Anda di halaman 1dari 18

UKM

(USAHA KECIL MENENGAH)

Diajukan untuk memenuhi EKT-2


Mata Kuliah Kewirausahaan

Dosen Pengampu :
Jamalus, Drs,MM.

Disusun oleh :

Pebryyana Arip
1906010002

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
penulis bisa selesaikan makalah kewirausahaan tetang Usaha Kegiatan Menengah.

Makalah kewirausahaan tentang Usaha Kegiatan Menengah ini sudah selesai


penulis susun dengan maksimal dengan bantuan pertolongan dari berbagai pihak
sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah ikut
berkontribusi didalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
penulis terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca sehingga penulis bisa melakukan perbaikan makalah
ilmiah sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.

Akhir kata Saya meminta semoga makalah kewirausahaan tentang Usaha


Kegiatan Menengah dan manfaatnya untuk masyarakan ini bisa memberi manfaat
utaupun inpirasi pada pembaca.

Tangerang, 25 Juli 2022


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4

1.1 Latar Belakang........................................................................................4

1.2 Perumusan Masalah................................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5

2.1 Pengertian Usaha Kecil Menengah........................................................5

2.2 Kriteria UKM..........................................................................................6

2.3 Strategi Umum Pengenbangan UKM....................................................7

2.4 Bidang-bidang Usaha yang Dikembangkan UKM...............................8

2.5 Daya Dukung Pengembangan UKM.....................................................9

2.6 Tantangan UKM Dalam Era Globalisasi............................................12

BAB III PENUTUP..............................................................................................14

3.1 Kesimpulan............................................................................................14

3.2 Saran.......................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam
pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan
ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-
hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di negara kita sejak
beberapa waktu yang lalu, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami
stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut. Mengingat pengalaman
yang telah dihadapi oleh Indonesia selama krisis, kiranya tidak berlebihan apabila
pengembangan sektor swasta difokuskan pada UKM, terlebih lagi unit usaha ini
seringkali terabaikan hanya karena hasil produksinya dalam skala kecil dan belum
mampu bersaing dengan unit usaha lainnya.

Pengembangan UKM perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari


pemerintah maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama
pelaku ekonomi lainnya. Kebijakan pemerintah ke depan perlu diupayakan lebih
kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya UKM. Pemerintah perlu meningkatkan
perannya dalam memberdayakan UKM disamping mengembangkan kemitraan
usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha besar dengan pengusaha
kecil, dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:

1. Apa itu Usaha Kecil Menengah?


2. Kriteria usaha kecil menegah?

1
3. Strategi Umum Pengembangan UKM
4. Bidang-bidang usaha yang dikembangkan UKM
5. Daya dukung pengembangan UKM
6. Tantangan UKM dalam globalisasi

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dibuatnya karya ilmiah ini adalah :

1. Untuk memenuhi tugas EKT-2 Kewirausahaan


2. Untuk mengetahui pengertian dari UKM serta perkembangannya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Usaha Kecil Menengah


Dalam perekonomian Indonesia Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah
(UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar.Selain
itu Kelompok ini terbukti tahan terhadap berbagai macam goncangan krisi
ekonomi.Maka sudah menjadi keharusan penguatan kelompok usaha mikro, kecil
dan menengah yang melibatkan banyak kelompok. Kriteria usaha yang termasuk
dalamUsaha Mikro Kecil dan Menengah telah diatur dalam payung hukum
berdasarkan undang-undang.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,


Kecil dan Menengah (UMKM) ada beberapa kriteria yang dipergunakan untuk
mendefinisikan Pengertian dan kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Pengertian-pengertian UMKM tersebut adalah :

1. Usaha Mikro
Kriteria kelompok Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang
perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha
Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil
Kriteria Usaha Kecil Adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau
usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

3
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini.
4. Usaha Besar
Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan
usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar
dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta,
usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.

2.2 Kriteria UKM


Kriteria Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) menurut UU ini
digolongkan berdasarkan jumlah aset dan Omset yang dimiliki oleh sebuah usaha.

Kriteria
No. Usaha
Asset Omset
1 Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta
2 Usaha Kecil > 50 Juta – 500 Juta > 300 Juta – 2,5 Miliar
3 Usaha Menengah > 500 Juta – 10 Miliar > 2,5 Miliar – 50 Miliar

2.3 Strategi Umum Pengenbangan UKM


Pengembangan terhadap sektor swasta merupakan suatu hal yang tidak
diragukan lagi perlu untuk dilakukan. UKM memiliki peran penting dalam
pengembangan usaha di Indonesia. UKM juga merupakan cikal bakal dari
tumbuhnya usaha besar.”Hampir semua usaha besar berawal dari UKM. Usaha
kecil menengah (UKM) harus terus ditingkatkan (up grade) dan aktif agar dapat
maju dan bersaing dengan perusahaan besar. Jika tidak, UKM di Indonesia yang
merupakan jantung perekonomian Indonesia tidak akan bisa maju dan
berkembang. Satu hal yang perlu diingat dalam pengembangan UKM adalah
bahwa langkah ini tidak semata-mata merupakan langkah yang harus diambil oleh
Pemerintah dan hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah.Pihak UKM sendiri

4
sebagai pihak yang dikembangkan, dapat mengayunkan langkah bersama-sama
dengan Pemerintah.Selain Pemerintah dan UKM, peran dari sektor Perbankan
juga sangat penting terkait dengan segala hal mengenai pendanaan, terutama dari
sisi pemberian pinjaman atau penetapan kebijakan perbankan. Lebih jauh lagi,
terkait dengan ketersediaan dana atau modal, peran dari para investor baik itu dari
dalam maupun luar negeri, tidak dapat pula kita kesampingkan.

Pemerintah pada intinya memiliki kewajiban untuk turut memecahkan tiga


hal masalah klasik yang kerap kali menerpa UKM, yakni akses pasar, modal, dan
teknologi yang selama ini kerap menjadi pembicaraan di seminar atau konferensi.
Secara keseluruhan, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
melakukan pengembangan terhadap unit usaha UKM, antara lain kondisi kerja,
promosi usaha baru, akses informasi, akses pembiayaan, akses pasar, peningkatan
kualitas produk dan SDM, ketersediaan layanan pengembangan usaha,
pengembangan cluster, jaringan bisnis, dan kompetisi.

Perlu disadari, UKM berada dalam suatu lingkungan yang kompleks dan
dinamis.Jadi, upaya mengembangkan UKM tidak banyak berarti bila tidak
mempertimbangkan pembangunan (khususnya ekonomi) lebih luas. Konsep
pembangunan yang dilaksanakan akan membentuk ‘aturan main’ bagi pelaku
usaha (termasuk UKM) sehingga upaya pengembangan UKM tidak hanya bisa
dilaksanakan secara parsial, melainkan harus terintegrasi dengan pembangunan
ekonomi nasional dan dilaksanakan secara berkesinambungan. Kebijakan
ekonomi (terutama pengembangan dunia usaha) yang ditempuh selama ini belum
menjadikan ikatan kuat bagi, terciptanya keterkaitan antara usaha besar ukm saat
ini, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah berencana untuk
menciptakan 20 juta usaha kecil menengah baru tahun 2020. Tahun 2020 adalah
masa yang menjanjikan begitu banyak peluang karena di tahun tersebut akan
terwujud apa yang dimimpikan para pemimpin ASEAN yang tertuang dalam Bali
Concord II. Suatu komunitas ekonomi ASEAN, yang peredaran produk-produk
barang i dan jasanya tidak lagi dibatasi batas negara, akan terwujud. Kondisi ini
membawa sisi positif sekaligus negatif bagi UKM. Menjadi positif apabila produk

5
dan jasa UKM mampu bersaing dengan produk dan jasa dari negara-negara
ASEAN lainnya, namun akan menjadi negatif apabila sebaliknya. Untuk itu,
kiranya penting bila pemerintah mendesain program yang jelas dan tepat sasaran
serta mencanangkan penciptaan 20 juta UKM sebagai program nasional.

2.4 Bidang-bidang Usaha yang Dikembangkan UKM


a. Usaha Manufakur (Manufacturing Business) Yaitu usaha yang
mengubah input dasar menjadi produk yang bisa dijual kepada konsumen.
Kalau anda bingung, contohnya adalah konveksi yang menghasilkan
pakaian jadi atau pengrajin bambu yang menghasilkan mebel, hiasan
rumah, souvenir dan sebagainya.
b. Usaha Dagang (Merchandising Business) Adalah usaha yang menjual
produk kepada konsumen. Contohnya adalah pusat jajanan tradisional
yang menjual segala macam jajanan tradisional atau toko kelontong yang
menjual semua kebutuhan sehari-hari.
c. Usaha Jasa (Service Business) Yakni usaha yang menghasilkan jasa,
bukan menghasilkan produk atau barang untuk konsumen. Sebagai contoh
adalah jasa pengiriman barang atau warung internet (warnet) yang
menyediakan alat dan layanan kepada konsumen agar mereka bisa
browsing, searching, blogging atau yang lainnya. Sektor ekonomi UKM
yang memiliki proporsi unit usaha terbesar berdasarkan statistik UKM
tahun 2004-2005 adalah sektor (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan
Perikanan; (2) Perdagangan, Hotel dan Restoran; (3) Industri Pengolahan;
(4) Pengangkutan dan Komunikasi; serta (5) Jasa – Jasa.
Sedangkan sektor ekonomi yang memiliki proporsi unit usaha
terkecil secara berturut-turut adalah sektor (1) Pertambangan dan
Penggalian; (2) Bangunan; (3) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan;
serta (4) Listrik, Gas dan Air Bersih. Secara kuantitas, UKM memang
unggul, hal ini didasarkan pada fakta bahwa sebagian besar usaha di
Indonesia (lebih dari 99 %) berbentuk usaha skala kecil dan menengah

6
(UKM). Namun secara jumlah omset dan aset, apabila keseluruhan omset
dan aset UKM di Indonesia digabungkan, belum tentu jumlahnya dapat
menyaingi satu perusahaan berskala nasional. Data-data tersebut
menunjukkan bahwa UKM berada di sebagian besar sektor usaha yang ada
di Indonesia. Apabila mau dicermati lebih jauh, pengembangan sektor
swasta, khususnya UKM, perlu untuk dilakukan mengingat sektor ini
memiliki potensi untuk menjaga kestabilan perekonomian, peningkatan
tenaga kerja, meningkatkan PDB, mengembangkan dunia usaha, dan
penambahan APBN dan APBD melalui perpajakan.

2.5 Daya Dukung Pengembangan UKM


Sejak lama Pemerintah sudah melakukan pembinaan terhadap usaha kecil,
menengah dan koperasi. Pembinaan terhadap kelompok usaha ini semenjak
kemerdekaan telah mengalami perubahan beberapa. Dahulu pembinaan terhadap
koperasi dipisahkan dengan pembinaan terhadap usaha kecil dan menengah. Yang
satu dibina oleh Departemen Koperasi sedangkan yang lain dibina oleh
Departemen Perindustrian dan Departemen Perdagangan. Setelah melalui
perubahan beberapa kali maka semenjak beberapa tahun terakhir pembinaan
terhadap usaha kecil, menengah dan koperasi dilakukan satu atap di bawah
Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah. Berdasarkan kepada
PROPENAS (Program Pembangunan Nasional) 2000-2004 ditetapkan program
pokok pembinaan usaha kecil, menengah dan koperasi sebagai berikut:

1. Program penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif. Program ini bertujuan untuk
membuka kesempatan berusaha seluas-luasnya, serta menjamin kepastian
usahan dengan memperhatikan kaidah efisiensi ekonomi sebagai prasyarat
untuk berkembangnya PKMK. Sedangkan sasaran yang akan dicapai adalah
menurunnya biaya transaksidan meningkatnya skala usaha PKMK dalam
kegiatan ekonomi.
2. Program Peningkatan Akses kepada Sumber Daya Produktif. Tujuan program
ini adalah meningkatkan kemampuan PKMK dalam memanfaatkan
kesempatan yang terbuka dan potensi sumber daya, terutama sumber daya

7
lokal yang tersedia. Sedangkan sasarannya adalah tersedianya lembaga
pendukung untuk meningkatkan akses PKMK terhadap sumber daya
produktif, seperti SDM, modal, pasar, teknologi dan informasi.
3. Program Pengembangan Kewirausahaan dan PKMK Berkeunggulan
Kompetitif. Tujuannya untuk mengembangkan perilaku kewira-usahaan serta
meningkatkan daya saing UKMK. Sedangkan sasaran adalah meningkatnya
pengetahuan serta sikap wirausaha dan meningkatnya produk-tivitas PKMK.
Sebelum dilaksanakannya kebijakan Otonomi Daerah pembinaan terhadap
usaha kecil, menengah dan koperasi ditangani langsung oleh jajaran
Departemen Koperasi dan UKM yang berada di daerah. Sedangkan
Pemerintah Daerah hanya sekedar memfasilitasi, kalau tidak boleh dikatakan
hanya sebagai penonton. Semua kebijakan dan pedoman pelaksanaannya
merupakan kebijakan yang telah ditetapkan dari Pusat, sementara aparat di
lapangan hanya sebagai pelaksana. Pembinaan yang diberikan tersebut
cenderung dilakukan secara seragam terhadap seluruh Daerah dan lebih
bersifat mobilisasi dibandingkan pemberdayaan terhadpa usaha kecil,
menengah dan koperasi.
Sejalan dengan kebijakan Otonomi Daerah yang memberikan
kewenangan kepada Daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakatnya maka pembinaan usaha kecil, menengah dan koperasi harus
melibatkan seluruh komponen di Daerah. Peran Pemerintah Daerah sebagai
pelaksana kewenangan penyelenggaraan pemerintahan Daerah Otonom akan
sangat menentukan bagi pembinaan UKMK.
Dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah maka pembinaan
terhadap usaha kecil, menengah dan koperasi perlu dirumuskan dalam suatu
pola pembinaan yang dapat memberdayakan dan mendorong peningkatan
kapasitas usaha kecil, menengah dan koperasi tersebut. Pola pembinaan
tersebut harus memperhatikan kondisi perkembangan lingkungan strategis
yang meliputi perkembangan global, regional dan nasional. Disamping itu
juga pola pembinaan tersebut hendaknya belajar kepada pengalaman

8
pembinaan terhadap usaha kecil, menengah dan koperasi yang telah
dilaksanakan selama ini.
Pola pembinaan terhadap usaha kecil, menengah dan koperasi yang
ditawarkan untuk meningkatkan kapasitas dan daya saingnya dalam rangka
Otonomi Daerah antara lain adalah :
a. Pelaksana program-program pokok pengembangan UKMK yang telah
diatur di dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) 2000-
2004 yang meliputi ; Program Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif,
Program Peningkatan Akses kepada Sumber Daya Produktif, dan
Program Pengembangan Kewirausahaan dan PKMK Berkeunggulan
Kompetitif secara terpadu dan berkelanjutan.
b. Pelaksanaan program-program pengembangan UKMK yang disusun
dengan memperhatikan dan disesuaikan kondisi masing-masing Daerah,
tuntutan, aspirasi dan kepentingan masyarakat, serta kemampuan Daerah.
c. Keterpaduan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, masyarakat, lembaga
keuangan, lembaga akademik dan sebagainya dalam melakukan
pembinaan dan pengembangan usaha kecil, m eneng ah dan koperasi.
d. Pemberdayaan SDM aparatur Pemerintah Daerah agar mampu
melaksanakan proses pembinaan dan pengembangan terhadap usaha
kecil, m eneng ah dan koperasi.
e. Pengembangan pewilayahan produk unggulan sesuai potensi dan
kemampuan yang dimiliki dalam suatu wilayah bagi usaha kecil,
menengah dan koperasi dalama rangka meningkatkan daya saing.
f. Mensinergikan semua potensi yang ada di Daerah untuk meningkatkan
pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi sehingga mampu
memberikan kontribusi bagi pengembangan implentasi kebijakan
Otonomi Daerah.
g. Sosialisasi tentang kebijakan perekonomian nasional dalam rangka
memasuki era pasar bebas AFTA (ASEAN Free Trae Area), APEC ( Asia
Pacific Cooperation) dan WTO (World Trade Organization) kepada
seluruh kelompok usaha kecil, menengah dan koperasi. Akhirnya kita

9
berharap melalui pola pembinaan yang dikembangkan tersebut didapat
outcomes yang yang bersinergi antara kebijakan pembinaan usaha kecil,
menengah dan koperasi dengan kebijakan Otonomi Daerah. Sehingga
antara kebijakan Otonomi Daerah dengan pembinaan usaha kecil,
menengah dan koperasi terdapat simbiosis mutualisme.
Implementasi kebijakan Otonomi Daerah akan menentukan bagi
keberhasilan pembinaan usaha kecil, menengah dan koperasi serta
sebaliknya pelaksanaan pembinaan UKMK akan mendorong
keberhasilan pelaksanaan Otonomi Daerah, dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan masyarakat.

2.6 Tantangan UKM Dalam Era Globalisasi


Saat ini ketika krisis financial global terjadi di mana-mana, bahkan di
negara (yang kita kenal) sangat maju perekonomiannya. Krisis financial global ini
juga (akan) berdampak terhadap perekonomian domestik, dan perekonomian
nasional pada umumnya. Dampaknya bagi usaha mikro kecil dan menengah
(UKM), serta peran apa yang harus dilakukan (juga) mulai dibicarakan dimana-
mana. Posisi UKM Indonesia dengan jumlah yang sangat besar inilah yang
menyebabkan tentang hal ini menjadi sangat penting. Banyak hal terkait dengan
UKM. Mulai dari keterlibatan jutaan sektor primer yang ada di dalamnya,
penyerapan tenaga kerja dalam jumlah yang sangat banyak, hingga sisi-sisi
strategis lainnya. Banyak pihak mulai memetakan fungsi strategis UKM dalam
kontribusi pembangunan dan ekonomi bangsa.

Dalam berbagai penelitian tentang UKM, sering dituturkan bahwa perannya


begitu besar bagi perkembangan ekonomi nasional. Saat krisis ekonomi, UKM
bisa diandalkan sebagai katup pengamanan yang handal. Namun harus diakui,
sebagian besar UKM masih tersandera dengan permasalahnnya sendiri, yaitu
adanya keterbatasan tempat usaha, keterbatasan sumberdaya manusia profesional
yang kompeten dan memadai, serta terbatasnya teknologi, dan keterbatasan
modal.

10
Selama ini dalam berbagai kesempatan,saya sering mengungkapkan, bahwa
masalah utama membangun UKM adalah lemahnya integrasi dan
mengoptimalisasi 4 hal di atas. Hingga kini belum ada satu system yang mampu
dibangun untuk melahirkan UKM-UKM Indonesia yang tangguh dan memiliki
daya saing handal.

Ada contoh yang baik yang dapat kita gunakan untuk membedah bahasan
ini, yaitu ketika Indonesia pada masa awal-awal keemasan orde baru
mencanangkan swasembada beras. Karena saat itu pemerintah menyadari bahwa
beras bukan hanya komoditas pangan, tetapi juga komoditas politik dan sosial.
Seluruh elemen masyarakat, infrastruktur dan kebijakan pemerintah diarahkan
untuk mencapai target-target yang sudah jelas ditentukan oleh pemerintah, yaitu
tercapainya swasembada beras. Kemetrian-kementrian juga harus menjadi bagian
dari program tersebut (Bimas dan Inmas) dan tidak ada satu elemen masyarakat
dan pemerintah yang terlewatkan.

Dapat kita catat di era itu Indonesia mengalami pertumbuhan pembangunan


infrastruktur yang sangat membanggakan, mulai dari pembangunan bendungan
dan irigrasi, pembangunan jalan raya, pelabuhan, pabrik pupuk, dan sebagainya.

Perguruan tinggi, didorong juga untuk menciptakan dan menghasilkan


produk-produk hasil penelitian yang aplikatif, dan tepat guna. Mahasiswa
dikerahkan untuk turun ke desa-desa menjadi bagian perubahan bagi masyarakat
petani, demikian juga dengan peran swadaya masyarakat berupa lahirnya
kelompok-kelompok tani, kelompok-kelompok nelayan, hingga kelompok-
kelompok peternak. Mereka di dukung oleh kehadiran Petugas Penyuluh
Lapangan (PPL) yang menjadi ‘agen perubahan’ bagi aplikasi teknologi baru yang
dilahirkan di balai-balai penelitian dan perguruan tinggi untuk sampai ke
masyarakat, khususnya petani.

Saat itu, sektor pertanian benar-benar ‘bergairah’. Inovasi di bidang


pengolahan lahan, pembibitan dan pembenihan, pupuk, serta teknologi
pengolahan berkembang sangat pesat. Bukan itu saja, pemerintah juga

11
membangun infrastruktur pendukung dengan menugaskan Kementrian Koperasi
untuk membangun infrastruktur perkoperasian yang memadai, berupa lahirnya
Badan Usaha Unit Desa ( BUUD), Koperasi Unit desa (KUD) serta mendirikan
badan penunjang penting lainnya, antara Bulog, yang menjamin hasil produksi
petani dapat dijual dengan harga yang layak. Untuk membangun sinergi dan
dukungan modal bagi petani, pemerintah menugaskan perbankan untuk secara
khusus untuk memberikan kredit bagi para petani.

Cerita di atas bukan soal romantisme masa lalu, tetapi saya hanya ingin
menunjukkan satu hal bahwa lahan usaha, tenaga kerja dan sumberdaya manusia,
teknologi, dan modal, tidak bisa dibangun sendiri-sendiri. Keterlibatan dan
dukungan pemerintah harus nyata, partisipasi masyarakat harus jelas, dukungan
infrastruktur harus memadai, dan peran ‘agen of change’ harus ada dan berada di
tengah masyarakat. Karena itu, membangun UKM itu bukan hanya menyediakan
kredit mikro saja, tetapi yang juga tak kalah pentingnya adalah membangun 4
elemen lainnya.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis
dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam
pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam
pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di
negara kita sejak beberapa waktu yang lalu, dimana banyak usaha berskala besar
yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut.

Untuk itu harus ada langkah yang ditempuh untuk mengatasi krisis
tersebut. Oleh karena itu usaha kecil menengah harus mendapat dukungan penuh
oleh pemerintah agar usaha kecil menegah bisa lebih berkembang dan juga dapat
membuka lapangan pekerjaan yang lebih besar lagi dan juga dapat mengurangi

12
jumlah pengangguran dan juga agar perekonomian lebih stabil dengan adanya
sector dari usaha kecil menengah.

3.2 Saran
Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu saran
dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.

13
DAFTAR PUSTAKA

4. Dr. Ir. Mohammad Jafar Hafsah, “Upaya Pengembangan Usaha Kecil


Menengah”,http://www.smecda.com/deputi7/file_Infokop/EDISI%2025/penge
mb_UK M.pd
5. http://id.wikipedia.org/wiki/Usaha_Kecil_dan_Menengah

14
15

Anda mungkin juga menyukai