Anda di halaman 1dari 24

Perekonomian

Indonesia
USAHA KECIL DAN MENENGAH

SUGENG SUSANTO.S.E.,M.M
PENGERTIAN UMKM
Menteri negara koperasi dan usaha kecil dan menengah
(Menegkop dan UMKM) mendefinisikan Usaha Kecil termasuk
Usaha Mikro (UMI) suatu badan usaha milik WNI baik perorangan
atau berbadan hukum yang memiliki kekayaan bersih dan tidak
termasuk tanah dan bangunan sebanyak-banyak Rp.200 juta atau
memmpunyai NO penjualan bersih rata-rata pertahun sebanyak 1
miliar dan usaha tersebut berdiri sendiri.

Badan usaha milik WNI yang memiliki kekakayaan bersih lebih dari
200 juta diluar bangunan dan tanah didefinisikan sebagai Usaha
Menengah.

Menurut BPS mendifinisikan usaha menurut skala L, Usaha Kecil


(UK) baik berbadan hukum atau tidak jika mempunyai L dari 5 – 19
Orang termasuk pengusaha. UMI memiliki L sebanyak 1-5 orang,
UM memiliki L sebanyak 20-99 orang sedangkan UB memiliki L lebih
dari 99 orang.
Pengertian UMKM

Pemerintah merumuskan definisi UMKM dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.
Usaha kecil didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan
bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini pada Pasal 1
butir 1.

Adapun kriterianya seperti pada Pasal 5 butir 1, yaitu:


a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp200.000.000 (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah, dan
bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp1.000.000.000 (satu miliar rupiah);
c. Milik warga negara Indonesia;
d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar;
e. Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan
hukum termasuk koperasi.
Pengertian UMKM

Selanjutnya dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 dan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan, kriteria usaha kecil dan usaha menengah yang didefinisikan sebagai
berikut:
a. Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
b. Usaha menengah dan usaha besar adalah kegiatan ekonomi yang mempunyai kriteria kekayaan bersih atau
hasil penjualan-penjualan tahunan lebih besar dari kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan usaha kecil.

Beberapa institusi memberikan memiliki definisi UMKM yang berbeda dengan UU Nomor 20 Tahun 2008. Badan
Pusat Statistik (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2012) sebagai lembaga pemerintah non-departemen
yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang statistik, mendefinisikan UMKM berdasarkan kuantitas tenaga
kerja sebagai berikut:
a. Usaha mikro memiliki jumlah tenaga kerja 1-5 orang.
b. Usaha kecil memiliki jumlah tenaga kerja mulai 5 hingga 19 orang.
c. Usaha menengah memiliki jumlah tenaga kerja 20-99 orang.
Pengertian UMKM
Perkembangan UMKM
Perkembangan UKM
Dari pemetaan lanjutan yang dilakukan
terhadap populasi program pemberdayaan
UMKM, setidaknya terdapat 21 program
pemberdayaan UMKM di bawah 19 K/L
yang telah berjalan cukup lama
(sustainable) dengan nilai anggaran dan
jumlah penerima/peserta program yang
relatif besar, serta menyasar kelompok
rentan (miskin, perempuan).
Perkembangan UMKM
Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memiliki Pemerintah telah lama menggulirkan program
peran signifikan dalam perekonomian negara pemberdayaan atau pengembangan UMKM.
berkembang. Menurut Bank Dunia (2020), sebanyak Program tersebut dilaksanakan berbagai
90 persen dari entitas bisnis adalah UMKM yang kementerian/lembaga (K/L) dengan beberapa area
kontribusinya pada penyerapan tenaga kerja global fokus, yakni meningkatkan akses ke pasar;
mencapai 50 persen. Selain itu, usaha kecil dan meningkatkan akses ke jasa layanan keuangan;
menengah formal berkontribusi terhadap 40 persen meningkatkan kualitas SDM melalui pelatihan
produk domestik bruto (PDB) di negara berkembang. kompetensi dan pendampingan; serta memperbaiki
UMKM juga memiliki peran penting dalam kebijakan untuk menciptakan ekosistem usaha yang
menuntaskan Sustainable Development Goals kondusif seperti kemudahan perizinan.
(SDGs), terutama untuk menstimulus inovasi,
kreativitas, serta menciptakan pekerjaan layak bagi
semua. Secara khusus, SDGs merumuskan Tujuan 8
(target nomor 3) dan Tujuan 9 (target nomor 3)
untuk memperkuat UMKM melalui perbaikan akses
ke pelayanan keuangan.
Kontribusi UMKM
Kontribusi UMKM terhadap PDB adalah lebih besar dibandingkan dengan skala usaha besar, meskipun mengalami fluktuasi (Tabel 1). Kontribusi UMKM
mencapai 56,18 persen pada 2010 dan kemudian meningkat menjadi 61,41 persen pada 2015. Angka sementara menunjukkan kontribusi UMKM
terhadap PDB mencapai 61 persen pada 2018. Sementara itu, persentase tenaga kerja sektor UMKM menunjukkan bahwa UMKM adalah penyerap
tenaga kerja utama di Indonesia (Tabel 2). Kontribusi tersebut konsisten mencapai 97 persen dari 2010 hingga 2018. Namun, perlu dilihat kembali bahwa
penyerapan terbanyak terjadi pada usaha mikro, dengan nilai asetnya cukup kecil jika dibandingkan dengan yang lain
Kontribusi UMKM

Secara umum, proporsi UMKM di


Indonesia terhadap keseluruhan unit
usaha adalah yang tertinggi jika
dibandingkan dengan negara-negara
ASEAN lainnya, yaitu mencapai 99,9
persen, kemudian Kamboja dan Laos
sebesar 99,8 persen. Dalam hal
penyerapan tenaga kerja, UMKM di
Indonesia menyerap lebih banyak tenaga
kerja jika dibandingkan dengan negara
ASEAN lainnya.
Karakteristik UMKM Indonesia
Karakteristik UMKM merupakan sifat atau kondisi faktual yang melekat pada aktivitas usaha maupun perilaku
pengusaha yang bersangkutan dalam menjalankan bisnisnya. Secara umum, usaha mikro dan kecil mempunyai
karakteristik sebagai berikut, yang membedakannya dengan usaha besar yang terdapat di Indonesia (Liedholm
dan Mead, 1988):

1. Mempunyai skala usaha yang kecil, baik modal, penggunaan tenaga kerja maupun orientasi pasar.
2. Banyak berlokasi di perdesaan, kota-kota kecil, atau daerah pinggiran kota besar.
3. Status usaha milik pribadi atau keluarga.
4. Sumber tenaga kerja berasal dari lingkungan etnis/geografis yang direkrut melalui pola pemagangan atau
pihak ketiga.
5. Pola kerja sering kali paruh waktu atau sebagai usaha sampingan dari kegiatan ekonomi lainnya.
6. Memiliki kemampuan terbatas dalam adopsi teknologi, pengelolaan usaha, dan administrasi sederhana.
7. Struktur permodalan sangat terbatas, kekurangan modal kerja, dan sangat tergantung sumber modal sendiri
serta lingkungan pribadi.
8. Izin usaha sering kali tidak dimiliki dan persyaratan usaha tidak dipenuhi.
9. Strategi perusahaan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang sering berubah secara cepat
Kategori Usaha UMKM Indonesia
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM terdapat tiga kategori usaha, yaitu usaha mikro,
usaha kecil, dan usaha menengah yang menjadi ciri pembeda antar-pelaku usaha sesuai dengan skala usahanya.
Berikut karakteristik ketiga kategori tersebut:

a. Usaha mikro:
1. Jenis barang/komoditas tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti.
2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat.
3. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekali pun.
4. Tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha.
5. Sumber daya manusia (pengusaha) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai.
6. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah.
7. Umumnya belum memiliki akses ke perbankan, namun sebagian sudah mengakses lembaga keuangan non-
bank.
8. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya, termasuk nomor pokok wajib pajak
(NPWP).
Kategori Usaha UMKM Indonesia
b. Usaha kecil:
1. Jenis barang/komoditas yang diusahakan umumnya sudah tetap, tidak gampang berubah.
2. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap, tidak berpindah-pindah.
3. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana.
4. Keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga.
5. Sudah membuat neraca usaha.
6. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.
7. Sumber daya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwirausaha.
8. Sebagian sudah memiliki akses ke perbankan untuk keperluan modal.
9. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik, seperti perencanaan usaha.

c. Usaha menengah:
1. Memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, dengan pembagian tugas yang jelas, seperti bagian
keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi.
2. Melaksanakan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi yang teratur sehingga
memudahkan audit dan penilaian atau pemeriksaan, termasuk oleh perbankan.
3. Menerapkan aturan/pengelolaan terkait perburuhan maupun organisasi perburuhan.
4. Sudah memiliki persyaratan legalitas, seperti izin tetangga.
5. Sudah memiliki akses ke sumber-sumber pendanaan perbankan.
6. Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik.
Kategori Usaha UMKM Indonesia
Tambunan (2009) merangkum karakteristik UMKM dari berbagai aspek sebagai berikut
Tiga Pilar Kebijakan Pemberdayaan UMKM di Indonesia

Sumber: Presentasi “Kerangka Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah” (Sekretariat Wakil Presiden RI, 2020)
Tiga Pilar Kebijakan Pemberdayaan UMKM di Indonesia

Pada setiap pilar kebijakan pemberdayaan UMKM, disusun strategi berupa rencana aksi yang akan dilaksanakan
untuk mencapai tujuan. Terdapat enam strategi yang disusun, antara lain:

1. Perluasan akses pasar


2. Peningkatan daya saing
3. Pengembangan kewirausahaan
4. Akselerasi pembiayaan dan investasi
5. Kemudahan dan kesempatan berusaha
6. Koordinasi lintas sektor
Tiga Pilar Kebijakan Pemberdayaan UMKM di Indonesia

Pada pilar pertama, strategi peningkatan kapasitas usaha dan kompetensi UMKM dilakukan melalui rencana aksi
pemberdayaan berupa perluasan akses pasar, peningkatan daya saing, dan pengembangan kewirausahaan.
Tiga Pilar Kebijakan Pemberdayaan UMKM di Indonesia

Pada pilar pertama, strategi peningkatan kapasitas usaha dan kompetensi UMKM dilakukan melalui rencana aksi
pemberdayaan berupa perluasan akses pasar, peningkatan daya saing, dan pengembangan kewirausahaan.
Tiga Pilar Kebijakan Pemberdayaan UMKM di Indonesia

Pada pilar kedua, strategi mendorong


lembaga keuangan agar ramah bagi
UMKM dilakukan melalui rencana aksi
pemberdayaan berupa akselerasi
pembiayaan dan investasi dengan cara
memperkuat soft infrastructure
pembiayaan dan pembiayaan nonbank.
Tiga Pilar Kebijakan Pemberdayaan UMKM di Indonesia

Pada pilar ketiga, strategi peningkatan koordinasi lintas sektor untuk mendukung ekosistem UMKM dilakukan melalui rencana aksi pemberdayaan yang berbentuk fasilitasi kemudahan
dan kesempatan berusaha, disetasi upaya penguatan koordinasi lintas sektor pemangku kepentingan yang terlibat dalam UMKM..
Bentuk Program Pemberdayaan UMKM Unggulan di Indonesia
Tugas Kajian Analisis Mandiri UMKM (Perekonomian Indonesia)
Mahasiswa membuat Kajian Analisis mandiri terkait UMKM disekitar kediaman atau lokasi
terdekat dikumpulkan pada tanggal 10 Desember 2022 pukul 21.00 WIB. Dalam format
word & pdf dikirimkan ke email: sugeng.Susanto@raharja.info

Key point kajian Analisis.

1. Pemilihan UMKM, mahsiswa mendiskripsikan kondisi UMKM yang dipilih, disertai


dengan visual kunjungan lokasi (berupa Photo survey/diskusi/wawancara).
2. Menentukan karakteristik, kategori UMKM, klasifikasi bisang usaha dan jelaskan
dengan baik
3. Mahasiwa menghadiri seminar Pengenalan kekayaan Intlektual dalam membangun
dan menciptakan karya kreasi mahasiswa dan produk UMKM sebagai pengayaan
materi Kajian Analisis Mandiri. (lampirkan visual kehadiran seminar sebagai salah satu
sumber Pustaka).
4. Berdasarkan pengamatan UMKM terdiri dari kendala, hadir dalam seminar dan sumber
lainnya, mahasiswa memberikan analisa Langkah-langkah bagaimana meningkatkan
pemberdayaan UMKM yang dipilih dengan mengacu/mengikuti pada 3 pilar
pemberdayaan UMKM (kerangka pemberdayaan Usaha kecil dan menengah),
5. Berikan saran implentasi dan rekomendasi program yang bisa dimanfaatkan dari
program pemerintah untuk mengurangi kemiskinan dan kesenjangan kemiskinan serta
kesimpulan kajian analisis mandiri UMKM sekitar.

Note: Diusahakan usaha materi UMKM yang dipilih tidak sama dengan mahasiwa lainnya
SUGENG SUSANTO.S.E., M.M

Matursuwun

Anda mungkin juga menyukai