Anda di halaman 1dari 8

RMK MANAJEMEN KOPERASI & UMKM

Konsep Dasar Dasar UMKM

Dosen Pengajar :
N. PARAMANANDA

Oleh :
Kelompok 1

1. IKadek Adi Saputra 1932122035


2. I Gede Wahyu JUni Pratama 1932122159
3. I Kadek Andy Mulya Wirawan 1932122088
4. Ketut gede hardi prabawa 1932122173
5. Pande Gede Pradiksa Pranugaha 1932122177
6. I Kadek Oka Permana Putra 1932122153

UNIVERSITAS WARMADEWA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PRODI MANAJEMEN/ BISNIS
TAHUN AJARAN 2022/2023
A. Dasar Hukum UMKM

Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM). Pengertian UMKMU adalah Usaha Mikro yang dimana usaha produktif
milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

KRITERIA UMKM

1. USAHA MIKRO : ( Aset )Maks. 50 Juta, (Omset) Maks. 300 Juta

2 USAHA KECIL: (Aset )> 50 Juta - 500 Juta, (Omset) > 300 Juta - 2,5 Miliar

3 USAHA MENENGAH : (Aset) > 500 Juta - 10 Miliar, (Omset) > 2,5 Miliar - 50 Miliar

B. Pengertian UMKM

Usaha mikro kecil menengah adalah istilah umum dalam dunia ekonomi yang merujuk
kepada usaha ekonomi produktif yang dimiliki perorangan maupun badan usaha sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan oleh Undang-undang No. 20 tahun 2008.
Secara bahasa, koperasi berasal dari dua suku kata Bahasa Inggris, yaitu ‘co’ dan ‘operation’.
Co berarti bersama, dan operation berarti bekerja. Sehingga dapat berarti co-operation atau
koperasi yaitu melakukan pekerjaan secara bersama atau gotong-royong.

Menurut International Labour Organization (ILO) atau Organisasi Buruh Dunia, koperasi
adalah kumpulan orang, dalam tujuan tertentu yang bergabung secara sukarela untuk
mendapatkan peningkatan kualitas ekonomi melalui pembentukan suatu organisasi bisnis yang
terkendali secara demokratis, membuat kontribusi yang adil terhadap modal yang diperlukan dan
menerima bagian yang adil terhadap risiko dan manfaat dari usaha tersebut.

Menurut UU No 25 tahun 1992, koperasi dapat diartikan sebagai sebuah badan usaha yang
beranggotakan sekumpulan orang yang kegiatannya berlandaskan prinsip koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi kerakyatan yang berasas kekeluargaan. Sementara itu, menurut bapak
proklamator kita, Mohammad Hatta, yang sekaligus menjadi bapak Koperasi, koperasi adalah
suatu jenis badan usaha bersama yang menggunakan asas kekeluargaan dan gotong royong.

Menurut para ahli, difinisi koperasi diantaranya adalah :

 Menurut Hanel

Koperasi adalah suatu sistem sosial ekonomi atau sosial teknik (a socio-economic system or
social engineering), yang terbuka dan berorientasi pada tujuan (open and goal-oriented).

 Menurut Arifinal Chaniago

Koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum.

Asosiasi ini memberikan kebebasan kepada anggota untuk masuk dan keluar, serta bekerja sama
secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para
anggotanya.

 Menurut P. J. V. Dooren

Koperasi adalah sebuah asosiasi anggota, baik pribadi atau perusahaan, yang telah secara
sukarela datang bersama-sama dalam mengejar tujuan ekonomi umum.

Dengan demikian, tidak heran jika pengelolaan koperasi mengarah pada kegiatan tolong-
menolong untuk memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggotanya. Itulah
salah satu sebab mengapa koperasi sangat bermanfaat untuk banyak orang.
C. Peran Penting UMKM

Pentingnya Peran UMKM Terhadap Perekonomian Indonesia sebagai salah satu pilar
perekonomian Indonesia, UMKM memiliki peran yang signifikan yaitu sebagai berikut. UMKM
memiliki kontribusi besar terhadap PDB yaitu 61,97% dari total PDB nasional atau setara dengan
Rp. 8.500 triliun pada tahun 2020. UMKM menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar
yaitu 97% dari daya serap dunia usaha pada tahun 2020. Jumlah UMKM yang banyak
berbanding lurus dengan banyaknya lapangan pekerjaan di Indonesia sehingga UMKM memiliki
andil besar dalam penyerapan tenaga kerja. UMKM menyerap kredit terbesar pada tahun 2018
sebesar kurang lebih Rp. 1 triliun Menurut Tulus Tambunan dalam bukunya yang berjudul Usaha
Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia, ada beberapa alasan yang mengemukakan pentingnya
UMKM bagi perekonomian nasional.

- Jumlah UMKM yang sangat banyak dan tersebar di perkotaan maupun pedesaan
bahkan hingga di pelosok terpencil.
- UMKM tergolong sangat padat karya, mempunyai potensi pertumbuhan
kesempatan kerja yang besar dan peningkatan pendapatan.
- UMKM banyak terdapat dalam sektor pertanian yang secara tidak langsung
mendukung pembangunan.
- UMKM membantu dalam menampung banyak pekerja yang memiliki tingkat
pendidikan yang rendah.

Dalam kondisi krisis ekonomi, UMKM mampu untuk bertahan, seperti yang terjadi pada
tahun 1997/1998. Menjadi titik awal mobilitas investasi di pedesaan sekaligus wadah bagi
peningkatan kemampuan wiraswasta. Menjadi alat untuk mengalihkan pengeluaran konsumsi
warga pedesaan menjadi tabungan. UMKM mampu menyediakan barang-barang kebutuhan
relatif murah. Melalui beragam jenis investasi dan penanaman modal, UMKM mampu dan cepat
beradaptasi dalam kemajuan zaman dsn memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi.
D. Karakteristik UMKM

Karakteristik UMKM dapat dilihat dengan penjelasan berikut:

1. Usaha mikro memiliki kekayaan bersih maksimal 50 juta rupiah dengan hasil penjualan
paling banyak 300 juta rupiah per tahun.
2. Usaha kecil memiliki kekayaan sekitar 50 juta hingga 500 juta rupiah dengan hasil
penjualan sekitar 300 juta hingga 2,5 milyar rupiah per tahun.
3. Usaha menengah memiliki kekayaan bersih sekitar 500 juta hingga 10 milyar dengan
hasil penjualan paling banyak 2,5 milyar hingga 50 milyar per tahun.
4. Usaha kecil dilakukan oleh sendiri ataupun pegawai dengan jumlah sedikit
5. Jenis produk ekonomi tidak tetap dan dapat berganti sesuai kondisi
6. Lokasi transaksi ekonomi tidak tetap dan dapat berpindah-pindah
7. Sistem pembukuan yang belum baku, karena masih bercampur dengan uang pribadi
8. Aturan kebijakan usaha dan sistem administrasi belum jelas
9. Sumber daya manusianya belum memadai
10. Modal yang terbatas
11. Tidak memiliki legalitas atau izin usaha

E. Prinsip dan Tujuan Pemberdayaan UMKM

Prinsip dan tujuan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sesuai UU Nomor 20
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yaitu:
Prinsip pemberdayaan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah:

1. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil, menengah


untuk berkarya dengan prakarsa sendiri.

2. Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan.

3. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai dengan kopetensi
Usaha, Mikro, kecil dan menengah.

4. Peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

5. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu.


Tujuan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah:

1. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan.

2. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah


menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

3. Meningkatkan peran Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan daerah,
penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbungan ekonomi, dan pengentasan
rakyat dari kemiskinan.

F. Ruang Lingkup UMKM

Definisi UMKM diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2008
tentang UMKM.63 Pasal 1 dari UU tersebut dinyatakan bahwa Usaha mikro adalah usaha
produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kriteria usaha
mikro sebagaimana diatur dalam UU tersebut.64 UMKM adalah jenis usaha yang paling banyak
jumlahnya di Indonesia, dan mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar.
Melihat dari cukup banyaknya UMKM di Indonesia yang notabene mempengaruhi
perekonomian Indonesia, maka terlihat bahwa UMKM merupakan jenis usaha yang patut
diperhatikan.

Prinsip Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UU No. 20/2008) adalah sebagai berikut78:
1. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri.

2. Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan.

3. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

4. Peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

5. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu.

Tujuan atau sasaran utama yang ingin dicapai oleh UMKM adalah terwujudnya Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang tangguhdan mandiri yang memiliki daya saing
tinggi dan berperan utama dalam produksi dan distribusi kebutuhan pokok, bahan baku, serta
dalam permodalan untuk menghadapi persaingan bebas.

Tujuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UU No. 20/2008) adalah sebagai berikut79:
1. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan.

2. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah


menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

3. Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan daerah,
penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan
rakyat dari kemiskinan.

Mengenai sasaran UMKM dalam rangka pemberdayaan UMKM, Menurut Karsidi dan
Irianto dalam buku G. Sumodiningrat mengungkapkan bahwa keterlibatan sasaran UMKM yang
ada masih bersikap sendiri-sendiri dan kurang intergratif antara stakeholder satu dengan yang
lain. Berikut diberikan pola alternatif agar hubungan antar masing-masing stakeholder UMKM
yang diharapkan mampu memberikan sumbangan yang signifikan bagi kemajuan UMKM, maka
sasaran UMKM ditujukan ke Kelompok / Koperasi, BDS (Bussines Development Services),
Asosiasi Usaha, Lembaga Keuangan (Bank dan Non Bank), dan Pasar.

Jenis-Jenis UMKM pada prinsipnya dapat dikelompokan dalam tiga jenis usaha yaitu

1.Jenis usaha perdagangan/distribusi

Jenis usaha ini merupakan usaha yang terutama bergerak dalam kegiatan memindahkan
barang dari produsen ke konsumen atau dari tempat yang mempunyai kelebihan persediaan ke
tempat yang membutuhkan

2.Jenis usaha produksi/industry

Usaha produksi/industri adalah jenis usaha yang terutama bergerak dalam kegiatan proses
pengubahan suatu bahan/barang menjadi bahan/barang lain yang berbeda bentuk atau sifatnya
dan mempunyai nilai tambah.

3. Jenis usaha komersial

Usaha jasa komersial merupakan usaha yang bergerak dalam kegiatan pelayanan atau
menjual jasa sebagai kegiatan utamanya. Contoh jenis usaha ini adalah asuransi, bank, konsultan,
biro perjalanan, pariwisata, pengiriman barang (ekspedisi), bengkel, salon kecantikan,
penginapan, gedung, bioskop dan sebagainya.

G. Permasalahan yang dihadapi UMKM di Indonesia

1. Perlu Memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

Banyak pengusaha UMKM yang masih kurang memahami bahwa setiap kegiatan usaha apa pun
yang berjalan di negara Indonesia membutuhkan SIUP.

2. Modal Usaha yang Minim

Hampir sebagian besar pebisnis UMKM pernah menghadapi masalah di mana modal usaha yang
mereka miliki sangat minim untuk mengembangkan usaha.

3.Tidak Memiliki Pengetahuan yang Luas Mengenai Bisnis

4. Kurang Memanfaatkan Pemasaran Digital untuk Meningkatkan Penjualan

Pemasaran digital menjadi sarana promosi yang dapat membantu kamu untuk meningkatkan
penjualan. Banyak pebisnis UMKM yang masih jarang memanfaatkan pemasaran digital
sehingga pada akhirnya bisnis tersebut menjadi kurang terekspos ke masyarakat luas

5. Belum Tahu Cara Mengembangkan Bisnis


kebanyakan pelaku UMKM di Indonesia masih belum menyadari pentingnya membuat strategi
pengembangan bisnis.

Anda mungkin juga menyukai