Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................ i
BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
I. Latar Belakang..................................................................................................... 1
II. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
III. Tujuan Pembahasan ........................................................................................ 2
BAB II ................................................................................................................................... 3
ISI..................................................................................................................................... 3
I. Pengertian Aglomerasi ........................................................................................ 3
II. Faktor-Faktor Penyebab gejala Aglomerasi ........................................................ 4
III. Tipe-Tipe Aglomerasi ...................................................................................... 5
IV. Studi Kasus Aglomerasi ................................................................................... 6
BAB III ....................................................................................Error! Bookmark not defined.
PENUTUP ...........................................................................Error! Bookmark not defined.
I. Kesimpulan ............................................................Error! Bookmark not defined.
II. Saran .....................................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 8

i
Abstak

Aglomerasi adalah istilah umum yang merujuk kepada upaya pengumpulan beberapa
elemen ke dalam suatu tempat (wilayah). Aglomerasi tumbuh dari beberapa alasan dan
permasalahan diperkotaan. Terdapat juga faktor-faktor yang mempengaruhi aglomerasi
adalah mudahnya pertukaran informasi, efektifitas pemasukan jasa, kemampuan tenaga
kerja lokal . Teori ini memiliki kelebihan dan kekurangan yang menimbulkan kritik dari
para ahli.

Kata kunci : Aglomerasi, informasi, jasa, tenaga kerja.

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Perkembangan daerah perkotaan pada era modern saat ini terjadi begitu
pesat, tidak hanya negara maju namun juga tejadi diberbagai negara berkembang.
Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami perubahan sejak tahun
2000-an. Secara spesifik perubahan ini dapat dirasakan di Ibu Kota Jakarta yang
pada awal tahun 2000 hanya memiliki kurang dari 500 perusahaan dan pada tahun
2018 telah memiliki sebanyak 30.000 perusahaan . Perkembangan kota ini
membentuk pola – pola keruangan tertentu yang terjadi secara alami maupun
sengaja dirancang untuk meningkatkan efektivitas kegiatan ekonomi.

Industrialisasi menjadi kekuataan utama (driving force) di balik urbanisasi yang


cepat di Jakarta sejak awal tahun 2000-an. Berbeda dalam kasus industry berbasisi
sumber daya (resource-based industries), industry manufaktur cendrung berlokasi
di dalam dan sekitar kota. Industri cendrung beraglomerasi di daerah dengan
potensi dan kemapuan daerah tersebut untuk mendukung faktor produksi dan
pemenuhan kebutuhan. Kota pada umumnya menawarkan penyediaan fasilitas
yang lebih terjamin, investasi baru, teknologi baru serta penyediaan tenaga kerja
terdidik dan terampil dengan jumlah lebih banyak disbanding di pedesaan (Malecki,
1991). Aglomerasi ekonomi adalah pola keruangan dengan konsentrasi spasoal dari
penduduk dan kegiatan – kegiatan ekonomi dikawasan perkotaan. Hal ini didasari
oleh penghematan ongkos transportasi akibata lokasi yang berdekatan (economies
of proximity).

Provinsi Lampung yang merupakan salah satu pintu gerbang distribusi barang
menuju Pulau Sumatera. Dimana provinsi ini memiliki pelabuhan utama yaitu
Pelabuhan Bakauheni yang digunakan sebagai pelabuhan nasional. Lampung dapat
dijadikan sebagai tempat strategis untuk pembangunan Industri karena akses jalur
transportasi yang memadai baik di daratan, lautan dan udara. Pada daratan
Lampung merupakan pintu gerbang dari TOL Sumatera dan memiliki Bandara
Internasional Raden Intan II di Beranti, Natar. Daya tarik Lampung sebagai tempat
industry menarik untuk dikaji secara lebih mendalam. Tentang pola penempatan
industri yang ada di Provinsi Lampung.

II. Rumusan Masalah


1. Apa definisi teori Aglomerasi Ekonomi?
2. Apa faktor – faktor penyebab aglomerasi?
3. Bagaimana system aglomerasi ekonomi di Kota Bandar Lampung?

1
III. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui definisi teori aglomerasi ekonomi
2. Mengetahui faktor penyebab aglomerasi ekonomi
3. Mengetahui bentuk aglomerasi ekonomi di Kota Bandar Lampung

2
BAB II
ISI
I. Pengertian Aglomerasi
A. Secara Umum
Secara umum Aglomerasi adalah istilah umum yang merujuk kepada upaya
pengumpulan beberapa elemen ke dalam suatu tempat (wilayah).
(Wikipedia,……). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Aglomerasi adalah
pengumpulan atau pemusatan dalam lokasi atau kawasan tertentu (KBBI).

B. Menurut Para Ahli


1. Bradley and Gans (1996)
ekonomi aglomerasi adalah eksternalitas yang dihasilkan dari kedekatan
geografis dari kegiatan ekonomi. Selanjutnya adanya ekonomi aglomerasi dapat
memberikan pengaruh yang positif terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Sebagai
akibatnya daerah-daerah yang termasuk dalam aglomerasi pada umumnya
mempunyai laju pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah
yang bukan aglomerasi.
2. Krugman (1998)
aktivitas ekonomi dan penduduk di perkotaan, menjadi isu sentral dalam
literatur geografi ekonomi, strategi bisnis dan peningkatan daya saing nasional
dan studi-studi regional.
3. Montgomery dalam Kuncoro (2002)
bahwa aglomerasi adalah konsentrasi spasial dari aktivitas ekonomi di
kawasan perkotaan karena penghematan akibat lokasi yang berdekatan
(economies of proximity) yang diasosiasikan dengan kluster spasial dari
perusahaan, para pekerja dan konsumen.
4. Berbeda dengan pendapat, O’Sullivan (1996)
membagi ekonomi aglomerasi menjadi dua jenis yaitu ekonomi lokalisasi
dan ekonomi urbanisasi. Dalam hal ini yang dimaksud dengan ekonomi
aglomerasi adalah eksternalitas positif dalam produksi yaitu menurunnya biaya
produksi sebagian besar perusahaan sebagai akibat dari produksi perusahaan lain
meningkat.

3
II. Faktor-Faktor Penyebab gejala Aglomerasi

1. Knowledge spillover

Knowledge Spillover memiliki makna mudahnya pertukaran informasi


antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya dikarenakan dekatnya
proksimitas perusahaan tersebut. Dalam knowledge spillover ini, terdapat tacit
knowledge yang berarti informasi sepenggal mengenai kondisi aktual. Informasi
ini dapat membantu karyawan dan pemimpin perusahaan untuk memahami
kondisi pasar secara lebih menyeluruh, terutama mengenai pergerakan pasar dan
inovasi baru. Oleh karena itu, tacit knowledge dapat meningkatkan daya saing
suatu perusahaan di pasar.
Contoh dari knowledge spillovers ini adalah pada klaster finansial seperti
Wall Street, Marunouchi, atau London. Pada sektor finansial, informasi pasar
sangatlah dinamis dan dapat berubah setiap waktu, oleh karena itu petinggi
perusahaan harus dapat membuat keputusan dengan taktis dan cepat. Keputusan
ini umumnya harus didahului dengan negosiasi, oleh karena itu akan lebih mudah
jika semua perusahaan bertempat di suatu lokasi yang sama.

2. Non traded inputs

Jika beberapa perusahaan terletak dekat satu dengan yang lainnya, maka
terdapat input tertentu yang dapat disediakan dengan lebih efektif. Input ini
disebut sebagai non traded inputs. Input ini dapat berupa jasa ataupun
infrastruktur yang dapat menunjang operasional suatu perusahaan.
Contoh dari non traded inputs adalah jaringan infrastruktur fiber optic
internet cepat yang terdapat pada distrik finansial di London, firma hukum dan
audit yang terdapat di Wall Street, serta perusahaan penyedia spare-parts di kota-
kota otomotif seperti Detroit, Stuttgart, dan Munich.

3. Local skilled labour pool

Ketika suatu perusahaan ingin melakukan ekspansi ataupun


pengembangan usaha, perusahaan tersebut akan membutuhkan tenaga kerja
professional dalam jumlah banyak dengan spesialisasi. Mendapatkan tenaga kerja
yang bermutu dalam jumlah banyak tidaklah mudah, oleh karena itu pekerja
menjadi salah satu constraint suatu perusahaan dalam melakukan pengembangan
atau ekspansi. Aglomerasi merupakan salah satu jawaban dari constraint tersebut.
Ketika suatu daerah menjadi terkenal akan karakteristik kerja tertentu, maka
daerah tersebut akan menarik pekerja-pekerja professional pada bidang yang
bersangkutan.
Contoh dari fenomena ini adalah Wall Street, Marunouchi, dan London
untuk industri finansial, serta Sillicon Valley untuk industri teknologi informasi.
Ketika pekerja profesional pada bidang tersebut berdatangan, maka kualitas
pekerja akan meningkat secara perlahan. Kualitas yang tinggi dari pekerja lokal

4
ini turut berkontribusi meningkatkan produktivitas dan inovasi dari lokasi
aglomerasi.

III. Tipe-Tipe Aglomerasi

1. Internal Returns to Scale

Ketika banyak terjadi investasi di suatu tempat yang hanya dimiliki oleh
satu perusahaan, maka hal tersebut dapat dikategorikan sebagai internal returns to
scale. Investasi yang besar pada suatu lokasi akan mendorong adanya
pertumbuhan ekonomi yang besar pula pada lokasi tersebut. Contoh dari internal
returns to scale adalah hangar Boeing Everett di Seattle, pabrik mobil Fiat di
Turin, dan kompleks pertambangan Freeport di Tembagapura.

2. Economies of Urbanization

Economies of urbanization sama sifatnya dengan kedua aglomerasi


diatas, namun bedanya adalah perusahaan yang terlibat bersifat lintas sektor.
Pada kota-kota yang disebutkan diatas, seperti Detroit, Stuttgart, dan Nagoya,
ekonomi kota tersebut bergantung pada satu sektor yaitu otomotif, dengan
berbagai perusahaan di dalamnya yang bergerak pada sektor terkait. Lain halnya
dengan economies of urbanization, pada kasus ini semua perusaahaan baik yang
lintas sektor maupun yang sama berlokasi di daerah tersebut.

Contoh dari aglomerasi ini adalah ibukota negara-negara berkembang


seperti Jakarta, Kuala Lumpur, Singapura, dan Manila. Banyak sekali industri
yang berlokasi di kota tersebut, tidak hanya terbatas pada satu atau dua sektor
saja.

3. Economies of Localization

Economies of localization hampir sama sifatnya dengan internal returns


to scale, hanya saja pada kasus ini, banyak perusahaan yang terlibat, namun
masih berada dalam satu sektor. Contoh paling jelas dari economies of
localization adalah aglomerasi industri otomotif di Detroit, Stuttgart, dan
Nagoya, atau aglomerasi industri finansial di London, New York, dan Wall Street,
serta industri teknologi informasi di Sillicon Valley.

Economies of localization menunjang pertumbuhan perusahaan-


perusahaan yang berlokasi di lokasi tersebut dengan cara mengaplikasikan 3
faktor ekonomi aglomerasi diatas.

5
IV. Studi Kasus Aglomerasi

Kota Bandar Lampung merupakan salah satu ibu kota besar yang ada di
Indonesia. Kota ini memiliki daya tarik tersendiri terutama bagi kawasan Industri
karena letaknya yang menjadi pintu gerbang pulau Sumatera dari Jawa. Industri
yang melakukan kegiatan di Kota Bandar Lampung berjumlah 91 perusahaan,
dengan industri yang berlokasi di Kecamatan Panjang berjumlah 40 Perusahaan
(43,96% dari keseluruhan industri di Bandar Lampung). Dengan jumlah tenaga
kerja pada sektor industri secara keseluruhan di Bandar Lampung sejumlah 8.579
orang dengan tenaga kerjas khusu Kecamatan Panjang berjumlah 5.693 orang.

Hal ini disebabkan oleh peraturan pemerintah dalam rangka memacu


pertumbuhan kota maka pendekatan pembangunan dilakukan melalui kebijakan
perwilayahan (spasial) yang dibagi dalam bentuk Kawasan Wilayah Pembangunan
(KWP), yang didasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK).
Diharapkan dapat menciptakan pemerataan pertumbuhan kawasan perkotaan
dengan memandang kawasan potensial untuk cepat tumbuh dan berkembang.
Pembagian enam wilayah pembangunan dimana Kawasan Panjang merupakan
bagian wilayah III yang diarahkan untuk kegiatan industry manufaktur, pelabuhan,
terminal, distribusi barang dan jasa, perumahan buruh/karyawan , pergudangan,
arela wisata dan daerah konservasi.

Konsep aglomerasi yang telah direncanakan oleh pemerintah ini membawa


dampak baik berupa penghematan ongkos produksi perusahaan dan juga
pemusatan penyaluran tenaga kerja yang terjadi di Kecamatan Panjang. Selain itu
perusahaan diuntungkan dengan lokasi yang berdekatan dengan pelabuhan untuk
mempermudah pemindahan barang mentah maupun produk. Aglomerasi sendiri
memiliki dampak negative berupa pemusatan tenaga kerja yang berdapak pada
munculnya pemukiman liar sebagai pemenuh kebutuhan hunian bagi para tenaga
kerja.

6
7
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, B. R., & Sugiyanto. (n.d.). PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, SHARE
SEKTOR INDUSTRI DAN PERTANIAN SERTA TINGKAT JUMLAH ORANG YANG
BEKERJA TERHADAP KETIMPANGAN WILAYAH ANTAR KABUPATEN/KOTA DI
JAWA TENGAH TAHUN 2002-2010. DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS,
Volume 2, Nomor 1 , Tahun 2013, Halaman 1 - 14.

Malecki. (1991). Technology and Economic Development: the Dynamics of Local,


Regional and National Change. . New York : John Wiley & Sonc, Inc.

Nuryadin, D., Sodik, J., & Iskandar, D. (2007). AGGLOMERASI DAN PERTUMBUHAN
EKONOMI : PERAN KARAKTERISTIK REGIONAL DI INDONESIA. Depok: Universitas
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai