan sikap perusahaan yang tidak terlihat secara eksplisit tetapi dapat
dilihat secara keseluruhan.
2. Konsep Organisasi (Organizational Concept)
Faktor internal dan lingkungan dalam perusahaan merupakan faktor yang
mempengaruhi konsep ini. Dimana biaya transaksi sangat berpengaruh terhadap
algromerasi yang terjadi. Selain itu, teori ekonomi sosial juga menjadi pegangan
dalam konsep ini.
3. Konsep Strategi (Strategi Concept)
Dalam berindustri atau berusaha tidak akan pernah terlepas dari yang namanya
strategi perusahaan. Dengan adanya strategi, bisa mengikuti persaingan yang
terjadi sehingga bisa memperpanjang umur industri. Selain itu, dapat
mengembangkan industri dengan adanya strategi inovasi yang dilakukannya.

Ada berbagai konsep yang dapat dilakukan ketika menjalankan aglomerasi


industri. Seperti yang sudah disebutkan konsep-konsep yang meliputi aspek pelaku
maupun aspek pendukungnya. Menunut Kuncoro, konsep aglomerasi industri dapat
dijalankan dengan spesial yang melibatkan aspek secara keseluruhan yaitu perusahaan,
tenaga kerja, dan konsumen. 8 Ketiga aspek yang terlibat dalam aglomerasi industri spesial
ini, akan mendapat dampaknya secara langsung maupun tidak. Dampaknya secara garis
besar bisa menyejahterakan perekonomian masyarakat dan meningkatkan pembangunan
perekonomian negara.

Seiringi berjalannya zaman yang berkembang, berbagai konsep-konsep


algromerasi industri diterapkan sampai ke pedesaan. Perubahan yang terjadi dengan

7
Ariviana L. Kakerissa and Hendri Dony Hahury, “Identifikasi Potensi Klaster Industri
Pembekuan Ikan Di Pulau Ambon,” Arika 16, no. 1 (2022): 27–35.
8 Ibid hal 82

4
diterapkannya algromerasi industri di desa, menyebabkan perubahan yang sangat ekstrim.
Mulai dari tingkat produktivitas yang meningkat, lapangan pekerjaan yang semakin luas,
akses distribusi dan informasi yang semakin mudah. Perubahan dari penerapan konsep
aglomerasi industri yang sangat mendasar yaitu pembentukan ruang ekonomi, ruang
sosial, dan ruang geografis di pedesaan. 9 Sehingga perkembangan dan tingkat
kesejahteraan perekonomian dipedesaan tersebar merata.

Kuncoro melakukan perkembangan dari konsep aglomerasi industri yang


mencangkum dari keseluruhan yang terlibat dari didalamnya. Perkembangan konsep
tersebut dirangkum kedalam sebuah figur yang disebut figur 9.7. Figur tersebut
menjelaskan tiap-tiap teori yang mengenai aglomerasi industri kedalam pandangan klasik
dan modern. Pandangan klasik mengenai aglomerasi industri yaitu sesuatu yang spasial
yang diasosiasikan kedalam konsep penghematan akibat aglomerasi atau economies of
aglomeration. Pandangan klasik tersebut, dijalankan menggunakan konsep eksternalitas
dimana para pendukung menjunjung dasar-dasar ekonomi mikro yang disebabkan oleh
skala ekonomis. Sedangkan pandangan modern mengenai aglomerasi industri yaitu ada
tiga cara pemikiran untuk mengidentifikasi aglomerasi industri. Tiga cara pemikiran
tersebut diantaranya teori baru yang menjelaskan mengenai eksternalitas dinamis atau
biasa disebut dengan dynamic externalities, menggunakan madzhab yang menjelaskan
pertumbuhan perkotaan, dan paradigma yang menggunakan basis biaya transaksi. 10

Berikut adalah bahan dari dua pandangan aglomerasi industri yang dikembangkan oleh
Kuncoro:

9
Tipe Di, Puskesmas Kabupaten, and Universitas Ngudi Waluyo, “SINOV I Volume 4 I Nomor
1 I JANUARI-JUNI 2022 44” 4 (2022): 44–53.
10
BPS Subdit, Analisis Potensi Wilayah Indonesia, 2018.
5
Sumber: Analisis Potensi Wilayah (ANPOTWIL) hal. 71
Sebelum kedua konsep baik klasik dan modern berkembang, aglomerasi industri
muncul dengan sebutan "teori neo-klasik". Konsep teori tersebut memberikan
pengetahuan tentang keuntungan yang dapat diperoleh dengan adanya aglomerasi.
Konsep teori neo-klasik ini, beracuan pada penghematan lokasi dan urbanisasi
masyarakat. Selian itu, konsep ini juga menawarkan dengan kedekatan geografis dengan
pengelompokan proses produksi sesuai dengan spesialisasinya. Teori ini, juga
berpedoman pada penggunaan bahan mentah, ukuran tempy konsumsi, dan tenaga yang
digunakan dalam proses produksi.
Penerapan konsep teori neo-klasik ini memiliki kelebihan dimana negara dapat
memperoleh keuntung dari berbagai sumber daya alam yang sangat beragam dan daerah
yang berpartisipasi dalam menjalankan konsep algromerasi industri teori neo-klasik ini
mendapatkan keunggulan yang komparatif. Disisi lain, konsep ini memiliki kelemahan
yang menyebabkan konsep ini sudah tidak digunakan. Kelemahan tersebut disebabkan
oleh ketidakberhasilan teori ini dalam beradaptasi dengan perubahan geografis yang
terjadi di tingkat global. Perubahan global yang tidak dapat diatasi salah satunya
mengenai penurunan peran manufaktur tradisional dan lahirnya daerah baru atau kota-
kota besar yang menjadi pusat industri.
6
Bagaimanapun seiring berjalannya waktu, pemikiran tentang konsep selalu
berkembang. Teori geografi ekonomi baru lahir, dengan konsep penting yaitu lokasi
industri meupakan hal yang sangat penting dan bercampurnya ilmu ekonomi internasional
dengan ilmu ekonomi tradisiona. Tetapi konsep tersebut tidak berlangsung lama yang
disebabkan oleh daya saing yang tidak sempurna, tingginya biaya transportasi, dan
kesenjangan geografis distribusi. Kemudian muncullah teori perdagangan baru yang
mengkritik teori terdahulu yaitu teori neo-klasik. Kritik tersebut berupa bahwa teori neo-
klasik hanya fokus pada perdagangan tradisional dimana hanya berasumsi pada
persaingan sempurna dan pendapatan konstan. Dimana pendapat teori perdagangan baru
menganggap hal-hal tersebut menyebabkan terlalu banyak waktu dan data yang terbuang
didalamnya.
Konsep teori perdagangan baru ini, mengembangkan ukuran pasar yang secara
fundamental dipengaruhi oleh angkatan kerja disuatu negara. Teori ini juga menentang
akan adanya tenaga kerja yang berpindah-pindah lintas negara. Karena secara penentu
lokasi tenaga kerja akan berdampak bagi pendapatan dalam industri. Disisi lain
mengkritik konsep teori neo-klasik, teori perdagangan baru memiliki beberapa kelemahan
diantaranya:
1. Terdapat berbedaan struktur produksi yang didasau oleh lerbedaan karakteristik
2. Hanya menjelaskan dampak spesialisasi regional yang terjadi pada industri-industri
yang lokasinya berdekatan saja
3. Tidak menjelaskan perkembangan industri secara global. 11

C. Faktor Penyebab Aglomerasi Industri


Aglomerasi adalah kawasan yang ditetapkan oleh pemerintah kota sebagai
kawasan industri dalam rencana kawasan. Dalam pandangan Cahya Purnama Asri,
aglomerasi industri adalah sekumpulan perusahaan dari satu atau beberapa industri
yang saling berhubungan dan terkonsentrasi pada suatu wilayah tertentu, serta
dihubungkan oleh kepentingan bersama dan saling melengkapi. 12
Dan kali ini kita akan membahas faktor apa saja yang mempengaruhi aglomerasi
industri. Sebelum kita sampai pada faktor-faktor penyebab aglomerasi industri, kita harus

11
Ibid. hal 73-76

7
mengetahui terlebih dahulu faktor-faktor apa saja yang mendukung adanya aglomerasi
industri ini. Aglomerasi atau lebih dikenal pemusatan industri dapat terjadi di suatu
tempat yang terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan industri.
Faktor yang dibutuhkan oleh sebuah industri antara lain:
• Bahan baku.
Tentunya kita semua tahu bahwa bahan baku merupakan salah satu faktor
terpenting dalam aktivitas produksi industri. Tentunya tanpa bahan baku yang
berkualitas, proses produksi menjadi lebih rumit. Oleh karena itu, pasokan bahan
baku yang baik dapat mempercepat dan melancarkan suatu industri.
• Tenaga kerja
Dengan standar kuantitas dan kualitas yang memenuhi kebutuhan industri,
dipastikan industri dapat berjalan lancar dan terus berkembang di masa
mendatang.13
• Kemudahan perizianan
Instrumen hukum yang erat kaitannya dengan sektor industri adalah perizinan.
Izin usaha adalah suatu bentuk pemberian kuasa atau pemberian kuasa kepada
seorang pengusaha atau perusahaan untuk melakukan kegiatan usaha 14. Perizinan
yang sederhana ini tentunya memudahkan para pengusaha industri untuk
mendirikan usahanya.
• Pajak yang tergolong murah
Pajak adalah pendapatan negara yang bersifat wajib tetapi bukan pungli karena
pajak diatur menurut undang-undang yang berlaku. Hal ini tentu saja merupakan
faktor yang berpengaruh untuk memutuskan siapa yang memiliki perusahaan dan
untuk menentukan daerah di mana industri akan dikembangkan. Karena dalam
sistem otonomi daerah, sebagian besar keputusan dan tindakan politik dapat
diambil di daerah tanpa campur tangan pemerintah pusat.15

14
erin putri k Kurniartha, Adhela, elza aulia, “26602-ID-Penggunaan-Perizinan-Industri-Sebagai-
Instrumen-Untuk-Meningkatkan-Pertumbuhan-p.Pdf,” n.d.
15
Ryan tantan sembiring meliala, “pembebasan perpajakan/retribusi daerah di kawasan industri
mandor sebagai bentuk kebijakan otonomi daerah untuk meningkatkan perekonomian”, vol-1 no.4,2021,
hlm 2135.
8
Tentunya hal ini menjadi perbedaan antara daerah satu dan daerah lainnya dalam
memutuskan retribusi pajak, apa lagi pajak industri biasanya tergolong besar maka dari
itu pemilik perusahaan mencari daerah yang tergolong murah dalam membayar pajak.
Faktor-faktor tersebutlah yang mendukung terjadinya aglomerasi industri atau pemusatan
industri, setelah mengetahui beberapa faktor pendukung selanjutnya kita akan masuk
kedalam pembahasan yaitu faktor apa saja yang menyebabkan aglomerasi industri.
Faktor penyebab aglomerasi industri yaitu:
1. Kesamaan Lokasi Usaha
Kesamaan lokasi dalam usaha tentunya juga dapat menjadi faktor dari adanya
aglomerasi industri, yang menjadi dasar karena salah satu faktor produksi yang
dibutuhkan oleh industri.
Tentu saja hal ini akan membuat dalam suatu lokasi usaha berdiri beberapa industri
karena adanya faktor produksi di lokasi tersebut.
Keputusan pemilihan lokasi untuk perusahaan manufaktur dan jasa dipengaruhi oleh
kriteria pemilihan yang berbeda, yang didasarkan pada keunggulan kompetitif.16
Seperti yang telah dibahas di atas, salah satu faktor yang dibutuhkan industri adalah
tagihan pajak yang relatif murah. Menurut Chase dkk, jarak ke pelanggan,
lingkungan bisnis, total biaya infrastruktur dan kualitas tenaga kerja. Penyedia dan
lingkungan sosial.
2. Kesamaan Kebutuhan

Adanya kesamaan dari berbagai industri bisa menjadikan penyebab terjadinya


aglomerasi industri. Tentu saja hal ini membuat pengelompokan industri di suatu
wilayah karena dari industri ini sama-sama membutuhkan di dalam produksi
barang. Sebagai contoh dalam kesamaan kebutuhan adalah pastinya dalam
perindustrian akses transportasi entah itu dalam mode darat, laut, maupun udara
tentunya harus mudah dalam di akses baik itu dekat dengan mode transportasi
tersebut maupun mudah dalam mengaksesnya. Tidak hanya sarana prasarana
tetapi juga pelayanan industri lainnya yang lengkap di wilayah tersebut tentu saja
membuat kesamaan kebutuhan antara industri satu dan yang lainnya.

16
Chase, R. B. Aquila no, N. J. dan Jacobs, F.R. 2004. Operations Management for Competitive
Advantage. China: McGraw-Hill
9
Tentunya untuk pembangunan sarana prasarana yang benar, pengawasan
merupakan salah satu faktor terpenting dalam kegiatan pembangunan. 17
3. Kerja sama dan saling membutuhkan
Kerja sama merupakan sesuatu yang ditangani oleh beberapa pihak. 18 Dengan kata
lain kerja sama merupakan sebuah sikap yang dimana beberapa pihak mau untuk
melakukan suatu pekerjaan secara bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan.
Kerja sama dalam sebuah industri tentu bisa menjadi faktor penyebab dari
aglomerasi industri, mengapa demikian? Karena kerja sama ini saling
membutuhkan dalam menghasilkan suatu produk yang bisa menjadi
pengelompokan industri menjadi hal yang bisa terjadi.
Dengan itu maka industri bisa saling melengkapi dalam memenuhi kebutuhan
produksinya. Sebagai contoh industri sarung yang membutuhkan benang didalam
pembuatan produksi, tentunya hal ini membuat industri sarung dekat dengan
industri pembuatan benang.
4. Wilayah pusat pertumbuhan industri
Kawasan pusat pertumbuhan industri tentu saja sangat berpengaruh di kawasan
metropolitan industri yang sesuai dengan tata ruang dan fungsi kawasan. Jadi,
tata ruang dan fungsi wilayah di alihkan menjadi wilayah pusat pertumbuhan
industri, dimana di sana berisikan industri-industri.

D. Keuntungan adanya aglomerasi industri


Pada prakteknya dilapangan aglomerasi industri akan memacu suatu daerah atau
lokasi untuk secara fokus dan terkonsentrasi dengan aktivitas ekonomi disuatu titik
wilayah saja. Hal ini akan menimbulkan dua efek yang berlawanan secara tidak langsung
dampaknya akan dirasakan oleh seluruh pihak yang terlibat yaitu Produsen, Masyarakat
dan Pemerintahan. Pertumbuhan ekonomi nasional akan terjadi jika proses aglomerasi
industri dilakukan secara merata dan menyeluruh. Semakin cepat pertumbuhan ekonomi
maka akan terjadi kenaikan pendapatan per kapita di suatu daerah hal ini menimbulkan

17
. Royanto, Adam Idris, and Nur Fitriyah, “Implementasi Pembangunan Infrastruktur Dalam
Percepatan Pembangunan Daerah Pedalaman Di Kecamatan Malinau Selatan Kabupaten Malinau,” Jurnal
Paradigma (JP) 8, no. 1 (2019): 34.
18
“Kamus besar bahasa indonesia”, 2008 hlm 704
10
efek positif dimana pertumbuhan ekonomi dapat menata taraf hidup masyarakat yang
lebih baik.
Fenomena aglomerasi industri dan dampaknya terhadap perekonomian dilakukan
di beberapa wilayah Indonesia dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan
aglomerasi industri di beberapa wilayah Indonesia. 19 Pada sub bahasan kali ini akan
membahas dan menguraikan keuntungan apa saja yang didapat dengan adanya proses
aglomerasi industri, keuntungan dalam hal ini akan dirasakan jika aglomerasi industri
berjalan dengan baik. Berikut keuntungan dari adanya aglomerasi industri
• Terbukanya Lapangan pekerjaan, Dengan adanya Aglomerasi industri akan
menarik banyak investor untuk mulai berinvestasi. Pertambahan nilai investasi
akan mengakibatkan banyaknya modal yang tersedia sehingga dapat bermunculan
sektor industri baru. Daerah kota seperti Gresik, Pasuruan dan Sidoarjo di provinsi
Jawa Timur yang telah mengalami aglomerasi industri terbukti mampu memberi
tambahan produk domestik bruto (PDB) masing-masing daerah dan mengurangi
angka pengangguran dibarengi dengan adanya lowongan pekerjaan yang dibuka
di daerah aglomerasi industri tersebut
• Efisiensi biaya produksi Efisiensi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
melakukan tugas dengan benar dan akurat (tanpa membuang waktu, tenaga dan
uang), dengan kata lain Efisiensi menurunkan angka produksi sehingga lebih
menguntungkan bagi pengusaha. Inti dari pencapaian efisiensi industri adalah
mengatur dan memaksimalkan produksi berdasarkan keuangan dan sumber daya
perusahaan. Hal ini memudahkan para pengusaha di pusat-pusat industri untuk
menjalankan usahanya secara efisien karena sudah tersentralisasi dan dapat
meminimalisir kerugian usaha. Menurunnya biaya produksi karena ketersediaan
sumber daya juga menjadi faktor dalam proses efisiensi industri
• Meningkatkan pertumbuhan ekonomi Suatu aglomerasi industri dapat
mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah karena dengan
berkembangnya aglomerasi industri, suatu kota atau wilayah dapat meningkatkan
taraf hidup penduduknya, meskipun juga memiliki kepadatan penduduk yang

19
Priyanka Amilatul Salma, Ria Haryatiningsih, Westi Riani " Faktor-faktor yang mempengaruhi
Aglomerasi Industri Manufaktur di Indonesia Tahun 2014-2018 (Studi Kasus Industri Pengolahan Non-
Migas) " Jurnal Prosiding Ilmu Ekonomi, Universitas Islam Bandung vol 7, no. 1, Tahun 2021 Hlm 45

11
tinggi. Namun, pertumbuhan ekonomi dapat meningkatkan produk
domestik bruto (PDB) atau pendapatan manufaktur per kapita. Dampak langsung
masyarakat sekitar pemukiman tercermin dari tumbuhnya kegiatan ekonomi
pendukung seperti rumah pensiun, warung makan, dan lain-lain.20 Kota juga
mendapat manfaat dari konsentrasi di daerah mereka melalui pajak bisnis, yang
kemudian dapat digunakan secara khusus sebagai insentif. untuk pertumbuhan
ekonomi di lingkungan industri.
• Daya tarik migrasi. Migrasi dapat diartikan sebagai perpindahan orang dari satu
tempat ke tempat lain untuk menetap. 21 Hal ini biasanya dilakukan oleh penduduk
desa yang ingin mencari pekerjaan di kota-kota besar seperti ibu kota dan
Jabodetabek yang telah mengalami aglomerasi industri. Upah minimum regional
(UMR) yang tinggi dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat dari luar
daerah ketika mereka datang dan pindah ke daerah yang memiliki UMR lebih
tinggi. Semakin tinggi pendapatannya, semakin baik standar hidupnya. Kota-kota
yang terjadi aglomerasi industri cukup menjanjikan bagi pendatang karena
memiliki fasilitas yang memadai dan kompensasi gaji yang berbanding terbalik
dengan daerah yang belum terjadi aglomerasi industri. Untuk sektor perusahaan
dibutuhkan lebih banyak tenaga kerja untuk sektor industri, sehingga hal ini
menjadi faktor lain yang memicu terjadinya migrasi penduduk.

Tuntutan guna memperkuat perekonomian negara menjadikan banyak daerah


yang akhirnya menjadikan daerahnya sebagai daerah aglomerasi industri. Keuntungan
yang diperoleh dari adanya aglomerasi industri juga memiliki dampak negatif bagi
masyarakat, pemerintah, produsen dan lingkungan. Dampak negatif tersebut dapat
dirasakan secara langsung ataupun bertahap. Berikut beberapa dampak negatif akibat
aglomerasi industri:
• Kerusakan lingkungan, dampak yang secara langsung dirasakan adalah kerusakan
lingkungan dikawasan aglomerasi industri, untuk mendapatkan daerah yang
strategis dalam membangun industri tentu harus disediakan lahan atau kawasan

20
Novirin, “Analisis Pengaruh Aglomerasi Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dalam
Pelaksanaannya Di Beberapa Wilayah Indonesia.”
21
KBBI

12
yang memiliki cakupan yang cukup luas. Aglomerasi industri secara tidak
langsung akan mempengaruhi ruang terbuka hijau untuk dijadikan pabrik, jalan
atau pemukiman yang baru. limbah sisa industri akan berpengaruh terhadap
ekosistem lingkungan jika tidak ditangani dengan benar. Pencemaran tersebut
seperti polusi, pencemaran air, pencemaran tanah dan kebisingan
• Kepadatan penduduk, masalah ini merupakan masalah yang banyak dijumpai
pada kawasan industri, setelah terjadi migrasi dari daerah pedesaan menuju kota
tidak sedikit masyarakat yang kesulitan mencari tempat tinggal, sebenarnya
masalah ini mampu di minimalisir dengan menggunakan teori-teori penataan kota
oleh pemerintah setempat. Namun pada prakteknya masih banyak daerah
aglomerasi yang mengalami masalah akibat kepadatan penduduk. Masalah yang
timbul antara lain kemiskinan, kejahatan sosial dan pencemaran lingkungan.
• Alih fungsi lahan, seperti yang sudah dijelaskan pada poin pertama aglomerasi
industri memerlukan lahan atau kawasan yang cukup luas selain berdampak bagi
lingkungan penggunaan lahan tersebut juga membuat beralihnya fungsi lahan
yang sebelumnya berupa persawahan atau perkebunan menjadi wilayah padat
industri, perkantoran dan permukiman penduduk. Efek negatif dari alih fungsi
lahan terutama lahan pertanian adalah menurunnya jumlah produksi bagi petani
banyak petani yang terpaksa menjual tanahnya karena adanya pembangunan
aglomerasi industri, kasus seperti ini jelas merugikan pihak petani karena
kurangnya lahan dan menurunnya kualitas tanah disekitar industri akibat
pencemaran lingkungan22

E. Kesimpulan

Aglomerasi yang berati sebuah kegiatan dalam ruang lingkup ekonomi maupun
lingkup lainnya. Salah satunya ada aglomerasi perkotaan yang terjadi akibat adanya
urbanisasi penduduk dan aglomerasi industri yang terjadi karena sebuah perusahaan satu

22
A. Gustiwan and Lia Warlina, “Identifikasi Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Non-Pertanian
(Industri) Di Kabupaten Cianjur Serta Dampak Bagi Perekonomian Masyarakat Wilayah Setempat Di Desa
Sukasirna Kabupaten Cianjur,” Jurnal Wilayah dan Kota 6, no. 01 (2019): 29–37.
13
dengan perusahaan saling berdekatan. Selain itu algromerasi industri bisa terjadi karena
adanya sebuah lokasi yang sangat berpotensi dalam menyediakan infrastruktur yang
dibutuhkan oleh industri yang bersangkutan. Aglomerasi yang bisa disebut dengan "
Klaster" memiliki sebuah konsep untuk menjalankannya. Konsep dari aglomerasi industri
secara tradisional dapat mencakup beberapa aspek pelaku diantaranya ada produsen,
supplier, pembeli, dan pihak-pihak lain yang ikut berkontribusi didalamnya. Dengan
adanya banyak aspek atau pihak yang terlibat, maka timbullah daya saing dalam
berindustri Sehingga akan menciptakan persaingan dan perkembangan yang kompetitif
antar pihak-pihak yang terkait. Hal tersebut yang nantinya akan berdampak pada
pertumbuhan perekonomian nasional secara signifikan dengan sisitem atau konsep
algromerasi industri tersebut.
faktor penyebab aglomerasi industri kita perlu mengetahui terlebih dahulu faktor apa saja
yang menjadi pendukung adanya aglomerasi industri ini, aglomerasi atau bisa lebih
dikenal sebagai pemusatan industri bisa terjadi pada suatu tempat dimana adanya faktor
yang memperngaruhi untuk kegiatan perindustrian. Faktor yang dibutuhkan oleh sebuah
industri antara lain: bahan baku. Tenaga kerja, Kemudahan perizinan, Pajak yang
tergolong murah. Faktor-faktor tersebutlah yang mendukung terjadinya aglomerasi
industri atau pemusatan industri, setelah mengetahui beberapa faktor pendukung
selanjutnya kita akan masuk kedalam pembahasan yaitu faktor apa saja yang
menyebabkan aglomerasi industri. Faktor penyebab aglomerasi industri yaitu: Kesamaan
Lokasi Usaha, Kesamaan Kebutuhan, Kerja sama dan saling membutuhkan, Wilayah
pusat pertumbuhan industri. Jadi, tata ruang dan fungsi wilayah di alihkan menjadi
wilayah pusat pertumbuhan industri, dimana di sana berisikan industri-industri. Dalam
praktiknya, aglomerasi industri mendorong pemusatan dan fokus kegiatan ekonomi suatu
kawasan atau tempat pada satu tempat di dalam kawasan. Hal ini menimbulkan dua efek
berlawanan yang efeknya akan dirasakan oleh seluruh pemangku kepentingan: produsen,
masyarakat dan pemerintah. Fenomena aglomerasi industri dan dampaknya terhadap
perekonomian dilakukan di beberapa wilayah Indonesia dengan mempertimbangkan
kelebihan dan kekurangan aglomerasi industri di beberapa wilayah Indonesia.
Sub pembahasan ini mempertimbangkan dan menjelaskan manfaat yang dapat dihasilkan
dari proses aglomerasi industri. Manfaatnya terlihat dalam hal ini ketika aglomerasi
industri berjalan dengan baik. Berikut ini adalah manfaat dari asosiasi industri:

14
• Pengembangan kesempatan kerja Aglomerasi industri menarik banyak investor
untuk menanamkan modalnya.
• Efisiensi biaya produksi Efisiensi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
melakukan tugas dengan benar dan akurat (tanpa membuang waktu, tenaga dan uang),
yaitu. H. Efisiensi menurunkan angka produksi sehingga lebih menguntungkan bagi
pengusaha.
• Meningkatkan pertumbuhan ekonomi Suatu aglomerasi industri dapat mempercepat
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah karena dengan berkembangnya aglomerasi
industri, suatu kota atau wilayah dapat meningkatkan taraf hidup penduduknya,
meskipun juga memiliki kepadatan penduduk yang tinggi.
• Daya Tarik Migrasi: Migrasi dapat diartikan sebagai perpindahan penduduk dari
satu tempat (negara, dsb) ke tempat lain (negara, dsb) untuk menetap. Manfaat
aglomerasi industri juga berdampak negatif bagi masyarakat, pemerintah, produsen
dan lingkungan. Efek negatifnya dapat dirasakan secara langsung atau bertahap.
Berikut adalah beberapa dampak negatif dari aglomerasi industri: Kerusakan
lingkungan, kepadatan penduduk, perubahan lahan.

DAFTAR PUSTAKA

Artha, Bhenu, Cahya Purnama Asri, Niken Permata Sari, and Khofifa Az Zahra.
“Industrial Agglomeration: Suatu Studi Literatur.” Jurnal Rekayasa Industri (Jri) 4,

15
no. 1 (2022): 13–19.
Di, Tipe, Puskesmas Kabupaten, and Universitas Ngudi Waluyo. “SINOV I Volume 4 I
Nomor 1 I JANUARI-JUNI 2022 44” 4 (2022): 44–53.
Elly Sritrsiniawati, Shella. “Solution Idea of MSMEs Based on Cluster in East Java
During the Covid-19 Crisis: Can Survive or Not?” East Java Economic Journal 6,
no. 1 (2022): 25–31.
Gustiwan, A., and Lia Warlina. “Identifikasi Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Non-
Pertanian (Industri) Di Kabupaten Cianjur Serta Dampak Bagi Perekonomian
Masyarakat Wilayah Setempat Di Desa Sukasirna Kabupaten Cianjur.” Jurnal
Wilayah dan Kota 6, no. 01 (2019): 29–37.
I Gusti Ayu Sri Utari Dewi1, I Nyoman Gede Maha Putra2, Gde Bagus Andhika
Wicaksana3, and 3 1, 2. “Perencanaan Dan Perancangan Pusat Industri Dan
Workshop Gerabah Di Desa Kapal, Kecamatan Mengwi Kecamatan Mengwi” x, no.
x (2022): 94–104.
Kakerissa, Ariviana L., and Hendri Dony Hahury. “Identifikasi Potensi Klaster Industri
Pembekuan Ikan Di Pulau Ambon.” Arika 16, no. 1 (2022): 27–35.
Kurniartha, Adhela, elza aulia, erin putri k. “26602-ID-Penggunaan-Perizinan-Industri-
Sebagai-Instrumen-Untuk-Meningkatkan-Pertumbuhan-p.Pdf,” n.d.
Arniati (2022), “Buku Ekonomi Regional”, Kabupaten Bandung, WIDINA BHAKTI
PERSADA BANDUNG (Grup CV. Widina Media Utama)
Novirin, Barli. “Analisis Pengaruh Aglomerasi Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Dalam Pelaksanaannya Di Beberapa Wilayah Indonesia.” OIKONOMIKA : Jurnal
Kajian Ekonomi dan Keuangan Syariah 2, no. 1 (2021): 60–69.
Pertiwi DS, Ade Tri Darma Kufepaksi, Mahatma, and Muslimin. “E-Journal Field of
Economics , Business , and Entrepreneurship.” E-journal Field of Economics,
Business, and Entrepreneurship (EFEBE) 1 (2022): 317–326.
Royanto, ., Adam Idris, and Nur Fitriyah. “Implementasi Pembangunan Infrastruktur
Dalam Percepatan Pembangunan Daerah Pedalaman Di Kecamatan Malinau Selatan
Kabupaten Malinau.” Jurnal Paradigma (JP) 8, no. 1 (2019): 34. Subdit, BPS.
Analisis Potensi Wilayah Indonesia, 2018.
Chase, R. B. Aquila no, N. J. dan Jacobs, F.R. 2004. Operations Management for
Competitive Advantage. China: McGraw-Hill

16
17

Anda mungkin juga menyukai