Anda di halaman 1dari 13

REKAYASA IDE

PENGANTAR EKONOMI MIKRO


Inovasi untuk peningkatan efisiensi produksi UMKM
(Studi Kasus salah satu UMKM di Kota Batu)

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


MICA SIAR MEIRIZA, M.Si.

Disusun Oleh :

Doly Siregar
7223510005

Kelas C

FAKULTAS EKONOMI

PRODI MANAJEMEN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

TA .2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Rekayasa Ide ini.
Dalam penyusunan tugas ini tidak terlepas dari bantuan pihak yang mendorong atau
memotivasi pembuatan makalah ini supaya lebih baik dan lebih efisien.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih banyak yang kurang
sempurna dalam pembahasan ini. Oleh karena itu, bagi pihak yang membaca tugas ini
bisa memberikan kritik dan saran untuk mengembangkan serta dalam penyempurnaan
tugas ini.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih, semoga tugas yang saya buat ini
dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, November 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 3
BAB I ................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang......................................................................................................... 4
1.2 Tujuan ...................................................................................................................... 5
1.3 Manfaat .................................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................... 6
2.1 Kerangka Pemikiran Permasalahan........................................................................ 6
1. UMKM ................................................................................................................... 6
2. Inovasi dan Efisiensi Produksi.............................................................................. 7
3. Profil UMKM dan Permasalahan yang dihadapi ................................................. 9
2.2 Solusi Yang Ditawarkan ....................................................................................... 10
BAB III ............................................................................................................................ 12
KESIMPULAN ............................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan yang sangat
strategis dalam perekonomian Indonesia. UMKM terbukti menjadi sektor yang mampu
bertahan ditengah badai krisis yang pernah melanda Indonesia. Namun disisi lain,
seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern dan kuatnya arus
globalisasi membuat UMKM cukup kesulitan dalam menghadapi persaingan saat ini.
Arus globalisasi menuntut perusahaan yang berada pada tingkat mikro ekonomi untuk
dapat meningkatkan efisiensi produksinya agar tetap bertahan ditengah persaingan
global yang mencakup lingkupan lokal, nasional dan internasional. Selain itu,
kemampuan mengembangkan bisnis ke internasional telah menjadi satu elemen
penentu dalam persaingan pada era gloalisasi. Walaupun perkembangan jumlah
UMKM diprediksi akan terus mengalami peningkatan namun pada kenyataannya
belum diimbangi dengan peningkatan kualitas dari UMKM itu sendiri. Permasalahan
klasik yang dihadapi yakni berkaitan dengan rendahnya produktivitas dari UMKM.
Keadaan ini disebabkan oleh adanya faktor internal dan eksternal yang dihadapi oleh
UMKM. Masalah internal yang sering kali dihadapi UMKM yaitu: rendahnya kualitas
SDM UMKM dalam manajemen, organisasi, penguasaan teknologi, dan pemasaran,
lemahnya sikap kewirausahaan dari para pelaku UMKM, dan terbatasnya akses
UMKM dalam hal permodalan, informasi, teknologi dan pasar, serta faktor produksi
lainnya. Sedangkan masalah eksternal yang dihadapi oleh UMKM diantaranya adalah
besarnya biaya transaksi akibat iklim usaha yang kurang mendukung hingga
kelangkaan bahan baku. Masalah-masalah klasik yang sering dihadapi tersebut pun
akhirnya memengaruhi daya saing dari UMK. Untuk itulah penulis ingin merumuskan
Inovasi untuk peningkatan efisiensi produksi UMKM salah satunya yang berada di
Kota Batu.

4
1.2 Tujuan

Untuk mendiskripsikan Inovasi untuk peningkatan efisiensi produksi UMKM salah


satunya yang berada di Kota Batu.

1.3 Manfaat

Agar kita mengetahui bagaimana Inovasi untuk peningkatan efisiensi produksi UMKM
salah satunya yang berada di Kota Batu.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kerangka Pemikiran Permasalahan

1. UMKM
Pengertian UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah). Usaha Mikro Kecil dan
Menengah pada kenyataannya banyak yang mendefinisikan bermacam-macam, namun
demkian menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 UMKM memiliki kriteria
sebagai berikut:

a) Mikro yaitu usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha milik
perorangan yang memenuhi kriteria :
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah).

b) Usaha Kecil yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan/badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan/bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria :
1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima
ratus juta rupiah).

6
c) Usaha Menengah yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi
kriteria :
1. Kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00
(lima puluh milyar rupiah).

Bentuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dapat berupa perusahaan
perseorangan, persekutuan, seperti misalnya firma dan CV, maupun perseroan terbatas.
Saat ini, di Indonesia terdapat 41.301.263 usaha kecil (UK) dan 361.052 usaha
menengah (UM). Kedua usaha tersebut atau dikenal sebagai Usaha Kecil Menengah
(UKM) yang berjumlah 99,9% total jumlah usaha yang ada di Indonesia. UKM tersebut
bergerak di berbagai sektor ekonomi (pertanian, perikanan, peternakan, industri,
perdagangan dan jasa). UKM juga dapat dikelompokkan atas klasifikasi pra usaha,
usaha berjalan dan usaha maju

2. Inovasi dan Efisiensi Produksi


Keragaman atas pemahaman inovasi sangatlah luas, sebagai bagian dari strategi
perusahaan yang tergantung konteks, konten, dan proses, maka keragaman pemahan
inovasi tidak bisa dihindarkan. Konsepsi teoritis yang lebih luas dari inovasi mengakui
inovasi sebagai sebuah fenomena yang lebih kompleks dan dinamis dari pada inovasi
teknis, seperti yang ditemukan oleh Benner dan Tushman (2002). Namun, beberapa
penulis telah memakai istilah "Inovasi" hanya untuk hasil dari proses inovasi, dan
"manajemen inovasi" untuk kegiatan manajerial yang mencoba untuk mengontrol
proses inovasi (Drejer, 2002) dalam Ojasalo. Schumpeter digambarkan inovasi sebagai
'perubahan bersejarah dan ireversibel dalam cara melakukan sesuatu’, dan '
7
penghancuran secara kreatif '. Bagi Shumpeter inovasi inovasi mulai terjadi ketika
elemen baru atau kombinasi elemen lama dan baru mulai diperkenalkan. Definisi klasik
Shumpeter bahwa inovasi menekankan pada dua aspek yaitu aspek perbuatan/proses
(memperkenalkan sesuatu), dan aspek hasil (produk baru atu organisasi baru). Pada
pembahasan lainnya, Schumpeter mendefisikan inovasi produk sebagai “perkenalan
komonditas baru dimana konsumen belum mengenalnya atau komoditas dengan
kualitas baru. Inovasi proses sebagai “perkenalan atas metode produksi baru yang
belum pernah dicoba pada industry yang berkaitan atau cara baru menangani
komersialisasi komoditi.

Inovasi di sini didefinisikan sebagai kreasi baru dari ekonomi secara


signifikansi, terutama dilakukan oleh perusahaan. Semua perusahaan memiliki
pendekatan dan metode masing-masing untuk mengembangan ide-ide baru atau
inovatif yang menciptakan nilai (value). Di banyak perusahaan teknologi, inovasi
proses merupakan aktifitas penelitian dan pengembangan (R&D). Perusahaan
pelayanan sering memiliki departemen kreatiftas sedangkan yang lain masih bertumpu
pada pekerja dalam memproduksi ide-ide inovatif. Pertumbuhan terkait erat dengan
kemampuan perusahaan untuk berinovasi. Peningkatan efisiensi proses produksi
merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan agar dapat memenuhi
permintaan konsumen. Peningkatan efisiensi proses penting, karena terkait biaya
produksi dinyatakan bahwa biaya merupakan komponen harga dasar yang ditentukan
oleh produsen yang mampu menghasilkan produksi dengan cara paling efisien dalam
memenuhi permintaan pasar. Dengan demikian kinerja organisasi pada dasarnya
tergantung pada efisiensi proses produksi dan harga jual Gomes, G.L. (2011).

8
3. Profil UMKM dan Permasalahan yang dihadapi

UMKM “Arum Sari” milik Ibu Sumiati sejak 2006 dengan produksi utamanya sari
apel dan bunga Rosella yang kemudian berhasil mengembangkan produknya sari lidah
buaya dan tofi apel sejak 2010. Kapasitas produksi tofi apel 50 kg per proses dengan
frekuensi produksi seminggu 2 kali. Skala produksi tofi apel yang masih kecil
disebabkan tofi apel harus kering sebelum dikemas. tetapi permintaan konsumen 1.500
- 2.000 kotak per minggu terutama distributor dari Surabaya dan Kalimantan yang
belum bisa terlayani akibat keterbatasan fasilitas produksi sehingga perlu adanya
penguatan untuk pendayagunaan teknologi produksi sehingga UMKM “Arum Sari”
lebih berdaya saing. UMKM “Arum Sari” telah mengembangkan inovasi olahan apel
menjadi carang mas apel, yang sangat diminati oleh konsumen terbukti permintaan
pasar yang semakin bertambah namun belum bisa dipenuhi secara maksimal. Produk
ini merupakan produk carang mas satu-satunya berba-han dasar apel sehingga
mempunyai citarasa yang unik yang disukai konsumen.

Permasalahan utama yang dihadapi UMKM adalah perlunya perbaikan ruang produksi
dan display untuk produk “Arum Sari” menuju terpenuhinya standar bangunan industri
yang higienis sesuai GMP untuk produksi pangan, serta keterbatasan inovasi alih
teknologi untuk produksi carang mas apel yang berdampak kualitas dan kuantitas
produk tidak bisa maksimal. Untuk itu perlu adanya penguatan teknologi untuk
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja UMKM tersebut. Ketika proses
produksi akan dilakukan bersamaan antar produk, kondisi penataan ruang produksi
yang terlalu sempit sehingga justru menyebabkan efisiensi alur produksi yang tidak
maksimum. Ruang untuk penempatan bahan baku, produk jadi dan pelaksanaan proses
bercampuran sehingga dilihat dari keamanan untuk kualitas dan kebersihan produknya
kurang terjamin, serta hal ini melanggar persyaratan GMP pangan. Untuk itu perlu
penataan ulang ruang produksi dan penyediaan ruang display di UMKM. Keterbatasan
teknologi untuk produksi carang mas apel “Arum Sari”, pada proses pemarutan apel
dan penirisan yang masih dilakukan secara manual sehingga kapasitas produksinya
sangat terbatas.
9
2.2 Solusi Yang Ditawarkan
Sehubungan dengan keterbatasan fasilitas produksi untuk peningkatan
kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan konsumen maka melalui kegiatan
IPTEKDA-LIPI Program Bottom Up Tahun 2013 diharapkan akan dapat memperkuat
kinerja UKM dan membantu menyelesaikan permasalahan sehingga peluang pasar
dapat tercapai secara optimal. Melalui bantuan pengadaan peralatan dan pembinaan
yang nantinya akan dikembalikan dalam bentuk kredit lunak untuk perkembangan
UMKM. Beberapa peralatan yang dibutuhkan antara lain Penyerut Apel (untuk
efisiensi waktu produksi), Spinner (untuk penirisan minyak), dan Perbaikan Ruang
Produksi sesuai standar GMP pangan, serta Ruang untuk Pemasaran/Display sehingga
lebih ergonomis untuk peningkatan kualitas dan kapasitas produksi. Ini merupakan
fasilitas sangat penting dalam proses produksi yang akan sangat menentukan
kecepatan efisiensi dalam produksi, kua-litas serta kapasitas produksi minuman sari
nata lidah buaya, tofi apel, dan carang mas apel “Arum Sari” sehingga akan dapat
memenuhi permintaan pasar . Fasilitas alih teknologi diharapkan dapat menciptakan
iklim yang kondusif dan komersial untuk pengayaan produk pa-ngan berbasis bahan
lokal sekaligus sebagai oleh-oleh khas Kota Wisata Batu sehingga jangka panjang akan
dapat meningkatkan pendapatan pengrajin dan kesejahteraan masyarakat.

Program pelaksanaan kegiatan IPTEKDA adalah sebagai berikut:

1. Pengadaan fasilitas mesin dan per-alatan untuk mendukung peningkatan


produktivitas serta efisiensi produksi minuman sari nata lidah buaya, tofi apel
dan carang mas apel di UMKM ”Arum Sari”.
2. Peningkatan daya saing UMKM de-ngan peningkatan efisiensi produksi
melalui pengaturan tata letak, perge-rakan bahan dan pekerja serta
meningkatkan keamanan pangan pro-duk melalui peningkatan higienisitas
ruang produksi.
3. Kegiatan operasionalisasi produksi di UMKM diikuti pengawasan terhadap
mutu produk yang dihasilkan sehing-ga bisa memenuhi tuntutan daya saing
pasar
10
4. Evaluasi dan monitoring secara sis-tematis dan berkelanjutan untuk menjamin
keberhasilkan perguliran dana dan pengembangan lebih lanjut untuk
pembinaan secara intensif pada UMKM lainnya

Teknologi yang diintroduksikan dalam pembinaan dan pengembangan UMKM ini


merupakan well proven technology dimana teknologinya praktis, mudah diterapkan
pada masyarakat umumnya sebagai Teknologi Tepat Guna. Mesin dan peralatan yang
akan diintroduksikan dipesan di Rekanan yang profesional untuk mesin agroindustri di
Malang meliputi Penyerut Mekanis, Spinner dan Perbaikan Ruang Produksi serta
Display Produk ”Arum Sari” . Kapasitas terpasang pada mesin yang didiseminasikan
ke UMKM dengan kapasitas sesuai dengan kebutuhan kapasitas produksi di UMKM
”Arum Sari” dan mendukung terjadinya peningkatan kapasitas produksi.

11
BAB III

KESIMPULAN

Degan mendapatkan bantuan alih teknologi dari Program Bottom Up XV Iptekda


LIPI berupa mesin cup sealer semi otomatis, blender buah, pengaduk tofi apel, oven
pengering kabinet dan panci stainless steel. Dampak yang diperoleh adalah terjadi
peningkatan efisiensi dan kapasitas produksi pada minuman sari nata lidah buaya dan
tofi apel. Peningkatan produksi pada minuman sari nata lidah buaya dari 30 dos per
hari menjadi 40-50 dos dengan waktu 2 kali lebih cepat bahkan reject bisa mencapai
0%. Untuk produksi tofi apel, terjadi efisiensi waktu pengeringan sebelum dikemas,
semula membutuhkan waktu 3-6 hari, sekarang hanya membutuhkan waktu 5-6 jam
dan siap dikemas. Selain itu kualitas tofi apel dari rasa, bentuk dan aromanya menjadi
lebih enak dibanding-kan dengan proses sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan adanya alih teknologi dari Iptekda LIPI sangat bermanfaat secara signifikan
untuk peningkatan efisiensi dan kinerja produksi di UMKM “Arum Sari”. Melalui
Program Bottom Up Iptekda LIPI 2013 terjadi peningkatan efisiensi (penyerutan apel
83,7% dan penirisan carang mas apel 150%) dan kapasitas produksi (apel 8 kg menjadi
25 kg, carang mas apel 5 kg menjadi 25 kg) melalui penerapan alih teknologi, GMP
dan SOP serta perbaikan kemasan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Gomes, G.L. (2011), “Análise da integração Refino-PetroquímicaOportunidades


Econômicas, Estratégicase Ambientais (Analysis of refining petrochemical integration
economic, strategic and environmental strategies)”, thesis (doctorate in energy
planning)-Programa de Planejamento Energético, COPPE UFRJ, Rio de Janeiro.
Muliawan, I.K., R.N.Z. Sindhu, R.G. Manurung, dan E. Kurniawan. 2011.
Pelaksanaan Quality Management System di Industri. Jurnal dan Bulletin Manajemen
Mutu Dan Industri Pangan 15(I).

Mustaniroh, S. A. (2015). Strengthening Technology, Performance And


Competitivness Of Apple Carang Mas “Arum Sari” In Batu City. Journal of Innovation
and Applied Technology, 1(1), 60-66.

Yujianto, Y., Sudri, N. M., Theresia, L., & Widianty, Y. (2019). MENINGKATKAN
EFISIENSI PROSES PRODUKSI PADA INDUSTRI TEKSTIL DENGAN DATA
ENVELOPMENT ANALYSIS. Jurnal IPTEK, 3(2), 239-244.

13

Anda mungkin juga menyukai