Anda di halaman 1dari 108

MODUL:

UMKM (USAHA MIKRO, KECIL DAN


MENENGAH) & KOPERASI

Disusun Oleh:

ABRAR ABDUL AZIZ


22030029

PRODI MANAJEMEN EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI BISNIS
UNIVERSITAS Prof. Hazairin, SH. Bengkulu
(UNIHAZ)
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN

Dalam perekonomian Indonesia, peran dan kontribusi pelaku usaha dari skala
usaha kecil dan menengah sangat besar, tidak hanya dalam hal penyerapan tenaga
kerja yang melebihi 90%, namun juga kontribusinya bagi GDP Indonesia yang lebih
dari 50% (Kementerian Koperasi dan UMKM, 2012). UMKM dipandang sebagai
pelaku ekonomi yang cukup fleksibel di dalam menyesuaikan dengan berbagai
perubahan iklim usaha yang terjadi, sehingga tetap mampu memberikan kontribusi
positif bagi perekonomian negara. Kontribusi tersebut akan semakin baik apabila
berbagai permasalahan yang masih dihadapi UMKM dapat diatasi, dan salah satunya
adalah permasalahan dalam memanfaatkan informasi akuntansi dalam berbagai
pengambilan keputusan usahanya.
Eksistensi UMKM memang tidak dapat diragukan lagi karena terbukti mampu
bertahan dan menjadi roda penggerak ekonomi, terutama pasca krisis ekonomi. Disisi
lain, UMKM juga menghadapi banyak sekali permasalahan, yaitu terbatasnya modal
kerja, Sumber Daya Manusia yang rendah, dan minimnya penguasaan ilmu
pengetahuan serta teknologi (Sudaryanto dan Hanim, 2002). Kendala lain yang
dihadapi UMKM adalah keterkaitan dengan prospek usaha yang kurang jelas serta
perencanaan, visi dan misi yang belum mantap. Hal ini terjadi karena umumnya
UMKM bersifat income gathering yaitu menaikkan pendapatan, dengan ciri-ciri
sebagai berikut: merupakan usaha milik keluarga, menggunakan teknologi yang masih
relatif sederhana, kurang memiliki akses permodalan (bankable), dan tidak ada
pemisahan modal usaha dengan kebutuhan pribadi.
BAB 1
PENGENALAN UMKM

1.1 Pengertian UMKM


UMKM adalah singkatan dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Istilah ini
merujuk pada sektor bisnis yang terdiri dari usaha dengan skala kecil hingga
menengah, yang meliputi usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah. UMKM
memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara karena mereka
berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan
mempromosikan inklusi sosial. Menurut Kementerian Koperasi dan UKM Indoneisa,
UMKM adalah unit usaha yang memiliki ciri-ciri jumlah aset atau nilai penjualan
tahunan tertentu yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh pemerintah, serta
memiliki kepemilikan dan pengoperasian yang dikelola oleh satu atau beberapa orang
warga negara Indonesia. Menurut Direktorat Jendral Pembinaan dan Pengembangan
Usaha Kecil Menengah, UMKM adalah unit usaha yang memiliki jumlah pekerja
tidak melebihi 200 orang dan memiliki aset tidak lebih dari Rp 10 miliar. Menurut
Peraturan Menteri Koperasi dan UKM No. 17/Per/M.KUKM/XII/2015, UMKM
adalah usaha yang memiliki jumlah aset paling banyak Rp 500 juta (untuk usaha
mikro), Rp 10 miliar (untuk usaha kecil), dan Rp 50 miliar (untuk usaha menengah).
Pemerintah dan lembaga lainnya sering kali memberikan dukungan khusus untuk
pengembangan UMKM, seperti pelatihan kewirausahaan, akses ke modal, bimbingan,
dan akses ke pasar. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan UMKM,
mengurangi pengangguran, dan memperkuat sektor ekonomi yang lebih inklusif.
Menurut sejarah bahwa masyarakat Indonesia dikenal dengan masyarakat
agraris, karena mayoritas masyarakat Indonesia hidup dari pertanian dan hanya
masyarakat yang hidup di perkotaan dan pantai-pantai yang sering terlibat dalam
perdagangan atau usaha kecil-kecilan, sekalipun zaman penjajahan pedagang
Indonesia aktif berdagang rempahrempah sampai ke Teluk Arab dan Madagaskar.
Namum perdagangan tersebut lebih mengarah pada petualangan tanpa kesinambungan
bisnis dalam ukuran modern. Kini zaman telah berubah di mana posisi Indonesia
masuk ke dalam dunia kewirausahaan termasuk di dalamnya pengembangan dan
perluasan usaha kecil di Indonesia. Istilah wirausaha menjangkau semua kegiatan
usaha di Indonesia baik yang besar maupun yang kecil, baik perusahaan negara
maupun swasta. Mereka yang aktif dalam dunia usaha dan mempraktikkan prinsip
eknomi adalah wirausaha. Salah satu upaya untuk mencapai tujuan nasional, yaitu
mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata, baik dalam bentuk material
maupun spiritual bagi seluruh rakyat Indonesia, maka usaha kecil sebagai bagian
integral dunia usaha yang merupakan kegiatan ekonomi rakyat dan mempunyai
kedudukan dan peranan yang strategis dan mewujudkan struktur perekonomian
nasional, perlu dikembangkan dan diberdayakan, dalam memanfaatkan peluang
usaha, dan menjawab tantangan perkembangan ekonomi di masa akan datang.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka sebagai wujud nyata yang dilakukan
pemerintah untuk mendukung pengembangan usaha kecil, pemerintah telah
menerbitkan Undang_Undang Nomor 20 Tahun 2008, Tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (Perubahan atas UndangUndang Nomor 9 Tahun 1995, tentang Usaha
Kecil dan Menengah). Sebagai dasar hukum pemberdayaan usaha kecil.
Pengembangan usaha kecil melalui kemitraan, di harapkan agar pemerintah dunia
usaha dan masyarakat dapat melakukan pembinaan dan pengembangan usaha kecil
baik dalam bidang produksi dan pengolahan, maupun dalam pemasaran maupun
sumber daya manusianya dalam bidang teknologi.
Upaya pemerintah dalam mengembangkan usaha kecil dengan melibatkan
usaha menengah dan besar, karena berangkat dari pengalaman masa orde baru, yang
pada akhirnya banyak perusahaan kecil yang tetap kecil bahkan hilang dari peredaran,
karena tidak mampu bersaing. Konsideran Undang_Undang Nomor 20 Tahun 2008,
menyatakan, bahwa Masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 harus diwujudkan melalui
pembangunan perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi. Bahwa sesuai
dengan amanat Ketetapan Majelis Permusyarawatan Rakyat Republik Indonesia
Nomor XVI/MPR-RI/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi
Ekonomi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah perlu diberdayakan sebagai bagian
integral ekonomi rakyat yang mempunyai kedudukan, peran, dan potensi strategis
untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang makin seimbang,
berkembang, dan berkeadilan. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu diselenggarakan secara menyeluruh,
optimal, dan berkesinambungan melalui pengembangan Iklim yang kondusif,
pemberian kesempatan berusaha, dukungan, perlindungan, dan pengembangan usaha
seluas-luasnya, sehingga mampu meningkatkan kedudukan, peran, dan potensi Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan
dan peningkatan pendapatan rakyat, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan
kemiskinan, ditengah derasnya perkembangan lingkungan perekonomian yang
dinamis dan menggelobal, maka di syahkannya Undang-Undang Nomor 9 Tahun
1995 tentang Usaha Kecil, yang hanya mengatur Usaha Kecil. Hal ini perlu diganti,
agar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia dapat memperoleh jaminan
kepastian dan keadilan terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Mengingat isi
Pasal 5 Ayat (1), Pasal 20, Pasal 27 Ayat (2), dan Pasal 33 UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Hubungan kemitraan antara usaha kecil, menengah, dan usaha
besar memang mengandung nilai luhur. Karena hal itu dimaksudkan untuk
menciptakkan hubungan yang saling membutuhkan dan saling menguntungkan dan
saling memperkuat di antara para pihak. Namun dalam pelaksanaannya bukan
merupakan suatu hal yang mudah, karena mempertemukan antara si kaya di satu
pihak dan pihak yang lemah di lain pihak. Pelaksanaan pola kemitraan dengan tujuan
seperti di atas, bukan merupakan suatu hal yang mudah, efektifitas program kemitraan
juga sangat bergantung pada faktor-faktor struktural yang selama ini menyebakan
kesenjangan indusri kecil dan menengah. Struktur industri itu tidak dapat hanya
dituduhkan pada keterbelakangan industri kecil, selain merupakan sebab kondisi
keterbelakangan juga akibat dari adanya kekuatan eksternal yang memang cenderung
menggilas usaha kecil.

 Perbedaan Antara Mikro, Kecil dan Menengah


Ketentuan Umum, khususnya isi Pasal 1 UU UKM, menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini.

 Peran UMKM Dalam Perekonomian


1. Penciptaan lapangan kerja: UMKM merupakan sumber utama penciptaan lapangan
kerja di banyak negara. UMKM biasanya lebih intensif dalam penggunaan tenaga
kerja, sehingga membantu mengurangi tingkat pengangguran dan mengurangi tekanan
sosial ekonomi. Menurut data dari International Finance Corporation (IFC), UMKM
menyumbang sekitar 70- 95% lapangan kerja di sebagian besar negara (International
Finance Corporation, 2019).
2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal: UMKM berkontribusi pada
pertumbuhan ekonomi lokal dengan meningkatkan produksi dan pendapatan
masyarakat. Keterlibatan UMKM dalam rantai pasokan juga memberikan multiplier
effect yang mempengaruhi sektorsektor terkait, seperti industri bahan baku, logistik,
dan jasa (World Bank, 2019).
3. Inovasi dan kreativitas: UMKM sering kali menjadi sumber inovasi dan kreativitas
yang berkontribusi pada kemajuan ekonomi. Karena ukuran yang relatif kecil,
UMKM dapat dengan cepat menyesuaikan diri dengan perubahan pasar dan
menciptakan solusi baru. Selain itu, banyak UMKM bergerak di sektor kreatif seperti
seni, desain, dan teknologi, yang memainkan peran penting dalam mendorong inovasi
(Organisation for Economic Co-operation and Development, 2019).
4. Stimulasi Pertumbuhan Ekonomi Lokal: UMKM berperan dalam menggerakkan
pertumbuhan ekonomi lokal. UMKM seringkali terlibat dalam rantai pasok lokal
dengan memanfaatkan bahan baku dan sumber daya lokal. Melalui keterlibatannya
dalam kegiatan produksi dan penjualan, UMKM memberikan kontribusi dalam
meningkatkan produktivitas dan pendapatan masyarakat sekitar. Pendapatan yang
diperoleh oleh pemilik UMKM juga akan diinvestasikan kembali ke dalam
perekonomian lokal, mendorong pertumbuhan usaha lainnya dan menghasilkan
multiplier effect.
5. Diversifikasi ekonomi: UMKM membantu dalam diversifikasi struktur ekonomi
suatu negara dengan menciptakan beragam sektor usaha. Hal ini mengurangi
ketergantungan pada sektor-sektor ekonomi utama dan melindungi ekonomi dari
risiko yang terkait dengan ketergantungan pada satu sektor saja (United Nations
Conference on Trade and Development, 2021). 6. Kontribusi terhadap Pajak dan
Pendapatan Negara: UMKM juga berkontribusi pada penerimaan pajak dan
pendapatan negara. Dalam banyak negara, UMKM diwajibkan membayar pajak
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pendapatan yang diperoleh dari sektor UMKM
dapat digunakan oleh pemerintah untuk membiayai berbagai sektor, seperti
pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan pelayanan publik lainnya

1.2 Pentingnya UMKM


 Kontribusi Terhadap Lapangan Kerja
1.Pengurangan kemiskinan dan kesenjangan sosial: UMKM memberikan kesempatan
kepada individu dari lapisan ekonomi rendah untuk menciptakan penghidupan yang
lebih baik. Dengan mempekerjakan penduduk lokal dan mempromosikan keterlibatan
perempuan dan kelompok marginal, UMKM dapat mengurangi kemiskinan dan
kesenjangan sosial (United Nations Industrial Development Organization, 2017).
2. Pemberdayaan ekonomi: UMKM memberikan peluang kepada individu untuk
menjadi wirausaha dan memulai usaha sendiri. Hal ini mendorong pemberdayaan
ekonomi di kalangan masyarakat. Dengan memiliki usaha sendiri, individu dapat
mengendalikan pendapatan mereka sendiri, meningkatkan kemandirian ekonomi, dan
mengurangi ketergantungan pada pekerjaan formal.
3. Pertumbuhan ekonomi lokal: UMKM sering kali beroperasi di tingkat lokal atau
regional. Keberadaan UMKM yang sukses dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
lokal dengan meningkatkan permintaan akan bahan baku, produk dan jasa lokal. Hal
ini berpotensi menciptakan efek multiplier, di mana pertumbuhan satu UMKM akan
mendorong pertumbuhan UMKM lainnya serta mendukung sektor-sektor ekonomi
terkait.
4. Peningkatan pendapatan dan konsumsi: Melalui usaha yang sukses, UMKM dapat
meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat. Kesejahteraan ekonomi individu
dan keluarga meningkat ketika pendapatan dan konsumsi mereka meningkat. Hal ini
berdampak positif pada peningkatan standar hidup dan kualitas hidup masyarakat.

 Dukungan Terhadap Ekonomi Lokal


peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian negara dan
kesejahteraan masyarakat. UMKM memainkan peran penting dalam memudahkan
pemenuhan kebutuhan tersebut bagi masyarakat di seluruh Indonesia. Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan pondasi utama sektor perekonomian
masyarakat, yang mendorong kemampuan kemandirian dalam sektor ekonomi.
UMKM juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi negara dan mendistribusikan
pendapatan masyarakat. UMKM telah menjadi tulang punggung perekonomian di
Indonesia. Mereka menciptakan lapangan kerja, mendorong pertumbuhan ekonomi
inklusif, dan memperbaiki kesejahteraan masyarakat. UMKM memberikan peluang
kerja bagi penduduk lokal, mengurangi pengangguran, mengurangi ketimpangan
ekonomi, dan memberikan akses ekonomi kepada kelompok-kelompok marginal.
UMKM juga berkontribusi pada pendapatan nasional dan menciptakan lingkaran
ekonomi yang berkelanjutan. Selain itu, UMKM juga mendorong inovasi,
pengembangan keterampilan, dan memperluas jaringan bisnis. Pemerintah dan
berbagai pihak terkait perlu memberikan dukungan dan fasilitas yang tepat kepada
UMKM guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dukungan tersebut dapat
berupa akses ke pembiayaan yang terjangkau, pelatihan dan pendidikan bisnis,
pemberdayaan teknologi informasi, akses pasar yang lebih luas, serta kebijakan yang
mendukung regulasi yang ramah UMKM.

 Inovasi dan Kreativitas


Strategi pemasaran merupakan faktor penting bagi keberhasilan bisnis di masa
sekarang. Hal ini mengacu pada serangkaian upaya perusahaan seperti promosi hasil
produk yang dapat menarik calon pembeli, Kedua adalah harga bersaing dan kualitas
yang dapat memenuhi selera pembeli, Selanjutnya adalah penyalurannya tepat waktu
ditambah pelayanan memuaskan. Keenam hal tersebut merupakan syarat yang harus
dipenuhi secara konsisten sesuai standard operating procedure (SOP). Strategi
pemasaran merupakan pendekatan pokok yang akan digunakan oleh unit bisnis dalam
mencapai sasaran yang telah ditetapkan lebih dulu, di dalamnya tercantum keputusan-
keputusan pokok mengenai target pasar, penempatan produk di pasar, bauran
pemasaran dan tingkat biaya pemasaran yang diperlukan (Kotler, dalam Sri lestari
(2012). Dalam konteks pengembangan usaha, Knight (2000) menyebutkan bahwa
strategi pemasaran merupakan taktik yang dapat digunakan oleh sektor usaha dalam
mengembangkan kapasitas usahanya untuk menghadapi globalisasi. Dengan demikian
dapat dinyatakan bahwa strategi pemasaran dapat berimplikasi positif baik pada
pengembangan usaha, maupun kinerja pemasaran secara keseluruhan.
Inovasi produk adalah hal yang perlu mendapat perhatian utama dari
perusahaan, mengingat strategi ini berkaitan erat dengan kegiatan pemasaran yang
dilakukan oleh perusahaan. Hasil empiris yang dilakukan O’Cass dan Sok (2014)
menunjukkan bahwa ketika kombinasi sumber daya intelektual dan kemampuan
inovasi produk di samping kombinasi sumber daya reputasi dan kemampuan
pemasaran tinggi, pertumbuhan UKM dapat ditingkatkan. Shoham (2005)
menyebutkan banyak ahli yang telah mengidentifikasi hubungan antara pertimbangan
kualitas produk dan kinerja organisasi secara keseluruhan Inovasi tercermin dalam
produk baru, proses manufaktur dan manajemen teknik. Didasarkan pada literatur
mengungkapkan bahwa ada tiga kegiatan organisasi bahwa tingkat tinggi mencirikan
inovasi produk: kemampuan untuk melihat produk-pasar peluang, membangun
kemampuan pemasaran untuk menanggapi pasar diidentifikasi peluang, dan
kemampuan untuk cepat mengejar peluang. Hal ini mengindikasikan bahwa inovasi
produk dapat menyebabkan produksi lebih mudah, di samping itu, inovasi produk
penting untuk pemasaran yang efektif dan akibatnya untuk kinerja keuangan
perusahaan. Menurut Killa (2014), perusahaan yang mampu berinovasi diyakini dapat
meningkatkan kinerja. Hasil penelitian yang dilakukan (Lapian, 2016) menyatakan
bahwa inovasi produk memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja (Tsai,
2017).
Orientasi pasar merupakan orientasi strategis yang dicirikan oleh serangkaian
perilaku dan kegiatan yang terkait dengan fokus pelanggan yang kuat dari UKM,
pemasaran terkoordinasi di seluruh organisasi, dan profitabilitas (Pérez ‐Luño et al.,
2016). Kohli, Jaworski, dan Kumar (dalam Pérez‐Luño et al., 2016) mengidentifikasi
tiga rangkaian kegiatan yang terkait dengan orientasi pasar termasuk: (1) generasi
intelijen, yang meliputi “pengumpulan dan penilaian dari kebutuhan / preferensi
pelanggan dan kekuatan yang memengaruhi pengembangan dan perbaikan kebutuhan
tersebut ”; (2) diseminasi intelijen, yang merupakan "proses dan tingkat pertukaran
pasar dalam organisasi tertentu", dan (3) responsif, yang merupakan "tindakan yang
diambil dalam menanggapi intelijen yang telah dibuat dan disebarluaskan." Long
(2013) menyatakan bahwa orientasi pasar memiliki pengaruh positif yang signifikan
terhadap kinerja organisasi, dalam hal pertumbuhan pangsa

1.3 Tantangan Dan Peluang


 Tantangan Yang Dihadapi Oleh UMKM
Pemanfaatan teknologi selain menjadi peluang, juga sebaliknya dapat menjadi
tantangan jika para pelaku UMKM tidak dapat merespon dan beradapatasi dengan
perkembangan digitalisasi ini apalagi diperlukan kesiapan terhadap industri 4.0 bagi
para pelaku UMKM. Adapun tantangan yang dihadapi dalam industry 4.0 ialah masih
belum adanya kemampuan dari sumber daya keuangan unit usaha terlebih usaha
mikro dan kecil dalam pemanfaatan dan penerapan teknologi yang terbaru, masih
diperlukannya concern terhadap difusi inovasi digital melalui rantai pasokan UMKM,
kurangnya bakat untuk menerapkan model bisnis baru yang memanfaatkan peluang
digital serta revolusi pasar, kemampuan memilah dan memilih teknologi informasi
yang sesuai dengan kebutuhan proses bisnisnya, hal ini dikarenakan setiap UKM
memiliki spesifikasi dan proses bisnis yang berbeda, serta kurangnya budaya dan
pelatihan internal tentang implementasi digitalisasi dan industri 4.0 di UMKM.
Tantangan lain yakni terkait dengan kondisi saat ini, yang sedang dihadapi oleh
berbagai negara di dunia yakni pandemic covid-19, yang dapat berdampak pada
masalah keuangan unit usaha, permintaan yang turunm, gangguan rantai pasokan,
penjualan juga yang menurun, hingga pada penurunan laba/omset usaha. Selain itu
tantangan penting lainnya juga perlu ditangani secara bersamaan yakni :
1. peran berbagai pemangku kepentingan dan lembaga bersifat kompleks dan ambigu
2. sumber daya manusia yang masih rendah terhadap pemahaman ekonomi digital
3. pelatihan yang tidak berkelanjutan dan kurangnya sistem pengawasan sebagai
tindak lanjut hasil dari pelatihan
4. akses internet yang belum merata.
5. Research and Development untuk UMKM dan pengembangannya yang masih
rendah
6. masalah keamanan data di era digitalisasi dan industri 4.0
7. korupsi
8. akses kredit ke UMKM
9. pembangunan infrastruktur yang belum memadai (listrik, air, jalan)
10. pasokan bahan baku dengan biaya yang kompetitif
11. pelatihan tenaga kerja karena masih kurangnya tenaga terampil untuk manufaktur,
jasa dan pemasaran yang dipekerjakan oleh umkm.

 Peluang Pengembangan UMKM


Peluang yang dapat dimanfaatkan oleh para pelaku UMKM yakni
pemanfaatan infrastruktur/ teknologi yang dapat diterapkan dalam bentuk ecomerece
dalam pengembangan UMKM secara online dengan begitu peluang ini dapat
membuka akses pasar yang lebih luas, membantu pelaku UMKM untuk naik kelas,
marketplace memberikan kenyamanan bagi konsumen dalam membeli produk,
perubahan perilaku konsemen memberikan peluang pasar bagi pelaku UMKM.
Peluang lebih lanjut yakni terdapat pada dukungan dari lingkungan eksternal, yakni
pendampingan dan pelatihan yang diberikan oleh pemerintah sehingga pada akhirnya
dapat mendukung kegiatan UMKM. Peluang lainnya yakni dalam bentuk dorongan
untuk inovasi dari UMKM yang disupport oleh pemerintah setempat.
BAB 2
MANAJEMEN UMKM

2.1 Perencanaan Bisnis


 Pentingnya Perencanaan Bisnis
Pada umumnya para pelaku UMKM di Indonesia pada saat awal membuka
usaha baru banyak yang mengalami kegagalan. Kegagalan ini antara lain disebabkan
karena pada saat membuka usaha tidak menyusun perencanaan terlebih dahulu,
sehingga apa yang dilakukan tidak didasarkan pada perhitungan awal. Penting untuk
dicermati bahwa membuka usaha baru tidak mungkin tanpa ada rencana sebelumnya.
Betapapaun sederhananya rencana usaha perlu disusun secara tertulis. Perencanaan
tertulis memungkinkan pelaku usaha untuk menuangkan pikiran, seperti tentang usaha
apa yang akan dirintisnya, siapa target konsumennya, lokasi, berapa kebutuhan modal
dan berapa perkiraan keuntungan yang akan diperoleh.
UMKM bersifat fleksibel sekaligus sangat vital membuatnya ideal sebagai
pendorong perekonomian saat situasi sulit. Dengan modal yang tidak besar,
menjadikan UMKM sebagai bagian penting dari roda perekonomian suatu negara.
Sifatnya yang fleksibel dan tidak menuntut modal besar membuatnya cocok sebagai
alternatif usaha, terutama di tengah situasi sulit. Selain itu, UMKM biasanya lebih
paham kebutuhan masyarakat sekitar. Produk yang dihasilkan sesuai dengan
kebutuhan, menggunakan bahan baku yang diperoleh dari lingkungan terdekat atau
produsen lokal. Hal ini memberi keuntungan bagi masyarakat setempat yang menjadi
konsumen.
Kurang pemahaman tentang rencana bisnis yang jelas dan terarah,
menyebabkan pelaku usaha UMKM tidak bertahan lama. Metode coba-coba sering
menjadi pilihan. Ini jelas akan membuang waktu dan biaya. Membuat rencana bisnis -
business plan, adalah awal kesuksesan berusaha. Pencarian ide dan mengetahui model
bisnis yang tepat menjadi faktor utama pembuatan perencanaan bisnis, yang
selanjutnya harus menganalisis kompetsisi di industri yang dipilih. Setelah
mendapatkan informasi yang akurat, bisnis siapkan diwujudkan sebagai bisnis yang
nyata.

2.1 Pengelolahan Keuangan


 Penyusunan Anggaran
Anggaran (budget ) dan penganggaran (budgeting ) mempunyai arti yang
berbeda. Anggaran merupakan kata benda, yakni hasil yang diperoleh setelah
menyelesaikan tugas perencanaan. Sedangkan penganggaran menunjukkan suatu
proses, sejak dari tahap persiapan yang diperlukan sebelum dimulainya penyusunan
rencana, pengumpulan berbagai data dan informasi yang perlu, pembagian tugas
perencanaan, penyusunan rencananya sendiri, implementasi dari rencana tersebut,
sampai pada akhirnya tahap pengawasan dan evaluasi dari hasil melaksanakan
rencana.
Berdasarkan definisi-definisi dan pengertian anggaran dapat disimpulkan
bahwa: Anggaran harus bersifat formal, artinya anggaran disusun dengan sengaja dan
bersungguh-sungguh dalam bentuk tertulis; Anggaran harus bersifat sistematis,
artinya anggaran disusun dengan berurutan dan berdasarkan logika; Suatu saat
manajer dihadapkan pada suatu tanggung jawab untuk mengambil keputusan,
keputusan yang diambil oleh manajer tersebut merupakan pelaksanaan fungsi manajer
dari segi perencanaan, koordinasi dan pengawasan.
Penyusunan anggaran dengan menggunakan konsep Zero Based Budgeting
dapat menghilangkan incrementalism dan line-item, karena anggaran diasumsikan
dimulai dari nol. Penyusunan anggaran yang bersifat incremental mendasarkan
besarnya realisasi anggaran tahun ini untuk menetapkan anggaran ditahun depan,
yaitu dengan menyesuaikannya dengan tingkat infl asi atau jumlah penduduk.
Sedangkan pada sistem Zero Based Budgeting (ZBB) tidak berpatokan pada anggaran
tahun lalu untuk menyusun anggaran tahun ini, namun penentuan anggaran
didasarkan pada kebutuhan saat ini juga. Dengan Zero Based Budgeting (ZBB),
seolah-olah proses anggaran dimulai dari hal yang baru sama sekali (dimulai dari nol
lagi).
Anggaran (budget ) dan penganggaran (budgeting ) mempunyai arti yang
berbeda. Anggaran merupakan kata benda, yakni hasil yang diperoleh setelah
menyelesaikan tugas perencanaan. Sedangkan penganggaran menunjukkan suatu
proses, sejak dari tahap persiapan yang diperlukan sebelum dimulainya penyusunan
rencana, pengumpulan berbagai data dan informasi yang perlu, pembagian tugas
perencanaan, penyusunan rencananya sendiri, implementasi dari rencana tersebut,
sampai pada akhirnya tahap pengawasan dan evaluasi dari hasil melaksanakan
rencana.
Peranan anggaran pada suatu perusahaan merupakan alat untuk membantu
manajemen dalam pelaksanaan, fungsi perencanaan, koordinasi, pengawasan dan juga
sebagai pedoman kerja dalam menjalankan perusahaan untuk tujuan yang telah
ditetapkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran dapat dibedakan
menjadi dua kelompok, sebagai berikut: 1) Faktorfaktor Intern, yaitu data, informasi
dan pengalaman yang terdapat di dalam perusahaan sendiri; 2) Faktor-faktor Ekstern,
yaitu data, informasi dan pengalaman yang terdapat di luar perusahaan, tetapi
mempunyai pengaruh terhadap kehidupan perusahaan. Walaupun terdapat manfaat
yang diperoleh dengan penyusunan anggaran, tetapi masih terdapat keterbatasan-
keterbatasan anggaran. Karena anggaran bermanfaat, maka anggaran yang baik harus
memenuhi persyaratanpersyaratan antara lain: adanya organisasi perusahaan yang
sehat; adanya sistem yang memadai; penggolongan rekening yang sama antara
anggaran dengan realisasinya; pencatatan akuntansi dapat memberikan informasi
mengenai realisasi anggaran; laporan didasarkan pada akuntansi pertanggungjawaban;
adanya dukungan para pelaksana. Jenis-jenis anggaran dapat dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu : 1) Anggaran operasional, ialah anggaran yang berisi taksiran-
taksiran tentang kegiatan-kegiatan perusahaan dalam jangka waktu tertentu di masa
yang akan datang; 2) Anggaran fi nansial , ialah anggaran yang berisi taksiran-
taksiran tentang keadaan atau posisi fi nansial perusahaan pada suatu saat tertentu di
masa yang akan datang. Dalam penyusunan anggaran, yang berwenang dan
bertanggung jawab atas penyusunan anggaran serta kegiatan penganggaran adalah di
tangan pimpinan tertinggi perusahaan. Hal tersebut disebabkan pimpinan tertinggi
perusahaanlah yang paling berwenang dan bertanggung jawab atas kegiatankegiatan
secara keseluruhan. Namun dalam menyiapkan dan menyusun anggaran serta
kegiatan-kegiatan penganggaran lainnya tidak harus ditangani sendiri oleh pimpinan
tertinggi perusahaan, melainkan dapat didelegasikan kepada bagian lain dalam
perusahaan.

 Pengelolaan Cash flow


Cash flow merupakan arus kas yang memperlihatkan adanya perputaran uang
masuk dan keluar pada sebuah perusahaan. Bisa juga diartikan sebuah sebuah aliran
dana masuk dan keluar dalam kurun waktu tertentu sebagai bentuk bukti adanya
aktivitas keuangan.
Cash flow memegang peran penting dalam sebuah bisnis. Nantinya arus kas inilah
yang akan menghidupi perusahaan. Laba dan rugi dari bisnis yang dijalankan juga
akan diperoleh dari arus kas tersebut.

Arus kas pada periode waktu tertentu juga akan menjadi penentu langkah yang
diambil perusahaan di masa depan. Evaluasi terhadap arus kas ini sangat penting
untuk dilakukan supaya perusahaan bisa terus berkembang. Jika hasilnya negatif,
maka dibutuhkan langkah tepat untuk mengatasinya dan jika hasilnya positif maka
harus ada inisiatif untuk meningkatkannya.

Jenis-Jenis Cash Flow

Dalam praktik sebuah bisnis, arus kas ini terbagi menjadi beberapa jenis. Sebelum
menyusun laporan arus kas, maka penting sekali untuk memahami apa saja jenis-
jenisnya karena akan dimasukkan dalam perhitungan akhir. Berikut adalah 3 jenis
arus kas atau cash flow yang penting untuk dipahami:

1. Arus Kas Operasi

merupakan jenis cash flow yang mengacu pada kas bersih. Kas bersih ini
didapatkan dari hasil operasi bisnis normal sebuah perusahaan. Dalam hal ini akan
dibutuhkan arus kas yang positif sehingga bisnis bisa berkembang secara aktif.

2. Arus Kas Investasi

Berikutnya ada arus kas investasi. Hal ini mengacu pada aktivitas investasi
dari perusahaan. Bentuk investasinya bervariasi mulai dari investasi dalam sekuritas,
properti, dan aset lainnya. Jika perusahaannya sehat, maka aktivitas investasi akan
berjalan lancar sehingga cash flow-nya seringkali negatif.

3. Arus Kas Pembiayaan

Kemudian ada cash flow pembiayaan atau financing. Ini mengacu pada kas
bergerak antara perusahaan, investor, pemilik, juga kreditur. Kas bersih ini didapatkan
dengan tujuan agar bisa membiayai perusahaan, termasuk di dalamnya untuk
membayar utang, dividen, juga ekuitas.
Semua jenis arus kas ini memegang peran penting yang akan berpengaruh pada
kondisi perusahaan. Oleh sebab itu pembukuan di setiap bagian harus dilakukan
dengan benar. Jika dilakukan secara tepat, maka proses penyusunan laporan arus kas
utama akan berjalan jauh lebih mudah dan akurat.

 Metode Laporan Cash Flow

Perlu diingat kembali bahwa cash flow ini menjadi poin pokok dalam proses
pelaporan keuangan perusahaan. Jadi sangatlah penting untuk memahami
pengertiannya sekaligus cara menyusun laporannya. Umumnya, arus kas ini akan
dilaporkan dalam bentuk dokumen keuangan yang terperinci selama periode waktu
tertentu.

Metode pembuatan laporan cash flow ini terbagi menjadi 2. Berikut adalah 2 metode
yang bisa dipakai untuk menyusun laporan arus kas yang benar bagi perusahaan:

1.Langsung

Pertama ada metode langsung dimana laporan arus kas ini akan
dikelompokkan dalam berbagai bentuk kategori. Penggolongannya dilakukan sesuai
jenis beban yang ditanggung oleh finansial perusahaan. Bisa berupa hutang, beban
sewa, beban gaji, dan masih banyak lagi.

2.Tidak Langsung

Selanjutnya ada metode penyusunan laporan cash flow secara tidak langsung.
Di sini pembuatan laporan lebih berpusat pada perbedaan laba bersih dan arus kas dari
aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan.

Setiap perusahaan bisa saja memakai metode langsung maupun tidak langsung
tergantung pertimbangan masing-masing. Namun pada akhirnya hasil perhitungan dan
penyusunan laporan tetap akan mengarah ke kesimpulan yang sama. Hanya saja
metode dan faktor-faktor yang dilibatkan berbeda.

 Cara Membuat Laporan Cash Flow Bisnis


Pebisnis juga wajib tahu bagaimana cara membuat laporan cash flow yang baik dan
benar. Dalam penyusunan laporan arus kas ini ada 2 data yang dibutuhkan. Pertama,
laporan laba rugi pada periode yang sedang berlangsung. Kedua adalah neraca periode
dari periode sekarang dengan neraca dari periode sebelumnya.

Setelah mendapatkan 2 sumber data tadi maka bisa langsung dipilih metode mana
yang akan digunakan. Untuk metode tidak langsung, bisa dibandingkan laporan laba
dan rugi pada periode waktu yang ingin dilaporkan.

Sementara itu untuk penyusunan laporan cash flow dengan metode langsung harus
dibuat kelompok-kelompok penerimaan dan pengeluaran kas. Kelompok-kelompok
ini dibuat sesuai dengan kegiatan operasional yang dijalankan oleh perusahaan.

Supaya lebih mudah dipahami, mari simak langkah-langkah penyusunan laporan arus
kas secara ringkas berikut ini:

 Buat perbandingan jumlah kenaikan dan penurunan yang ada di dalam kas
perusahaan atau bisnis Anda selama periode yang diinginkan
 Selesai dihitung, laporkan kas netto yang merujuk ke aktivitas operasional
(bisa pakai metode langsung atau tidak langsung)
 Hitung bagian kas netto yang sudah dipakai di aktivitas investasi
 Selesaikan perhitungan kas netto pada bagian aktivitas pendanaan
 Lakukan perhitungan dan jumlahkan semua bagian mulai dari aktivitas
operasi, investasi, serta pendanaan dengan jumlah saldo awal dari kas
perusahaan

Jika semua perhitungan sudah Anda lakukan, Anda bisa langsung mengetahui cash
flow bisnis periode yang diinginkan. Proses penyusunan laporan arus kas ini nantinya
perlu dibuat secara berkala untuk dapat mengetahui bagaimana kondisi keuangan
perusahaan.

Dari hasil perhitungan tersebut, akan didapatkan hasil arus kas negatif atau positif.
Hasil inilah yang akan menjadi acuan bagi perusahaan dalam mengambil langkah ke
depannya. Itulah mengapa pembukuan dan perhitungan arus kas adalah hal penting
bagi perusahaan.
 Sumber Pendanaan Untuk UMKM

1. Tabungan sendiri

Pendanaan UMKM berasal dari dana pribadi. Tak hanya tabungan saja,
penjualan aset pribadi pun dapat kamu lakukan untuk memenuhi kebutuhan modal
usaha UMKM. Umumnya, investasi pribadi mutlak diperlukan. Kebanyakan UMKM
di Indonesia pasti menggunakan sumber pendanaan ini untuk modal usaha UMKM
awal.

2. Bantuan Dana Dari Pemerintah

Perkembangan UMKM di Indonesia mendapat dukungan penuh dari


pemerintah karena keberadaannya mampu mendongkrak perekonomian nasional.
Salah satu bentuk dukungan ini adalah pendanaan untuk modal usaha UMKM.

Kehadiran pandemi COVID-19 sangat berdampak bagi UMKM. Dampak ini berupa
penurunan produktivitas usaha mikro, kecil, dan menengah dan bahkan ada yang
gulung tikar. Untuk membantu mengatasi hal tersebut, pemerintah menyalurkan
Bantuan Langsung Tunai (BLT) UMKM atau Bantuan Pemerintah untuk Usaha
Mikro (BPUM) sejak 24 Agustus 2020.

Pemerintah menargetkan 12 juta UMKM lokal menerima bantuan yang akan


ditransfer langsung ke rekening para pemilik usaha. Calon penerima BPUM harus
diusulkan oleh pengusul BPUM, yakni Kementerian/Lembaga Dinas Koperasi dan
UMKM di provinsi dan kabupaten/kota, Koperasi yang telah disahkan sebagai badan
hukum, Perbankan dan perusahaan pembiayaan yang terdaftar di Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) serta lembaga penyalur kredit pemerintah. Syarat dan ketentuan
penerima BPUM ini dapat diakses melalui situs Kementerian Koperasi dan UMKM.

3. Pinjaman Dari Bank

Pengajuan kredit usaha untuk modal usaha UMKM memiliki persyaratan


tertentu, salah satunya adalah agunan berupa fixed asset. Bagi sektor usaha mikro dan
kecil, hal ini mungkin agak berat mengingat tidak semua pengusaha UMKM memiliki
aset yang cukup. Jika kamu ingin mencoba menggalang dana dari bank, ada pilihan
kredit tanpa agunan (KTA). Hanya saja, suku bunganya cukup besar sehingga kamu
perlu mempertimbangkan secara matang sebelum memutuskan untuk mengajukan
pinjaman.

4. Angel Investor

Angel investor merupakan seseorang yang bersedia memberikan dukungan


berupa dana untuk pelaku usaha, khususnya para pejuang UMKM. Dana dari angel
investor akan diberikan di awal usaha sebanyak 1 kali sebagai langkah pertama dari
suatu usaha.

Sosok angel investor biasanya dianggap sebagai penyelamat sumber modal UMKM
yang berbasis kekerabatan. Namun, perlu diketahui bahwa angel investor menyimpan
saham dalam bentuk ekuitas perusahaan di bisnis yang telah ia dukung secara
finansial.

5. Pinjaman dari lembaga Keuangan Bukan Bank

Terakhir, alternatif sumber pendanaan untuk modal usaha UMKM yang perlu
kalian ketahui adalah pinjaman yang diberikan oleh lembaga keuangan bukan bank.
Apa saja lembaga keuangan bukan bank di Indonesia?

Lembaga keuangan bukan bank merupakan lembaga yang dikelola oleh pemerintah,
seperti pegadaian, koperasi simpan pinjam, pasar modal, asuransi, dan lembaga
penyelenggara dana pensiun. Meskipun bukan bank, tidak berarti kamu bisa bebas
dari bunga.

2.3 Pemasaran UMKM

 Strategi Pemasarsan Yang Efektif

Menurut Putri (2007) yang dikemukakan oleh Saptaningsih Sumarni (2008),


mengartikan “word-ofmouth seperti buzz, yaitu obrolan murni di tingkat pelanggan
yang menular, tentang orang, barang atau tempat (infectious chatter; genuine, street
level excitement about a hot new person, place or thing). Atau secara lebih umum
obrolan tentang brand.” Sutisna (2002;184) berpendapat bahwa: “Kebanyakan proses
komunikasi antarmanusia adalah melalui dari mulut ke mulut. Setiap orang setiap hari
berbicara dengan yang lainnya, saling tukar pikiran, saling tukar informasi, saling
berkomentar dan proses komunikasi lainnya. Mungkin sebenarnya pengetahuan
konsumen atas berbagai macam merek produk lebih banyak disebabkan adanya
komunikasi dari mulut ke mulut. Hal tersebut sangat menguntungkan produsen yang
jarang melakukan promosi dan lemah dalam mengkomunikasikan produknya
dikarenakan keterbatasan biaya, sehingga sulit menjangkau konsumen lebih luas.”
Berdasarkan kesimpulan diatas maka word of mouth dapat diartikan sebagai
komunikasi yang dilakukan oleh konsumen yang telah melakukan pembelian dan
menceritakan pengalamannya tentang produk atau jasa tersebut kepada orang lain.
sehingga secara taklangsung konsumen tersebut telah melakukan promosi yang dapat
menarik minat beli konsumen lain yang mendengarkan pembicaraan tersebut.

 Pemanfaatan Media sosial dan teknologi

Penggunaan media sosial pada UMKM memberikan manfaat di antaranya


sebagai sarana kontak personal dengan konsumen, bermanfaat sebagai sarana
promosi/advetising, mendata kebutuhan konsumen, menyampaikan respon ke
konsumen dan sebagai dasar pengambilan keputusan bisnis. Di samping itu, media
sosial juga bermanfaat sebagai forum diskusi online, memantau pelanggan secara
online, survei pelanggan, mendata kebutuhan penyalur, mendata kebutuhan pemasok
serta untuk menampilkan galeri produk.

Banyaknya manfaat yang dapat dirasakan oleh UMKM dengan penggunaan


media sosial merupakan salah satu faktor pendorong yang kuat bagi UMKM untuk
terus memanfaatkan media sosial dalam rangka mengembangkan produk, melakukan
komunikasi dengan konsumen, penyalur maupun pemasok, serta mengembangkan
jaringan pasar yang lebih luas lagi. Hal ini senada dengan penelitian sebelumnya yang
menunjukkan bahwa persepsi terhadap manfaat penggunaan teknologi informasi
merupakan salah satu faktor pendorong bagi UMKM untuk menggunakan media
teknologi informasi. Sosial media merupakan salah satu media yang mempermudah
komunikasi interaktif antara pengusaha dengan siapapun, termasuk konsumen,
penyalur, pemasok dan berbagai pihak yang berkepentingan; kapanpun dan
dimanapun berada. Sosial media sangat membantu sebagai media penghubung
informasi dan komunikasi dari produsen ke konsumen di manapun mereka berada dan
berapapun jaraknya. Media sosial merupakan media yang sangat potensial untuk
menemukan konsumen serta membangun image tentang merek suatu produk. Tidak
hanya itu, perkembangan informasi dari seluruh dunia juga dapat diakses dimanapun
dan oleh siapapun. Oleh karenanya, penggunaan taknologi informasi dan sosial media
dapat membantu UMKM untuk terus mengembangkan produknya dan sangat
membantu dalam pengambilan keputusan bisnis. Dan yang paling penting, manfaat
dari media sosial ini adalah tidak berbayar dan tidak memerlukan software khusus.

BAB 3

LEGALITAS DAN PERIZINAN

3.1 Legalitas UMKM

 Pendaftaran Usaha

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) adalah usaha milik perorangan atau
badan usaha dimana dalam usahanya pelaku usaha memproduksi suatu produk
sendiri. Produk tersebut perlu mendapat perlindungan hukum. Namun, perlindungan
produk yang beredar, khusunya mengenai merek masih lemah. Hal ini dapat dilihat
dari data jumlah produk UMKM yang mereknya terdaftar di Direktorat Jenderal
Kekayaan Intelektual (DJKI) tergolong masih rendah. Padahal merek adalah kekayaan
immateriil atau aset ekonomi bagi pelaku usaha. Selain itu, merek yang tidak
didaftarkan di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual juga rentan akan
penyalahgunaan oleh pihak lain yang akan berakibat pada kerugian pelaku usaha itu
sendiri.

Berdasarkan hasil diskusi dan tanya jawab terhadap peserta, disampaikan mekanisme
dan proses pendaftaran merek berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis yaitu :

a. Permohonan pendaftaran Merek diajukan oleh Pemohon atau Kuasanya secara


elektronik atau non-elektronik dalam bahasa Indonesia.
b. Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mencantumkan : tanggal,
bulan, dan tahun Permohonan; nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat
Pemohon; nama lengkap dan alamat Kuasa jika Permohonan diajukan melalui Kuasa;
warna jika Merek yang dimohonkan pendaftarannya menggunakan unsur warna;
nama negara dan tanggal permintaan Merek yang pertama kali dalam hal Permohonan
diajukan dengan Hak Prioritas; dan kelas barang dan/atau kelas jasa serta uraian jenis
barang dan/atau jenis jasa.
c. Permohonan ditandatangani Pemohon atau Kuasanya.
d. Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan label Merek
dan bukti pembayaran biaya.
e. Biaya Permohonan pendaftaran Merek ditentukan per kelas barang dan/atau jasa.
f. Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (4) jika berupa bentuk 3 (tiga) dimensi,
label Merek yang dilampirkan dalam bentuk karakteristik dari Merek tersebut.
g. Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (4) jika berupa suara, label Merek yang
dilampirkan berupa notasi dan rekaman suara.
h. Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilampiri dengan surat
pernyataan kepemilikan merek yang dimohonkan pendaftarannya
i. Ketentuan lebih lanjut mengenai biaya Permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

 Hak kekayaan intelektual

Pembangunan ekonomi suatunegara sangat berkaitan erat dengan


perlindungan Kekayaan Intelektualnya. Semakin terbuka sistem perekonomian suatu
negara, maka perlindunganKekayaan Intelektualakan memainkan peranannya
dalam mendukung pembangunan ekonomi negara tersebut. Manusia dalammemenuhi
segala kebutuhan dan kelangsungan hidupnya menggunakan kemampuan intelektual,
ilmu pengetahuan dan teknologi. Intelektual merupakan hasil karya luhur
manusia dalam mengadaptasikan dirinya dengan kehidupan nyata. Manusia
mempunyai kemampuan intelektual yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Dalam lingkup yang lebih besar, suatu bangsa mempunyai derajat yang
berbeda dalam hal kemampuan intelektual dengan bangsa lainnya. Dengan
adanya perbedan kemampuan dibidang intelektualnya maka manusia itusaling
membutuhkan satu sama lain. Dalam pergaulan yang demikian dibutuhkan aturan
untuk melindungan semua pihak yang terlibat, antara lain tentang Kekayaan
Intelektual.Kekayaan Intelektual adalah hak yang timbul dari hasil olah pikir
yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk
manusia.Kekayaan Intelektual adalah hak eksklusif yang diberikan suatu hukum
atau peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya ciptanya.
Pada intinya kekayaan Intelektual adalah hak untuk menikmati secara ekonomis
hasil dari suatu kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam Kekayaan
Intelektual berupa karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual
manusia.Kekayaan Intelektual telah menjadi bagian penting dalam perkembangan
perekonomian nasional maupun international sebagai penggerak ekonomi.
Istilah hak atas kekayaan intelektual merupakan terjemahan dari istilah
Intellectual Property Rights(Bahasa Inggris) dalam sistem hukum Anglo Saxon.
Sedangkan istilah hak atas milik intelektual merupakan terjemahan dari
istilah intellectuele eigendomsrecht (Bahasa Belanda) dalam sistem hukum
Kontinental.13Istilah HaKI atau Hak atas Kekayaan Intelektual merupakan
terjemahan dariIntellectualPropertyRight(IPR), sebagaimana diatur dalam undang-
undang No.7Tahun 1994 tentang pengesahan WTO .

Pengertian Intellectual Property Right sendiri adalah pemahaman mengenai


hak atas kekayaan yang timbul dari kemampuan intelektual manusia, yang
mempunyai hubungan dengan hak seseorang secara pribadi yaitu hak asasi manusia
(humanright).14Di Indonesia istilah tentang Kekayaan Intelektual mengalami
perubahan. Dasar Hukum Perubahan istilah HAKI Menjadi HKI, Kemudian KI adalah
sebagai berikut:

Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) menjadi Hak Kekayaan Intelektual


(HKI) merujuk pada artikelPerkembangan Sistem Perlindungan Hak Kekayaan
Intelektual di Indonesia16. Dalam artikel tersebut ditulis antara lain bahwa:“Dilihat
dari perkembangan hak kekayaan intelektual (HKI) di tanah air, sistem hukum (IPR)
pertama kali diterjemahkan menjadi “Hak Milik Intelektual”, kemudian menjadi “Hak
Milik Atas Kekayaan Intelektual”. Istilah yang umum dan lazim dipakai sekarang
adalah Hak Kekayaan Intelektual yang disingkat HKI. Hal ini sejalan dengan
dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Hukum dan PerUndang-Undangan RI
Nomor M.03.PR.07.10 Tahun 2000 dan Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara, dalam surat Nomor 24/M/PAN/1/2000 istilah “Hak Kekayaan
Intelektual” (tanpa “Atas”) dapat disingkat “HKI” atau akronim “HaKI” telah resmi
dipakai. Jadi bukan lagi Hak Atas Kekayaan Intelektual (dengan “Atas”). Surat
Keputusan Menteri Hukum dan PerUndang-Undangan tersebut didasari pula dengan
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 144 Tahun 1998 tanggal 15
September 1998, tentang perubahan nama Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan
Merek berubah menjadi Direktorat Jenderal Hak Atas Kekayaan Intelektual (Ditjen
HAKI) kemudian berdasarKeputusan Presiden Nomor 177 Tahun 2000 Ditjen HAKI
berubah menjadi Ditjen HKI.”Jadi istilah Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)
yang berubah menjadi HKI (Hak Kekayaan Intelektual) berdasarkanPasal 8 huruf
Keputusan Presiden Nomor 177 Tahun 2000tentang Susunan Organisasi dan Tugas
Departemen.

Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Menjadi Kekayaan Intelektual (KI).


Sebagaimana yang sebelumnya diatur dalamPasal 145 huruf fPeraturan Presiden
Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara
serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara(“Perpres
24/2010”)disebutkan mengenai susunan organisasi eselon I Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia yang salah satunya adalahDitjen HKI. Namun dalam
perkembangannya, Perpres 24/2010 tersebut telah dicabut keberlakuannya
denganPeraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia(“Perpres 44/2015”). Jika melihat ke dalam Bab II dengan judul
Organisasi, Bagian Kesatu dengan judul Sub Bab Susunan Organisasi padaPasal 4
huruf f Perpres 44/2015, disebutkan bahwa Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia salah satunya terdiri atasDirektorat Jenderal Kekayaan Intelektual (“Ditjen
KI”). Dapat disimpulkan bahwa telah terjadi perubahan istilah yang tadinya dalam
Perpres 24/2010 adalah Ditjen HKI,diubah dalam Perpres 44/2015 menjadi Ditjen KI.

Kekayaan Intelektual sulit untuk didefinisikan, meskipun demikian, uraian


mengenai Kekayaan Intelektual dapat digambarkan secara_umum. Sebagai contoh,
hukum Kekayaan Intelektual dapat melindungi karya sastra dan karya artistik serta
invensi dari penggunaan atau peniruan yang dilakukan oleh pihak lain tanpa izin.

Adapun Kekayaan Intelektual merupakan kekayaan atas segala hasil produksi


kecerdasan daya pikir seperti teknologi, pengetahuan, seni, sastra, gubahan lagu,
karya tulis, karikatur, dan lain-lain yang berguna untuk manusia.18Kekayaan
Intelektual adalah suatu hak yang timbul dari karya intelektual seseorang yang
mendatangkan keuntungan materil. Keuntungan materil inilah yang dapat
memberikan kesejahteraan hidup bagi pemilik. Kekayaan Intelektual merupakan hak
yang berasal dari hasil kegiatan kreatif kemampuan daya pikir manusia yang
diekspresikan kepada khalayak umum dalam berbagai bentuk, yang bermanfaat dalam
menunjang kehidupan manusia karena memiliki nilai ekonomis. Bentuk nyata dari
kemampuan tersebut misalnya dalam bidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan
sastra.

Kekayaan Intelektualadalah hak memperoleh perlindungan secara hukum atas


kekayaan intelektualsesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hak tersebut dapat
digunakan/dimanfaatkanoleh manusia untuk meningkatkan kesejahteraan/kebahagiaan
hidup.Kekayaan Intelektual juga dapat diartikan sebagai hak eksklusif yang diberikan
suatu hukum atau peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya
ciptanya. Pada intinya Kekayaan Intelektual adalah hak untuk menikmati secara
ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual.Objek yang diatur dalam Kekayaan
Intelektual adalah karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual
manusia.

 Pajak Dan Perpajakan

Rencana menjadikan UMKM sebagai fokus pemajakan telah terdengar sejak


tahun 2011. Saat itu sumber data menunjukan bahwa UMKM menyumbang 58% dari
PDB tetapi kontribusi nya terhadap total penerimaan pajak hanya 5 %. Melihat
besarnya potensi penerimaan pajak dari UMKM yang belum tergali secara maksimal,
maka sejak tahun 2012 pemerintah mulai mempersiapkan sebuah peraturan
pemerintah yang mengatur perusahaan atau dalam hal ini adalah wajib pajak dengan
penghasilan atau peredaran bruto tertentu. Peraturan Pemerintah No 46 tahun 2013
(PP 46 tahun 2013) tentang Pajak Penghasilan atas penghasilan dari usaha yang
diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu disahkan
pada tanggal 12 Juni 2013 oleh Presiden adalah jawaban atas inisiasi pemerintah
dalam menjaring wajib pajak dari UMKM. Pertimbangan pemerintah atas terbitnya
PP 46 tahun 2013 adalah kesederhanaan dalam pemungutan pajak, berkurangnya
beban administrasi baik bagi wajib pajak maupun Dirjen Jenderal Pajak, serta
memperhatikan perkembangan ekonomi dan moneter. Hal yang menjadi tujuan utama
dalam ditetapkannya peraturan tersebut adalah meningkatkan penerimaan pajak dari
sektor UMKM, maka pendekatan yang ada juga harus menyesuaikan dengan perilaku
dan prinsip kesederhanaan yang berlaku pada sektor tersebut. Kemudahan atau
kesederhanaan dalam penghitungan, penyetoran dan pelaporan pajak terutang adalah
solusi yang kemudian ditawarkan dalam peraturan ini. PP No 46 tahun 2013 ini
menetapkan objek pajak adalah penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 atau
empat miliar delapan ratus juta rupiah dalam satu tahun pajak. Sedangkan subjek
pajak adalah wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan tidak termasuk bentuk
usaha tetap. Ada beberapa pengecualian atas subjek pajak adalah sebagai berikut: (1)
Wajib Pajak Orang pribadi yang bukan kriteria Peraturan Pemerintah ini adalah:
Wajib Pajak Orang Pribadi yang menggunakan sarana atau prasarana yang dapat

dibongkar pasang, baik yang menetap maupun tidak menetap dan Wajib Pajak Orang
Pribadi yang menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum
yang tidak diperuntukkan bagi tempat usaha atau berjualan. (2) Wajib Pajak Badan
yang bukan kriteria Peraturan Pemerintah ini adalah: Wajib Pajak badan yang belum
beroperasi secara komersial atau Wajib Pajak badan yang dalam jangka waktu satu
tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto melebihi
Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah). Besarnya pajak yang
ditetapkan dalam PP No 46 tahun 2013 ini adalah tarif final sebesar 1%. Pengenaan
PPh yang bersifat final bermakna bahwa setelah pelunasan PPh 1 % yang dihitung
dari peredaran bruto setiap bulan, kewajiban pajak atas penghasilan tersebut telah
dianggap selesai dan final. Tarif tersebut beralaku untuk batas penghasilan usaha
seperti dijelaskan pada paragraph sebelumnya, dan bila objek pajak telah melebihi
Rp4.800.000.000,00 tidak dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final berdasarkan
Peraturan Pemerintah ini tetapi mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang mengatur mengenai pengenaan pajak atas penghasilan tersebut.
Untuk dapat menjelaskan pengelompokan dari penghasilan bruto, dalam
peraturan pemerintah ini mengelompokkan penghasilan menjadi:

(1) Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas seperti gaji,
honorarium, penghasilan dari praktek dokter, notaris, aktuaris, akuntan, pengacara,
dan sebagainya.
(2) Penghasilan dari usaha dan kegiatan.
(3) Penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak ataupun harta tak gerak, seperti
bunga, dividen, royalti, sewa, dan keuntungan penjualan harta atau hak yang tidak
dipergunakan untuk usaha.
(4) Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang dan hadiah.

Untuk penghasilan jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas meliputi:

(1) Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.
(2) Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron,
bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama,
dan penari.
(3) Olahragawan.
(4) Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.
(5) Pengarang, peneliti, dan penerjemah.
(6) Agen iklan.
(7) Pengawas atau pengelola proyek.
(8) Perantara.
(9) Petugas penjaja barang dagangan.
(10) Agen asuransi.

(11) Distributor perusahaan pemasaran berjenjang (multilevel marketing) atau


penjualan langsung (direct selling) dan kegiatan sejenis lainnya.

Apabila Wajib Pajak mempunyai penghasilan dari luar negeri dan terutang,
maka Wajib Pajak dapat mengkreditkan terhadap pajak penghasilan yang terutang.
Apabila perusahaan menderita kerugian maka dapat melakukan kompensasi kerugian
dengan penghasilan yang tidak dikenakan PPh Final dengan ketentuan sebagai
berikut: (1) Kompensasi kerugian dilakukan mulai Tahun Pajak berikutnya berturut-
turut sampai dengan lima Tahun Pajak.

(2) Tahun Pajak dikenakannya Pajak Penghasilan yang bersifat final ini tetap
diperhitungkan sebagai bagian dari jangka waktu lima tahun.
(3) Kerugian pada suatu Tahun Pajak dikenakannya Pajak Penghasilan yang bersifat
final berdasarkan Peraturan Pemerintah ini tidak dapat dikompensasikan pada Tahun
Pajak berikutnya.

3.2 Perizinan UMKM

 Jenis Perizinan Yang di perlukan

1. Nomor Induk Berusaha (NIB)

NIB merupakan identitas pelaku usaha baik itu usaha perorangan, badan usaha dan
badan hokum. Proses pembuatan NIB sangat mudah karena pemerintah mengklaim
hanya perlu waktu 30 menit dalam proses pembuatannya. NIB sendiri diterbitkan oleh
lembaga OSS setelah pelaku usaha melakukan pendaftaran. Selain sebagai identitas
pelaku usaha, NIB juga berlaku sebagai Tanda Daftra Perusahaan (TDP), Angka
Pengenal Impor (API) dan Akses Kepabeanan.
2. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

SIUP digunakan sebagai penanda bahwa Anda bisa melaksanakan kegiatan


perdagangan. SIUP dikeluarkan oleh pemerintah daerah (Pemda) dan SIUP ini wajib
dimiliki oleh pelaku usaha agar bisa melakukan kegiatan perdagangan.

3. Surat Izin Tempat Usaha (SITU)

SITU digunakan penanda bahwa tempat usaha yang digunakan sudah bisa dalam
menjalankan usaha Anda dan sesuai dengan tata ruang wilayah yang diperlukan.
Sama seperti SIUP, SITU juga dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) dan
memiliki peraturan yang berbeda di masing-masing daerah.

4. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

NPWP digunakan sebagai salah satu izin usaha dimana digunakan untuk administrasi
pajak dan sekaligus identitas bagi pelaku usaha.NPWP dikeluarkan oleh petugas pajak
dan diberikan kepada para wajib pajak baik perorangan maupun badan hukum.

5. Surat Keterangan Domisili Usaha (SKDU)

SKDU merupakan salah satu dokumen yang diperlukan dalam pengurusan izin usaha
dimana menandakan kejelasan tempat usaha Anda. SKDU diperlukan untuk membuat
dokumen lainnya seperti NPWP, SIUP, TDP dan surat pendukung pendirian usaha.
SKDU dikeluarkan oleh Kelurahan ataupun Kecamatan setempat. Untuk proses
pembuatan SKDU juga tidak memerlukan waktu yang lama cukup sehari Anda sudah
bisa mendapatkan SKDU asalkan semua persyaratan yang dibutuhkan terpenuhi.

6. Nomor Register Perusahaan (NRP)

NRP disebut juga dengan TDP (Tanda Daftar Perusahaan). NRP sendiri wajib
dipasang di tempat usaha sebagai pertanda kalau usahanya sudah terdaftar secara sah.

7. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

AMDAL merupakan izin usaha yang digunakan untuk mengkaji dampak lingkungan
yang ditimbulkan oleh usaha Anda. AMDAL juga digunakan dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh
izin usaha.
8. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

IMB digunakan sebagai penanda bahwa tempat usaha yang sudah dibangun sudah
resmi terdaftar. IMB juga wajib dimiliki oleh pelaku usaha dan dikeluarkan oleh
Pemerintah Daerah.

9. Izin BPOM

Izin BPOM merupakan izin edar untuk produk usaha makanan ataupun produk lain
yang layak dikonsumsi. Izin BPOM digunakan sebagai jaminan bahwa produk
tersebut aman dan terjaga untuk digunakan oleh masyarakat.

10. Surat Keputusan Pengesahan Badan Hukum

Surat Keputusan Pengesahaan Badan Hukum dikeluarkan oleh Menteri Hukum dan
HAM dan digunakan untuk mengesahkan badan hukum seperti Perseroan Terbatas
(PT). Surat ini sebagai penanda bahwa perusahaan tersebut berdiri dan sah di mata
hukum Indonesia.

11. Akta Pendirian Perseroan Terbatas

Akta Pendirian Perseroan Terbatas wajib dimiliki pelaku usaha dan digunakan untuk
mendukung keberlangsungan usaha agar tidak mendapatkan masalah di masa
mendatang.

12. Izin Gangguan

Izin gangguan digunakan untuk usaha-usaha yang berpotensi menimbulkan bahaya,


ketertiban, kerugian ataupun gangguan lainnya yang bisa muncul kapan pun. Biasanya
izin ini diberikan kepada para pelaku usaha dunia malam.

 Izin Usaha Berdasarkan Risiko

Itulah beberapa jenis perizinan usaha di Indonesia. Selain itu, jenis perizinan berusaha
juga bisa didasarkan pada risiko kegiatan usaha. Berikut penjelasannya:

a. Usaha dengan tingkat resiko rendah cukup memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB)
sebagai perizinan tunggal. Dengan NIB dapat memudahkan UMK untuk mengakses
pembiayaan dari perbankan untuk mendapatkan modal usaha, mengakses program
bantuan pemerintah dan memiliki kepastian atau perlindungan hukum terhadap
usahanya.
b. Usaha dengan tingkat resiko menengah rendah memerlukan NIB dan Sertifikat
Standar (SS) berupa pernyataan mandiri.

c. Usaha dengan tingkat resiko menengah tinggi memerlukan NIB dan SS yang
diverifikasi oleh kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah.

d. Usaha dengan tingkat resiko tinggi memerlukan NIB, izin yang harus disetujui oleh
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah dan SS jika dibutuhkan.

 Proses Perolehan Perizinan

1) Pengajuan Permohonan

Pemohon mengajukan permohonan dengan format dan dokumen pendukung yang


dibutuhkan.

2) Evaluasi Kelengkapan

Permohonan izin dan dokumen pendukung dievaluasi kelengkapan dan kesesuaiannya


oleh Unit Pelayanan Perizinan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Permohonan
yang tidak lengkap akan dikembalikan kepada pemohon.

3) Verifikasi

Tim Verifikasi perizinan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air memeriksa


rekomendasi teknis, kesesuaian antara permohonan izin dengan rekomendasi teknis
dan kelayakan teknis pemberian izin.

4) Penetapan Pemberian Izin / Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan


Perumahan Rakyat

Hasil verifikasi dijadikan dasar bagi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
cq Direktur Jenderal Sumber Daya Air untuk merumuskan pertimbangan dan saran
dalam penetapan keputusan yang berupa penolakan permohonan izin atau persetujuan
permohonan izin.

BAB 4

INOVASI DAN TEKONOLOGI UNTUK UMKM

4.1 Inovasi dalam UMKM


 Pentingnya Inovasi

Pembangunan sektor UMKM adalah langkah yang sangat positif untuk


membawa Indonesia mencapai kesejahteraan. Dengan pertumbuhan UMKM yang
meningkat, ada kesempatan untuk memperluas lapangan kerja dan memaksimalkan
potensi sumber daya alam dan manusia, sehingga meningkatkan pertumbuhan
ekonomi suatu negara (Undari dan Lubis, 2021). Sunariani et al. (2017) menyatakan
bahwa UMKM tidak hanya berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi, tetapi
juga berperan penting dalam mengurangi pengangguran di Indonesia. Namun, Astuti
et al. (2019) juga mengemukakan bahwa beberapa UMKM masih menghadapi
beberapa kendala eksternal, seperti kurangnya adaptasi terhadap lingkungan strategis,
kurang fleksibel dalam mencari peluang usaha, serta kekurangan kreativitas dan
inovasi dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. Kendala internal juga
ditemui pada sebagian UMKM, seperti kurangnya keterampilan dan kemampuan
manajerial, akses terbatas ke teknologi informasi, modal, dan pasar. Kendalakendala
ini disebabkan oleh kurangnya kemampuan beberapa pengelola UMKM dalam
mengantisipasi masalah yang dihadapi. Inovasi kewirausahaan memiliki peran
penting dalam kinerja UMKM Putri et al. (2018). Persaingan dalam bisnis mendorong
pengusaha memahami pasar dan kebutuhan konsumen.
Inovasi menjadi faktor kunci bagi perusahaan dalam menciptakan terobosan
baru untuk meningkatkan kinerja usaha. Oleh karena itu, pelaku UMKM harus
berfokus pada kegiatan inovasi karena ini memiliki kontribusi yang signifikan
terhadap kinerja perusahaan (Simorangkir et al., 2020). Agar mampu
mengembangkan usaha dan mencapai kinerja yang baik, pelaku UMKM harus kreatif
dan inovatif dalam merumuskan strategi pemasaran yang efektif. Penelitian
sebelumnya juga menunjukkan bahwa kemampuan inovasi berpengaruh kinerja
perusahaan (Agyapong et al., 2018). Di era pasar bebas saat ini, persaingan bisnis
semakin meningkat dan menjadi lebih sengit, terutama bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM). Namun saat menghadapi persaingan global, UMKM seringkali
dihadapkan pada tantangan besar, khususnya dalam hal daya saing. Salah satu faktor
utama yang berkontribusi pada peningkatan daya saing UMKM adalah kreativitas dan
inovasi. Kreativitas dan inovasi menjadi kunci sukses bagi UMKM untuk tetap eksis
dan mengalami perkembangan di tengah persaingan yang semakin sengit. Peluang
UMKM untuk menarik perhatian dan minat konsumen menjadi lebih baik ketika
mereka mampu menciptakan produk atau layanan yang kreatif dan inovatif,
membedakan diri dari pesaing, dan meningkatkan jangkauan pasar mereka.

 Strategi Untuk Mendorong Inovasi


Industri kreatif, yang ditandai dengan fokus mereka pada kreativitas,
orisinalitas, dan inovasi, telah muncul sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi dan
perkembangan budaya yang signifikan di banyak kota di seluruh dunia (Nurfitrah et
al., 2022; Widjajanti &Sugiyanto, 2018). Industri ini mencakup berbagai sektor,
antara lain desain, periklanan, arsitektur, mode, film, musik, dan multimedia. Industri
kreatif tidak hanya menghasilkan kekayaan intelektual yang berharga, tetapi juga
mendorong ekosistem yang dinamis yang mempromosikan kolaborasi lintas disiplin
dan pertukaran budaya (Hidayat & Handoyo, 2022).

Inovasi adalah pilar utama industri kreatif, dan kesuksesan mereka terkait erat

dengan kemampuan mereka untuk terus menghasilkan ide, produk, dan layanan baru
dan imajinatif (Ariadne Muller, 2021; Hajad Priyadi et al., 2023; Hidayat & Handoyo,
2022). Kreativitas adalah mesin yang mendorong inovasi di sektor ini, karena
mendorong terciptanya solusi unik untuk masalah yang kompleks dan eksplorasi
pendekatan yang tidak konvensional. Para peneliti menyoroti peran penting industri
kreatif dalam menggerakkan perekonomian daerah dan nasional. Mereka mendorong
kewirausahaan dan penciptaan lapangan kerja, berkontribusi pada pariwisata dan
pertukaran budaya, dan meningkatkan daya tarik dan daya saing kota dalam skala
global. Oleh karena itu, memahami faktor-faktor yang memungkinkan dan
meningkatkan inovasi dalam industri kreatif sangat penting untuk pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan (Ayu & Sulistyowati, 2021; Fitrihana,
2017; Hakim, 2021; Harly & Octavia, 2014; Iskandar, 2022). 2.2 Strategi Kolaborasi
di Industri Kreatif Kolaborasi telah diakui sebagai faktor kunci dalam mendorong
inovasi di industrikreatif. Kolaborasi memiliki banyak bentuk, termasuk kemitraan
antar organisasi, inisiatif

kreasi bersama, dan membangun jaringan dengan pemangku kepentingan eksternal


(Nooret al., 2023; Rudi Suprianto, Nining Harnani, 2020). Dengan berkolaborasi,
bisnis kreatifdapat menyatukan sumber daya, keahlian, dan perspektif, yang mengarah
ke pemahaman yang lebih komprehensif tentang tantangan kompleks dan solusi
inovatif. Kolaborasi antar organisasi antara perusahaan kreatif dan industri lain telah
terbukti memfasilitasi transfer pengetahuan dan pertukaran praktik terbaik (Hakim,
2022). Misalnya, kemitraan antara perusahaan desain grafis dan perusahaan teknologi
telah memungkinkan integrasi alat digital mutakhir ke dalam proses desain, yang
menghasilkan desain yang lebih inovatif dan interaktif. Inisiatif kreasi bersama, di
mana para profesional kreatif berkolaborasi dengan klien dan pengguna akhir, juga
terbukti efektif dalam menghasilkan produk dan layanan inovatif yang memenuhi
permintaan pasar tertentu. Melibatkan klien dalam proses desain akan menumbuhkan
rasa kepemilikan dan memastikan bahwa hasil akhirnya sesuai dengan kebutuhan dan
preferensi mereka (Berenguer-Contrí et al., 2020; Chen et al., 2022; NájeraSánchez et
al., 2020; Soltanzadeh, 2014). Berjejaring dengan pemangku kepentingan eksternal,
seperti lembaga akademik, lembaga pemerintah, dan organisasi budaya, dapat
memberi bisnis kreatif akses ke sumber daya, peluang pendanaan, dan khalayak yang
lebih luas. Kolaborasi semacam itu memiliki potensi untuk mengkatalisasi proyek-
proyek inovatif dengan dampak sosial yang positif (Littlewood & Khan, 2018;
Mohamad, 2018; Widjajanti & Sugiyanto, 2018).

4.2 Pemanfaatan Teknologi

 Peran Teknologi dalam pengembangan UMKM

Teknologi telah membuat proses produksi, pemasaran, distribusi, dan bisnis


secara keseluruhan menjadi lebih efisien dan efektif. Konektivitas yang dibangun pun
memampukan banyak pelaku bisnis terhubung dengan akses-akses modal dan pasar
yang baru. Dalam konteks ini, Philip Kottler menjelaskan sebuah teori Pemasaran 4.0
atau Pemasaran Digital dengan pendekatan pemasaran baru untuk membantu pemasar
dalam mengatisipasi dan mengelola dampak teknologi. Konsep tersebut
mengkombinasikan interaksi online dan interaksi offline antara perusahaan dengan
pelanggan karena pada kenyataannya, justru di saat dunia online berkembang,
sentuhan offline menjadi titik diferensiasi yang kuat.

Pemasaran digital dapat diartikan sebagai pemasaran di mana pesan dikirim


menggunakan media yang tergantung pada tekonologi digital. Namun sejauh ini,
internet menjadi media teknologi digital paling signifikan. (Bird, 2007). Digital
marketing banyak dipilih sebagai strategi peningkatan usaha karena biayanya yang
murah dan efektif. Karena dapat diakses oleh siapa saja dan dimana saja selagi
terhubung dengan internet. Para pelaku usaha dapat lebih mudah dan cepat
mendapatkan informasi mengenai keadaan pasar dan dapat berkomunikasi dengan
mudah dengan relasi untuk menambah jaringan dimanapun dengan kemudahan
teknologi internet. Selain itu, keuntungan dari digital marketing menggunakan
internet adalah lebih mudah, lebih murah atau lebih cepat untuk berkomunikasi (Ryan
& Jones, 2009 ; Chaffey dan Smith, 2002).

Strategi mencapai hasil dari digital marketing harus diupayakan oleh para
pelaku usaha dengan baik. Seperti pada penelitian Yasmin, et.al (2015) dan Gibson
(2018) yang mengatakan bahwa pemasar harus memiliki strategi bisnis dalam
pemasaran digital untuk dapat mencapai hasil yang maksimal. Yasmin et.al (2015)
juga mengemukakan bahwa diperlukan upaya, percobaan dan kesalahan. Dengan
berbagai proses tersebut, pemasar atau pelaku usaha tentu mendapat berbagai
pengalaman yang berguna untuk terus membenahi strategi penjualan mereka.

 Aplikasi dan platform digital untuk UMKM

Menurut Musnaini (2020), Digital Marketing atau bisa disebut pemasaran


digital adalah suatu usaha atau metode untuk memasarkan sebuah merek atau produk
dengan menggunakan media pendukung dalam bentuk digital. Era revolusi industry
4.0 dan society 5.0 strategi pemasaran digital sangat berperan dalam membangun
jaringan, komunikasi dengan konsumen dan memperkenalkan produk.

Adapaun platform digital yang umum diakses dalam mengimplementasikan


strategi pemasaran digital yaitu website, blog dan juga social media (Facebook,
Instagram, Whatsapp, dsb), SEO, SEM, Email Marketing, Content Marketing,
branding dan App Development. Berikut beberapa platform digital yang dapat
digunakan untuk melakukan pemasaran digital :

a. Whatsapp Bisnis
b. Website atau blog UMKM
c. Social Media Marketing (Facebook, Instagram, dsb)
d. E-commerce (Bukalapak, tokopedia, dsb) Berdasarkan hasil wawancara dengan
beberapa pelaku UMKM yang ada, pemasaran digital yang saat ini paling mungkin
untuk diterpakan adalah dengan menggunakan social media facebook karena pelaku
UMKM sudah memiliki akun facebook dan terbiasa mengoperasikannya.
BAB 5

KEBERLANJUTAN DAN PENGEMBANGAN UMKM

5.1 Keberlanjutan Bisnis


Keberlanjutan bisnis, atau sering disebut juga sebagai "sustainability" dalam
konteks bisnis, merujuk pada pendekatan atau praktik bisnis yang berfokus pada
keberlanjutan jangka panjang. Ini mencakup upaya untuk memastikan bahwa operasi
bisnis tidak hanya memenuhi kebutuhan saat ini, tetapi juga tidak merugikan
kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Aspek keberlanjutan bisnis dapat mencakup berbagai hal, termasuk:

 Pertimbangan Lingkungan: Menilai dampak lingkungan dari kegiatan bisnis,


dengan memperhatikan penggunaan sumber daya alam, emisi karbon, dan polusi.
 Aspek Sosial: Memperhatikan dampak sosial dari operasi bisnis, termasuk
hubungan dengan masyarakat setempat, hak asasi manusia, dan keadilan sosial.
 Efisiensi Ekonomi: Memastikan bahwa bisnis beroperasi secara ekonomis efisien
dan dapat bertahan dalam jangka panjang, tanpa mengorbankan keberlanjutan
ekonomi.
 Tanggung Jawab Korporat: Menerapkan prinsip-prinsip etika dan tanggung jawab
korporat, termasuk transparansi dalam pelaporan keuangan dan operasional.
 Inovasi Berkelanjutan: Mengembangkan dan menerapkan inovasi yang
mendukung keberlanjutan, baik dalam produk dan layanan maupun dalam proses
operasional.
 Keterlibatan Pemangku Kepentingan (Stakeholders): Berinteraksi dan
berkomunikasi dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pelanggan,
karyawan, pemasok, dan masyarakat setempat.

Keberlanjutan bisnis bukan hanya tentang mematuhi peraturan, tetapi juga


tentang mengadopsi praktik bisnis yang menghormati dan memperhatikan dampaknya
terhadap lingkungan, masyarakat, dan ekonomi. Pendekatan keberlanjutan ini muncul
sebagai respons terhadap tantangan global, seperti perubahan iklim, peningkatan
ketidaksetaraan, dan pengekangan sumber daya alam, dengan tujuan memastikan
bahwa bisnis dapat beroperasi secara berkelanjutan dalam jangka panjang.

 Manajemen Resiko

Manajemen risiko adalah proses identifikasi, penilaian, pengendalian, dan


pemantauan risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan suatu organisasi atau
proyek. Tujuan utama dari manajemen risiko adalah untuk mengurangi dampak risiko
negatif dan memaksimalkan peluang positif. Berikut adalah langkah-langkah umum
dalam manajemen risiko:

1. Identifikasi Risiko:

Identifikasi risiko adalah langkah pertama dalam manajemen risiko. Organisasi atau
tim proyek harus mengidentifikasi potensi risiko yang dapat mempengaruhi
pencapaian tujuan. Risiko dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk lingkungan
eksternal, kebijakan internal, perubahan pasar, teknologi, atau kegagalan sistem.

2. Penilaian Risiko:

Setelah risiko diidentifikasi, langkah berikutnya adalah menilai dampak dan


probabilitas terjadinya masing-masing risiko.

Ini membantu dalam menentukan risiko mana yang perlu mendapatkan perhatian
lebih besar dan apa langkah-langkah yang perlu diambil.

3. Pengembangan Strategi Pengelolaan Risiko:

Organisasi atau tim proyek perlu mengembangkan strategi untuk mengelola risiko
yang telah diidentifikasi. Strategi ini dapat mencakup pencegahan, mitigasi, transfer,
atau penerimaan risiko. Pencegahan melibatkan langkah-langkah untuk mengurangi
probabilitas terjadinya risiko. Mitigasi melibatkan langkah-langkah untuk mengurangi
dampak jika risiko terjadi. Transfer melibatkan mengalihkan risiko kepada pihak lain,
seperti melalui asuransi.

4. Implementasi Strategi:

Setelah strategi pengelolaan risiko dikembangkan, langkah selanjutnya adalah


menerapkannya. Ini dapat melibatkan perubahan dalam proses bisnis, penerapan
teknologi baru, atau pengadaan asuransi.

5. Pemantauan dan Pengendalian Risiko:

Manajemen risiko bukanlah tugas satu kali. Organisasi atau tim proyek perlu secara
terus-menerus memantau risiko dan efektivitas strategi pengelolaan risiko. Jika ada
perubahan dalam lingkungan atau kondisi bisnis, strategi pengelolaan risiko mungkin
perlu disesuaikan.

Manajemen risiko merupakan bagian integral dari manajemen umum suatu


organisasi atau proyek. Dengan memahami dan mengelola risiko dengan baik, sebuah
entitas dapat meningkatkan kemungkinan sukses dalam mencapai tujuannya.
5.2 Pengembangan UMKM

 Ekspansi Bisnis

Ekspansi bisnis merujuk pada upaya perluasan atau pengembangan suatu


usaha untuk mencapai pertumbuhan yang lebih besar. Proses ini melibatkan berbagai
strategi dan langkah-langkah untuk meningkatkan cakupan pasar, peningkatan
pendapatan, dan memperluas aktivitas bisnis. Berikut adalah beberapa konsep penting
yang terkait dengan ekspansi bisnis:

1. Pengembangan Produk atau Layanan:

-Melibatkan penambahan produk atau layanan baru ke dalam portofolio bisnis untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan yang beragam.

-Inovasi produk juga dapat menjadi bagian dari pengembangan, di mana perusahaan
menciptakan solusi baru atau meningkatkan fitur produk yang sudah ada.

2. Pembukaan Cabang atau Lokasi Baru:

-Perluasan fisik bisnis dengan membuka cabang baru atau memasuki pasar baru.

-Strategi ini dapat meningkatkan cakupan geografis dan mencapai pangsa pasar yang
lebih luas.

3. Aliansi Strategis atau Kemitraan:

-Melibatkan kerjasama dengan perusahaan lain untuk mencapai tujuan bersama,


seperti aliansi pemasaran, kemitraan teknologi, atau kolaborasi lainnya.

4. Ekspansi Internasional:

-Membuka pasar di luar wilayah domestik untuk mencapai pelanggan internasional.

-Perlu mempertimbangkan perbedaan budaya, hukum, dan regulasi di negara yang


dituju.

5. Akuisisi:
-Membeli perusahaan lain untuk mendapatkan sumber daya, teknologi, atau keahlian
tertentu.

-Akuisisi dapat membantu perusahaan mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar
atau memasuki industri yang berbeda.

6. Diversifikasi:

-Membuka lini bisnis baru yang tidak terkait dengan produk atau layanan yang sudah
ada.

-Bertujuan untuk mengurangi risiko dengan memiliki portofolio bisnis yang beragam.

7. E-commerce dan Ekspansi Online:

-Memanfaatkan internet untuk mencapai pelanggan lebih luas melalui penjualan


online dan pemasaran digital.

-Perluasan online dapat mencakup penetrasi pasar global atau peningkatan kehadiran
digital.

8. Penetrasi Pasar:

-Fokus pada peningkatan pangsa pasar di segmen atau wilayah yang sudah ada.

-Upaya ini dapat melibatkan strategi harga, promosi, atau peningkatan kualitas
produk.

9. Pengembangan Sumber Daya Manusia:

-Memperkuat tim dan kapasitas internal perusahaan untuk mendukung pertumbuhan.

-Pelatihan dan pengembangan karyawan, perekrutan tenaga kerja berkualitas, dan


perluasan struktur organisasi dapat menjadi bagian dari ini.

10. Analisis Risiko dan Perencanaan Keuangan:

-Penting untuk melakukan analisis risiko yang cermat dan merencanakan sumber daya
keuangan untuk mendukung proses ekspansi.

-Perusahaan perlu memahami risiko potensial dan menyusun strategi mitigasi.

Ekspansi bisnis membutuhkan perencanaan yang matang, riset pasar, analisis


keuangan, dan pelaksanaan yang efektif. Sebuah strategi ekspansi yang baik dapat
membantu perusahaan untuk tumbuh dan bersaing lebih baik di pasar yang semakin
kompetitif.
BAB 6

PENGENALAN KOPERASI
6.1 Definisi Koperasi

 Pengertian dan Kharakteristik Koperasi

Koperasi mengandung makna “kerja sama”. Koperasi (cooperative) bersumber


dari kata co-operation yang artinya “kerja sama”. Koperasi berkenaan dengan
manusia sebagai individu dan dengan kehidupannya dalam masyarakat. Manusia tidak
dapat melakukan kerja sama sebagai satu unit, dia memerlukan orang lain dalam suatu
kerangka kerja sosial. Koperasi adalah suatu badan usaha bersama yang bergerak
dalam bidang perekonomian, beranggotakan mereka yang umumnya berekonomi
lemah yang bergabung secara sukarela dan atas dasar persamaan hak, berkewajiban
melakukan suatu usaha yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para
anggotanya.

Definisi koperasi menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Koperasi


adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi,
dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Koperasi sebagai
suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum, yang
memberikan kebebasan kepada anggota untuk masuk dan keluar dengan bekerja sama
secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggu kesejahteraan jasmaniah
para anggotanya. Sehingga koperasi memungkinkan beberapa orang atau badan
dengan jalan bekerja sama atas dasar sukarela menyelenggarakan suatu pekerjaan
untuk memperbaiki kehidupan anggota-anggotanya. Dari beberapa pendapat diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa koperasi merupakan kumpulan individu yang saling
membutuhkan modal bertujuan untuk mensejahterakan anggota dan melaksanakan
usaha berdasarkan pada prinsipprinsip koperasi berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Dalam koperasi terdapat unsur kesukarelaan dan dengan bekerja sama serta
menanamkan rasa kepercayaan manusia akan lebih mudah mencapai apa yang
diinginkan karena pendirian dari suatu koperasi mempunyai pertimbangan-
pertimbangan ekonomis. Organisasi koperasi merupakan suatu sistem sosio ekonomi.
Maka agar dapat dipenuhi sebagai koperasi harus dipenuhi 4 kriteria berikut definisi :

1. Kelompok koperasi adalah kelompok individu yang sekurangkurangnya


mempunyai kepentingan yang sama (tujuan yang sama).
2. Swadaya kelompok koperasi adalah kelompok individu yang mewujudkan
tujuannya melalui suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama. 3. Perusahaan
koperasi, dalam melakukan kegiatan bersama, dibentuk suatu wadah yaitu perusahaan
koperasi yang dimiliki dan dikelola secara bersama untuk mencapai tujuan yang sama.
3. Promosi anggota, perusahaan koperasi yang terdapat dalam organisasi tersebut,
mempunyai tugas sebagai penunjang untuk meningkatkan kegiatan ekonomi.

Dari beberapa rumusan pengertian koperasi di atas dapat disimpulkan bahwa


tiap-tiap koperasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Adanya sekelompok orang yang berkepentingan ekonomis yang sama.


2. Memiliki dan membangun satu usaha bersama.
3. Memiliki motivasi kuat untuk dapat berdikari sebagai kekuatan utama dari
kelompok.
4. Kepentingan bersama yang merupakan cerminan dari kepentingan individu atau
anggota adalah tujuan utama usaha bersama mereka.

 Prinsip-Prinsip Koperasi

Prinsip Koperasi menurut International Cooperatives Alliance pada konggres


tahun 1966 adalah;

Pertama, keanggotaan koperasi secara terbuka tanpa adanya pembatasan yang dibuat-
buat; Kedua, kepemimpinan yang demokratis atas dasar satu orang satu suara; Ketiga,
modal menerima bunga yang terbatas, itupun bila ada; Keempat, sisa hasil usaha
dibagi tiga; sebagian untuk cadangan, sebagian untuk masyarakat dan sebagian untuk
dibagikan kembali kepada anggota sesuai jasa masing-masing; dan prinsip ini
ditambah dengan dua prinsip yang lain yaitu; Pertama, semua koperasi harus
melaksanakan pendidikan secara terus menerus; dan Kedua, gerakan koperasi harus
melaksanakan kerja sama yang erat, baik di tingkat regional, nasional maupun
internasional. Bapak koperasi Indonesia mengatakan bahwa koperasi adalah usaha
bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong
menolong dan sebagai suatu organisasi yang setidak-tidaknya melaksanakan empat
asas atau prinsip yaitu; Pertama tidak boleh dijual dan dikedaikan barangbarang palsu;
kedua harga barang harus sesuai harga barang setempat; ketiga ukuran harus benar
dan terjamin; keempat jual beli dengan tunai.
Berdasarkan prinsip-prinsip koperasi yang disebutkan diatas maka dapat
simpulkan dan sekaligus analisis bahwa prinsip-prinsip koperasi setidak tidaknya
terdiri atas;

1. Keanggotaannya bersifat sukarela dan terbuka; prinsip ini mengandung arti bahwa
seseorang untuk menjadi atau tidak menjadi anggota koperasi tidak boleh dipaksakan,
jadi atas kesadaran sendiri. Globalisasi adalah keterbukaan dan kebebasan, prinsip
koperasi ini sangat sesuai. Adanya sifat keterbukaan ini membuat koperasi tidak
mengenal batas-batas dan diskriminasi apapun.
2. Prinsip pengelolaan dilakukan secara demokratis. Pengelolaan disini tidak terbatas
pada manajemen saja namun meliputi pengawasannya. Setiap anggota mempunyai
hak dan kewajiban yang sama didalam koperasi, hak mengusulkan, mengoreksi, dan
bertanya tentang pengelolaan koperasi serta sekaligus untuk dipilih dan memilih
menjadi pengurus ataupun pengawas. Dalam masa globalisasi seperti pada saat ini
membuat koperasi jarang dilirik oleh para pemilik modal, sebab berapapun seseorang
memilik dana, namun tetap saja memiliki satu suara, sehingga koperasi bebas
investasi dari pihak yang mempunyai modal besar.
3. Prinsip pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan
besarnya jasa usaha masingmasing anggota Anggota adalah pengguna jasa koperasi.
Didalam koperasi keuntungan dalam bentuk uang namanya sisa hasil usaha. Sisa hasil
usaha adalah selisih antara pendapatan yang diperoleh dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan dalam pengelolaan usaha. Setiap anggota yang memberikan partisipasi
aktif dalam usaha akan mendapatkan bagian keuntungan dari pada anggota yang tidak
aktif. Koperasi bukan badan usaha yang berwatak kapitalis sehingga sisa hasil usaha
yang dibagikan kepada anggota tidak berdasarkan modal yang dimiliki anggota, tetapi
berdasarkan kontribusi jasa usaha yang diberikan anggota kepada koperasi.
4. Prinsip pemberian balas jasa terbatas modal yang dimiliki anggota. Anggota adalah
pemilik koperasi dan sekaligus sebagai pemanfaat jasa. Modal yang disetorkan
kepada koperasi pada dasarnya untuk melayani anggota dan dari pelayanan itu
koperasi diharapkan mendapatkan nilai lebih dari pendapatan dikurangi biaya. Karena
itu balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada anggota atau sebaliknya juga
terbatas yang tidak semata-mata didasarkan kepada besarnya modal yang diberikan
kepada koperasi. Yang dimaksud terbatas adalah pemberian balas jasa atas modal
yang ditanamkan disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki koperasi. Jasa yang
terbatas artinya bahwa suku bunga atas modal dalam koperasi tidak melebihi suku
bunga yang berlaku di pasar. Sehingga jika dikaitkan dengan masa globalisasi, fungsi
modal pada koperasi berbeda dengan lembaga keuangan lainnya, sebab koperasi tidak
hannya sekedar mencari keuntungan semata (profit motive), akan tetapi dipergunakan
untuk pemanfaatan anggota (benefit profit). Prinsip ini adalah prinsip yang paling
unik, sebab badan usaha lain tidak memiliki prinsip ini.

5. Prinsip kemandirian koperasi. Koperasi harus mampu berdiri sendiri dalam hal
mengambil keputusan usaha dan organisasi. Kemandirian artinya juga kebebasan
yang bertanggung jawab, otonom, swadaya dan keberanian mempertanggung
jawabkan segala tindakan sendiri dalam mengelola usaha dan organisasi. Mandiri
artinya dapat berdiri sendiri tanpa tergantung pada pihak lainnya. Prinsip ini adalah
pendorong bagi koperasi untuk meningkatkan keyakinan akan kekuatan sendiri untuk
mencapai tujuan. Pada masa globalisasi seperti pada saat ini prinsip kemandirian
sangat diperlukan dalam pengembangan organisasidan usaha. Dengan prinsip ini
koperasi dapat bersaing pada masa apapun, karena tidak tergantung dengan pihak lain.

6. Prinsip pendidikan perkoperasian. Keberhasilan koperasi berkaitan erat dengan


kualitas yang baik dan berwawasan luas dari semua lini, apakah pada level anggota,
pengurus, pengawas dan tentunya pengelola beserta karyawanya. Untuk mewujudkan
kondisi yang demikian maka pendidikan perkoperasian sangat diperlukan. Dengan
sarana pendidikan ini, anggota khususnya dan organ koperasi lainya dipersiapkan dan
dibentuk menjadi anggota loyalis, yang memahami, mengerti dan menghayati nilai-
nilai dan prinsip-prinsip serta praktek-praktek berkoperasi. Dengan pendidikan ini
koperasi akan mampu bersaing di masa globalisasi, karena anggota memahami,
mengerti dan menghayati senangnya menjadi anggota koperasi karena mempunyai
keunggulan yang tidak dimilki lembaga dan badan usaha lain.

7. Kerjasama antar koperasi. Bidang usaha koperasi bermacammacam, ada yang


usahanya sama ada pula bidang usahanya yang beraneka. Masing-masing usaha
tersebut disadari bahwa kemampuan antara satu koperasi dengan kemampuan
koperasi lainya tentunya tidak sama. Kerjasama antar koperasi baik pada tingkat
kabupaten, propinsi, nasional dan bahkan internasional dimaksudkan untuk saling
memanfaatkan kelebihan dan melemahkan kekurangan pada masing-masing koperasi.
Sehingga hasil yang akan dicapai akan lebih mudah dan dicapai secara optimal.
Apalagi pada masa globalisasi pada saat ini efektitas dan efisiensi sangat dibutuhkan.
Dengan kerjasama antar koperasi diharapkan akan saling menunjang dan
mendayagunakan kelebihan antar Koperasi, artinya tercipta sinergitas.

Penerapan nilai dan prinsip-prinsip koperasi merupakan hal yang sangat


fundamental dalam suatu Undang-Undang Koperasi. Roh atau pembeda koperasi
dengan badan usaha lainya terletak pada roh yang disebut dengan prinsip-prinsip
koperasi. Dalam menganalisis penerapan prinsip koperasi pada Undang-Undang No.
25 Tahun 1992 dan Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 menurut penulis harus
disandarkan pada;

1. Pada hukum dasar negara Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar 1945 khususnya
pada alenia keempat Pembukaan UUD 1945 “...Kemudian dari pada itu untuk
membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap banagsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum”.
2. Pada Pasal 33 ayat (1) UUD 1945: “perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan”.
3. Pada Pasal 33 ayat (4) UUD 1945: “Perekonomian nasional diselenggarakan
berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”; dan

4. Pada pengertian koperasi dan prinsipprinsip koperasi yang ditetapkan oleh


Internatiaonal Cooperative alliance (ICA); badan atau organisasi dunia yang lain, dan
dari para ahli atau tokoh perkoperasian.

Undang-Undang No. 25 Tahun 1992, Pasal 1 menyebutkan koperasi adalah


badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Sedangkan Undang-
Undang No. 17 Tahun 2012 Pasal 1 menyebutkan bahwa yang dimaksud koperasi
badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi,
dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan
usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama dibidang ekonomi, sosial dan
budaya sesuai nilai dan prinsip koperasi. Dari pengertian koperasi sebagaimana
dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 bahwa kata “orangseorang” bersifat
“individualitas” yang artinya adalah sadar dan memahami bahwa harga dirinya untuk
berusaha secara bersama. Berbeda dengan rumusan pada Undang-Undang No. 17
Tahun 2012 dimana kata “Orang perseorangan” bersifat “individualisme” yang
artinya mendahulukan kepentingan sendiri dan mengingkari untuk bekerja sama
(cooperative). Dengan demikian dapat dianalisis bahwa pengertian koperasi pada
Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 sesuai dengan alenia keempat pembukaan UUD
1945, Pasal 33 ayat (1) dan 33 ayat (4) serta sesuai pengertian koperasi yang
ditetapkan ICA. Sedang pengertian koperasi menurut Undang-Undang No. 17 Tahun
2012 bertentangan dan tidak sesuai dengan pembukaan pada alenia keempat
UndangUndang Dasar 1945 dan bertentangan dengan prinsip-prinsip koperasi.

Namun mengenai status koperasi sebagai badan hukum penulis sependapat


dengan pembuat Undang-Undang No.17 Tahun 2012. Hal ini sebagaimana termuat
dalam penjelasan Undang-Undang No. 17 Tahun 2012, bahwa sejarah perjalanan
koperasi di Indonesia sudah cukup panjang, dan karenanya usaha perbaikan dari aspek
kualitas utamanya dalam menghadapi perubahan tata perekonomian nasional dan
global, maka status koperasi sebagai badan hukum, merupakan sesuatu yang perlu
diatur dalam Undang-Undang Koperasi. Pengertian koperasi sebagai badan hukum
memang mengalami perubahan pada konsep dasar koperasi. Keberlangsungan suatu
koperasi sejatinya terletak pada anggota, karena anggota adalah pemilik dan sekaligus
pengguna jasa karena koperasi ada karena ada manusia sebagai anggota, sedangkan
badan hukum adalah subyek hukum yang adanya karena dianggap sebagai subyek
hukum atau badan hukum adalah subyek hukum buatan atau subyek hukum rekaan .
Jadi koperasi menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 adalah subyek hukum
buatan yang didirikan oleh subyek hukum alamiah.

Tentang prinsip-prinsip koperasi pada Undang-Undang No.25 Tahun 1992


yang meliputi;

1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;


2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis;
3. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa
usaha masing-masing anggota;

4. Kemandirian;serta ditambah prinsip pendidikan perkoperasian; dan kerja sama


antar koperasi;
Sedangkan prinsip-prinsip koperasi menurut Undang-Undang No. 17 tahun
2012 meliputi;

1. keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;


2. Pengawasan oleh anggota diselenggarakan secara demokratis;
3. Anggota berpartisipasi yang aktif dalam kegiatan ekonomni koperasi;
4. Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom dan indipenden

5. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi Anggota, Pengawas, Pengurus


dan Karyawan serta memberi informasi kepada masyarakat tentang jatidiri, kegiatan
dan kemanfaatan koperasi;

6. Melayani anggota secara prima dan memperkuat gerakan koperasi, dengan bekerja
sama melalui jaringan kegiatan baik tingkat lokal, nasional, regional dan
internasional; dan

7. Bekerjasama untuk pembangunan yang berkelanjutan bagi lingkungan serta


masyarakatnya dengan melalui kebijakan yang disepakati oleh anggota.

Pencantuman prinsip-prinsip koperasi baik di dalam UndangUndang No. 25


Tahun 1992 dan Undang-Undang No. 17 Tahun 2012, sebagian besar sudah sesuai
dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 khususnya alenia ke empat, Pasal 33
ayat (1), Pasal 33 ayat (4) dan prinsipprinsip koperasi yang di tetapkan oleh
International Cooperative Alliance (ICA), bahkan didalam Undang-Undang No. 17
Tahun 2012 selain mencantumkan prinsip-prinsip koperasi sesuai ICA juga ditambah
dengan prinsip yang lain, yaitu bekerja sama untuk pembangunan berkelanjutan bagi
lingkungan dan masyarakat melalui kebijakan yang disepakati anggota. Disamping itu
di dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2012, mencantumkan nilai kegiatan koperasi,
antara lain, kekeluargaan, menolong diri sendiri, bertanggung jawab, demokrasi,
persamaan, berkeadilan, dan kemandirian, serta mencantumkan nilai yang diyakini
anggota koperasi, yaitu, kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab, dan kepedulian
terhadap orang lain.

 Sejarah Perkembangan Koperasi

Sejarah perkembangan koperasi bermula pada abad ke-19, di mana kondisi


ekonomi dan sosial masyarakat pada saat itu menjadi dasar munculnya ide koperasi
sebagai suatu bentuk organisasi ekonomi yang berbeda. Berikut adalah gambaran
umum perkembangan koperasi:
-Awal Mula (Abad ke-19):

Gerakan koperasi dimulai di Inggris pada awal abad ke-19 sebagai respons terhadap
kondisi sosial dan ekonomi yang sulit, terutama di kalangan pekerja industri.

Rochdale Pioneers Society dianggap sebagai koperasi konsumen pertama yang


didirikan pada tahun 1844 di Rochdale, Inggris. Mereka merumuskan prinsip-prinsip
koperasi yang kemudian menjadi dasar bagi perkembangan koperasi di seluruh dunia.

-Perkembangan di Eropa dan Amerika Utara:

Gerakan koperasi menyebar ke berbagai negara Eropa dan Amerika Utara pada abad
ke-19 dan awal abad ke-20.

Koperasi pertanian juga mulai muncul sebagai respons terhadap tekanan ekonomi
yang dihadapi oleh petani.

-Pengakuan Internasional:

Pada awal abad ke-20, gerakan koperasi mendapatkan pengakuan internasional


melalui pembentukan Aliansi Koperasi Internasional (International Cooperative
Alliance/ICA) pada tahun 1895.

ICA mengembangkan prinsip-prinsip koperasi yang diakui secara global.

-Perkembangan di Negara Berkembang:

Setelah Perang Dunia II, gerakan koperasi semakin berkembang di negara-negara


berkembang sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Banyak negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin mengadopsi model koperasi dalam
sektor pertanian, perikanan, dan industri.

-Pertumbuhan Koperasi di Sektor Finansial:

Pada pertengahan abad ke-20, koperasi juga tumbuh di sektor finansial dengan
pendirian koperasi kredit sebagai alternatif perbankan untuk masyarakat yang tidak
memiliki akses ke layanan perbankan tradisional.

-Pengakuan dalam Kebijakan Pemerintah:

Beberapa negara mulai mengakui peran penting koperasi dalam pembangunan


ekonomi dan sosial, dan menyusun kebijakan yang mendukung perkembangan
koperasi.
-Era Kontemporer:

Hingga saat ini, koperasi tetap menjadi model bisnis yang relevan di banyak sektor
ekonomi. Koperasi memiliki peran penting dalam memberdayakan masyarakat lokal,
memajukan ekonomi berkelanjutan, dan meningkatkan kesejahteraan sosial.

Perkembangan koperasi terus berlanjut, dan prinsip-prinsip koperasi yang


diwariskan dari Rochdale Pioneers masih menjadi dasar bagi banyak koperasi di
seluruh dunia saat ini.

6.2 Tujuan Dan Manfaat Koperasi

 Tujuan Pendirian Koperasi

Koperasi adalah suatu bentuk usaha yang didirikan oleh sekelompok orang
untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan pendirian koperasi dapat bervariasi
tergantung pada kebutuhan dan aspirasi anggota koperasi tersebut. Berikut adalah
beberapa tujuan umum pendirian koperasi:

1. Meningkatkan Kesejahteraan Anggota:

Koperasi didirikan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan ekonomi


anggotanya. Dengan berkolaborasi dalam suatu usaha bersama, anggota koperasi
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kondisi ekonomi mereka.

2. Memberdayakan Anggota:

Koperasi bertujuan untuk memberdayakan anggotanya dengan memberikan akses


yang lebih baik terhadap sumber daya, peluang usaha, dan pasar. Ini dapat mencakup
pendidikan dan pelatihan agar anggota dapat mengelola usaha mereka dengan lebih
efektif.

3. Pemberdayaan Komunitas Lokal:

Koperasi sering kali menjadi agen pembangunan di tingkat lokal. Dengan membantu
anggotanya, koperasi dapat memberdayakan dan memajukan komunitas lokal secara
keseluruhan.

4. Peningkatan Akses Terhadap Pasar:


Koperasi dapat membantu anggotanya dalam pemasaran produk atau jasa mereka.
Dengan bekerja sama, anggota koperasi dapat mencapai skala ekonomi yang lebih
besar dan meningkatkan daya tawar dalam mendapatkan akses ke pasar.

5. Peningkatan Kualitas Hidup:

Koperasi dapat memainkan peran dalam meningkatkan kualitas hidup anggotanya


dengan menyediakan akses terhadap barang dan jasa dengan harga yang lebih
terjangkau.

6. Solidaritas dan Kolaborasi:

Koperasi ditempatkan sebagai model ekonomi berbasis solidaritas dan kolaborasi.


Anggotanya bekerja bersama-sama, berbagi tanggung jawab, dan saling mendukung
untuk mencapai tujuan bersama.

7. Pembentukan Modal Bersama:

Koperasi memungkinkan anggotanya untuk mengumpulkan modal bersama-sama.


Dengan cara ini, anggota dapat memperoleh akses ke sumber daya yang mungkin sulit
diakses secara individu.

8. Pendidikan dan Pelatihan:

Koperasi dapat menyediakan pendidikan dan pelatihan kepada anggotanya untuk


meningkatkan pemahaman mereka tentang manajemen usaha, pemasaran, keuangan,
dan keterampilan lainnya yang relevan.

9. Mengatasi Keterbatasan Individu:

Koperasi membantu anggotanya untuk mengatasi keterbatasan individu mereka,


seperti modal terbatas, akses terbatas ke pasar, atau keterbatasan pengetahuan dan
keterampilan.

10. Menciptakan Lapangan Kerja:

Koperasi dapat menjadi sumber penciptaan lapangan kerja di tingkat lokal, membantu
mengurangi tingkat pengangguran dalam suatu komunitas.

Penting untuk dicatat bahwa tujuan koperasi dapat bervariasi tergantung pada
jenis koperasi dan kebutuhan spesifik anggotanya. Koperasi dapat ada dalam berbagai
sektor, seperti pertanian, konsumen, kredit, pekerja, dan lain-lain, masing-masing
dengan tujuan khusus sesuai dengan kebutuhan anggota mereka.

 Manfaat Bagi Anggota Koperasi

Anggota koperasi dapat merasakan berbagai manfaat atau keuntungan dari


keanggotaannya. Berikut adalah beberapa manfaat umum bagi anggota koperasi:

1. Pembagian Keuntungan (SHU): Koperasi menghasilkan keuntungan dari kegiatan


usahanya, dan keuntungan ini biasanya dibagikan kepada anggotanya
berdasarkan kontribusi mereka terhadap koperasi. Pembagian Keuntungan (Sisa
Hasil Usaha/SHU) dapat diberikan dalam bentuk dividen atau bonus bagi
anggota.
2. Akses ke Sumber Daya Finansial: Melalui koperasi, anggota dapat mengakses
pinjaman dengan suku bunga yang lebih rendah daripada yang mungkin diperoleh
di lembaga keuangan lain. Koperasi dapat menyediakan dana pinjaman untuk
modal usaha, pendidikan, atau keperluan lainnya.
3. Kendali Demokratis: Anggota koperasi memiliki hak untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan. Setiap anggota biasanya memiliki satu suara, sehingga
keputusan diambil secara demokratis, dengan memperhatikan kepentingan semua
anggota.
4. Pendidikan dan Pelatihan: Koperasi sering menyediakan program pendidikan dan
pelatihan bagi anggotanya. Ini dapat membantu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan anggota dalam mengelola usaha mereka atau memahami aspek-
aspek lain yang terkait dengan koperasi.
5. Stabilitas Pasar: Dengan bekerja sama dalam koperasi, anggota dapat
menciptakan stabilitas pasar. Mereka dapat bersama-sama mengelola produksi,
distribusi, dan pemasaran, yang dapat membantu mengurangi fluktuasi harga dan
risiko lainnya.
6. Pengaruh di Pasar: Sebagai kelompok besar, koperasi memiliki lebih banyak daya
tawar dalam berbagai transaksi di pasar. Ini dapat membantu anggota
mendapatkan harga yang lebih baik untuk produk mereka atau memperoleh
keuntungan lainnya dalam negosiasi bisnis.
7. Perlindungan Kesejahteraan Anggota: Koperasi dapat memberikan perlindungan
dan manfaat sosial kepada anggotanya, seperti asuransi kesehatan, asuransi jiwa,
atau program bantuan sosial lainnya.
8. Pengembangan Lokal: Koperasi sering berkontribusi pada pengembangan
ekonomi lokal dengan menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan
pendapatan masyarakat, dan memberikan kontribusi positif pada komunitas
sekitarnya.

Dengan demikian, menjadi anggota koperasi memberikan peluang untuk


partisipasi aktif, keamanan finansial, dan berbagai manfaat lainnya yang dapat
meningkatkan kesejahteraan anggota dan komunitas secara keseluruhan.

 Peran Koperasi Dalam Perekonomian

Koperasi memiliki peranan yang penting dalam perekonomian karena


berfungsi sebagai lembaga ekonomi yang berbasis pada keanggotaan dan kerjasama.
Beberapa peranan koperasi dalam perekonomian melibatkan aspek distribusi
ekonomi, inklusi sosial, pembangunan lokal, dan keberlanjutan. Berikut adalah
beberapa peranan utama koperasi dalam perekonomian:

1. Pemberdayaan Ekonomi Anggota:

Koperasi memberikan peluang kepada anggotanya untuk bersatu dan bekerja sama
dalam usaha ekonomi. Dengan berbagi sumber daya dan tanggung jawab, anggota
koperasi dapat meningkatkan daya tawar mereka di pasar, meningkatkan akses
terhadap sumber daya, dan memperoleh manfaat ekonomi bersama.

2. Inklusi Keuangan:

Koperasi keuangan, seperti koperasi kredit, memberikan akses keuangan kepada


kelompok-kelompok yang mungkin sulit mendapatkan layanan dari lembaga
keuangan formal. Ini membantu memerangi ketidaksetaraan ekonomi dan
meningkatkan inklusi keuangan di antara masyarakat yang kurang mampu.

3. Pemberdayaan Lokal:

Koperasi sering berperan dalam membangun dan mengembangkan ekonomi lokal.


Mereka dapat menjadi motor penggerak untuk pertumbuhan usaha kecil dan
menengah (UKM) di tingkat lokal, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan
kesejahteraan komunitas setempat.

4. Distribusi dan Konsumsi Berkelanjutan:

Koperasi dapat membantu memastikan distribusi yang adil dari hasil produksi dan
meminimalkan ketidaksetaraan ekonomi. Dalam koperasi konsumen, misalnya,
anggota dapat bersama-sama membeli barang dan jasa dengan harga yang lebih
terjangkau, meningkatkan akses ke konsumsi yang lebih adil.

5. Pendidikan dan Pelatihan:

Koperasi tidak hanya menawarkan manfaat ekonomi tetapi juga mendukung


pendidikan dan pelatihan anggotanya. Ini membantu meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan mereka, memberikan landasan yang lebih kuat untuk berpartisipasi
dalam ekonomi.

6. Keberlanjutan Lingkungan:

Beberapa koperasi fokus pada praktik bisnis yang berkelanjutan dan ramah
lingkungan. Dengan berkolaborasi, anggota koperasi dapat mengadopsi praktik-
produksi yang lebih berkelanjutan, meminimalkan dampak negatif terhadap
lingkungan.

7. Mengatasi Monopoli dan Oligopoli:

Koperasi dapat membantu mengatasi ketidakseimbangan kekuatan ekonomi yang


disebabkan oleh monopoli atau oligopoli. Dengan bersatu, anggota koperasi memiliki
lebih banyak kekuatan tawar dalam transaksi bisnis dan dapat melindungi kepentingan
bersama.

Peran koperasi dalam perekonomian dapat bervariasi tergantung pada jenis


koperasi dan lingkungan ekonomi lokal. Namun, secara umum, koperasi berfungsi
sebagai instrumen penting untuk menciptakan ekonomi yang lebih inklusif,
berkelanjutan, dan berkeadilan.

6.3 Jenis-Jenis Koperasi

 Koperasi Konsumen
Koperasi konsumen adalah bentuk organisasi ekonomi yang dimiliki dan
dikelola oleh sekelompok konsumen untuk memenuhi kebutuhan atau kepentingan
ekonomi mereka. Tujuan utama dari koperasi konsumen adalah memberikan manfaat
ekonomi kepada anggotanya dengan menyediakan barang atau layanan yang mereka
butuhkan dengan harga yang lebih terjangkau atau terjangkau. Koperasi konsumen
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggotanya.

Berikut adalah beberapa karakteristik umum dari koperasi konsumen:

1) Keanggotaan Terbuka dan Sukarela: Koperasi konsumen biasanya terbuka untuk


semua orang yang memiliki kepentingan dalam menjadi anggota, dan partisipasi
dalam koperasi bersifat sukarela.
2) Pemilikan dan Pengendalian Demokratis: Setiap anggota memiliki hak yang sama
untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Koperasi konsumen
umumnya mengadopsi prinsip "satu anggota, satu suara."
3) Tujuan Pelayanan Anggota: Fokus utama koperasi konsumen adalah memenuhi
kebutuhan anggotanya. Oleh karena itu, kebijakan dan keputusan diambil dengan
mempertimbangkan manfaat anggota.
4) Partisipasi Ekonomi Anggota: Anggota koperasi konsumen berkontribusi pada
modal koperasi dan berbagi keuntungan atau menghadapi kerugian sesuai dengan
partisipasi mereka dalam koperasi.
5) Harga yang Terjangkau: Salah satu tujuan utama koperasi konsumen adalah
menyediakan barang atau layanan kepada anggota dengan harga yang lebih
terjangkau daripada yang mereka dapatkan dari pasar konvensional.

Contoh koperasi konsumen melibatkan berbagai sektor, seperti koperasi


supermarket, koperasi perumahan, dan koperasi kesehatan. Koperasi konsumen
berperan penting dalam memberdayakan anggotanya secara ekonomi dan
menciptakan alternatif ekonomi yang lebih inklusif.

 Koperasi Produsen

Koperasi produsen, atau sering disebut juga sebagai koperasi produsen atau
koperasi produsen karyawan, adalah bentuk koperasi yang didirikan oleh sekelompok
produsen atau pekerja untuk bekerja sama dalam proses produksi, manufaktur, atau
penyediaan jasa. Tujuan utama dari koperasi produsen adalah meningkatkan kekuatan
ekonomi anggotanya melalui kolaborasi dan pembagian hasil produksi.

Berikut adalah beberapa karakteristik umum dari koperasi produsen:

1) Anggota Produsen:

-Koperasi produsen terdiri dari individu atau perusahaan kecil yang bergerak dalam
sektor produksi atau manufaktur.

-Anggotanya bisa saja adalah produsen atau pekerja yang terlibat dalam proses
produksi.

2) Kepemilikan Bersama:

Anggota memiliki kepemilikan bersama terhadap koperasi. Artinya, setiap anggota


memiliki hak suara yang setara dalam pengambilan keputusan, tidak peduli seberapa
besar kontribusinya terhadap produksi.

3) Pembagian Hasil Produksi:

Keuntungan atau hasil dari produksi dibagi di antara anggota koperasi sesuai dengan
kontribusi atau pembelian mereka. Ini dapat dilakukan dalam bentuk pembagian
dividen atau pengembalian langsung kepada anggota.

4) Tujuan Ekonomi dan Sosial:

Koperasi produsen bertujuan untuk meningkatkan kondisi ekonomi anggotanya


melalui kolaborasi dan koordinasi dalam kegiatan produksi. Selain itu, koperasi ini
juga bisa memiliki tujuan sosial, seperti meningkatkan kesejahteraan anggotanya atau
memberikan dukungan kepada masyarakat setempat.

5) Manajemen Demokratis:

Keputusan-keputusan utama dalam koperasi produsen diambil dengan prinsip


manajemen demokratis. Setiap anggota memiliki hak suara yang setara dalam
menentukan kebijakan dan arah koperasi.

6) Pola Usaha Bersama:


Anggota bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dalam produksi atau
penyediaan jasa. Ini dapat mencakup pengadaan bahan baku bersama, pemasaran
bersama, atau sharing infrastruktur produksi.

7) Risiko dan Keuntungan Bersama:

Anggota berbagi risiko dan keuntungan. Jika koperasi mencapai kesuksesan,


keuntungannya dibagi di antara anggota. Begitu pula jika koperasi mengalami
kerugian, risiko tersebut juga dibagikan.

Contoh koperasi produsen dapat ditemukan dalam berbagai sektor, seperti


pertanian, manufaktur, atau jasa. Keberadaan koperasi produsen dapat memberikan
kekuatan tawar yang lebih besar kepada anggotanya dalam menghadapi pasar yang
kompetitif.

 Koperasi Jasa

Koperasi jasa adalah bentuk koperasi yang didirikan untuk menyediakan


berbagai jenis layanan kepada anggotanya. Berbeda dengan koperasi produsen yang
fokus pada produksi barang atau manufaktur, koperasi jasa berorientasi pada
penyediaan layanan untuk memenuhi kebutuhan anggotanya. Jenis layanan yang
disediakan dapat bervariasi tergantung pada sifat koperasi dan kebutuhan anggotanya.
Berikut adalah beberapa karakteristik umum koperasi jasa:

1) Orientasi Layanan:

Koperasi jasa berfokus pada penyediaan layanan, seperti keuangan, pendidikan,


kesehatan, perumahan, transportasi, atau layanan konsumen lainnya.

2) Anggota Pemakai Layanan:

Anggota koperasi jasa adalah individu atau entitas yang menggunakan atau
membutuhkan jenis layanan yang disediakan oleh koperasi. Mereka dapat menjadi
pemakai langsung dari layanan tersebut.

3) Kepemilikan Bersama:

Seperti koperasi pada umumnya, koperasi jasa memiliki struktur kepemilikan


bersama. Artinya, setiap anggota memiliki hak suara yang setara dalam pengambilan
keputusan, terlepas dari seberapa besar kontribusi mereka terhadap layanan yang
diberikan.
4) Pembagian Keuntungan atau Surplus:

Keuntungan atau surplus yang dihasilkan dari penyediaan layanan dibagikan di antara
anggota koperasi sesuai dengan kontribusi mereka atau dalam proporsi lain yang telah
ditentukan.

5) Manajemen Demokratis:

Keputusan-keputusan utama dalam koperasi jasa diambil secara demokratis, dengan


setiap anggota memiliki hak suara yang setara dalam membentuk kebijakan dan
mengarahkan koperasi.

6) Tujuan Sosial dan Ekonomi:

Koperasi jasa dapat memiliki tujuan sosial, seperti meningkatkan kesejahteraan


anggotanya atau memberikan akses kepada layanan yang mungkin sulit diperoleh
secara individual. Selain itu, tujuan ekonomi tetap menjadi fokus untuk mencapai
keberlanjutan operasional.

7) Risiko dan Manfaat Bersama:

Anggota koperasi jasa berbagi risiko dan manfaat. Jika koperasi mencapai
keberhasilan dalam menyediakan layanan, manfaatnya dibagi di antara anggota.
Sebaliknya, jika ada risiko atau kerugian, anggota juga berbagi tanggung jawab.

Contoh koperasi jasa mencakup koperasi kredit, koperasi pendidikan, koperasi


kesehatan, dan koperasi transportasi. Keberadaan koperasi jasa bertujuan untuk
memberikan kekuatan kolektif kepada anggotanya dalam mendapatkan dan
memanfaatkan berbagai jenis layanan.

 Koperasi Campuran

Koperasi campuran, juga dikenal sebagai koperasi serba usaha atau koperasi
konsumen-produk, adalah bentuk koperasi yang menggabungkan elemen dari
koperasi konsumen dan koperasi produsen. Koperasi ini dirancang untuk memenuhi
kebutuhan anggotanya sekaligus melibatkan mereka dalam proses produksi atau
penyediaan barang dan jasa.

Berikut adalah uraian tentang materi koperasi campuran:

1) Kombinasi Konsumen dan Produsen:


Koperasi campuran menggabungkan konsep koperasi konsumen dan koperasi
produsen. Artinya, anggota dapat menjadi konsumen layanan atau produk yang
disediakan oleh koperasi, sambil juga terlibat dalam proses produksi atau penyediaan
barang atau jasa.

2) Orientasi Ganda:

Koperasi campuran memiliki orientasi ganda, yaitu memenuhi kebutuhan anggota


sebagai konsumen dan memberdayakan mereka sebagai produsen. Ini memungkinkan
koperasi untuk menjadi satu-satunya sumber bagi anggota untuk memperoleh produk
atau layanan tertentu.

3) Anggota Konsumen dan Produsen:

Anggota koperasi campuran dapat terdiri dari individu atau perusahaan yang tidak
hanya menggunakan produk atau layanan yang disediakan oleh koperasi tetapi juga
berkontribusi pada proses produksinya.

4) Kepemilikan Bersama dan Manajemen Demokratis:

Koperasi campuran masih mengadopsi prinsip kepemilikan bersama dan manajemen


demokratis yang umum dalam koperasi. Setiap anggota memiliki hak suara yang
setara dalam pengambilan keputusan, terlepas dari peran mereka sebagai konsumen
atau produsen.

5) Pembagian Keuntungan:

Keuntungan yang dihasilkan dari kegiatan koperasi campuran dibagi di antara anggota
sesuai dengan kontribusi mereka sebagai konsumen atau produsen. Pembagian ini
dapat dilakukan berdasarkan aturan yang telah ditetapkan oleh koperasi.

6) Pola Usaha Bersama:

Anggota koperasi campuran dapat bekerja sama dalam pengadaan bahan baku,
produksi, pemasaran, atau distribusi produk dan layanan. Ini menciptakan pola usaha
bersama yang dapat meningkatkan efisiensi dan daya saing koperasi.

7) Tujuan Sosial dan Ekonomi:

Seperti koperasi pada umumnya, koperasi campuran memiliki tujuan ekonomi untuk
meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Namun, mereka juga dapat memiliki tujuan
sosial, seperti memberikan akses yang lebih baik kepada produk atau layanan tertentu
kepada masyarakat.
Contoh koperasi campuran dapat ditemukan dalam sektor-sektor yang
beragam, seperti koperasi pertanian yang menyediakan produk pertanian dan
melibatkan petani sebagai konsumen dan produsen, atau koperasi konsumen-produk
yang menyediakan layanan dan produk berbagai jenis kepada anggotanya.
Keberadaan koperasi campuran mencerminkan pendekatan holistik dalam memenuhi
kebutuhan anggota dan mendorong partisipasi aktif mereka dalam berbagai aspek
operasional koperasi.

BAB 7

PENDIRIAN DAN STRUKTUR KOPERASI

2.1 Proses Pendirian Koperasi

 Persyaratan Pendirian koperasi di indonesia

Persyaratan pendirian koperasi di Indonesia diatur oleh Undang-Undang


Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2015 tentang Perkoperasian. Berikut adalah
beberapa persyaratan umum pendirian koperasi di Indonesia:

Jumlah Anggota:

Sebuah koperasi di Indonesia umumnya harus memiliki setidaknya 20 orang anggota


untuk bisa didirikan. Namun, untuk koperasi konsumen dan koperasi produsen kecil,
jumlah minimal anggota bisa lebih sedikit.

Bidang Usaha:

Koperasi harus memiliki bidang usaha atau kegiatan yang jelas dan sesuai dengan
prinsip-prinsip koperasi. Bidang usaha koperasi melibatkan sektor-sektor seperti
simpan pinjam, pertanian, konsumen, produsen, dan lainnya.

Modal Awal:

Koperasi diwajibkan untuk menyediakan modal awal yang diperlukan. Modal ini
dapat berasal dari sumbangan anggota atau sumber keuangan lainnya.

Akta Pendirian:

Calon pendiri koperasi harus menyusun akta pendirian koperasi yang memuat
informasi mengenai nama koperasi, tujuan, alamat, susunan pengurus, dan anggaran
dasar koperasi.

Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART):

AD dan ART adalah dokumen-dokumen internal koperasi yang mengatur aturan-


aturan dasar dan tata cara pengelolaan koperasi. Kedua dokumen ini harus disusun
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pemilihan Pengurus:
Pengurus koperasi harus dipilih melalui musyawarah anggota. Setiap koperasi harus
memiliki pengurus yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota lainnya
sesuai kebutuhan.

Registrasi dan Izin:

Koperasi harus mendaftarkan diri pada instansi yang berwenang, yaitu Dinas
Koperasi dan UKM (Usaha Kecil Menengah) setempat. Setelah pendaftaran, koperasi
akan mendapatkan Surat Keputusan Menteri yang menetapkan status koperasi.

Keanggotaan Terbuka dan Sukarela:

Prinsip keanggotaan terbuka dan sukarela harus dijunjung tinggi dalam pendirian
koperasi. Setiap orang yang memenuhi syarat dapat menjadi anggota dan keanggotaan
harus bersifat sukarela.

Demokrasi:

Prinsip demokrasi juga harus diterapkan dalam koperasi, termasuk dalam


pengambilan keputusan. Setiap anggota memiliki hak suara yang setara dalam
musyawarah dan pemilihan pengurus.

Pemisahan Harta:

Harta koperasi harus dipisahkan dari harta pribadi anggota dan pengurus. Koperasi
tidak boleh menggunakan harta tersebut untuk kepentingan pribadi.

Penting untuk selalu merujuk pada peraturan terkini dan berkonsultasi dengan
pihak yang berkompeten dalam hal hukum koperasi di Indonesia agar memastikan
bahwa semua persyaratan dan prosedur pendirian koperasi telah terpenuhi.

 Langkah-Langkah Pendirian Koperasi

` Penulisan koperasi melibatkan beberapa langkah yang harus diikuti untuk


mendirikan koperasi dengan benar sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang
berlaku
Berikut adalah langkah-langkah umum untuk menulis dan mendirikan koperasi:

1) Persiapan dan Studi Kelayakan:

Lakukan studi kelayakan untuk menilai apakah pendirian koperasi sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi lingkungan. Identifikasi potensi masalah atau hambatan yang
mungkin muncul.

2) Pendahuluan dan Motivasi:

Tuliskan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang ide mendirikan koperasi.


Jelaskan motivasi di balik pendirian koperasi, seperti kebutuhan untuk meningkatkan
ekonomi anggota atau memperoleh manfaat bersama.

3) Penyusunan Tim Pendiri:

Bentuk tim pendiri yang terdiri dari orang-orang yang memiliki kompetensi dan
keahlian yang diperlukan untuk mendirikan dan mengelola koperasi.

4) Penyusunan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART):

Susun AD dan ART sebagai dasar hukum dan operasional koperasi. Pastikan
dokumen tersebut mencakup informasi mengenai nama, tujuan, susunan pengurus,
dan tata cara pengambilan keputusan.

5) Pemilihan Bentuk Koperasi:

Tentukan jenis koperasi yang akan didirikan, seperti koperasi konsumen, koperasi
produsen, atau koperasi jasa. Pilih bentuk koperasi yang sesuai dengan tujuan dan
kebutuhan anggota.

6) Penentuan Modal Awal:

Tentukan modal awal yang dibutuhkan untuk mendukung operasional awal koperasi.
Identifikasi sumber-sumber modal, seperti sumbangan anggota atau pinjaman.

7) Pendaftaran Koperasi:

Daftarkan koperasi ke instansi pemerintah yang berwenang, seperti Dinas Koperasi


dan UKM setempat. Ikuti prosedur pendaftaran yang ditetapkan dan lengkapi semua
dokumen yang dibutuhkan.

8) Pelaksanaan Musyawarah Pendiri:


Selenggarakan musyawarah pendiri untuk membahas dan menyetujui anggaran dasar,
anggaran rumah tangga, dan pemilihan pengurus koperasi.

9) Pemilihan Pengurus:

Lakukan pemilihan pengurus koperasi sesuai dengan ketentuan dalam AD dan ART.
Pastikan pengurus terpilih memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan
koperasi.

10) Pelaksanaan Rapat Anggota Pertama:

Selenggarakan rapat anggota pertama untuk membahas dan menyetujui laporan


pertanggungjawaban pengurus, serta membentuk badan pemeriksa koperasi jika
diperlukan.

11) Pembuatan Akta Pendirian:

Susun akta pendirian koperasi sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Akta ini
akan menjadi dasar hukum pendirian koperasi.

12) Perolehan Status Hukum:

Setelah memenuhi semua persyaratan, peroleh status hukum koperasi dari pemerintah
atau instansi yang berwenang. Dalam beberapa kasus, koperasi akan mendapatkan
Surat Keputusan Menteri yang menetapkan statusnya.

7.2 Struktur Organisasi Koperasi

 Pengurus Koperasi

Pengurus koperasi adalah kelompok orang yang dipilih oleh anggota koperasi
untuk mengelola dan mengurus kegiatan operasional serta pengambilan keputusan
koperasi.

Fungsi pengurus sangat penting dalam menjalankan roda organisasi koperasi sesuai
dengan prinsip-prinsip koperasi. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui
mengenai pengurus koperasi:

1) Musyawarah dan Pemilihan Pengurus:

Pengurus koperasi dipilih melalui musyawarah anggota. Setiap anggota biasanya


memiliki hak suara yang setara. Proses pemilihan pengurus mencakup pemilihan
ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota lainnya sesuai kebutuhan dan ketentuan
anggaran dasar.

2) Susunan Pengurus:

Susunan pengurus koperasi dapat bervariasi tergantung pada jenis koperasi dan aturan
yang ditetapkan dalam anggaran dasar. Pengurus umumnya terdiri dari ketua,
sekretaris, bendahara, dan anggota lainnya. Setiap anggota pengurus memiliki
tanggung jawab tertentu sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3) Tanggung Jawab Pengurus:

Pengurus koperasi memiliki tanggung jawab untuk menjalankan kegiatan operasional


koperasi sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga. Tanggung jawab ini mencakup pengelolaan keuangan, pengambilan
keputusan strategis, dan memastikan koperasi beroperasi sesuai dengan prinsip-
prinsip koperasi.

4) Kepemimpinan dan Koordinasi:

Pengurus bertanggung jawab atas kepemimpinan dan koordinasi dalam menjalankan


koperasi. Mereka perlu bekerja sama untuk mencapai tujuan koperasi, memastikan
keberlanjutan, dan memenuhi kebutuhan anggota.

5) Rapat Pengurus:

Pengurus koperasi biasanya mengadakan rapat secara berkala untuk membahas


perkembangan koperasi, mengambil keputusan, dan merencanakan langkah-langkah
ke depan. Rapat pengurus merupakan forum untuk berdiskusi dan membuat keputusan
strategis.

6) Akuntabilitas dan Transparansi:

Pengurus harus menjalankan tugasnya dengan akuntabilitas dan transparansi. Mereka


berkewajiban menyampaikan laporan keuangan dan laporan aktivitas koperasi kepada
anggota secara teratur.

7) Pendidikan dan Pelatihan:

Pengurus juga dapat mengambil peran dalam memberikan pendidikan dan pelatihan
kepada anggota koperasi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman anggota
tentang prinsip-prinsip koperasi dan meningkatkan kapasitas pengelolaan usaha
koperasi.
8) Keanggotaan dan Komunikasi:

Pengurus perlu menjaga komunikasi yang baik dengan anggota koperasi. Mereka
harus merespons kebutuhan dan aspirasi anggota serta melibatkan mereka dalam
pengambilan keputusan.

 Anggota Koperasi

Anggota koperasi adalah individu atau entitas yang memenuhi syarat dan
bergabung dalam suatu koperasi. Koperasi sendiri merupakan suatu bentuk organisasi
ekonomi yang didirikan oleh sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan bersama.
Anggota koperasi memiliki peran penting dalam menjalankan dan mengelola
koperasi.

Berikut adalah penjelasan secara rinci mengenai anggota koperasi:

1) Kualifikasi Anggota:

Kondisi Umum: Sebagai suatu koperasi, anggota harus memenuhi kualifikasi umum
yang ditetapkan oleh undang-undang atau peraturan koperasi setempat.

2) Keterlibatan Ekonomi:

Beberapa koperasi mungkin meminta anggota untuk berpartisipasi secara ekonomi


dengan membeli saham atau memberikan kontribusi keuangan lainnya.

3) Hak dan Tanggung Jawab Anggota:

Partisipasi dalam Keputusan: Anggota memiliki hak untuk berpartisipasi dalam proses
pengambilan keputusan koperasi. Mereka biasanya memiliki hak suara yang
sebanding dengan kontribusi mereka terhadap koperasi.

Keuntungan dan Kerugian: Anggota berbagi keuntungan dari usaha bersama koperasi,
tetapi juga bertanggung jawab atas kerugian yang mungkin terjadi.

4) Keanggotaan Terbuka dan Sukarela:

Terbuka untuk Semua: Prinsip koperasi menyatakan bahwa keanggotaan harus


terbuka untuk semua orang yang memenuhi syarat, tanpa diskriminasi berdasarkan
latar belakang ras, agama, gender, atau faktor lainnya.

Sukarela: Bergabung dalam koperasi harus menjadi pilihan sukarela dari setiap
individu, tanpa tekanan atau paksaan.
5) Tujuan dan Kegiatan Koperasi:

Tujuan Ekonomi Bersama: Anggota koperasi bergabung untuk mencapai tujuan


bersama dalam bidang ekonomi. Misalnya, koperasi pertanian bertujuan untuk
meningkatkan hasil panen dan memasarkan produk bersama.

Kegiatan Operasional: Anggota dapat terlibat dalam berbagai kegiatan operasional


koperasi, seperti produksi, distribusi, pemasaran, atau penyediaan layanan tertentu.

6) Demokratisasi:

Pengambilan Keputusan Demokratis: Koperasi biasanya menerapkan prinsip


demokratis dalam pengambilan keputusan, di mana setiap anggota memiliki hak suara
yang setara dalam rapat umum anggota atau organ pengambil keputusan lainnya.

7) Kepatuhan dan Etika:

Kepatuhan terhadap Aturan: Anggota diharapkan untuk patuh terhadap aturan dan
peraturan koperasi yang telah ditetapkan.

Etika Kerjasama: Prinsip utama koperasi adalah etika kerjasama, di mana anggota
diharapkan untuk bekerja sama secara adil, jujur, dan transparan.

8) Pengunduran Diri atau Pemecatan:

Pengunduran Diri Sukarela: Anggota biasanya dapat mengundurkan diri dari koperasi
secara sukarela.

Pemecatan: Dalam beberapa kasus, koperasi dapat memberlakukan prosedur


pemecatan jika seorang anggota melanggar peraturan atau etika koperasi.

 Badan Pengawas

Badan pengawas, seringkali disebut sebagai lembaga pengawas atau otoritas


pengawas, adalah entitas yang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa suatu
kegiatan atau sektor beroperasi sesuai dengan aturan, standar, dan regulasi yang
berlaku. Fungsi badan pengawas dapat bervariasi tergantung pada sektor atau kegiatan
yang diawasi.

Di bawah ini adalah beberapa poin penting yang menjelaskan materi mengenai badan
pengawas secara rinci:

a. Definisi dan Tujuan:


Badan pengawas adalah lembaga independen yang dibentuk untuk melakukan
pengawasan dan mengontrol kegiatan atau sektor tertentu.

Tujuan utama badan pengawas adalah memastikan kepatuhan terhadap aturan dan
regulasi, melindungi kepentingan publik, dan mendukung transparansi dalam berbagai
sektor.

b. Independensi:

Independensi adalah karakteristik kunci dari badan pengawas. Badan tersebut harus
bebas dari intervensi politik atau tekanan eksternal agar dapat menjalankan fungsi
pengawasannya dengan objektif dan adil.

c. Kewenangan dan Wewenang Hukum:

Badan pengawas biasanya diberikan kewenangan dan wewenang hukum untuk


mengeluarkan peraturan, menetapkan standar, dan mengambil tindakan penegakan
hukum jika terjadi pelanggaran.

d. Bidang Pengawasan:

Badan pengawas dapat beroperasi dalam berbagai bidang, seperti keuangan,


perbankan, pasar modal, energi, telekomunikasi, kesehatan, lingkungan, dan
sebagainya.

Fokus pengawasan dapat melibatkan pemantauan praktik bisnis, kepatuhan


perusahaan, dan perlindungan konsumen.

e. Pengaturan dan Standar:

Badan pengawas dapat berperan dalam merumuskan peraturan dan standar untuk
sektor atau kegiatan yang diawasi.

Standar tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan, melindungi


konsumen, dan memastikan adanya persaingan yang sehat.

f. Pengawasan Pasar dan Persaingan:

Dalam beberapa kasus, badan pengawas bertugas memantau dan memastikan


persaingan yang adil di pasar untuk mencegah monopoli dan praktek bisnis yang tidak
sehat.

g. Penegakan Hukum:
Badan pengawas memiliki wewenang untuk menyelidiki pelanggaran dan, jika
diperlukan, mengambil tindakan penegakan hukum. Ini dapat mencakup denda, sanksi
administratif, atau pencabutan izin.

h. Pelaporan dan Transparansi:

Badan pengawas biasanya diharuskan untuk memberikan laporan reguler tentang


kegiatan pengawasannya kepada pemerintah, pemangku kepentingan, dan masyarakat
umum. Hal ini meningkatkan transparansi dan akuntabilitas.

BAB 8

MANAJEMEN KEUANGAN KOPERASI

8.3 Akuntansi Koperasi

 Sistem Pencatatan Keuangan

Sistem pencatatan keuangan koperasi merupakan suatu rangkaian prosedur


dan metode untuk merekam, melacak, dan menyajikan informasi keuangan koperasi.
Tujuan utama dari sistem pencatatan keuangan ini adalah memberikan gambaran yang
akurat dan terperinci tentang keuangan koperasi.

Berikut adalah penjelasan mengenai sistem pencatatan keuangan koperasi:

a) Jurnal dan Buku Besar:

Sistem pencatatan keuangan koperasi dimulai dengan pencatatan transaksi keuangan


harian ke dalam jurnal. Transaksi tersebut kemudian dicatat dalam buku besar untuk
mengelompokkan dan merinci informasi keuangan.

b) Pencatatan Pendapatan dan Pengeluaran:

Pendapatan dan pengeluaran koperasi, baik yang berasal dari penjualan produk atau
jasa, serta biaya operasional, dicatat secara terperinci.

Informasi ini mencakup penjualan, pembelian bahan baku, biaya produksi, gaji, dan
biaya lainnya.

c) Laporan Keuangan:

Sistem pencatatan menghasilkan laporan keuangan periodik, seperti laporan laba rugi,
neraca, dan laporan arus kas. Laporan ini memberikan gambaran tentang kinerja
keuangan koperasi selama suatu periode waktu tertentu.

d) Pencatatan Persediaan:

Jika koperasi memiliki persediaan barang atau bahan baku, sistem pencatatan
mencatat jumlah persediaan awal, pembelian, dan persediaan akhir. Ini penting untuk
mengelola stok dengan efisien.

e) Pencatatan Piutang dan Utang:

Jika koperasi memberikan kredit kepada pelanggan atau memiliki utang, pencatatan
dilakukan untuk mencatat piutang dan utang tersebut. Ini membantu mengelola kas
dan melacak pembayaran.

f) Pencatatan Investasi dan Aset Tetap:

Jika koperasi memiliki investasi atau aset tetap (seperti tanah, bangunan, atau
peralatan), sistem pencatatan mencatat akuisisi, penyusutan, dan perubahan nilai aset
tersebut.

g) Audit Internal:
Beberapa koperasi melibatkan audit internal untuk memastikan keakuratan dan
keandalan sistem pencatatan keuangan. Audit ini bertujuan untuk menemukan potensi
kesalahan atau kecurangan.

h) Pajak dan Kepatuhan Hukum:

Sistem pencatatan keuangan koperasi juga mencakup pencatatan yang diperlukan


untuk pemenuhan kewajiban pajak dan kepatuhan hukum lainnya.

i) Sistem Informasi Keuangan:

Dalam era digital, banyak koperasi mengadopsi sistem informasi keuangan berbasis
komputer untuk mempermudah pengelolaan dan analisis data keuangan.

j) Pelaporan Pajak:

Sistem pencatatan keuangan juga mencakup persiapan dan pelaporan pajak, termasuk
pemenuhan persyaratan pajak koperasi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

 Audit internal dan eksternal

Audit internal dan eksternal adalah dua bentuk pemeriksaan yang dilakukan
untuk menilai dan memastikan keakuratan, keandalan, dan kepatuhan suatu organisasi
terhadap berbagai standar, kebijakan, dan regulasi. Meskipun keduanya bertujuan
mengevaluasi kinerja dan tata kelola organisasi, ada perbedaan signifikan dalam
lingkup, tujuan, dan pihak yang terlibat dalam kedua jenis audit tersebut.

Berikut adalah penjelasan rinci mengenai audit internal dan eksternal:

 Audit Internal

Definisi:

Audit internal adalah proses independen dan objektif yang dilakukan oleh tim auditor
internal di dalam organisasi untuk mengevaluasi efektivitas kontrol internal,
manajemen risiko, dan kebijakan yang diterapkan.

Tujuan:

-Menilai efektivitas dan efisiensi operasional organisasi.

-Menilai kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur internal.


-Memberikan rekomendasi untuk perbaikan proses dan tata kelola.

Lingkup:

-Fokus pada kontrol internal, manajemen risiko, kebijakan, dan prosedur internal.

-Berfokus pada seluruh organisasi atau unit bisnis tertentu.

-Dapat mencakup audit operasional, audit keuangan, dan audit kepatuhan.

Pelaksana:

-Dilakukan oleh tim auditor internal yang merupakan bagian dari organisasi itu
sendiri.

-Auditor internal biasanya merupakan karyawan penuh waktu yang memiliki


pemahaman mendalam tentang operasi dan prosedur internal organisasi.

Frekuensi:

-Biasanya dilakukan secara teratur dan berkelanjutan.

-Dilakukan sebagai bagian dari proses manajemen risiko dan pengendalian internal.

Laporan dan Rekomendasi:

-Memberikan laporan dan rekomendasi kepada manajemen eksekutif dan dewan


direksi.

-Fokus pada perbaikan proses internal dan peningkatan tata kelola organisasi.

 Audit Eksternal:

Definisi:

Audit eksternal adalah pemeriksaan independen yang dilakukan oleh pihak luar
organisasi (biasanya firma akuntansi publik) untuk mengevaluasi keuangan organisasi
dan menyajikan laporan keuangan yang akurat.

Tujuan:
-Menilai kebenaran dan keakuratan laporan keuangan.

-Menilai kepatuhan terhadap standar akuntansi yang berlaku.

-Memberikan keyakinan atas keandalan informasi keuangan organisasi.

Lingkup:

-Fokus pada keuangan dan laporan keuangan organisasi.

-Melibatkan pemeriksaan atas catatan akuntansi, neraca, laporan laba rugi, dan
laporan arus kas.

Pelaksana:

-Dilakukan oleh firma akuntansi publik atau auditor independen dari luar organisasi.

-Auditor eksternal harus tetap independen dan bebas dari pengaruh organisasi yang
diaudit.

Frekuensi:

-Biasanya dilakukan setahun sekali.

-Diperlukan oleh hukum dalam beberapa yurisdiksi dan diperlukan oleh pemegang
saham dan pihak-pihak eksternal.

Laporan dan Rekomendasi:

Memberikan laporan audit eksternal yang mencakup opini atas kebenaran dan
keakuratan laporan keuangan.

Fokus pada kepatuhan terhadap standar akuntansi dan aspek-aspek keuangan


organisasi.

Kesimpulan:
Secara umum, audit internal dan eksternal memiliki peran yang penting dalam
memastikan integritas, transparansi, dan keandalan suatu organisasi. Keduanya dapat
saling melengkapi untuk memastikan tata kelola dan keuangan organisasi berada

8.2 Modal Dan Pengelolaan Keuangan

 Sumber Modal Koperasi

Sumber modal koperasi dapat berasal dari berbagai sumber, dan struktur
modalnya dapat berbeda tergantung pada jenis koperasi dan aturan yang berlaku di
suatu negara atau wilayah. Berikut adalah beberapa sumber modal koperasi yang
umum:

a) Simpanan Anggota:

Simpanan anggota merupakan sumber modal utama bagi koperasi. Anggota koperasi
menyisihkan sejumlah uang sebagai modal untuk bergabung atau mempertahankan
keanggotaannya. Simpanan ini dapat ditarik kembali oleh anggota sesuai dengan
aturan yang berlaku.

b) Modal Sendiri:

Modal sendiri koperasi berasal dari keuntungan yang diperoleh dari operasional bisnis
koperasi. Bagian dari keuntungan tersebut biasanya ditempatkan kembali ke dalam
koperasi sebagai modal sendiri, yang dapat digunakan untuk ekspansi, investasi, atau
memenuhi kebutuhan modal lainnya.

c) Pinjaman dari Anggota:

Beberapa koperasi dapat menerima pinjaman dari anggotanya. Ini bisa menjadi
sumber tambahan modal yang diperlukan untuk membiayai proyek atau kegiatan
tertentu. Pinjaman ini biasanya dikenakan bunga atau memiliki syarat lain sesuai
dengan perjanjian antara koperasi dan anggota.

d) Pinjaman dari Lembaga Keuangan Eksternal:


Koperasi juga dapat memperoleh modal melalui pinjaman dari lembaga keuangan
eksternal seperti bank atau lembaga kredit koperasi. Pinjaman ini dapat digunakan
untuk keperluan pengembangan, pembelian aset, atau keperluan modal lainnya.

e) Dana Hibah:

Beberapa koperasi dapat memperoleh dana hibah dari pemerintah, organisasi non-
pemerintah (NGO), atau lembaga lain yang mendukung pengembangan ekonomi
lokal, kewirausahaan, atau sektor koperasi tertentu.

f) Pendapatan dari Layanan dan Produk:

Koperasi memperoleh pendapatan dari penjualan produk atau jasa kepada anggota
atau konsumen. Pendapatan ini dapat digunakan sebagai sumber modal untuk
keperluan operasional dan pengembangan lebih lanjut.

g) Investasi Eksternal:

Beberapa koperasi dapat menerima investasi langsung dari pihak eksternal, seperti
investor swasta atau lembaga modal ventura. Dalam hal ini, pihak eksternal
mendapatkan kepemilikan atau bagian tertentu dari koperasi sebagai imbalan atas
investasinya.

h) Sumbangan atau Modal dari Pemilik Eksternal:

Dalam beberapa kasus, koperasi dapat menerima sumbangan atau modal dari individu
atau organisasi yang bukan anggota koperasi. Sumbangan ini dapat digunakan untuk
memperkuat modal koperasi

 Pengelolaan Dan Penggunaan Modal

Pengelolaan penggunaan modal dalam koperasi melibatkan kebijakan dan


praktik yang ditetapkan oleh pengurus dan anggota koperasi untuk memastikan
penggunaan modal yang efektif dan efisien demi mencapai tujuan bersama. Berikut
adalah beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam pengelolaan penggunaan
modal dalam koperasi:
Perolehan Modal:

Koperasi dapat memperoleh modal dari berbagai sumber, termasuk sumbangan


anggota, simpanan wajib, pinjaman, atau sumber pendanaan lainnya. Penting untuk
memiliki kebijakan yang jelas tentang cara perolehan modal dilakukan dan bagaimana
modal tersebut akan dikelola.

Pendataan Modal:

Setiap koperasi harus memiliki sistem pencatatan yang baik untuk mencatat jumlah
modal yang dimiliki dan sumber modal tersebut. Hal ini membantu dalam
pengelolaan keuangan secara efektif dan menyediakan informasi yang diperlukan
untuk membuat keputusan strategis.

Penggunaan Modal untuk Investasi:

Koperasi dapat menggunakan modalnya untuk investasi yang mendukung


pertumbuhan usaha, peningkatan produksi, atau diversifikasi produk/jasa. Pengelolaan
investasi harus mempertimbangkan risiko, pengembalian investasi, dan dampaknya
terhadap tujuan koperasi.

Penggunaan Modal untuk Operasional:

Modal juga diperlukan untuk mendukung kegiatan operasional sehari-hari. Hal ini
melibatkan pembayaran gaji, pembelian bahan baku, biaya operasional lainnya, dan
pengelolaan kas secara umum. Keberlanjutan operasional membutuhkan pemantauan
yang cermat terhadap aliran kas dan pengeluaran.

Penetapan Modal Minimum:

Beberapa koperasi mungkin menetapkan jumlah modal minimum yang harus


dipertahankan oleh setiap anggota. Kebijakan ini bertujuan untuk memastikan bahwa
koperasi memiliki cukup modal untuk memenuhi kebutuhan operasional dan menjaga
kestabilan keuangan.
Pembagian Sisa Hasil Usaha:

Koperasi seringkali membagikan sisa hasil usaha (SHU) kepada anggotanya


berdasarkan kontribusi mereka terhadap koperasi. Pengelolaan pembagian SHU harus
didasarkan pada kebijakan yang adil dan transparan.

Manajemen Risiko Keuangan:

Pengelolaan modal juga mencakup identifikasi, evaluasi, dan mitigasi risiko


keuangan. Koperasi perlu mengelola risiko seperti fluktuasi harga, risiko kredit, dan
risiko likuiditas yang dapat mempengaruhi kesehatan keuangan mereka.

Penyusunan Anggaran:

Anggaran adalah alat yang sangat penting dalam pengelolaan modal. Koperasi harus
menyusun anggaran yang memperkirakan penerimaan dan pengeluaran dengan cermat
untuk memastikan penggunaan modal yang efisien.

Transparansi dan Partisipasi Anggota:

Keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan terkait dengan penggunaan modal


dan penyampaian informasi secara transparan akan meningkatkan kepercayaan
anggota terhadap koperasi.

Pemantauan dan Evaluasi:

Sistem pemantauan yang efektif diperlukan untuk memastikan bahwa penggunaan


modal sesuai dengan rencana dan kebijakan yang telah ditetapkan. Evaluasi reguler
juga penting untuk menilai kinerja keuangan koperasi.

 Pembiayaan Koperasi

Pembiayaan koperasi merujuk pada sumber-sumber dana atau modal yang


diperlukan oleh koperasi untuk memulai, mengembangkan, dan menjalankan kegiatan
operasionalnya. Pembiayaan ini merupakan hal krusial dalam memastikan
keberlanjutan dan pertumbuhan koperasi.

Berikut adalah beberapa aspek penting terkait dengan pembiayaan koperasi:


Simpanan Anggota:

Salah satu sumber pembiayaan utama bagi koperasi adalah simpanan anggota.
Anggota koperasi biasanya diminta untuk menyimpan sejumlah uang sebagai modal
atau simpanan wajib. Simpanan ini dapat digunakan sebagai modal kerja dan juga
sebagai jaminan keuangan bagi koperasi.

Pinjaman dari Anggota:

Selain simpanan, koperasi dapat memperoleh dana melalui pinjaman yang diberikan
oleh anggotanya. Pinjaman ini bisa menjadi sumber pembiayaan yang signifikan,
terutama untuk investasi atau ekspansi usaha.

Pinjaman dari Lembaga Keuangan:

Koperasi juga dapat mengakses dana melalui pinjaman dari lembaga keuangan seperti
bank, koperasi kredit, atau lembaga keuangan mikro. Koperasi harus memenuhi
persyaratan tertentu untuk memperoleh pinjaman ini, dan pinjaman dapat digunakan
untuk berbagai keperluan, seperti modal kerja, investasi, atau pembelian aset.

Pendanaan dari Pemerintah:

Pemerintah dapat menyediakan dukungan finansial langsung atau memberikan


insentif dalam bentuk hibah, pinjaman dengan bunga rendah, atau program
pembiayaan khusus untuk mendukung koperasi, terutama yang berperan dalam
pengembangan ekonomi lokal.

Saham:

Beberapa koperasi mungkin mengeluarkan saham untuk memperoleh modal. Saham


ini dapat dimiliki oleh anggota atau pihak lain yang tertarik untuk berinvestasi dalam
koperasi.

Sumbangan dan Hibah:


Koperasi dapat menerima sumbangan atau hibah dari berbagai pihak, termasuk
organisasi nirlaba, lembaga donor, atau pihak lain yang mendukung tujuan koperasi.
Sumbangan ini dapat digunakan untuk proyek-proyek khusus atau kegiatan
pengembangan.

Hasil Usaha (Sisa Hasil Usaha):

Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diperoleh dari keuntungan usaha koperasi dapat
diinvestasikan kembali sebagai sumber pembiayaan. Pemakaian SHU harus
direncanakan dengan hati-hati untuk mendukung pertumbuhan dan keberlanjutan
koperasi.

Pendanaan dari Koperasi Lain:

Koperasi dapat membentuk kemitraan atau aliansi dengan koperasi lain untuk
mendukung pertukaran sumber daya atau mendapatkan pembiayaan bersama untuk
proyek bersama.

Investasi Eksternal:

Koperasi juga dapat mencari investasi eksternal dari pihak swasta atau investor
institusional yang tertarik pada model bisnis koperasi dan melihat potensi
pertumbuhan yang menarik.

Crowdfunding:

Dalam era digital, koperasi juga dapat mencari pembiayaan melalui platform
crowdfunding. Melalui crowdfunding, koperasi dapat memperoleh dana dari sejumlah
kecil investor atau pendukung yang berkomitmen terhadap tujuan koperasi.

Penting untuk memiliki strategi pembiayaan yang berkelanjutan dan seimbang


untuk memastikan koperasi memiliki cukup modal untuk operasional sehari-hari,
pertumbuhan, dan pencapaian tujuan jangka panjangnya. Pemilihan sumber
pembiayaan harus disesuaikan dengan kebutuhan spesifik dan karakteristik koperasi
tersebut.
BAB 9

PENGEMBANGAN USAHA KOPERASI

9.1 Diversifikasi Usaha Koperasi


 Pemahaman Diversifikasi Usaha

Diversifikasi usaha merujuk pada strategi di mana suatu perusahaan atau


individu memperluas jangkauan bisnis atau investasi mereka ke berbagai sektor atau
industri. Tujuan utama dari diversifikasi adalah untuk mengurangi risiko dengan
menyebar risiko keberhasilan atau kegagalan di berbagai bidang usaha.

Berikut adalah beberapa konsep yang terkait dengan pemahaman diversifikasi usaha:

Pengurangan Risiko: Diversifikasi membantu mengurangi risiko finansial dengan


menghindari ketergantungan pada satu jenis bisnis atau sektor tertentu. Dengan
memiliki portofolio usaha yang beragam, dampak buruk dari kinerja buruk di satu
sektor dapat diminimalkan oleh kinerja baik di sektor lainnya.

Stabilitas Pendapatan: Dengan beroperasi di berbagai sektor atau pasar, perusahaan


dapat mengalami sumber pendapatan yang lebih stabil. Jika satu bisnis mengalami
fluktuasi pasar atau krisis, bisnis-bisnis lainnya dapat membantu mengimbangi
kerugian tersebut.

Pemanfaatan Keahlian dan Sumber Daya: Diversifikasi dapat dilakukan dengan


memanfaatkan keahlian, sumber daya, atau teknologi yang telah dimiliki oleh
perusahaan. Misalnya, perusahaan teknologi dapat memanfaatkan keahlian dan
teknologinya untuk masuk ke sektor yang berbeda.

Penyediaan Peluang Pertumbuhan Baru: Diversifikasi dapat membuka peluang


pertumbuhan baru bagi perusahaan. Dengan memasuki pasar atau industri yang
berbeda, perusahaan dapat mengakses konsumen baru, menciptakan produk baru, atau
mengeksplorasi segmen pasar yang belum terjamah sebelumnya.

Manfaat dalam Siklus Ekonomi: Beberapa sektor bisnis dapat dipengaruhi oleh siklus
ekonomi. Diversifikasi dapat membantu melindungi perusahaan dari fluktuasi
ekonomi karena beberapa sektor mungkin tumbuh ketika yang lain mengalami
penurunan.
Peningkatan Daya Saing: Dengan memiliki kehadiran di berbagai sektor atau pasar,
perusahaan dapat meningkatkan daya saingnya. Hal ini dapat menciptakan
keuntungan kompetitif melalui inovasi, efisiensi, dan diversifikasi produk.

Manajemen Portofolio Investasi: Konsep diversifikasi juga sering diterapkan dalam


investasi. Investor dapat mengalokasikan portofolio mereka ke berbagai kelas aset,
seperti saham, obligasi, dan properti, untuk mengurangi risiko investasi.

Meskipun diversifikasi dapat memberikan manfaat signifikan, perlu diingat bahwa


terlalu banyak diversifikasi tanpa pemahaman yang baik tentang setiap bisnis atau
investasi dapat mengakibatkan kurangnya fokus dan efisiensi. Oleh karena itu,
perencanaan yang baik dan pemahaman yang mendalam tentang setiap langkah
diversifikasi sangat penting.

 Strategi Diversifikasi untuk petumbuhan koperasi

Strategi diversifikasi untuk pertumbuhan koperasi melibatkan ekspansi atau


diverifikasi ke dalam berbagai kegiatan atau sektor usaha baru. Diversifikasi
bertujuan untuk mengurangi risiko, meningkatkan stabilitas, dan menciptakan peluang
pertumbuhan yang berkelanjutan.

Berikut adalah penjelasan rinci mengenai strategi diversifikasi untuk pertumbuhan


koperasi:

a) Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal:

Sebelum menerapkan strategi diversifikasi, koperasi perlu melakukan analisis


menyeluruh terhadap lingkungan internal dan eksternalnya. Ini mencakup evaluasi
kekuatan dan kelemahan internal koperasi serta peluang dan ancaman di lingkungan
eksternalnya.

b) Penentuan Bidang Diversifikasi:

Koperasi harus menentukan bidang atau sektor usaha yang sesuai untuk diversifikasi.
Ini dapat melibatkan peningkatan produk atau layanan yang sudah ada, ekspansi
geografis, atau bahkan diversifikasi ke sektor usaha yang berbeda.
c) Studi Kelayakan:

Sebelum mengambil langkah diversifikasi, koperasi perlu melakukan studi kelayakan


untuk menilai potensi keberhasilan dan risiko dalam mengembangkan kegiatan atau
produk baru. Studi ini melibatkan analisis pasar, keuangan, dan operasional.

d) Penetapan Tujuan dan Strategi Diversifikasi:

Koperasi harus menetapkan tujuan yang jelas untuk diversifikasi dan merinci strategi
yang akan diadopsi. Hal ini melibatkan penetapan target pertumbuhan, penetapan
batasan risiko, dan pengembangan rencana tindakan yang terinci.

e) Pembentukan Tim Diversifikasi:

Membentuk tim atau kelompok kerja yang akan bertanggung jawab atas implementasi
strategi diversifikasi. Tim ini harus terdiri dari individu yang memiliki keahlian dan
pengetahuan yang sesuai dengan sektor atau kegiatan yang akan dijelajahi.

f) Pelatihan dan Pengembangan Karyawan:

Diversifikasi seringkali melibatkan perubahan dalam operasi atau penambahan


keahlian dan pengetahuan baru. Oleh karena itu, penting untuk memberikan pelatihan
dan pengembangan kepada karyawan agar mereka dapat dengan efektif beradaptasi
dengan perubahan ini.

g) Manajemen Risiko:

Diversifikasi membawa risiko, dan manajemen risiko harus menjadi bagian integral
dari strategi diversifikasi. Koperasi perlu mengidentifikasi, menilai, dan mengelola
risiko yang terkait dengan pengembangan kegiatan atau sektor baru.

h) Pengembangan Rantai Nilai:

Dalam beberapa kasus, koperasi dapat mempertimbangkan pengembangan rantai nilai


yang lebih lengkap dengan menambah tahapan baru dalam produksi atau distribusi.
Hal ini dapat menciptakan nilai tambah dan meningkatkan kontrol atas seluruh proses.
i) Pemasaran dan Promosi:

Diversifikasi sering memerlukan upaya pemasaran dan promosi yang intensif untuk
memperkenalkan produk atau layanan baru kepada pasar. Perlu pengembangan
strategi pemasaran yang efektif untuk memastikan adopsi dan akseptabilitas di pasar
baru

j) Evaluasi dan Penyesuaian:

Setelah peluncuran kegiatan atau produk baru, koperasi harus secara teratur
mengevaluasi kinerja dan membandingkannya dengan tujuan yang ditetapkan. Jika
diperlukan, penyesuaian strategi harus dilakukan untuk memaksimalkan hasil dan
meminimalkan risiko.

Diversifikasi adalah langkah strategis yang dapat memberikan keuntungan


jangka panjang kepada koperasi, tetapi juga memerlukan perencanaan yang matang,
riset pasar yang cermat, dan manajemen risiko yang efektif. Keberhasilan strategi
diversifikasi tergantung pada kemampuan koperasi untuk mengidentifikasi peluang
yang tepat dan mengelolanya dengan baik.

 Manfaat Diversifikasi Bagi Anggota Koperasi

Diversifikasi bagi anggota koperasi dapat memberikan sejumlah manfaat yang


signifikan. Dengan mengembangkan portofolio bisnis atau layanan yang lebih
beragam, koperasi dapat menciptakan peluang pertumbuhan, meningkatkan stabilitas
keuangan, dan memberikan nilai tambah kepada anggotanya.

Berikut adalah rincian mengenai manfaat diversifikasi bagi anggota koperasi:

a) Pengurangan Risiko:

Risiko Bisnis Tunggal: Dengan memiliki beragam produk atau layanan, koperasi
dapat mengurangi risiko yang terkait dengan ketergantungan pada satu jenis bisnis
atau pasar saja. Jika satu segmen bisnis mengalami kesulitan, diversifikasi dapat
membantu melindungi keberlanjutan koperasi.
b) Pertumbuhan Pendapatan:

Pendapatan Tambahan: Diversifikasi memungkinkan koperasi untuk memperluas


sumber pendapatan dengan menjangkau pasar baru atau menawarkan produk dan
layanan tambahan. Ini dapat meningkatkan pendapatan koperasi secara keseluruhan.

c) Peluang Inovasi:

Pendorong Inovasi: Dengan masuk ke segmen atau bisnis baru, koperasi dapat
merangsang inovasi. Inovasi ini dapat mencakup pengembangan produk baru,
pengadopsian teknologi baru, atau perbaikan proses bisnis yang eksisting.

d) Kesejahteraan Anggota:

Dividen dan Manfaat: Diversifikasi yang berhasil dapat meningkatkan profitabilitas


koperasi, yang pada gilirannya dapat memberikan dividen yang lebih besar atau
manfaat ekstra kepada anggota. Ini dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi
anggota koperasi.

e) Keberlanjutan Koperasi:

Stabilitas Finansial: Diversifikasi dapat memberikan stabilitas finansial lebih besar


karena koperasi tidak sepenuhnya tergantung pada satu sumber pendapatan. Ini
membantu menjaga kelangsungan operasional dan pertumbuhan jangka panjang.

f) Keberagaman Produk atau Layanan:

Ketahanan Pasar: Dengan menyediakan beragam produk atau layanan, koperasi dapat
menarik lebih banyak anggota dan pelanggan, serta menciptakan citra yang lebih kuat
di pasar. Ini dapat meningkatkan daya saing dan ketahanan koperasi di pasar.

g) Peningkatan Keterlibatan Anggota:

Keikutsertaan dalam Keputusan: Diversifikasi dapat meningkatkan keterlibatan


anggota dalam pengambilan keputusan koperasi. Melalui keberagaman layanan,
anggota dapat memiliki lebih banyak opsi dan berpartisipasi dalam menentukan arah
koperasi.

h) Peningkatan Posisi Tawar Anggota:

Negosiasi Lebih Kuat: Dengan memiliki portofolio yang lebih kuat dan beragam,
koperasi dapat memiliki posisi tawar yang lebih baik dalam bernegosiasi dengan mitra
bisnis, pemasok, dan pelanggan. Hal ini dapat menguntungkan anggota dalam jangka
panjang.

i) Pembukaan Peluang Pasar Baru:

Ekspansi Geografis: Diversifikasi dapat membuka peluang untuk ekspansi geografis,


memungkinkan koperasi menjangkau pasar yang lebih luas dan meraih pelanggan dari
daerah yang sebelumnya belum terjamah.

j) Reputasi dan Tanggung Jawab Sosial:

Tanggung Jawab Sosial: Dengan mendiversifikasi bisnis atau layanan, koperasi dapat
mengambil peran yang lebih besar dalam tanggung jawab sosial, seperti keberlanjutan
lingkungan atau pemberdayaan masyarakat lokal.

keberhasilan strategi diversifikasi memerlukan perencanaan yang matang,


pemantauan terus-menerus, dan respons yang cepat terhadap perubahan pasar. Selain
itu, komunikasi yang efektif dengan anggota koperasi penting untuk memastikan
pemahaman dan dukungan mereka terhadap diversifikasi yang dilakukan.

9.2 Kemitraan Dan Jaringan Koperasi

 Peran Kemitraan dalam Pengembangan usaha

Kemitraan memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan usaha


dan dapat memberikan berbagai manfaat bagi semua pihak yang terlibat. Berikut
adalah beberapa peran kemitraan dalam pengembangan usaha:

1. Akses Sumber Daya dan Keahlian:

Kemitraan memungkinkan perusahaan untuk mengakses sumber daya dan keahlian


yang mungkin tidak dimiliki secara internal. Dengan bermitra, perusahaan dapat
berbagi teknologi, keahlian operasional, keuangan, atau infrastruktur, yang dapat
meningkatkan efisiensi dan daya saing.

2. Pendanaan dan Modal

Kemitraan dapat membantu dalam pengumpulan dana dan modal. Pihak yang terlibat
dalam kemitraan dapat berkontribusi dengan modal finansial atau sumber daya
lainnya untuk mendukung pengembangan usaha, investasi dalam penelitian dan
pengembangan, atau ekspansi ke pasar baru.

3. Diversifikasi Risiko:

Melalui kemitraan, risiko dapat didistribusikan antara mitra. Dengan berkolaborasi,


perusahaan dapat membagi risiko operasional, keuangan, atau pasar yang mungkin
dihadapi, mengurangi tekanan individual pada satu pihak.

4. Pengembangan dan Inovasi:

Kemitraan sering kali menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi dan


pengembangan produk atau layanan baru. Dengan bekerja sama, perusahaan dapat
mendapatkan perspektif baru, ide-ide kreatif, dan pengetahuan tambahan untuk
meningkatkan produk atau layanan yang mereka tawarkan.

5. Pengembangan Pasar:

Kemitraan dapat membantu perusahaan memasuki pasar baru atau memperluas


cakupan pasar. Dengan bekerja sama dengan mitra yang memiliki pengetahuan lokal
atau kehadiran global, perusahaan dapat mencapai pelanggan baru atau meningkatkan
pangsa pasar mereka.

6. Keuntungan Bersama:

Kemitraan menciptakan kesempatan untuk berbagi keuntungan dan pertumbuhan.


Kedua belah pihak dapat merasakan dampak positif dari kesuksesan usaha bersama,
menciptakan hubungan yang saling menguntungkan.

7. Penguatan Kapabilitas:

Dengan bermitra, perusahaan dapat memperkuat kapabilitas dan kompetensi inti


mereka. Mitra yang membawa keahlian khusus atau kapabilitas yang saling
melengkapi dapat meningkatkan daya saing perusahaan secara keseluruhan.

8. Peningkatan Jaringan:

Kemitraan membantu dalam membangun dan memperluas jaringan bisnis. Hubungan


yang terjalin melalui kemitraan dapat membuka pintu untuk peluang baru, kolaborasi
lebih lanjut, dan akses ke sumber daya atau pasar yang lebih luas.

9. Peningkatan Efisiensi Operasional:


Kemitraan dapat meningkatkan efisiensi operasional dengan membagi tanggung
jawab, memanfaatkan skala ekonomi bersama, dan mengoptimalkan proses bisnis.

10. Pengembangan Keberlanjutan:

Kemitraan dapat mendukung prinsip-prinsip keberlanjutan dengan memungkinkan


pertukaran ide dan praktik terbaik dalam hal tanggung jawab sosial perusahaan,
efisiensi energi, dan praktik bisnis berkelanjutan lainnya.

 Membangun Jaringan Dengan Lembaga Lain

Koperasi yang membangun dengan jaringan yang lain umumnya merujuk pada
bentuk kerjasama antara koperasi dengan entitas atau organisasi lainnya untuk
mencapai tujuan bersama. Kerjasama ini dapat melibatkan koperasi dengan koperasi
lain, pemerintah, organisasi nirlaba, atau sektor swasta.

Beberapa aspek penting dari koperasi yang membangun jaringan adalah:

a) Kerjasama antar Koperasi: Koperasi sering kali bekerja sama dengan koperasi
lain untuk meningkatkan kekuatan ekonomi, mendapatkan skala ekonomi, dan
memperluas pasar. Koperasi-koperasi ini dapat membentuk federasi atau asosiasi
untuk berbagi sumber daya, pengetahuan, dan pengalaman.

b) Federasi Koperasi: Federasi koperasi adalah bentuk kerjasama di mana beberapa


koperasi berkumpul dan membentuk entitas yang lebih besar untuk mengelola
beberapa aspek bisnis bersama, seperti pemasaran, pengadaan, atau distribusi.
Federasi dapat membantu koperasi-koperasi kecil mengakses pasar yang lebih
luas atau mendapatkan keuntungan dari skala ekonomi.

c) Kerjasama dengan Pemerintah: Koperasi juga dapat bekerja sama dengan


pemerintah untuk mendukung pembangunan ekonomi lokal atau sektor tertentu.
Pemerintah dapat memberikan dukungan keuangan, insentif pajak, atau regulasi
yang mendukung pertumbuhan koperasi.
d) Kemitraan dengan Sektor Swasta: Koperasi kadang-kadang membentuk
kemitraan dengan perusahaan swasta untuk meningkatkan akses mereka ke pasar,
teknologi, atau sumber daya lainnya. Kemitraan semacam itu dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak yang terlibat.

e) Pemanfaatan Teknologi dan Jaringan Digital: Dalam era digital, koperasi dapat
membangun jaringan menggunakan teknologi dan platform digital. Misalnya,
platform perdagangan elektronik atau aplikasi mobile dapat membantu koperasi
meningkatkan visibilitas mereka, mencapai pelanggan baru, dan mempermudah
kegiatan bisnis.

f) Keuntungan dari membangun jaringan koperasi antara lain adalah meningkatkan


daya saing, berbagi risiko, memperluas akses ke sumber daya, dan memberikan
manfaat bersama bagi anggota. Namun, penting untuk memastikan bahwa
prinsip-prinsip koperasi, seperti demokrasi dan partisipasi anggota, tetap terjaga
dalam konteks kerjasama ini.

 Studi Kasus Keberhasilan Kemitraan

Studi Kasus Keberhasilan Kemitraan: Starbucks dan Nestlé

 Latar Belakang:

Starbucks Corporation, perusahaan kopi terkenal asal Amerika Serikat, menjalin


kemitraan global dengan Nestlé, perusahaan makanan dan minuman terkemuka yang
berkantor pusat di Swiss. Kemitraan ini diumumkan pada tahun 2018 dan menandai
kolaborasi strategis antara dua perusahaan tersebut.

 Rincian Kemitraan:

Penjualan Produk Starbucks di Seluruh Dunia:

Dalam kerangka kemitraan ini, Nestlé mendapatkan hak eksklusif untuk menjual
produk kopi dan teh merek Starbucks di seluruh dunia.
Termasuk di dalamnya adalah hak untuk memproduksi dan mendistribusikan kapsul
kopi untuk mesin kopi Nespresso dan Dolce Gusto.

 Portofolio Produk yang Luas:

Kemitraan ini mencakup berbagai produk kopi yang terkenal dari Starbucks, termasuk
kopi biji, kopi kemasan, dan produk kopi instan.

Mencakup produk dari merek-merek Starbucks yang terkenal seperti Starbucks,


Seattle’s Best Coffee, Teavana, dan lainnya.

 Diversifikasi Produk dan Keuntungan Bersama:

Kemitraan ini memberikan Nestlé akses ke portofolio produk kopi yang luas dan
mendukung diversifikasi bisnis Nestlé di sektor minuman.

Starbucks mendapat keuntungan dari penetrasi pasar global yang lebih luas melalui
kehadiran dan distribusi global Nestlé.

 Kolaborasi dalam Inovasi Produk:

Kemitraan ini melibatkan kolaborasi dalam pengembangan dan inovasi produk kopi
premium baru untuk memenuhi permintaan konsumen yang terus berkembang.

 Manfaat bagi Konsumen:

Konsumen mendapat manfaat dengan adanya akses yang lebih luas ke produk kopi
berkualitas tinggi dari Starbucks melalui saluran distribusi global Nestlé.

Kemitraan ini menciptakan pengalaman konsumen yang lebih baik dengan


menyediakan produk kopi Starbucks di berbagai bentuk dan varian.

 Keberhasilan Kemitraan:

Ekspansi Global yang Cepat:

Kemitraan ini memungkinkan Starbucks memperluas jangkauan globalnya tanpa


harus membangun infrastruktur distribusi baru secara signifikan.

Peningkatan Efisiensi Operasional:

Nestlé dapat memanfaatkan keahlian dan jaringan distribusinya untuk meningkatkan


efisiensi operasional dan mempercepat penetrasi pasar produk Starbucks.

Peningkatan Pendapatan dan Laba:


Kemitraan ini memberikan dampak positif terhadap pendapatan dan laba kedua
perusahaan. Nestlé dapat meningkatkan penjualan dengan portofolio produk yang
lebih luas, sedangkan Starbucks mendapat keuntungan dari royalti dan penjualan
produk tambahan.

 Inovasi Produk yang Sukses:

Kolaborasi dalam pengembangan produk baru, seperti kapsul kopi untuk mesin
Nespresso dan Dolce Gusto, merupakan contoh keberhasilan inovasi dalam
kemitraan.

 Manfaat bagi Pemegang Saham:

Kemitraan ini memberikan manfaat bagi pemegang saham kedua perusahaan, dengan
pertumbuhan nilai dan peluang yang dihasilkan dari sinergi bisnis.

Studi kasus ini menggambarkan bahwa kemitraan yang sukses dapat menciptakan
nilai tambah bagi semua pihak yang terlibat, memungkinkan kedua perusahaan
memanfaatkan kekuatan dan keahlian masing-masing untuk mencapai tujuan
bersama.
BAB 10

TANTANGAN DAN PELUANG KOPERASI DI ERA DIGITAL

10.1 Tantangan koperasi

 Perubahan Lingkungan Bisnis

Koperasi, seperti semua entitas bisnis, menghadapi sejumlah tantangan yang


berasal dari perubahan lingkungan bisnis. Beberapa tantangan tersebut dapat
mencakup:

Perubahan Teknologi: Perkembangan teknologi dapat mempengaruhi cara koperasi


melakukan bisnis. Misalnya, perubahan dalam teknologi informasi atau proses
produksi dapat memerlukan investasi dalam pelatihan karyawan dan pembaruan
infrastruktur.

Perubahan Regulasi: Perubahan dalam peraturan pemerintah atau kebijakan ekonomi


dapat memengaruhi operasi koperasi. Koperasi perlu memahami dan beradaptasi
dengan perubahan ini untuk mematuhi hukum dan regulasi yang berlaku.

Globalisasi: Koperasi yang terlibat dalam perdagangan internasional harus


menghadapi tantangan globalisasi. Persaingan yang lebih intensif, fluktuasi mata
uang, dan perubahan kondisi pasar internasional dapat berdampak pada kinerja
koperasi.

Perubahan Demografi: Perubahan dalam demografi, seperti pertambahan penduduk,


perubahan kebiasaan konsumen, dan pergeseran tren pasar, dapat mempengaruhi
permintaan terhadap produk atau layanan koperasi.

Keberlanjutan dan Tanggung Jawab Sosial: Masyarakat semakin memperhatikan isu-


isu keberlanjutan dan tanggung jawab sosial perusahaan. Koperasi perlu mengadaptasi
praktik bisnis mereka agar lebih berkelanjutan dan memperhatikan dampak sosial
mereka pada masyarakat dan lingkungan.

Perubahan Selera Konsumen: Perubahan dalam selera konsumen dapat mempengaruhi


permintaan terhadap produk atau layanan koperasi. Koperasi perlu responsif terhadap
tren pasar dan berusaha untuk memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan.

Fluktuasi Harga Bahan Baku: Jika koperasi terlibat dalam produksi barang, fluktuasi
harga bahan baku dapat menjadi tantangan. Koperasi perlu mengelola risiko terkait
harga dan pasokan bahan baku untuk menjaga stabilitas operasional dan keuangan.

Ketidakpastian Ekonomi: Ketidakpastian dalam kondisi ekonomi, termasuk


perubahan suku bunga, inflasi, atau resesi, dapat berdampak pada keuangan dan
stabilitas koperasi.

Ketidakpastian Politik: Perubahan dalam kondisi politik, seperti perubahan


pemerintahan atau kebijakan politik, dapat menciptakan ketidakpastian dan
mempengaruhi kegiatan bisnis koperasi.

Pandemi dan Krisis Kesehatan: Sebagai contoh, seperti yang terjadi selama pandemi
COVID-19, koperasi dapat menghadapi tantangan besar dari ketidakpastian,
perubahan perilaku konsumen, dan gangguan rantai pasokan.

Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, koperasi perlu memiliki kepekaan terhadap


perubahan, kemampuan untuk beradaptasi, serta strategi perencanaan yang baik.
Penting untuk terus memantau lingkungan bisnis dan membuat keputusan yang tepat
waktu untuk menjaga kelangsungan operasional dan pertumbuhan koperasi.

 Persaingan dengan Bisnis Konvensional


Koperasi, meskipun memiliki banyak keunggulan dalam aspek sosial dan
partisipasi anggota, juga dihadapkan pada sejumlah tantangan ketika bersaing dengan
bisnis konvensional. Berikut adalah beberapa tantangan utama yang dihadapi koperasi
dalam persaingan dengan bisnis konvensional:

Akses Modal dan Sumber Daya Terbatas:

Koperasi seringkali menghadapi keterbatasan akses terhadap modal dan sumber daya
jika dibandingkan dengan bisnis konvensional. Kesulitan dalam mengumpulkan
modal dapat membatasi kemampuan koperasi untuk berinvestasi, memperluas operasi,
atau bersaing dalam pasar yang lebih luas.

Manajemen Bisnis dan Profesionalisme:

Bisnis konvensional seringkali memiliki struktur manajemen yang lebih formal dan
profesional. Koperasi, terutama yang berbasis partisipasi anggota, mungkin
menghadapi tantangan dalam mengembangkan dan mempertahankan tingkat
manajemen yang tinggi serta keahlian profesional.

Fleksibilitas dalam Pengambilan Keputusan:

Koperasi umumnya melibatkan partisipasi anggota dalam pengambilan keputusan,


yang dapat memperlambat proses dan membuatnya kurang fleksibel dalam
menanggapi perubahan pasar dengan cepat. Di sisi lain, bisnis konvensional seringkali
dapat mengambil keputusan dengan lebih cepat karena struktur hierarkisnya yang
lebih terpusat.

Tingkat Efisiensi Operasional:

Bisnis konvensional cenderung memiliki struktur biaya dan operasional yang lebih
efisien karena dapat mengadopsi praktik-praktik manajemen yang lebih terpusat dan
memiliki skala operasional yang lebih besar. Koperasi mungkin menghadapi kesulitan
untuk mencapai tingkat efisiensi yang sama.
Pemasaran dan Branding:

Bisnis konvensional sering memiliki keunggulan dalam hal pemasaran dan


pengembangan merek. Mereka dapat menginvestasikan lebih banyak sumber daya
dalam strategi pemasaran, riset pasar, dan pengembangan merek untuk meningkatkan
daya saing di pasar.

Persaingan yang Intensif:

Koperasi bisa menghadapi persaingan yang sangat ketat dari bisnis konvensional yang
memiliki sumber daya dan keahlian yang lebih besar. Persaingan ini dapat membuat
sulit bagi koperasi untuk mempertahankan pangsa pasar atau menarik pelanggan baru.

Tantangan Teknologi dan Inovasi:

Bisnis konvensional seringkali memiliki kemampuan untuk mengadopsi teknologi dan


inovasi lebih cepat daripada koperasi. Koperasi mungkin kesulitan untuk mengikuti
perkembangan teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi operasional atau
memperluas jangkauan pasar.

Ketidakstabilan Lingkungan Bisnis:

Koperasi mungkin lebih rentan terhadap fluktuasi pasar atau perubahan regulasi
dibandingkan dengan bisnis konvensional. Lingkungan bisnis yang tidak stabil dapat
menjadi tantangan tambahan dalam mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.

Persepsi Publik dan Pasar:

Meskipun koperasi memiliki nilai-nilai sosial dan keberlanjutan yang kuat, beberapa
konsumen mungkin kurang mengenal atau kurang percaya pada model bisnis
koperasi. Meningkatkan persepsi publik dan posisi pasar koperasi dapat menjadi
tantangan.

Risiko Keuangan dan Likuiditas:


Koperasi mungkin menghadapi risiko keuangan dan likuiditas, terutama jika anggota
menghadapi kesulitan keuangan atau jika koperasi tidak dapat mempertahankan arus
kas yang sehat. Bisnis konvensional mungkin memiliki akses lebih baik ke pasar
keuangan dan dukungan keuangan eksternal.

Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, koperasi perlu mengadopsi strategi


yang cermat, termasuk peningkatan manajemen, inovasi, pemasaran yang efektif, dan
kolaborasi yang lebih besar antaranggota. Penting bagi koperasi untuk tetap berfokus
pada keunggulan kompetitifnya, seperti nilai-nilai keanggotaan, tanggung jawab
sosial, dan kontribusi pada pembangunan ekonomi lokal.

 Regulasi dan kebijakan pemerintah

Regulasi dan kebijakan pemerintah adalah alat penting yang digunakan oleh
pemerintah untuk mengatur dan mengarahkan perilaku individu, bisnis, dan organisasi
dalam masyarakat. Regulasi dan kebijakan ini memiliki peran krusial dalam
menciptakan lingkungan yang aman, adil, dan berkelanjutan. Berikut adalah
penjelasan rinci mengenai materi regulasi dan kebijakan pemerintah:

1. Definisi Regulasi:

Regulasi adalah aturan atau norma yang ditetapkan oleh pemerintah atau lembaga
pemerintah untuk mengontrol, mengarahkan, atau mengelola perilaku subjek hukum
tertentu. Regulasi dapat mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi,
lingkungan, kesehatan, dan keamanan.

2. Definisi Kebijakan Pemerintah:

Kebijakan pemerintah merujuk pada niat atau tujuan tertentu yang ingin dicapai oleh
pemerintah melalui langkah-langkah tertentu, termasuk regulasi. Kebijakan dapat
berupa panduan, strategi, atau rencana yang dirancang untuk mencapai tujuan tertentu
dalam berbagai sektor.

3. Tujuan Regulasi dan Kebijakan Pemerintah:

Perlindungan Masyarakat: Memberikan perlindungan terhadap kepentingan dan


kesejahteraan masyarakat, seperti melalui regulasi kesehatan, keselamatan, dan
konsumen.
Pengaturan Pasar: Mencegah praktik bisnis yang tidak etis atau monopoli yang dapat
merugikan konsumen atau pesaing.

Pemberdayaan Ekonomi: Mendorong pertumbuhan ekonomi dan pemberdayaan


masyarakat melalui kebijakan yang mendukung sektor-sektor tertentu.

Pemeliharaan Lingkungan: Mengelola dan melindungi lingkungan melalui regulasi


lingkungan dan kebijakan keberlanjutan.

Penegakan Hukum: Menetapkan norma-norma hukum untuk mencegah dan


menangani pelanggaran hukum.

4. Proses Pembentukan Regulasi dan Kebijakan:

Penyelidikan dan Penelitian: Pemerintah melakukan penelitian untuk memahami isu


atau masalah tertentu yang memerlukan regulasi atau kebijakan.

Konsultasi Publik: Pemerintah dapat mengadakan konsultasi publik untuk mendengar


pendapat dan masukan dari berbagai pemangku kepentingan.

Pembentukan Draft: Pembentukan draft regulasi atau kebijakan yang mencerminkan


pemahaman dan tujuan pemerintah.

Ratifikasi: Draft dikaji dan mungkin diubah melalui proses legislasi atau proses
administratif sebelum diresmikan menjadi regulasi atau kebijakan yang sah.

5. Implementasi dan Penegakan:

Implementasi: Menerapkan regulasi atau kebijakan dalam kehidupan sehari-hari.

Penegakan: Memastikan bahwa regulasi atau kebijakan diterapkan dengan benar dan
adanya sanksi untuk pelanggaran.

6. Tipe-tipe Regulasi dan Kebijakan:

Regulasi Ekonomi: Terkait dengan pengaturan aktivitas ekonomi dan pasar.

Regulasi Lingkungan: Terkait dengan perlindungan lingkungan dan keberlanjutan.

Regulasi Kesehatan: Terkait dengan standar dan praktik kesehatan.

Kebijakan Pendidikan: Terkait dengan arah dan pendanaan sistem pendidikan.

Kebijakan Fiskal dan Moneter: Terkait dengan pengaturan anggaran, pajak, dan mata
uang.

7. Tantangan dan Kritik:


Biaya Ekonomi: Implementasi regulasi dapat menyebabkan biaya tambahan bagi
bisnis.

Kesenjangan Pemahaman: Pemahaman yang tidak sama tentang regulasi dapat


menyulitkan implementasi yang konsisten.

Korupsi: Adanya potensi korupsi dalam proses pembentukan atau penegakan regulasi.

Contoh:

Regulasi Lingkungan: Standar emisi kendaraan untuk mengurangi polusi udara.

Kebijakan Ekonomi: Subsidi untuk sektor pertanian guna mendukung pertumbuhan


ekonomi.

Regulasi Kesehatan: Persyaratan keamanan dan kesehatan kerja di tempat kerja.

Kebijakan Pendidikan: Program beasiswa atau pinjaman untuk mendukung akses


pendidikan tinggi.

Regulasi dan kebijakan pemerintah berperan penting dalam membentuk struktur dan
fungsi masyarakat, ekonomi, dan lingkungan. Dengan merancang dan menegakkan
regulasi yang baik, pemerintah dapat mencapai tujuan pembangunan yang
berkelanjutan dan keadilan dalam masyarakat.

10.2 Peluang Digital Untuk Koperasi

 Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pengelolaan Koperasi

Pemanfaatan Teknologi Informasi (TI) dalam pengelolaan koperasi memiliki


dampak yang signifikan dalam meningkatkan efisiensi, transparansi, dan daya saing
koperasi. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai bagaimana TI dapat dimanfaatkan
dalam pengelolaan koperasi:

1. Sistem Informasi Manajemen:

Definisi: Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah rangkaian perangkat lunak dan
perangkat keras yang membantu dalam pengumpulan, penyimpanan, pengolahan, dan
penyebaran informasi yang relevan bagi pengambilan keputusan di tingkat
manajemen.

Manfaat:
Meningkatkan efisiensi operasional dengan otomatisasi tugas-tugas rutin.

Memungkinkan manajemen koperasi untuk mengakses informasi secara cepat dan


akurat.

Memfasilitasi pelaporan dan analisis data untuk mendukung perencanaan strategis.

2. Pengelolaan Keanggotaan dan Identifikasi Anggota:

Pendaftaran Anggota Online: Memungkinkan calon anggota mendaftar secara online,


mempercepat proses pendaftaran dan verifikasi identitas.

Sistem Identifikasi Biometrik: Menerapkan teknologi biometrik (sidik jari,


pemindaian wajah) untuk keamanan identifikasi anggota.

3. E-commerce dan Layanan Perbankan Online:

Platform E-commerce: Membangun platform e-commerce untuk memfasilitasi


penjualan produk koperasi secara online.

Layanan Perbankan Online: Memberikan layanan perbankan online bagi anggota


untuk mengelola rekening, transfer dana, dan melihat laporan keuangan mereka.

4. Manajemen Keuangan dan Akuntansi:

Perangkat Lunak Akuntansi: Menggunakan perangkat lunak akuntansi yang


terintegrasi untuk mencatat, melacak, dan melaporkan transaksi keuangan koperasi.

Pengelolaan Kas dan Pembayaran Elektronik: Mengoptimalkan pengelolaan kas


koperasi dengan pembayaran elektronik dan sistem e-wallet.

5. Pemasaran dan Promosi Online:

Pemasaran Digital: Menggunakan media sosial dan situs web untuk mempromosikan
produk dan layanan koperasi.

Analisis Data Pemasaran: Memanfaatkan analisis data untuk memahami perilaku


konsumen dan meningkatkan efektivitas strategi pemasaran.
6. Supply Chain Management:

Teknologi RFID: Menerapkan teknologi Identifikasi Frekuensi Radio (RFID) untuk


melacak stok dan pengiriman barang secara real-time.

Sistem Manajemen Inventaris: Menggunakan sistem manajemen inventaris otomatis


untuk mengoptimalkan pengelolaan stok.

7. Pelatihan dan Pengembangan Anggota:

Pelatihan Online: Menyediakan kursus dan pelatihan online untuk meningkatkan


keterampilan dan pengetahuan anggota koperasi.

Platform E-learning: Menggunakan platform e-learning untuk memberikan akses ke


materi pelatihan kapan saja dan di mana saja.

8. Manajemen Risiko dan Keamanan:

Sistem Keamanan TI: Menerapkan sistem keamanan TI yang canggih untuk


melindungi data anggota dan informasi koperasi.

Analisis Risiko: Menggunakan perangkat lunak analisis risiko untuk mengidentifikasi


dan mengelola potensi risiko yang dapat memengaruhi koperasi.

9. Pemantauan Kinerja dan Evaluasi:

Dashboard Kinerja: Membangun dashboard kinerja untuk memantau indikator kinerja


koperasi secara real-time.

Analisis Big Data: Menggunakan analisis big data untuk mendapatkan wawasan
mendalam tentang tren dan pola kinerja koperasi.

10. Pelayanan Pelanggan Berbasis TI:

 Chatbot dan Layanan Pelanggan Otomatis: Menerapkan chatbot untuk


memberikan jawaban cepat dan bantuan otomatis kepada anggota.
 Sistem Pengelolaan Keluhan: Menggunakan sistem untuk melacak dan
menanggapi keluhan anggota secara efisien.
Tantangan dan Pertimbangan:

 Keamanan Data: Melindungi data anggota dari potensi ancaman keamanan.


 Keterampilan dan Literasi Digital: Memastikan anggota dan staf memiliki
keterampilan dan literasi digital yang cukup.
 Investasi dan Biaya Awal: Pemanfaatan TI memerlukan investasi awal dalam
perangkat keras, perangkat lunak, dan pelatihan.

Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam pengelolaan koperasi bukan hanya


meningkatkan efisiensi operasional tetapi juga meningkatkan daya saing, memberikan
layanan yang lebih baik kepada anggota, dan membuka peluang baru untuk
pertumbuhan koperasi secara keseluruhan.

 E-Commerce dan Pemasaran Digital

E-Commerce (Electronic Commerce) dan Pemasaran Digital adalah dua


konsep terkait yang berkaitan dengan penggunaan teknologi digital, terutama internet,
untuk menjalankan dan mempromosikan bisnis. Berikut adalah penjelasan singkat
mengenai keduanya:

E-Commerce (Electronic Commerce):

 E-Commerce merujuk pada proses pembelian dan penjualan produk atau layanan
yang dilakukan secara elektronik atau melalui internet.
 Aktivitas e-commerce melibatkan transfer dana secara elektronik, pertukaran data
elektronik, dan pengolahan transaksi secara online.
 Model e-commerce dapat mencakup penjualan langsung ke konsumen (B2C),
bisnis ke bisnis (B2B), konsumen ke konsumen (C2C), dan lainnya.
 Platform e-commerce dapat berupa situs web toko online, aplikasi mobile, atau
pasar online yang memfasilitasi interaksi antara penjual dan pembeli.

Pemasaran Digital:
 Pemasaran Digital adalah upaya mempromosikan produk atau layanan
menggunakan saluran digital, seperti internet, media sosial, mesin pencari, email,
dan platform online lainnya.
 Ini mencakup serangkaian strategi, termasuk iklan online, optimisasi mesin
pencari (SEO), pemasaran media sosial, email marketing, dan konten pemasaran.
 Pemasaran Digital bertujuan untuk mencapai audiens target secara efektif,
membangun kesadaran merek, meningkatkan penjualan, dan berinteraksi dengan
pelanggan secara langsung.
 Analytics dan data digunakan secara intensif untuk mengukur kinerja kampanye
dan mendapatkan wawasan yang diperlukan untuk meningkatkan strategi
pemasaran.

Keterkaitan antara E-Commerce dan Pemasaran Digital:

 Pemasaran E-Commerce: Strategi pemasaran digital sering kali sangat penting


dalam mengembangkan dan mempopulerkan platform e-commerce. Ini
melibatkan penggunaan iklan online, SEO untuk meningkatkan visibilitas, dan
kampanye media sosial untuk menjangkau calon pelanggan.
 Pemanfaatan Media Sosial: E-Commerce sering menggunakan platform media
sosial untuk membangun komunitas, berinteraksi dengan pelanggan, dan
mempromosikan produk. Media sosial juga dapat digunakan untuk mendukung
strategi pemasaran digital secara menyeluruh.
 Penerapan efektif dari E-Commerce dan Pemasaran Digital dapat memberikan
keuntungan signifikan bagi bisnis, termasuk peningkatan visibilitas, akses ke
pasar global, pengurangan biaya operasional, dan kemampuan untuk beradaptasi
dengan perubahan tren konsumen secara cepat.

 Keuntungan Digitalisasi Bagi Koperasi

Pemanfaatan Teknologi Informasi (TI) dalam pengelolaan koperasi memiliki


dampak yang signifikan dalam meningkatkan efisiensi, transparansi, dan daya saing
koperasi. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai bagaimana TI dapat dimanfaatkan
dalam pengelolaan koperasi:
1. Sistem Informasi Manajemen:

Definisi: Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah rangkaian perangkat lunak dan
perangkat keras yang membantu dalam pengumpulan, penyimpanan, pengolahan, dan
penyebaran informasi yang relevan bagi pengambilan keputusan di tingkat
manajemen.

Manfaat:

-Meningkatkan efisiensi operasional dengan otomatisasi tugas-tugas rutin.

-Memungkinkan manajemen koperasi untuk mengakses informasi secara cepat dan


akurat.

-Memfasilitasi pelaporan dan analisis data untuk mendukung perencanaan strategis.

2. Pengelolaan Keanggotaan dan Identifikasi Anggota:

-Pendaftaran Anggota Online: Memungkinkan calon anggota mendaftar secara online,


mempercepat proses pendaftaran dan verifikasi identitas.

-Sistem Identifikasi Biometrik: Menerapkan teknologi biometrik (sidik jari,


pemindaian wajah) untuk keamanan identifikasi anggota.

3. E-commerce dan Layanan Perbankan Online:

-Platform E-commerce: Membangun platform e-commerce untuk memfasilitasi


penjualan produk koperasi secara online.

-Layanan Perbankan Online: Memberikan layanan perbankan online bagi anggota


untuk mengelola rekening, transfer dana, dan melihat laporan keuangan mereka.

4. Manajemen Keuangan dan Akuntansi:

-Perangkat Lunak Akuntansi: Menggunakan perangkat lunak akuntansi yang


terintegrasi untuk mencatat, melacak, dan melaporkan transaksi keuangan koperasi.

-Pengelolaan Kas dan Pembayaran Elektronik: Mengoptimalkan pengelolaan kas


koperasi dengan pembayaran elektronik dan sistem e-wallet.

5. Pemasaran dan Promosi Online:


-Pemasaran Digital: Menggunakan media sosial dan situs web untuk mempromosikan
produk dan layanan koperasi.

-Analisis Data Pemasaran: Memanfaatkan analisis data untuk memahami perilaku


konsumen dan meningkatkan efektivitas strategi pemasaran.

6. Supply Chain Management:

-Teknologi RFID: Menerapkan teknologi Identifikasi Frekuensi Radio (RFID) untuk


melacak stok dan pengiriman barang secara real-time.

-Sistem Manajemen Inventaris: Menggunakan sistem manajemen inventaris otomatis


untuk mengoptimalkan pengelolaan stok.

7. Pelatihan dan Pengembangan Anggota:

-Pelatihan Online: Menyediakan kursus dan pelatihan online untuk meningkatkan


keterampilan dan pengetahuan anggota koperasi.

-Platform E-learning: Menggunakan platform e-learning untuk memberikan akses ke


materi pelatihan kapan saja dan di mana saja.

8. Manajemen Risiko dan Keamanan:

-Sistem Keamanan TI: Menerapkan sistem keamanan TI yang canggih untuk


melindungi data anggota dan informasi koperasi.

-Analisis Risiko: Menggunakan perangkat lunak analisis risiko untuk


mengidentifikasi dan mengelola potensi risiko yang dapat memengaruhi koperasi.

9. Pemantauan Kinerja dan Evaluasi:

-Dashboard Kinerja: Membangun dashboard kinerja untuk memantau indikator


kinerja koperasi secara real-time.

-Analisis Big Data: Menggunakan analisis big data untuk mendapatkan wawasan
mendalam tentang tren dan pola kinerja koperasi.

10. Pelayanan Pelanggan Berbasis TI:


-Chatbot dan Layanan Pelanggan Otomatis: Menerapkan chatbot untuk memberikan
jawaban cepat dan bantuan otomatis kepada anggota.

-Sistem Pengelolaan Keluhan: Menggunakan sistem untuk melacak dan menanggapi


keluhan anggota secara efisien.

Tantangan dan Pertimbangan:

-Keamanan Data: Melindungi data anggota dari potensi ancaman keamanan.

-Keterampilan dan Literasi Digital: Memastikan anggota dan staf memiliki


keterampilan dan literasi digital yang cukup.

-Investasi dan Biaya Awal: Pemanfaatan TI memerlukan investasi awal dalam


perangkat keras, perangkat lunak, dan pelatihan.

Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam pengelolaan koperasi bukan hanya


meningkatkan efisiensi operasional tetapi juga meningkatkan daya saing, memberikan
layanan yang lebih baik kepada anggota, dan membuka peluang baru untuk
pertumbuhan koperasi secara keseluruhan.

DAFTAR PUSTAKA
User

tolong jelaskan mengenai Keuntungan digitalisasi bagi koperasi

ChatGPT

Digitalisasi membawa berbagai keuntungan bagi koperasi, membantu meningkatkan


efisiensi operasional, daya saing, dan memberikan nilai tambah bagi anggotanya.
Berikut adalah beberapa keuntungan digitalisasi bagi koperasi:

1. Peningkatan Efisiensi Operasional:

Otomatisasi Proses: Digitalisasi memungkinkan otomatisasi berbagai proses


operasional, mengurangi kebutuhan untuk tugas-tugas manual yang berulang.

Pengelolaan Data Secara Efisien: Sistem manajemen data digital membantu dalam
pengumpulan, penyimpanan, dan analisis data dengan lebih cepat dan efisien.

2. Akses Informasi yang Lebih Cepat dan Akurat:


Sistem Informasi Manajemen (SIM): Menerapkan SIM memungkinkan akses yang
lebih cepat dan akurat terhadap informasi yang diperlukan untuk pengambilan
keputusan.

Pelaporan Real-time: Informasi keuangan, kinerja, dan transaksi dapat dipantau dan
dilaporkan secara real-time.

3. Peningkatan Pelayanan Anggota:

Layanan Perbankan Online: Anggota dapat mengakses rekening dan layanan


perbankan koperasi secara online, meningkatkan kemudahan dan kenyamanan.

Pemasaran Target: Digitalisasi memungkinkan koperasi untuk menyampaikan


informasi dan promosi secara tepat sasaran kepada anggota.

4. Inovasi Produk dan Layanan:

Platform E-commerce: Membuka peluang untuk penjualan produk koperasi secara


online, memperluas jangkauan pasar dan meningkatkan pendapatan.

Pengembangan Aplikasi: Penggunaan aplikasi mobile atau platform digital untuk


memberikan layanan tambahan atau informasi produk kepada anggota.

5. Manajemen Keuangan yang Lebih Efektif:

Pemantauan Keuangan Real-time: Sistem akuntansi digital memungkinkan


pemantauan keuangan secara real-time, membantu dalam pengambilan keputusan
yang lebih cepat dan tepat.

E-faktur dan Pembayaran Elektronik: Menerapkan e-faktur dan pembayaran


elektronik mempercepat proses keuangan dan mengurangi risiko kesalahan manusia.

6. Pengelolaan Risiko yang Lebih Baik:

Analisis Big Data: Memanfaatkan analisis big data untuk mengidentifikasi dan
mengelola risiko dengan lebih baik.

Sistem Keamanan Cyber: Perlindungan data dan informasi koperasi melalui sistem
keamanan cyber yang canggih.

7. Partisipasi Anggota yang Lebih Aktif:

Platform Keterlibatan Anggota: Membangun platform digital untuk berkomunikasi


dan berinteraksi dengan anggota koperasi, meningkatkan partisipasi dan keterlibatan
mereka.
Jajak Pendapat dan Umpan Balik Online: Mendapatkan umpan balik anggota dengan
lebih mudah melalui survei online atau mekanisme umpan balik digital.

8. Penghematan Biaya Operasional:

Pengurangan Penggunaan Kertas: Digitalisasi membantu mengurangi ketergantungan


pada dokumen fisik dan memotong biaya pengeluaran kertas.

Otomatisasi Proses Keuangan: Penggunaan otomatisasi dalam proses keuangan dapat


mengurangi biaya administratif.

9. Keberlanjutan dan Lingkungan:

Pengurangan jejak karbon: Digitalisasi dapat mengurangi kebutuhan untuk


pencetakan dan pengiriman fisik, berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan.

Manajemen Lingkungan: Penerapan teknologi untuk mengelola sumber daya dan


limbah dengan lebih efisien.

10. Daya Saing di Era Digital:

Adaptasi terhadap Perubahan Pasar: Koperasi yang menggunakan teknologi dapat


lebih mudah menyesuaikan diri dengan perubahan pasar dan tren industri.

Keunggulan Kompetitif: Menjadi lebih kompetitif di pasar dengan memanfaatkan


inovasi teknologi.

Tantangan dan Pertimbangan:

Kesejahteraan Anggota: Penting untuk memastikan bahwa pemanfaatan teknologi


memberikan nilai tambah dan meningkatkan kesejahteraan anggota.

Keamanan Data: Perlindungan data dan privasi anggota harus menjadi prioritas utama
dalam pemanfaatan teknologi.

Keterampilan dan Literasi Digital: Koperasi dan anggota harus memiliki keterampilan
dan literasi digital yang cukup untuk mengoptimalkan manfaat teknologi.

Penerapan teknologi dalam pengelolaan koperasi bukan hanya tentang mengadopsi


alat-alat baru, tetapi juga tentang mengubah budaya dan proses kerja secara
keseluruhan untuk mencapai efisiensi dan memberikan nilai tambah bagi anggota.

Anda mungkin juga menyukai