Di susun oleh :
Kelompok 5
Penulis
DAFTAR ISI
1
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.......................................................................................................1
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….2
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..3
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………………..3
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………...3
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………….4
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………….5
BAB III PENUTUP………………………………………………………………….…20
A. Kesimpulan……………………………………...…………………………………..20
B. Saran…………………………………………………………………………………20
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..21
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar ke 4
didunia. Dalam pembangunan perekonomian Indonesia ditopang oleh
berbagai sektor, salah satunya oleh sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM). UMKM adalah suatu bisnis perseorangan atau badan usaha
berskala mini dengan batasan jumlah pekerja, penjualan atau pemasaran, dan
jumlah aset. Dengan penggunaan teknologi yang masih tradisional dan
pengelolaan usaha yang sederhana. UMKM berperan penting dalam
pembangunan ekonomi di Indonesia karena sebagian besar jumlah
penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil
baik di sektor maupun modern. Serta dalam implikasinya UMKM mampu
menyerap banyak pekerja sehindigga pengangguran.
Munculnya Pandemi Covid-19 telah membawa perekonomian nasional dan
global ke arah resesi ekonomi. Hal ini ditandai dengan Ekonomi Indonesia
tahun 2020 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,07 persen (c-to-c)
dibandingkan tahun 2019 menurut data Badan Pusat Statistik (BPS). Hampir
seluruh sektor usaha ekonomi di Indonesia terkena dampak Pandemi Covid-
19. Salah satu sektor yang sangat terpukul oleh pandemi Covid-19 adalah
UMKM yang juga menggerek turunnya perekonomian nasional. Hal ini bisa
dipahami karena UMKM mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam
perekonomian nasional.
Dari permasalahan yang terjadi dalam perekonomian Indonesia diharapkan
pemerintah mampu memberikan kebijakan yang tepat untuk menangani
masalah resesi dan mampu membangkitkan kembali UMKM.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari UMKM?
2. Apa karakteristik dari UMKM?
3. Apa asas dan prinsip pemberdayaan UMKM?
4. Apa tujuan dari pemberdayaan UMKM?
5. Bagaimana peran UMKM dalam perekonomian Indonesia?
3
6. Bagaimana Permasalah yang dihadapi dalam sektor UMKM?
7. Bagaimana solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang
ada dalam UMKM?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari UMKM.
2. Mengetahui karakteristik dari UMKM.
3. Mengetahui asas dan prinsip pemberdayaan UMKM.
4. Mengetahui tujuan pemberdayaa UMKM.
5. Mengetahui peran UMKM dalam perekonomian Indonesia.
6. Mengetahui masalah apa yang dihadapi oleh sektor UMKM
7. Menjelaskan usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah dalam
UMKM
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian UMKM
Menurut BPS UMKM di bedakan berdasarkan jumlah tenaga kerjanya
yaitu industri tumah tangga dengan pekerja 1-4 orang, industri kecil dengan
pekerja 5-19 orang, industri menengah dengan pekerja 20-99 orang, industri
besar dengan pekerja 100 orang atau lebih.
The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)
menyebutkan bahwa UMKM adalah perusahaan independen yang
mempekerjakan karyawan kurang dari jumlah tertentu. Batasan jumlah ini
bervariasi antarnegara, dimana paling umum UMKM adalah perusahaan yang
mempekerjakan karyawan kurang dari 250 karyawan, seperti di Uni Eropa. Di
beberapa negara lain ditetapkan batasan kurang dari 200 karyawan. Di
Amerika Serikat perusahaan yang termasuk UKM yaitu perusahaan dengan
jumlah karyawan kurang dari 500 orang. Usaha kecil umumnya adalah usaha
yang mempekerjakan karyawan kurang dari 50 karyawan, sementara usaha
mikro adalah usaha yang mempekerjakan karyawan paling banyak 10 orang,
bahkan dalam beberapa kasus hanya 5 karyawan saja. (OECD, 2005:17)
Berdasarkan Bab I pasal 1 UU No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM), yang dimaksud Usaha Kecil, Mikro dan
Menengah yaitu:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha
Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
5
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
B. Kriteria UMKM
Menurut Bab 4 pasal 6 UU No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah (UMKM), maka Kriteria dari UMKM adalah sebagai berikut:
1. Kriteria Usaha Mikro yaitu:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah).
2. Kriteria Usaha Kecil yaitu:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah).
3. Kriteria Usaha Menengah yaitu
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
C. Asas dan Prinsip Pemberdayaan UMKM
1. Menurut Pasal 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, asas-asas
pemberdayaan UMKM yaitu:
a. Asas Kekeluargaan
Yaitu asas yang melandasi upaya pemberdayaan UMKM sebagai
bagian dari perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasarkan
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, keberlanjutan, efisiensi
6
berkedilan, berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional untuk tujuan tercapainya
kesejahteraan rakyat.
b. Asas Demokrasi Ekonomi
Yaitu pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang
diselenggarakan sebagai kesatuan dari pembangunan perekonomian
nasional untuk tujuan tercapainya kesejahteraan rakyat.
c. Asas Kebersamaan
Yaitu asas yang mendorong peran seluruh Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) dan dunia usaha secara bersama-sama dalam kegiatan
untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
d. Asas Efisiensi Berkeadilan
Yaitu asas yang mendasari pelaksanaan pemberdayaan Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM) dengan mengedepankan efisiensi
berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan iklim usaha yang kondusif,
adil dan berdaya saing.
e. Asas Berkelanjutan
Yaitu asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses
pembangunan melalui pemberdayaan UMKM yang membentuk
perekonomian yang tangguh dan mandiri.
f. Asas Berwawasan Lingkungan
Yaitu asas yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan
mengutamakan perlindungan serta pemeliharaan lingkungan hidup.
g. Asas Kemandirian
Yaitu asas yang dilakukan dengan tetap mengedepankan dan menjaga
potensi, kemandirian dan kemampuan UMKM.
8
Dunia sedang menghadapi pandemi covid-19 tak terkecuali Indonesia.
Masuknya Covid-19 di Indonesia terhitung sejak bulan Maret 2020 hingga
sekarang di bulan September 2020. Tercatat pada tanggal 10 September 2020
terdapat pertambahan kasus yang terkonfirmasi terkena covid-19 sebanyak
3.861 pasien. Pertambahan kasus yang terkonfirmasi pada masa covid-19 ini
sangat berpengaruh pada berbagai sektor di Indonesia, salah satunya ialah
sektor ekonomi. Dalam sektor ekonomi masa pandemi covid-19 ini
berpengaruh pada tingkat konsumsi masyarakat, tingkat konsumsi yang
rendah mengakibatkan turunnya pendapatan rill nasional sehingga tingkat
pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi lesu.
Menurut Sukirno (2000) mengenai pertumbuhan ekonomi yakni
keberhasilan suatu negara yang diukur dari seberapa besar negara tersebut
memproduksi baik barang maupun jasa yang tentunya dipengaruhi dengan
peningkatan kualitas dan kapasitas dari faktor-faktor produksi yang nantinya
akan berimbas pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Menurut teori
ekonomi makro, tolak ukur dari tingkat pertumbuhan ekonomi yakni seberapa
besar perkembangan dari pendapatan nasional riil yang bisa diperoleh dalam
suatu negara tersebut. Faktanya pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada saat
ini kian memburuk. Dalam acara yang diselenggarakan Katadata pada hari
Kamis tanggal 16 Juli 2020 dengan bertemakan Asian Insights Conference
2020: Navigating a Brave New World, Piter Abdullah Redjalam selaku
Direktur Riset CORE atau Center of Reform on Economics memberi
pernyataan bahwa ambang resesi sudah mendekati perekonomian di Indonesia
selama masa pandemi covid-19 ini. Sudah seharusnya resesi ini menjadi
kebiasaan baru karena hampir seluruh negara terdampak pandemi covid-19.
Pendapat lain menyatakan bahwa perekonomian Indonesia sudah masuk
dalam kategori resesi dan melihat hasil dari BPS atau Badan Pusat Statistik
sendiri yang diperkirakan pada kuartal III pertumbuhan ekonomi Indonesia
akan minus sekitar 1,3-1,7 persen, pendapat ini dikemukakan oleh Tauhid
Ahmad selaku Direktur Eksekutif INDEF atau Institute for Development of
Economics and Finance.Piter Abdullah Redjalam selaku Direktur Riset
CORE atau Center of Reform on Economics mengatakan bahwa dengan
kondisi resesi yang menjadi kebiasaan baru seluruh negara yang terdampak
9
covid-19 bahwa yang menjadi pembeda yakni terletak pada kedalaman dan
kecepatan negara tersebut recovery. Melihat keberadaan UMKM yang
tersebar di seluruh penjuru Indonesia bisa menjadi salah satu pendorong
dalam pemulihan ekonomi di Indonesia. Jumlah UMKM di Indonesia tidaklah
sedikit, menurut BPS (Badan Pusat Statistik) jumlah UMKM yang tersebar di
seluruh Indonesia hingga 64 juta dan menjadi 99,9 persen usaha yang
bergerak menopang perekonomian di Indonesia. Dalam pelansiran Kemenkop
UKM (Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah) bahwa terdapat 8
juta UMKM di Indonesia telah menggunakan media online dalam pemasaran
produk. Pada jumlah angka UMKM yang bergerak dalam media online
tersebut terhitung 13 persen dari total usaha yang beroperasi di Indonesia.
Melihat jumlah UMKM di Indonesia yang tidaklah sedikit, pemerintah turut
andil dalam menyusun berbagai skema program pemulihan ekonomi nasional
(program PEN) dalam upaya membangkitkan usaha mikro kecil menengah
(UMKM) di Indonesia. Piter Abdullah juga menuturkan bahwa program
pemulihan ekonomi nasional (Program PEN) yang terselanggara optimis
dalam upaya membangkitkan kembali perekonomian Indonesia yang saat ini
melemah karena pandemi covid-19.
11
Data Omzet UMKM
Omzet per Tahun
Grafik 1. Omzet UMKM sebelum pandemi. Sumber: Katadata Insight Center (KIC) pada
12
Data Jenis Produk UMKM
Grafik 2. Jenis Produk UMKM. Sumber: Katadata Insight Center pada Seminar Virtual, 11
Agustus 2020.
Omzet dan Jenis Usaha Mikro Kecil Menengah di Indonesia Tahun 2020
Memasuki pembahasan mengenai Omzet UMKM, menurut survey Katadata
Insight Center (KIC) sebanyak 72 persen Usaha Mikro Kecil menengah
(UMKM) di jabodetabek per Juni 2020 mencatat omzet dibawah Rp 500 Juta
per tahun. Direktur Riset Katadata Insight Center (KIC), Dr. Mulya Amri
pada seminar virtual mengatakan 43 persen diantaranya omzet usaha mikro
dibawah Rp 100 Juta.
“Dari jenis produk usahanya 50 persen lebih adalah eceran, seperti sembako,
pulsa, makanan, dan minuman,” kata Mulya dalam seminar virtual jaga
UMKM Indonesia yang dihadirkan lebih dari 100 peserta webinar pada hari
Selasa 11 Agustus 2020.
Jenis Produk Usaha yang paling dominan dan menempatkan posisi paling
pertama dan paling banyak dijalani oleh para pelaku UMKM yakni berdagang
eceran seperti berjualan sembako, pulsa, pakaian, dll) dengan persentase
sebesar 35,9 persen. Urutan kedua yang menempati jenis usaha yang paling
diminati oleh pelaku UMKM ialah menyediakan makanan dan minuman
dengan persentase sebesar 20,9 persen. Urutan ketiga yakni produk jasa
sebesar 16,5 persen. Urutan keempat yakni produksi makanan sebesar 16,0
persen. Urutan kelima terdapat industri pengolahan dengan 4,9 persen. Urutan
keenam terdapat produk kerajinan atau karya seni sebesar 3,9 persen. Dan
urutan yang ketujuh yaitu produksi pertanian, perkebunan, dan peternakan
dengan persentase sebesar 1,9 persen.
14
Perbandingan Kondisi Usaha Sebelum dan Saat
Terdampak Covid-19
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Grafik 3. Perbandingan Kondisi Usaha sebelum pandemi dan saat terdampak pandemi.
Sumber: Katadata Insight Center (KIC) pada Seminar Nasional, 11 Agustus 2020.
15
pemaparan dalam grafik yang bersumber dari Katadata Insight Center pada
Seminar Virtual tanggal
11 Agustus 2020, menyatakan bahwa kondisi sebelum covid-19, persentase
kondisi usaha baik/sangat baik sebesar 92,7 persen, persentase kondisi usaha
biasa saja sebesar 6,3 persen, dan kondisi usaha buruk/sangat buruk sebesar
1,0 persen. Dimana dalam persentase sebelum masuknya covid-19 dinilai
berjalan dengan lancar, tidak banyak kendala, dan minimnya kondisi buruk
dalam usaha.
Namun jika melihat kondisi usaha saat ini (per Juni 2020) menurut survey
yang telah terpaparkan dalam grafik yang bersumber Katadata Insight Center
(KIC) bahwasannya kondisi usaha buruk/sangat buruk meningkat sebesar 56,8
persen dibanding yang semulanya hanya sebesar 1,0 persen. Kondisi usaha
biasa saja juga meningkat sebesar 29,1 persen dari yang semulanya hanya 6,3
persen. Dan kondisi usaha baik/sangat baik menurun, yang semula 92,7
persen menjadu 14,1 persen.
Sehingga bisa disimpulkan terdapat berbagai dampak dari kondisi disaat
adanya pandemi covid-19, menurut Kementrian Koordinator Bidang
Perekonomian RI ada beberapa dampak yang timbul, yakni:
a. Penurunan permintaan dan turunnya penjualan;
b. Penurunan kegiatan, kesulitan sampai dengan penutupan usaha
(sementara/tetap);
c. Distribusi terhambat;
d. Kesulitan bahan baku;
e. Kesulitan mendapatkan permodalan usaha.
Meningkat 0 - 30%
Mnurun 0 - 30%
Grafik 4. Dampak Pandemi terhadap Omzet UMKM. Sumber: Katadata Insight Center
(KIC) pada Seminar Virtual, 11 Agustus 2020.
17
Pemulihan Ekonomi Nasional (program PEN) sebagai respon atas penurunan
aktivitas masyarakat yang berdampak pada ekonomi, khususnya sektor
informal atau UMKM.
Berbagai tujuan ditegaskan dalam program PEN dimana yang paling
utama terselenggaranya program PEN ialah usaha untuk menjamin,
menaungi, menyelamatkan, memperkukuh, serta mengembangkan kinerja
ekonomi para pelaku usaha atau yang sedang merintis usaha selama pandemi
covid-19. Harapannya supaya dapat mempertahankan eksistensi UMKM juga
membangkitkan kemampuan UMKM dalam perannya terhadap
keberlangsungan perekonomian Indonesia.
Dalam pelaksanaan program PEN tentunya memerlukan modal yang begitu
banyak agar hasil yang dicapai dapat maksimal dan sesuai dengan harapan.
Perolehan modal program PEN berasal dari beberapa sumber, yakni:
a. Belanja negara, digunakan untuk subsidi bunga UMKM melalui lembaga
keuangan sebesar Rp 34,15 triliun;
b. Penempatan dana, digunakan untuk perbankan yang terdampak
restrukturisasi;
c. Penjamin, digunakan untuk kredit modal kerja sebesar Rp 6 triliun;
d. Penyertaan modal negara, untuk BUMN yang permodalannya terdampak
dan penugasan khusus; dan
e. Investasi pemerintah, digunakan untuk modal kerja (Kemenkeu, dikutip
dalam PP/23, 2020).
Dalam penyelenggaraan program PEN terdapat prinsip-prinsip yang harus
dilaksanakan. Paparan mengenai prinsip-prinsip program PEN diantaranya:
a. Berlandaskan prinsip keadilan sosial;
b. Sepenuhnya untuk kepentingan dan kemakmuran rakyat karena program ini
dialokasikan sepenuhnya kepada seluruh pelaku ekonomi di Indonesia
guna membangkitkan kinerja dan aktivitas masyarakat, khususnya sektor
UMKM;
c. Membangun, meningkatkan, dan mempertahankan kinerja para pelaku
usaha. Masuknya pandemi covid-19 di Indonesia memberikan pengaruh
terhadap aktivitas masyarakat yang kian menurun. Dengan demikian
18
pemerintah menaruh harapan dalam penyelenggaraan program PEN ini
supaya kegiatan perekonomian dapat survive di masa ekonomi krisis;
d. Mengimplementasikan pedoman kebijakan dengan kehati-hatian, sistem
19
3. Kebijakan ketiga, menggunakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebagai pembayaran
UMKM. Airlangga Hartato selaku Menko Perekonomian menjelaskan bahwa KUR
ini didorong untuk semua sektor, akan tetapi lebih difokuskan untuk membangun
KUR berbasi kelompok atau klaster karena lebih efisien untuk perekonomian.
4. Kebijakan keempat, mendorong pembelanjaan pemerintah dengan
memprioritaskan produk UMKM. Teten Masduki selaku Menkop UKM mengatakan
bahwa Kementerian Koperasi UKM mangadakan kerja sama dengan Lembaga
Pengadaan Barang/Jasa (LKPP). Potensi nilai paket pengadaan pemerintah bagi
pelaku usaha kecil tahun 2020 sebesar Rp 321 triliun dari total rencana pengadaan
pemerintah sebesar Rp 738 triliun.
5. Kebijakan kelima, UMKM mampu mengembangkan beragam ide, inovasi, dan
beradaptasi dengan pasar baru. Faktanya, hanya sebesar 13 persen dan terhitung 8
juta pelaku UMKM yang melakukan pengembanga ide, inovasi, dan beradaptasi pada
pasar baru melalui berbagai platform digital atau secara online, sementara 87 persen
lainnya masih memasarkan secara offline.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis mengenai kondisi para pelaku UMKM dan pemaparan
seputar kebijakan yang diambil upaya membangkitkan kinerja UMKM yang melemah di
masa pandemi covid-19 dapat ditarik kesimpulan penelitian sebagai berikut.
Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur dengan Produk Domestik Bruto
(PDB) tahun 2020 mengalami kontraksi atau penurunan yang signifikan.
Omzet dan jenis usaha mengalami perubahan saat sektor perekonomian Indonesia
terdampak pandemi covid-19.
20
Berbagai langkah dan kebijakan seperti program Pemulihan Ekonomi Nasional
(program PEN) menjadi pegangan pemerintah dengan harapan membantu
membangkitkan kembali aktivitas masyarakat khususnya bagi para pelaku UMKM di
masa ekonomi krisis akibat pandemi.
B. Saran
Hasil pemaparan mengenai sektor perekonomian yang terdampak pandemi
covid-19 khususnya sektor UMKM dan beragam langkah dan kebijakan yang dilakukan
oleh pemerintah upaya menangani permasalahan sektor perekonomian ini perlu
dikembangkan oleh peneliti selanjutnya dengan menambahkan data-data resmi yang
terbaharukan.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.berita.yahoo.com/permasalahan-umkm-saat-masa-pandemi-083527872.html?
guccounter=1&guce_referrer=aHR0cHM6Ly93d3cuZ29vZ2xlLmNvbS8&guce_referrer_sig=A
QAAANS98dQVMClLULm6fo2lBIwBwvcKwCA6zIZ__ENReh6eoQ8vZKpHd_gXYE7oQH
1sx6pochlp1jd4Nxw4txNuUYySw56xDGuW7Hih_vKrAylBKBHIFd6_pQxfftf3u3pzRwJPM6
szfumhJSDbV9UJZbrB3AroAz59Du2kxR71nKX7
https://www.bps.go.id/pressrelease/2018/02/05/1519/ekonomi-indonesia- triwulan-iv-2017--
tumbuh-5-19-persen.html
https://www.bps.go.id/pressrelease/2019/02/06/1619/ekonomi-indonesia-2018 tumbuh-5-17-
persen.html#:~:text=Perekonomian%20Indonesia%20tahun%202018%20yang,atau%20US
21
%243%20927%2C0.&text=Ekonomi%20Indonesia%20triwulan%20IV%2D2018,y%2Don
%2Dy.
22
23