Anda di halaman 1dari 40

MODUL:

UMKM (USAHA MIKRO, KECIL DAN


MENENGAH) & KOPERASI

Disusun Oleh:

ABRAR ABDUL AZIZ


22030029

PRODI MANAJEMEN EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI BISNIS
UNIVERSITAS Prof. Hazairin, SH. Bengkulu
(UNIHAZ)
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN

Dalam perekonomian Indonesia, peran dan kontribusi pelaku usaha dari skala
usaha kecil dan menengah sangat besar, tidak hanya dalam hal penyerapan tenaga
kerja yang melebihi 90%, namun juga kontribusinya bagi GDP Indonesia yang lebih
dari 50% (Kementerian Koperasi dan UMKM, 2012). UMKM dipandang sebagai
pelaku ekonomi yang cukup fleksibel di dalam menyesuaikan dengan berbagai
perubahan iklim usaha yang terjadi, sehingga tetap mampu memberikan kontribusi
positif bagi perekonomian negara. Kontribusi tersebut akan semakin baik apabila
berbagai permasalahan yang masih dihadapi UMKM dapat diatasi, dan salah satunya
adalah permasalahan dalam memanfaatkan informasi akuntansi dalam berbagai
pengambilan keputusan usahanya.
Eksistensi UMKM memang tidak dapat diragukan lagi karena terbukti mampu
bertahan dan menjadi roda penggerak ekonomi, terutama pasca krisis ekonomi. Disisi
lain, UMKM juga menghadapi banyak sekali permasalahan, yaitu terbatasnya modal
kerja, Sumber Daya Manusia yang rendah, dan minimnya penguasaan ilmu
pengetahuan serta teknologi (Sudaryanto dan Hanim, 2002). Kendala lain yang
dihadapi UMKM adalah keterkaitan dengan prospek usaha yang kurang jelas serta
perencanaan, visi dan misi yang belum mantap. Hal ini terjadi karena umumnya
UMKM bersifat income gathering yaitu menaikkan pendapatan, dengan ciri-ciri
sebagai berikut: merupakan usaha milik keluarga, menggunakan teknologi yang masih
relatif sederhana, kurang memiliki akses permodalan (bankable), dan tidak ada
pemisahan modal usaha dengan kebutuhan pribadi.
BAB 1
PENGENALAN UMKM

1.1 Pengertian UMKM


UMKM adalah singkatan dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Istilah ini
merujuk pada sektor bisnis yang terdiri dari usaha dengan skala kecil hingga
menengah, yang meliputi usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah. UMKM
memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara karena mereka
berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan
mempromosikan inklusi sosial. Menurut Kementerian Koperasi dan UKM Indoneisa,
UMKM adalah unit usaha yang memiliki ciri-ciri jumlah aset atau nilai penjualan
tahunan tertentu yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh pemerintah, serta
memiliki kepemilikan dan pengoperasian yang dikelola oleh satu atau beberapa orang
warga negara Indonesia. Menurut Direktorat Jendral Pembinaan dan Pengembangan
Usaha Kecil Menengah, UMKM adalah unit usaha yang memiliki jumlah pekerja
tidak melebihi 200 orang dan memiliki aset tidak lebih dari Rp 10 miliar. Menurut
Peraturan Menteri Koperasi dan UKM No. 17/Per/M.KUKM/XII/2015, UMKM
adalah usaha yang memiliki jumlah aset paling banyak Rp 500 juta (untuk usaha
mikro), Rp 10 miliar (untuk usaha kecil), dan Rp 50 miliar (untuk usaha menengah).
Pemerintah dan lembaga lainnya sering kali memberikan dukungan khusus untuk
pengembangan UMKM, seperti pelatihan kewirausahaan, akses ke modal, bimbingan,
dan akses ke pasar. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan UMKM,
mengurangi pengangguran, dan memperkuat sektor ekonomi yang lebih inklusif.
Menurut sejarah bahwa masyarakat Indonesia dikenal dengan masyarakat
agraris, karena mayoritas masyarakat Indonesia hidup dari pertanian dan hanya
masyarakat yang hidup di perkotaan dan pantai-pantai yang sering terlibat dalam
perdagangan atau usaha kecil-kecilan, sekalipun zaman penjajahan pedagang
Indonesia aktif berdagang rempahrempah sampai ke Teluk Arab dan Madagaskar.
Namum perdagangan tersebut lebih mengarah pada petualangan tanpa kesinambungan
bisnis dalam ukuran modern. Kini zaman telah berubah di mana posisi Indonesia
masuk ke dalam dunia kewirausahaan termasuk di dalamnya pengembangan dan
perluasan usaha kecil di Indonesia. Istilah wirausaha menjangkau semua kegiatan
usaha di Indonesia baik yang besar maupun yang kecil, baik perusahaan negara
maupun swasta. Mereka yang aktif dalam dunia usaha dan mempraktikkan prinsip
eknomi adalah wirausaha. Salah satu upaya untuk mencapai tujuan nasional, yaitu
mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata, baik dalam bentuk material
maupun spiritual bagi seluruh rakyat Indonesia, maka usaha kecil sebagai bagian
integral dunia usaha yang merupakan kegiatan ekonomi rakyat dan mempunyai
kedudukan dan peranan yang strategis dan mewujudkan struktur perekonomian
nasional, perlu dikembangkan dan diberdayakan, dalam memanfaatkan peluang
usaha, dan menjawab tantangan perkembangan ekonomi di masa akan datang.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka sebagai wujud nyata yang dilakukan
pemerintah untuk mendukung pengembangan usaha kecil, pemerintah telah
menerbitkan Undang_Undang Nomor 20 Tahun 2008, Tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (Perubahan atas UndangUndang Nomor 9 Tahun 1995, tentang Usaha
Kecil dan Menengah). Sebagai dasar hukum pemberdayaan usaha kecil.
Pengembangan usaha kecil melalui kemitraan, di harapkan agar pemerintah dunia
usaha dan masyarakat dapat melakukan pembinaan dan pengembangan usaha kecil
baik dalam bidang produksi dan pengolahan, maupun dalam pemasaran maupun
sumber daya manusianya dalam bidang teknologi.
Upaya pemerintah dalam mengembangkan usaha kecil dengan melibatkan
usaha menengah dan besar, karena berangkat dari pengalaman masa orde baru, yang
pada akhirnya banyak perusahaan kecil yang tetap kecil bahkan hilang dari peredaran,
karena tidak mampu bersaing. Konsideran Undang_Undang Nomor 20 Tahun 2008,
menyatakan, bahwa Masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 harus diwujudkan melalui
pembangunan perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi. Bahwa sesuai
dengan amanat Ketetapan Majelis Permusyarawatan Rakyat Republik Indonesia
Nomor XVI/MPR-RI/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi
Ekonomi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah perlu diberdayakan sebagai bagian
integral ekonomi rakyat yang mempunyai kedudukan, peran, dan potensi strategis
untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang makin seimbang,
berkembang, dan berkeadilan. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu diselenggarakan secara menyeluruh,
optimal, dan berkesinambungan melalui pengembangan Iklim yang kondusif,
pemberian kesempatan berusaha, dukungan, perlindungan, dan pengembangan usaha
seluas-luasnya, sehingga mampu meningkatkan kedudukan, peran, dan potensi Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan
dan peningkatan pendapatan rakyat, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan
kemiskinan, ditengah derasnya perkembangan lingkungan perekonomian yang
dinamis dan menggelobal, maka di syahkannya Undang-Undang Nomor 9 Tahun
1995 tentang Usaha Kecil, yang hanya mengatur Usaha Kecil. Hal ini perlu diganti,
agar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia dapat memperoleh jaminan
kepastian dan keadilan terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Mengingat isi
Pasal 5 Ayat (1), Pasal 20, Pasal 27 Ayat (2), dan Pasal 33 UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Hubungan kemitraan antara usaha kecil, menengah, dan usaha
besar memang mengandung nilai luhur. Karena hal itu dimaksudkan untuk
menciptakkan hubungan yang saling membutuhkan dan saling menguntungkan dan
saling memperkuat di antara para pihak. Namun dalam pelaksanaannya bukan
merupakan suatu hal yang mudah, karena mempertemukan antara si kaya di satu
pihak dan pihak yang lemah di lain pihak. Pelaksanaan pola kemitraan dengan tujuan
seperti di atas, bukan merupakan suatu hal yang mudah, efektifitas program kemitraan
juga sangat bergantung pada faktor-faktor struktural yang selama ini menyebakan
kesenjangan indusri kecil dan menengah. Struktur industri itu tidak dapat hanya
dituduhkan pada keterbelakangan industri kecil, selain merupakan sebab kondisi
keterbelakangan juga akibat dari adanya kekuatan eksternal yang memang cenderung
menggilas usaha kecil.

 Perbedaan Antara Mikro, Kecil dan Menengah


Ketentuan Umum, khususnya isi Pasal 1 UU UKM, menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini.

 Peran UMKM Dalam Perekonomian


1. Penciptaan lapangan kerja: UMKM merupakan sumber utama penciptaan lapangan
kerja di banyak negara. UMKM biasanya lebih intensif dalam penggunaan tenaga
kerja, sehingga membantu mengurangi tingkat pengangguran dan mengurangi tekanan
sosial ekonomi. Menurut data dari International Finance Corporation (IFC), UMKM
menyumbang sekitar 70- 95% lapangan kerja di sebagian besar negara (International
Finance Corporation, 2019).
2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal: UMKM berkontribusi pada
pertumbuhan ekonomi lokal dengan meningkatkan produksi dan pendapatan
masyarakat. Keterlibatan UMKM dalam rantai pasokan juga memberikan multiplier
effect yang mempengaruhi sektorsektor terkait, seperti industri bahan baku, logistik,
dan jasa (World Bank, 2019).
3. Inovasi dan kreativitas: UMKM sering kali menjadi sumber inovasi dan kreativitas
yang berkontribusi pada kemajuan ekonomi. Karena ukuran yang relatif kecil,
UMKM dapat dengan cepat menyesuaikan diri dengan perubahan pasar dan
menciptakan solusi baru. Selain itu, banyak UMKM bergerak di sektor kreatif seperti
seni, desain, dan teknologi, yang memainkan peran penting dalam mendorong inovasi
(Organisation for Economic Co-operation and Development, 2019).
4. Stimulasi Pertumbuhan Ekonomi Lokal: UMKM berperan dalam menggerakkan
pertumbuhan ekonomi lokal. UMKM seringkali terlibat dalam rantai pasok lokal
dengan memanfaatkan bahan baku dan sumber daya lokal. Melalui keterlibatannya
dalam kegiatan produksi dan penjualan, UMKM memberikan kontribusi dalam
meningkatkan produktivitas dan pendapatan masyarakat sekitar. Pendapatan yang
diperoleh oleh pemilik UMKM juga akan diinvestasikan kembali ke dalam
perekonomian lokal, mendorong pertumbuhan usaha lainnya dan menghasilkan
multiplier effect.
5. Diversifikasi ekonomi: UMKM membantu dalam diversifikasi struktur ekonomi
suatu negara dengan menciptakan beragam sektor usaha. Hal ini mengurangi
ketergantungan pada sektor-sektor ekonomi utama dan melindungi ekonomi dari
risiko yang terkait dengan ketergantungan pada satu sektor saja (United Nations
Conference on Trade and Development, 2021). 6. Kontribusi terhadap Pajak dan
Pendapatan Negara: UMKM juga berkontribusi pada penerimaan pajak dan
pendapatan negara. Dalam banyak negara, UMKM diwajibkan membayar pajak
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pendapatan yang diperoleh dari sektor UMKM
dapat digunakan oleh pemerintah untuk membiayai berbagai sektor, seperti
pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan pelayanan publik lainnya

1.2 Pentingnya UMKM


 Kontribusi Terhadap Lapangan Kerja
1.Pengurangan kemiskinan dan kesenjangan sosial: UMKM memberikan kesempatan
kepada individu dari lapisan ekonomi rendah untuk menciptakan penghidupan yang
lebih baik. Dengan mempekerjakan penduduk lokal dan mempromosikan keterlibatan
perempuan dan kelompok marginal, UMKM dapat mengurangi kemiskinan dan
kesenjangan sosial (United Nations Industrial Development Organization, 2017).
2. Pemberdayaan ekonomi: UMKM memberikan peluang kepada individu untuk
menjadi wirausaha dan memulai usaha sendiri. Hal ini mendorong pemberdayaan
ekonomi di kalangan masyarakat. Dengan memiliki usaha sendiri, individu dapat
mengendalikan pendapatan mereka sendiri, meningkatkan kemandirian ekonomi, dan
mengurangi ketergantungan pada pekerjaan formal.
3. Pertumbuhan ekonomi lokal: UMKM sering kali beroperasi di tingkat lokal atau
regional. Keberadaan UMKM yang sukses dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
lokal dengan meningkatkan permintaan akan bahan baku, produk dan jasa lokal. Hal
ini berpotensi menciptakan efek multiplier, di mana pertumbuhan satu UMKM akan
mendorong pertumbuhan UMKM lainnya serta mendukung sektor-sektor ekonomi
terkait.
4. Peningkatan pendapatan dan konsumsi: Melalui usaha yang sukses, UMKM dapat
meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat. Kesejahteraan ekonomi individu
dan keluarga meningkat ketika pendapatan dan konsumsi mereka meningkat. Hal ini
berdampak positif pada peningkatan standar hidup dan kualitas hidup masyarakat.

 Dukungan Terhadap Ekonomi Lokal


peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian negara dan
kesejahteraan masyarakat. UMKM memainkan peran penting dalam memudahkan
pemenuhan kebutuhan tersebut bagi masyarakat di seluruh Indonesia. Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan pondasi utama sektor perekonomian
masyarakat, yang mendorong kemampuan kemandirian dalam sektor ekonomi.
UMKM juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi negara dan mendistribusikan
pendapatan masyarakat. UMKM telah menjadi tulang punggung perekonomian di
Indonesia. Mereka menciptakan lapangan kerja, mendorong pertumbuhan ekonomi
inklusif, dan memperbaiki kesejahteraan masyarakat. UMKM memberikan peluang
kerja bagi penduduk lokal, mengurangi pengangguran, mengurangi ketimpangan
ekonomi, dan memberikan akses ekonomi kepada kelompok-kelompok marginal.
UMKM juga berkontribusi pada pendapatan nasional dan menciptakan lingkaran
ekonomi yang berkelanjutan. Selain itu, UMKM juga mendorong inovasi,
pengembangan keterampilan, dan memperluas jaringan bisnis. Pemerintah dan
berbagai pihak terkait perlu memberikan dukungan dan fasilitas yang tepat kepada
UMKM guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dukungan tersebut dapat
berupa akses ke pembiayaan yang terjangkau, pelatihan dan pendidikan bisnis,
pemberdayaan teknologi informasi, akses pasar yang lebih luas, serta kebijakan yang
mendukung regulasi yang ramah UMKM.

 Inovasi dan Kreativitas


Strategi pemasaran merupakan faktor penting bagi keberhasilan bisnis di masa
sekarang. Hal ini mengacu pada serangkaian upaya perusahaan seperti promosi hasil
produk yang dapat menarik calon pembeli, Kedua adalah harga bersaing dan kualitas
yang dapat memenuhi selera pembeli, Selanjutnya adalah penyalurannya tepat waktu
ditambah pelayanan memuaskan. Keenam hal tersebut merupakan syarat yang harus
dipenuhi secara konsisten sesuai standard operating procedure (SOP). Strategi
pemasaran merupakan pendekatan pokok yang akan digunakan oleh unit bisnis dalam
mencapai sasaran yang telah ditetapkan lebih dulu, di dalamnya tercantum keputusan-
keputusan pokok mengenai target pasar, penempatan produk di pasar, bauran
pemasaran dan tingkat biaya pemasaran yang diperlukan (Kotler, dalam Sri lestari
(2012). Dalam konteks pengembangan usaha, Knight (2000) menyebutkan bahwa
strategi pemasaran merupakan taktik yang dapat digunakan oleh sektor usaha dalam
mengembangkan kapasitas usahanya untuk menghadapi globalisasi. Dengan demikian
dapat dinyatakan bahwa strategi pemasaran dapat berimplikasi positif baik pada
pengembangan usaha, maupun kinerja pemasaran secara keseluruhan.
Inovasi produk adalah hal yang perlu mendapat perhatian utama dari
perusahaan, mengingat strategi ini berkaitan erat dengan kegiatan pemasaran yang
dilakukan oleh perusahaan. Hasil empiris yang dilakukan O’Cass dan Sok (2014)
menunjukkan bahwa ketika kombinasi sumber daya intelektual dan kemampuan
inovasi produk di samping kombinasi sumber daya reputasi dan kemampuan
pemasaran tinggi, pertumbuhan UKM dapat ditingkatkan. Shoham (2005)
menyebutkan banyak ahli yang telah mengidentifikasi hubungan antara pertimbangan
kualitas produk dan kinerja organisasi secara keseluruhan Inovasi tercermin dalam
produk baru, proses manufaktur dan manajemen teknik. Didasarkan pada literatur
mengungkapkan bahwa ada tiga kegiatan organisasi bahwa tingkat tinggi mencirikan
inovasi produk: kemampuan untuk melihat produk-pasar peluang, membangun
kemampuan pemasaran untuk menanggapi pasar diidentifikasi peluang, dan
kemampuan untuk cepat mengejar peluang. Hal ini mengindikasikan bahwa inovasi
produk dapat menyebabkan produksi lebih mudah, di samping itu, inovasi produk
penting untuk pemasaran yang efektif dan akibatnya untuk kinerja keuangan
perusahaan. Menurut Killa (2014), perusahaan yang mampu berinovasi diyakini dapat
meningkatkan kinerja. Hasil penelitian yang dilakukan (Lapian, 2016) menyatakan
bahwa inovasi produk memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja (Tsai,
2017).
Orientasi pasar merupakan orientasi strategis yang dicirikan oleh serangkaian
perilaku dan kegiatan yang terkait dengan fokus pelanggan yang kuat dari UKM,
pemasaran terkoordinasi di seluruh organisasi, dan profitabilitas (Pérez ‐Luño et al.,
2016). Kohli, Jaworski, dan Kumar (dalam Pérez‐Luño et al., 2016) mengidentifikasi
tiga rangkaian kegiatan yang terkait dengan orientasi pasar termasuk: (1) generasi
intelijen, yang meliputi “pengumpulan dan penilaian dari kebutuhan / preferensi
pelanggan dan kekuatan yang memengaruhi pengembangan dan perbaikan kebutuhan
tersebut ”; (2) diseminasi intelijen, yang merupakan "proses dan tingkat pertukaran
pasar dalam organisasi tertentu", dan (3) responsif, yang merupakan "tindakan yang
diambil dalam menanggapi intelijen yang telah dibuat dan disebarluaskan." Long
(2013) menyatakan bahwa orientasi pasar memiliki pengaruh positif yang signifikan
terhadap kinerja organisasi, dalam hal pertumbuhan pangsa

1.3 Tantangan Dan Peluang


 Tantangan Yang Dihadapi Oleh UMKM
Pemanfaatan teknologi selain menjadi peluang, juga sebaliknya dapat menjadi
tantangan jika para pelaku UMKM tidak dapat merespon dan beradapatasi dengan
perkembangan digitalisasi ini apalagi diperlukan kesiapan terhadap industri 4.0 bagi
para pelaku UMKM. Adapun tantangan yang dihadapi dalam industry 4.0 ialah masih
belum adanya kemampuan dari sumber daya keuangan unit usaha terlebih usaha
mikro dan kecil dalam pemanfaatan dan penerapan teknologi yang terbaru, masih
diperlukannya concern terhadap difusi inovasi digital melalui rantai pasokan UMKM,
kurangnya bakat untuk menerapkan model bisnis baru yang memanfaatkan peluang
digital serta revolusi pasar, kemampuan memilah dan memilih teknologi informasi
yang sesuai dengan kebutuhan proses bisnisnya, hal ini dikarenakan setiap UKM
memiliki spesifikasi dan proses bisnis yang berbeda, serta kurangnya budaya dan
pelatihan internal tentang implementasi digitalisasi dan industri 4.0 di UMKM.
Tantangan lain yakni terkait dengan kondisi saat ini, yang sedang dihadapi oleh
berbagai negara di dunia yakni pandemic covid-19, yang dapat berdampak pada
masalah keuangan unit usaha, permintaan yang turunm, gangguan rantai pasokan,
penjualan juga yang menurun, hingga pada penurunan laba/omset usaha. Selain itu
tantangan penting lainnya juga perlu ditangani secara bersamaan yakni :
1. peran berbagai pemangku kepentingan dan lembaga bersifat kompleks dan ambigu
2. sumber daya manusia yang masih rendah terhadap pemahaman ekonomi digital
3. pelatihan yang tidak berkelanjutan dan kurangnya sistem pengawasan sebagai
tindak lanjut hasil dari pelatihan
4. akses internet yang belum merata.
5. Research and Development untuk UMKM dan pengembangannya yang masih
rendah
6. masalah keamanan data di era digitalisasi dan industri 4.0
7. korupsi
8. akses kredit ke UMKM
9. pembangunan infrastruktur yang belum memadai (listrik, air, jalan)
10. pasokan bahan baku dengan biaya yang kompetitif
11. pelatihan tenaga kerja karena masih kurangnya tenaga terampil untuk manufaktur,
jasa dan pemasaran yang dipekerjakan oleh umkm.

 Peluang Pengembangan UMKM


Peluang yang dapat dimanfaatkan oleh para pelaku UMKM yakni
pemanfaatan infrastruktur/ teknologi yang dapat diterapkan dalam bentuk ecomerece
dalam pengembangan UMKM secara online dengan begitu peluang ini dapat
membuka akses pasar yang lebih luas, membantu pelaku UMKM untuk naik kelas,
marketplace memberikan kenyamanan bagi konsumen dalam membeli produk,
perubahan perilaku konsemen memberikan peluang pasar bagi pelaku UMKM.
Peluang lebih lanjut yakni terdapat pada dukungan dari lingkungan eksternal, yakni
pendampingan dan pelatihan yang diberikan oleh pemerintah sehingga pada akhirnya
dapat mendukung kegiatan UMKM. Peluang lainnya yakni dalam bentuk dorongan
untuk inovasi dari UMKM yang disupport oleh pemerintah setempat.
BAB 2
MANAJEMEN UMKM

2.1 Perencanaan Bisnis


 Pentingnya Perencanaan Bisnis
Pada umumnya para pelaku UMKM di Indonesia pada saat awal membuka
usaha baru banyak yang mengalami kegagalan. Kegagalan ini antara lain disebabkan
karena pada saat membuka usaha tidak menyusun perencanaan terlebih dahulu,
sehingga apa yang dilakukan tidak didasarkan pada perhitungan awal. Penting untuk
dicermati bahwa membuka usaha baru tidak mungkin tanpa ada rencana sebelumnya.
Betapapaun sederhananya rencana usaha perlu disusun secara tertulis. Perencanaan
tertulis memungkinkan pelaku usaha untuk menuangkan pikiran, seperti tentang usaha
apa yang akan dirintisnya, siapa target konsumennya, lokasi, berapa kebutuhan modal
dan berapa perkiraan keuntungan yang akan diperoleh.
UMKM bersifat fleksibel sekaligus sangat vital membuatnya ideal sebagai
pendorong perekonomian saat situasi sulit. Dengan modal yang tidak besar,
menjadikan UMKM sebagai bagian penting dari roda perekonomian suatu negara.
Sifatnya yang fleksibel dan tidak menuntut modal besar membuatnya cocok sebagai
alternatif usaha, terutama di tengah situasi sulit. Selain itu, UMKM biasanya lebih
paham kebutuhan masyarakat sekitar. Produk yang dihasilkan sesuai dengan
kebutuhan, menggunakan bahan baku yang diperoleh dari lingkungan terdekat atau
produsen lokal. Hal ini memberi keuntungan bagi masyarakat setempat yang menjadi
konsumen.
Kurang pemahaman tentang rencana bisnis yang jelas dan terarah,
menyebabkan pelaku usaha UMKM tidak bertahan lama. Metode coba-coba sering
menjadi pilihan. Ini jelas akan membuang waktu dan biaya. Membuat rencana bisnis -
business plan, adalah awal kesuksesan berusaha. Pencarian ide dan mengetahui model
bisnis yang tepat menjadi faktor utama pembuatan perencanaan bisnis, yang
selanjutnya harus menganalisis kompetsisi di industri yang dipilih. Setelah
mendapatkan informasi yang akurat, bisnis siapkan diwujudkan sebagai bisnis yang
nyata.

2.1 Pengelolahan Keuangan


 Penyusunan Anggaran
Anggaran (budget ) dan penganggaran (budgeting ) mempunyai arti yang
berbeda. Anggaran merupakan kata benda, yakni hasil yang diperoleh setelah
menyelesaikan tugas perencanaan. Sedangkan penganggaran menunjukkan suatu
proses, sejak dari tahap persiapan yang diperlukan sebelum dimulainya penyusunan
rencana, pengumpulan berbagai data dan informasi yang perlu, pembagian tugas
perencanaan, penyusunan rencananya sendiri, implementasi dari rencana tersebut,
sampai pada akhirnya tahap pengawasan dan evaluasi dari hasil melaksanakan
rencana.
Berdasarkan definisi-definisi dan pengertian anggaran dapat disimpulkan
bahwa: Anggaran harus bersifat formal, artinya anggaran disusun dengan sengaja dan
bersungguh-sungguh dalam bentuk tertulis; Anggaran harus bersifat sistematis,
artinya anggaran disusun dengan berurutan dan berdasarkan logika; Suatu saat
manajer dihadapkan pada suatu tanggung jawab untuk mengambil keputusan,
keputusan yang diambil oleh manajer tersebut merupakan pelaksanaan fungsi manajer
dari segi perencanaan, koordinasi dan pengawasan.
Penyusunan anggaran dengan menggunakan konsep Zero Based Budgeting
dapat menghilangkan incrementalism dan line-item, karena anggaran diasumsikan
dimulai dari nol. Penyusunan anggaran yang bersifat incremental mendasarkan
besarnya realisasi anggaran tahun ini untuk menetapkan anggaran ditahun depan,
yaitu dengan menyesuaikannya dengan tingkat infl asi atau jumlah penduduk.
Sedangkan pada sistem Zero Based Budgeting (ZBB) tidak berpatokan pada anggaran
tahun lalu untuk menyusun anggaran tahun ini, namun penentuan anggaran
didasarkan pada kebutuhan saat ini juga. Dengan Zero Based Budgeting (ZBB),
seolah-olah proses anggaran dimulai dari hal yang baru sama sekali (dimulai dari nol
lagi).
Anggaran (budget ) dan penganggaran (budgeting ) mempunyai arti yang
berbeda. Anggaran merupakan kata benda, yakni hasil yang diperoleh setelah
menyelesaikan tugas perencanaan. Sedangkan penganggaran menunjukkan suatu
proses, sejak dari tahap persiapan yang diperlukan sebelum dimulainya penyusunan
rencana, pengumpulan berbagai data dan informasi yang perlu, pembagian tugas
perencanaan, penyusunan rencananya sendiri, implementasi dari rencana tersebut,
sampai pada akhirnya tahap pengawasan dan evaluasi dari hasil melaksanakan
rencana.
Peranan anggaran pada suatu perusahaan merupakan alat untuk membantu
manajemen dalam pelaksanaan, fungsi perencanaan, koordinasi, pengawasan dan juga
sebagai pedoman kerja dalam menjalankan perusahaan untuk tujuan yang telah
ditetapkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran dapat dibedakan
menjadi dua kelompok, sebagai berikut: 1) Faktorfaktor Intern, yaitu data, informasi
dan pengalaman yang terdapat di dalam perusahaan sendiri; 2) Faktor-faktor Ekstern,
yaitu data, informasi dan pengalaman yang terdapat di luar perusahaan, tetapi
mempunyai pengaruh terhadap kehidupan perusahaan. Walaupun terdapat manfaat
yang diperoleh dengan penyusunan anggaran, tetapi masih terdapat keterbatasan-
keterbatasan anggaran. Karena anggaran bermanfaat, maka anggaran yang baik harus
memenuhi persyaratanpersyaratan antara lain: adanya organisasi perusahaan yang
sehat; adanya sistem yang memadai; penggolongan rekening yang sama antara
anggaran dengan realisasinya; pencatatan akuntansi dapat memberikan informasi
mengenai realisasi anggaran; laporan didasarkan pada akuntansi pertanggungjawaban;
adanya dukungan para pelaksana. Jenis-jenis anggaran dapat dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu : 1) Anggaran operasional, ialah anggaran yang berisi taksiran-
taksiran tentang kegiatan-kegiatan perusahaan dalam jangka waktu tertentu di masa
yang akan datang; 2) Anggaran fi nansial , ialah anggaran yang berisi taksiran-
taksiran tentang keadaan atau posisi fi nansial perusahaan pada suatu saat tertentu di
masa yang akan datang. Dalam penyusunan anggaran, yang berwenang dan
bertanggung jawab atas penyusunan anggaran serta kegiatan penganggaran adalah di
tangan pimpinan tertinggi perusahaan. Hal tersebut disebabkan pimpinan tertinggi
perusahaanlah yang paling berwenang dan bertanggung jawab atas kegiatankegiatan
secara keseluruhan. Namun dalam menyiapkan dan menyusun anggaran serta
kegiatan-kegiatan penganggaran lainnya tidak harus ditangani sendiri oleh pimpinan
tertinggi perusahaan, melainkan dapat didelegasikan kepada bagian lain dalam
perusahaan.

 Pengelolaan Cash flow


Cash flow merupakan arus kas yang memperlihatkan adanya perputaran uang
masuk dan keluar pada sebuah perusahaan. Bisa juga diartikan sebuah sebuah aliran
dana masuk dan keluar dalam kurun waktu tertentu sebagai bentuk bukti adanya
aktivitas keuangan.
Cash flow memegang peran penting dalam sebuah bisnis. Nantinya arus kas inilah
yang akan menghidupi perusahaan. Laba dan rugi dari bisnis yang dijalankan juga
akan diperoleh dari arus kas tersebut.

Arus kas pada periode waktu tertentu juga akan menjadi penentu langkah yang
diambil perusahaan di masa depan. Evaluasi terhadap arus kas ini sangat penting
untuk dilakukan supaya perusahaan bisa terus berkembang. Jika hasilnya negatif,
maka dibutuhkan langkah tepat untuk mengatasinya dan jika hasilnya positif maka
harus ada inisiatif untuk meningkatkannya.

Jenis-Jenis Cash Flow

Dalam praktik sebuah bisnis, arus kas ini terbagi menjadi beberapa jenis. Sebelum
menyusun laporan arus kas, maka penting sekali untuk memahami apa saja jenis-
jenisnya karena akan dimasukkan dalam perhitungan akhir. Berikut adalah 3 jenis
arus kas atau cash flow yang penting untuk dipahami:

1. Arus Kas Operasi

merupakan jenis cash flow yang mengacu pada kas bersih. Kas bersih ini
didapatkan dari hasil operasi bisnis normal sebuah perusahaan. Dalam hal ini akan
dibutuhkan arus kas yang positif sehingga bisnis bisa berkembang secara aktif.

2. Arus Kas Investasi

Berikutnya ada arus kas investasi. Hal ini mengacu pada aktivitas investasi
dari perusahaan. Bentuk investasinya bervariasi mulai dari investasi dalam sekuritas,
properti, dan aset lainnya. Jika perusahaannya sehat, maka aktivitas investasi akan
berjalan lancar sehingga cash flow-nya seringkali negatif.

3. Arus Kas Pembiayaan

Kemudian ada cash flow pembiayaan atau financing. Ini mengacu pada kas
bergerak antara perusahaan, investor, pemilik, juga kreditur. Kas bersih ini didapatkan
dengan tujuan agar bisa membiayai perusahaan, termasuk di dalamnya untuk
membayar utang, dividen, juga ekuitas.
Semua jenis arus kas ini memegang peran penting yang akan berpengaruh pada
kondisi perusahaan. Oleh sebab itu pembukuan di setiap bagian harus dilakukan
dengan benar. Jika dilakukan secara tepat, maka proses penyusunan laporan arus kas
utama akan berjalan jauh lebih mudah dan akurat.

 Metode Laporan Cash Flow

Perlu diingat kembali bahwa cash flow ini menjadi poin pokok dalam proses
pelaporan keuangan perusahaan. Jadi sangatlah penting untuk memahami
pengertiannya sekaligus cara menyusun laporannya. Umumnya, arus kas ini akan
dilaporkan dalam bentuk dokumen keuangan yang terperinci selama periode waktu
tertentu.

Metode pembuatan laporan cash flow ini terbagi menjadi 2. Berikut adalah 2 metode
yang bisa dipakai untuk menyusun laporan arus kas yang benar bagi perusahaan:

1.Langsung

Pertama ada metode langsung dimana laporan arus kas ini akan
dikelompokkan dalam berbagai bentuk kategori. Penggolongannya dilakukan sesuai
jenis beban yang ditanggung oleh finansial perusahaan. Bisa berupa hutang, beban
sewa, beban gaji, dan masih banyak lagi.

2.Tidak Langsung

Selanjutnya ada metode penyusunan laporan cash flow secara tidak langsung.
Di sini pembuatan laporan lebih berpusat pada perbedaan laba bersih dan arus kas dari
aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan.

Setiap perusahaan bisa saja memakai metode langsung maupun tidak langsung
tergantung pertimbangan masing-masing. Namun pada akhirnya hasil perhitungan dan
penyusunan laporan tetap akan mengarah ke kesimpulan yang sama. Hanya saja
metode dan faktor-faktor yang dilibatkan berbeda.

 Cara Membuat Laporan Cash Flow Bisnis


Pebisnis juga wajib tahu bagaimana cara membuat laporan cash flow yang baik dan
benar. Dalam penyusunan laporan arus kas ini ada 2 data yang dibutuhkan. Pertama,
laporan laba rugi pada periode yang sedang berlangsung. Kedua adalah neraca periode
dari periode sekarang dengan neraca dari periode sebelumnya.

Setelah mendapatkan 2 sumber data tadi maka bisa langsung dipilih metode mana
yang akan digunakan. Untuk metode tidak langsung, bisa dibandingkan laporan laba
dan rugi pada periode waktu yang ingin dilaporkan.

Sementara itu untuk penyusunan laporan cash flow dengan metode langsung harus
dibuat kelompok-kelompok penerimaan dan pengeluaran kas. Kelompok-kelompok
ini dibuat sesuai dengan kegiatan operasional yang dijalankan oleh perusahaan.

Supaya lebih mudah dipahami, mari simak langkah-langkah penyusunan laporan arus
kas secara ringkas berikut ini:

 Buat perbandingan jumlah kenaikan dan penurunan yang ada di dalam kas
perusahaan atau bisnis Anda selama periode yang diinginkan
 Selesai dihitung, laporkan kas netto yang merujuk ke aktivitas operasional
(bisa pakai metode langsung atau tidak langsung)
 Hitung bagian kas netto yang sudah dipakai di aktivitas investasi
 Selesaikan perhitungan kas netto pada bagian aktivitas pendanaan
 Lakukan perhitungan dan jumlahkan semua bagian mulai dari aktivitas
operasi, investasi, serta pendanaan dengan jumlah saldo awal dari kas
perusahaan

Jika semua perhitungan sudah Anda lakukan, Anda bisa langsung mengetahui cash
flow bisnis periode yang diinginkan. Proses penyusunan laporan arus kas ini nantinya
perlu dibuat secara berkala untuk dapat mengetahui bagaimana kondisi keuangan
perusahaan.

Dari hasil perhitungan tersebut, akan didapatkan hasil arus kas negatif atau positif.
Hasil inilah yang akan menjadi acuan bagi perusahaan dalam mengambil langkah ke
depannya. Itulah mengapa pembukuan dan perhitungan arus kas adalah hal penting
bagi perusahaan.
 Sumber Pendanaan Untuk UMKM

1. Tabungan sendiri

Pendanaan UMKM berasal dari dana pribadi. Tak hanya tabungan saja,
penjualan aset pribadi pun dapat kamu lakukan untuk memenuhi kebutuhan modal
usaha UMKM. Umumnya, investasi pribadi mutlak diperlukan. Kebanyakan UMKM
di Indonesia pasti menggunakan sumber pendanaan ini untuk modal usaha UMKM
awal.

2. Bantuan Dana Dari Pemerintah

Perkembangan UMKM di Indonesia mendapat dukungan penuh dari


pemerintah karena keberadaannya mampu mendongkrak perekonomian nasional.
Salah satu bentuk dukungan ini adalah pendanaan untuk modal usaha UMKM.

Kehadiran pandemi COVID-19 sangat berdampak bagi UMKM. Dampak ini berupa
penurunan produktivitas usaha mikro, kecil, dan menengah dan bahkan ada yang
gulung tikar. Untuk membantu mengatasi hal tersebut, pemerintah menyalurkan
Bantuan Langsung Tunai (BLT) UMKM atau Bantuan Pemerintah untuk Usaha
Mikro (BPUM) sejak 24 Agustus 2020.

Pemerintah menargetkan 12 juta UMKM lokal menerima bantuan yang akan


ditransfer langsung ke rekening para pemilik usaha. Calon penerima BPUM harus
diusulkan oleh pengusul BPUM, yakni Kementerian/Lembaga Dinas Koperasi dan
UMKM di provinsi dan kabupaten/kota, Koperasi yang telah disahkan sebagai badan
hukum, Perbankan dan perusahaan pembiayaan yang terdaftar di Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) serta lembaga penyalur kredit pemerintah. Syarat dan ketentuan
penerima BPUM ini dapat diakses melalui situs Kementerian Koperasi dan UMKM.

3. Pinjaman Dari Bank

Pengajuan kredit usaha untuk modal usaha UMKM memiliki persyaratan


tertentu, salah satunya adalah agunan berupa fixed asset. Bagi sektor usaha mikro dan
kecil, hal ini mungkin agak berat mengingat tidak semua pengusaha UMKM memiliki
aset yang cukup. Jika kamu ingin mencoba menggalang dana dari bank, ada pilihan
kredit tanpa agunan (KTA). Hanya saja, suku bunganya cukup besar sehingga kamu
perlu mempertimbangkan secara matang sebelum memutuskan untuk mengajukan
pinjaman.

4. Angel Investor

Angel investor merupakan seseorang yang bersedia memberikan dukungan


berupa dana untuk pelaku usaha, khususnya para pejuang UMKM. Dana dari angel
investor akan diberikan di awal usaha sebanyak 1 kali sebagai langkah pertama dari
suatu usaha.

Sosok angel investor biasanya dianggap sebagai penyelamat sumber modal UMKM
yang berbasis kekerabatan. Namun, perlu diketahui bahwa angel investor menyimpan
saham dalam bentuk ekuitas perusahaan di bisnis yang telah ia dukung secara
finansial.

5. Pinjaman dari lembaga Keuangan Bukan Bank

Terakhir, alternatif sumber pendanaan untuk modal usaha UMKM yang perlu
kalian ketahui adalah pinjaman yang diberikan oleh lembaga keuangan bukan bank.
Apa saja lembaga keuangan bukan bank di Indonesia?

Lembaga keuangan bukan bank merupakan lembaga yang dikelola oleh pemerintah,
seperti pegadaian, koperasi simpan pinjam, pasar modal, asuransi, dan lembaga
penyelenggara dana pensiun. Meskipun bukan bank, tidak berarti kamu bisa bebas
dari bunga.

2.3 Pemasaran UMKM

 Strategi Pemasarsan Yang Efektif

Menurut Putri (2007) yang dikemukakan oleh Saptaningsih Sumarni (2008),


mengartikan “word-ofmouth seperti buzz, yaitu obrolan murni di tingkat pelanggan
yang menular, tentang orang, barang atau tempat (infectious chatter; genuine, street
level excitement about a hot new person, place or thing). Atau secara lebih umum
obrolan tentang brand.” Sutisna (2002;184) berpendapat bahwa: “Kebanyakan proses
komunikasi antarmanusia adalah melalui dari mulut ke mulut. Setiap orang setiap hari
berbicara dengan yang lainnya, saling tukar pikiran, saling tukar informasi, saling
berkomentar dan proses komunikasi lainnya. Mungkin sebenarnya pengetahuan
konsumen atas berbagai macam merek produk lebih banyak disebabkan adanya
komunikasi dari mulut ke mulut. Hal tersebut sangat menguntungkan produsen yang
jarang melakukan promosi dan lemah dalam mengkomunikasikan produknya
dikarenakan keterbatasan biaya, sehingga sulit menjangkau konsumen lebih luas.”
Berdasarkan kesimpulan diatas maka word of mouth dapat diartikan sebagai
komunikasi yang dilakukan oleh konsumen yang telah melakukan pembelian dan
menceritakan pengalamannya tentang produk atau jasa tersebut kepada orang lain.
sehingga secara taklangsung konsumen tersebut telah melakukan promosi yang dapat
menarik minat beli konsumen lain yang mendengarkan pembicaraan tersebut.

 Pemanfaatan Media sosial dan teknologi

Penggunaan media sosial pada UMKM memberikan manfaat di antaranya


sebagai sarana kontak personal dengan konsumen, bermanfaat sebagai sarana
promosi/advetising, mendata kebutuhan konsumen, menyampaikan respon ke
konsumen dan sebagai dasar pengambilan keputusan bisnis. Di samping itu, media
sosial juga bermanfaat sebagai forum diskusi online, memantau pelanggan secara
online, survei pelanggan, mendata kebutuhan penyalur, mendata kebutuhan pemasok
serta untuk menampilkan galeri produk.

Banyaknya manfaat yang dapat dirasakan oleh UMKM dengan penggunaan


media sosial merupakan salah satu faktor pendorong yang kuat bagi UMKM untuk
terus memanfaatkan media sosial dalam rangka mengembangkan produk, melakukan
komunikasi dengan konsumen, penyalur maupun pemasok, serta mengembangkan
jaringan pasar yang lebih luas lagi. Hal ini senada dengan penelitian sebelumnya yang
menunjukkan bahwa persepsi terhadap manfaat penggunaan teknologi informasi
merupakan salah satu faktor pendorong bagi UMKM untuk menggunakan media
teknologi informasi. Sosial media merupakan salah satu media yang mempermudah
komunikasi interaktif antara pengusaha dengan siapapun, termasuk konsumen,
penyalur, pemasok dan berbagai pihak yang berkepentingan; kapanpun dan
dimanapun berada. Sosial media sangat membantu sebagai media penghubung
informasi dan komunikasi dari produsen ke konsumen di manapun mereka berada dan
berapapun jaraknya. Media sosial merupakan media yang sangat potensial untuk
menemukan konsumen serta membangun image tentang merek suatu produk. Tidak
hanya itu, perkembangan informasi dari seluruh dunia juga dapat diakses dimanapun
dan oleh siapapun. Oleh karenanya, penggunaan taknologi informasi dan sosial media
dapat membantu UMKM untuk terus mengembangkan produknya dan sangat
membantu dalam pengambilan keputusan bisnis. Dan yang paling penting, manfaat
dari media sosial ini adalah tidak berbayar dan tidak memerlukan software khusus.

BAB 3

LEGALITAS DAN PERIZINAN

3.1 Legalitas UMKM

 Pendaftaran Usaha

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) adalah usaha milik perorangan atau
badan usaha dimana dalam usahanya pelaku usaha memproduksi suatu produk
sendiri. Produk tersebut perlu mendapat perlindungan hukum. Namun, perlindungan
produk yang beredar, khusunya mengenai merek masih lemah. Hal ini dapat dilihat
dari data jumlah produk UMKM yang mereknya terdaftar di Direktorat Jenderal
Kekayaan Intelektual (DJKI) tergolong masih rendah. Padahal merek adalah kekayaan
immateriil atau aset ekonomi bagi pelaku usaha. Selain itu, merek yang tidak
didaftarkan di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual juga rentan akan
penyalahgunaan oleh pihak lain yang akan berakibat pada kerugian pelaku usaha itu
sendiri.

Berdasarkan hasil diskusi dan tanya jawab terhadap peserta, disampaikan mekanisme
dan proses pendaftaran merek berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis yaitu :

a. Permohonan pendaftaran Merek diajukan oleh Pemohon atau Kuasanya secara


elektronik atau non-elektronik dalam bahasa Indonesia.
b. Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mencantumkan : tanggal,
bulan, dan tahun Permohonan; nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat
Pemohon; nama lengkap dan alamat Kuasa jika Permohonan diajukan melalui Kuasa;
warna jika Merek yang dimohonkan pendaftarannya menggunakan unsur warna;
nama negara dan tanggal permintaan Merek yang pertama kali dalam hal Permohonan
diajukan dengan Hak Prioritas; dan kelas barang dan/atau kelas jasa serta uraian jenis
barang dan/atau jenis jasa.
c. Permohonan ditandatangani Pemohon atau Kuasanya.
d. Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan label Merek
dan bukti pembayaran biaya.
e. Biaya Permohonan pendaftaran Merek ditentukan per kelas barang dan/atau jasa.
f. Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (4) jika berupa bentuk 3 (tiga) dimensi,
label Merek yang dilampirkan dalam bentuk karakteristik dari Merek tersebut.
g. Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (4) jika berupa suara, label Merek yang
dilampirkan berupa notasi dan rekaman suara.
h. Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilampiri dengan surat
pernyataan kepemilikan merek yang dimohonkan pendaftarannya
i. Ketentuan lebih lanjut mengenai biaya Permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

 Hak kekayaan intelektual

Pembangunan ekonomi suatunegara sangat berkaitan erat dengan


perlindungan Kekayaan Intelektualnya. Semakin terbuka sistem perekonomian suatu
negara, maka perlindunganKekayaan Intelektualakan memainkan peranannya
dalam mendukung pembangunan ekonomi negara tersebut. Manusia dalammemenuhi
segala kebutuhan dan kelangsungan hidupnya menggunakan kemampuan intelektual,
ilmu pengetahuan dan teknologi. Intelektual merupakan hasil karya luhur
manusia dalam mengadaptasikan dirinya dengan kehidupan nyata. Manusia
mempunyai kemampuan intelektual yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Dalam lingkup yang lebih besar, suatu bangsa mempunyai derajat yang
berbeda dalam hal kemampuan intelektual dengan bangsa lainnya. Dengan
adanya perbedan kemampuan dibidang intelektualnya maka manusia itusaling
membutuhkan satu sama lain. Dalam pergaulan yang demikian dibutuhkan aturan
untuk melindungan semua pihak yang terlibat, antara lain tentang Kekayaan
Intelektual.Kekayaan Intelektual adalah hak yang timbul dari hasil olah pikir
yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk
manusia.Kekayaan Intelektual adalah hak eksklusif yang diberikan suatu hukum
atau peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya ciptanya.
Pada intinya kekayaan Intelektual adalah hak untuk menikmati secara ekonomis
hasil dari suatu kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam Kekayaan
Intelektual berupa karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual
manusia.Kekayaan Intelektual telah menjadi bagian penting dalam perkembangan
perekonomian nasional maupun international sebagai penggerak ekonomi.
Istilah hak atas kekayaan intelektual merupakan terjemahan dari istilah
Intellectual Property Rights(Bahasa Inggris) dalam sistem hukum Anglo Saxon.
Sedangkan istilah hak atas milik intelektual merupakan terjemahan dari
istilah intellectuele eigendomsrecht (Bahasa Belanda) dalam sistem hukum
Kontinental.13Istilah HaKI atau Hak atas Kekayaan Intelektual merupakan
terjemahan dariIntellectualPropertyRight(IPR), sebagaimana diatur dalam undang-
undang No.7Tahun 1994 tentang pengesahan WTO .

Pengertian Intellectual Property Right sendiri adalah pemahaman mengenai


hak atas kekayaan yang timbul dari kemampuan intelektual manusia, yang
mempunyai hubungan dengan hak seseorang secara pribadi yaitu hak asasi manusia
(humanright).14Di Indonesia istilah tentang Kekayaan Intelektual mengalami
perubahan. Dasar Hukum Perubahan istilah HAKI Menjadi HKI, Kemudian KI adalah
sebagai berikut:

Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) menjadi Hak Kekayaan Intelektual


(HKI) merujuk pada artikelPerkembangan Sistem Perlindungan Hak Kekayaan
Intelektual di Indonesia16. Dalam artikel tersebut ditulis antara lain bahwa:“Dilihat
dari perkembangan hak kekayaan intelektual (HKI) di tanah air, sistem hukum (IPR)
pertama kali diterjemahkan menjadi “Hak Milik Intelektual”, kemudian menjadi “Hak
Milik Atas Kekayaan Intelektual”. Istilah yang umum dan lazim dipakai sekarang
adalah Hak Kekayaan Intelektual yang disingkat HKI. Hal ini sejalan dengan
dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Hukum dan PerUndang-Undangan RI
Nomor M.03.PR.07.10 Tahun 2000 dan Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara, dalam surat Nomor 24/M/PAN/1/2000 istilah “Hak Kekayaan
Intelektual” (tanpa “Atas”) dapat disingkat “HKI” atau akronim “HaKI” telah resmi
dipakai. Jadi bukan lagi Hak Atas Kekayaan Intelektual (dengan “Atas”). Surat
Keputusan Menteri Hukum dan PerUndang-Undangan tersebut didasari pula dengan
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 144 Tahun 1998 tanggal 15
September 1998, tentang perubahan nama Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan
Merek berubah menjadi Direktorat Jenderal Hak Atas Kekayaan Intelektual (Ditjen
HAKI) kemudian berdasarKeputusan Presiden Nomor 177 Tahun 2000 Ditjen HAKI
berubah menjadi Ditjen HKI.”Jadi istilah Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)
yang berubah menjadi HKI (Hak Kekayaan Intelektual) berdasarkanPasal 8 huruf
Keputusan Presiden Nomor 177 Tahun 2000tentang Susunan Organisasi dan Tugas
Departemen.

Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Menjadi Kekayaan Intelektual (KI).


Sebagaimana yang sebelumnya diatur dalamPasal 145 huruf fPeraturan Presiden
Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara
serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara(“Perpres
24/2010”)disebutkan mengenai susunan organisasi eselon I Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia yang salah satunya adalahDitjen HKI. Namun dalam
perkembangannya, Perpres 24/2010 tersebut telah dicabut keberlakuannya
denganPeraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia(“Perpres 44/2015”). Jika melihat ke dalam Bab II dengan judul
Organisasi, Bagian Kesatu dengan judul Sub Bab Susunan Organisasi padaPasal 4
huruf f Perpres 44/2015, disebutkan bahwa Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia salah satunya terdiri atasDirektorat Jenderal Kekayaan Intelektual (“Ditjen
KI”). Dapat disimpulkan bahwa telah terjadi perubahan istilah yang tadinya dalam
Perpres 24/2010 adalah Ditjen HKI,diubah dalam Perpres 44/2015 menjadi Ditjen KI.

Kekayaan Intelektual sulit untuk didefinisikan, meskipun demikian, uraian


mengenai Kekayaan Intelektual dapat digambarkan secara_umum. Sebagai contoh,
hukum Kekayaan Intelektual dapat melindungi karya sastra dan karya artistik serta
invensi dari penggunaan atau peniruan yang dilakukan oleh pihak lain tanpa izin.

Adapun Kekayaan Intelektual merupakan kekayaan atas segala hasil produksi


kecerdasan daya pikir seperti teknologi, pengetahuan, seni, sastra, gubahan lagu,
karya tulis, karikatur, dan lain-lain yang berguna untuk manusia.18Kekayaan
Intelektual adalah suatu hak yang timbul dari karya intelektual seseorang yang
mendatangkan keuntungan materil. Keuntungan materil inilah yang dapat
memberikan kesejahteraan hidup bagi pemilik. Kekayaan Intelektual merupakan hak
yang berasal dari hasil kegiatan kreatif kemampuan daya pikir manusia yang
diekspresikan kepada khalayak umum dalam berbagai bentuk, yang bermanfaat dalam
menunjang kehidupan manusia karena memiliki nilai ekonomis. Bentuk nyata dari
kemampuan tersebut misalnya dalam bidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan
sastra.

Kekayaan Intelektualadalah hak memperoleh perlindungan secara hukum atas


kekayaan intelektualsesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hak tersebut dapat
digunakan/dimanfaatkanoleh manusia untuk meningkatkan kesejahteraan/kebahagiaan
hidup.Kekayaan Intelektual juga dapat diartikan sebagai hak eksklusif yang diberikan
suatu hukum atau peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya
ciptanya. Pada intinya Kekayaan Intelektual adalah hak untuk menikmati secara
ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual.Objek yang diatur dalam Kekayaan
Intelektual adalah karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual
manusia.

 Pajak Dan Perpajakan

Rencana menjadikan UMKM sebagai fokus pemajakan telah terdengar sejak


tahun 2011. Saat itu sumber data menunjukan bahwa UMKM menyumbang 58% dari
PDB tetapi kontribusi nya terhadap total penerimaan pajak hanya 5 %. Melihat
besarnya potensi penerimaan pajak dari UMKM yang belum tergali secara maksimal,
maka sejak tahun 2012 pemerintah mulai mempersiapkan sebuah peraturan
pemerintah yang mengatur perusahaan atau dalam hal ini adalah wajib pajak dengan
penghasilan atau peredaran bruto tertentu. Peraturan Pemerintah No 46 tahun 2013
(PP 46 tahun 2013) tentang Pajak Penghasilan atas penghasilan dari usaha yang
diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu disahkan
pada tanggal 12 Juni 2013 oleh Presiden adalah jawaban atas inisiasi pemerintah
dalam menjaring wajib pajak dari UMKM. Pertimbangan pemerintah atas terbitnya
PP 46 tahun 2013 adalah kesederhanaan dalam pemungutan pajak, berkurangnya
beban administrasi baik bagi wajib pajak maupun Dirjen Jenderal Pajak, serta
memperhatikan perkembangan ekonomi dan moneter. Hal yang menjadi tujuan utama
dalam ditetapkannya peraturan tersebut adalah meningkatkan penerimaan pajak dari
sektor UMKM, maka pendekatan yang ada juga harus menyesuaikan dengan perilaku
dan prinsip kesederhanaan yang berlaku pada sektor tersebut. Kemudahan atau
kesederhanaan dalam penghitungan, penyetoran dan pelaporan pajak terutang adalah
solusi yang kemudian ditawarkan dalam peraturan ini. PP No 46 tahun 2013 ini
menetapkan objek pajak adalah penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 atau
empat miliar delapan ratus juta rupiah dalam satu tahun pajak. Sedangkan subjek
pajak adalah wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan tidak termasuk bentuk
usaha tetap. Ada beberapa pengecualian atas subjek pajak adalah sebagai berikut: (1)
Wajib Pajak Orang pribadi yang bukan kriteria Peraturan Pemerintah ini adalah:
Wajib Pajak Orang Pribadi yang menggunakan sarana atau prasarana yang dapat

dibongkar pasang, baik yang menetap maupun tidak menetap dan Wajib Pajak Orang
Pribadi yang menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum
yang tidak diperuntukkan bagi tempat usaha atau berjualan. (2) Wajib Pajak Badan
yang bukan kriteria Peraturan Pemerintah ini adalah: Wajib Pajak badan yang belum
beroperasi secara komersial atau Wajib Pajak badan yang dalam jangka waktu satu
tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto melebihi
Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah). Besarnya pajak yang
ditetapkan dalam PP No 46 tahun 2013 ini adalah tarif final sebesar 1%. Pengenaan
PPh yang bersifat final bermakna bahwa setelah pelunasan PPh 1 % yang dihitung
dari peredaran bruto setiap bulan, kewajiban pajak atas penghasilan tersebut telah
dianggap selesai dan final. Tarif tersebut beralaku untuk batas penghasilan usaha
seperti dijelaskan pada paragraph sebelumnya, dan bila objek pajak telah melebihi
Rp4.800.000.000,00 tidak dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final berdasarkan
Peraturan Pemerintah ini tetapi mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang mengatur mengenai pengenaan pajak atas penghasilan tersebut.
Untuk dapat menjelaskan pengelompokan dari penghasilan bruto, dalam
peraturan pemerintah ini mengelompokkan penghasilan menjadi:

(1) Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas seperti gaji,
honorarium, penghasilan dari praktek dokter, notaris, aktuaris, akuntan, pengacara,
dan sebagainya.
(2) Penghasilan dari usaha dan kegiatan.
(3) Penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak ataupun harta tak gerak, seperti
bunga, dividen, royalti, sewa, dan keuntungan penjualan harta atau hak yang tidak
dipergunakan untuk usaha.
(4) Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang dan hadiah.

Untuk penghasilan jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas meliputi:

(1) Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.
(2) Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron,
bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama,
dan penari.
(3) Olahragawan.
(4) Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.
(5) Pengarang, peneliti, dan penerjemah.
(6) Agen iklan.
(7) Pengawas atau pengelola proyek.
(8) Perantara.
(9) Petugas penjaja barang dagangan.
(10) Agen asuransi.

(11) Distributor perusahaan pemasaran berjenjang (multilevel marketing) atau


penjualan langsung (direct selling) dan kegiatan sejenis lainnya.

Apabila Wajib Pajak mempunyai penghasilan dari luar negeri dan terutang,
maka Wajib Pajak dapat mengkreditkan terhadap pajak penghasilan yang terutang.
Apabila perusahaan menderita kerugian maka dapat melakukan kompensasi kerugian
dengan penghasilan yang tidak dikenakan PPh Final dengan ketentuan sebagai
berikut: (1) Kompensasi kerugian dilakukan mulai Tahun Pajak berikutnya berturut-
turut sampai dengan lima Tahun Pajak.

(2) Tahun Pajak dikenakannya Pajak Penghasilan yang bersifat final ini tetap
diperhitungkan sebagai bagian dari jangka waktu lima tahun.
(3) Kerugian pada suatu Tahun Pajak dikenakannya Pajak Penghasilan yang bersifat
final berdasarkan Peraturan Pemerintah ini tidak dapat dikompensasikan pada Tahun
Pajak berikutnya.

3.2 Perizinan UMKM

 Jenis Perizinan Yang di perlukan

1. Nomor Induk Berusaha (NIB)

NIB merupakan identitas pelaku usaha baik itu usaha perorangan, badan usaha dan
badan hokum. Proses pembuatan NIB sangat mudah karena pemerintah mengklaim
hanya perlu waktu 30 menit dalam proses pembuatannya. NIB sendiri diterbitkan oleh
lembaga OSS setelah pelaku usaha melakukan pendaftaran. Selain sebagai identitas
pelaku usaha, NIB juga berlaku sebagai Tanda Daftra Perusahaan (TDP), Angka
Pengenal Impor (API) dan Akses Kepabeanan.
2. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

SIUP digunakan sebagai penanda bahwa Anda bisa melaksanakan kegiatan


perdagangan. SIUP dikeluarkan oleh pemerintah daerah (Pemda) dan SIUP ini wajib
dimiliki oleh pelaku usaha agar bisa melakukan kegiatan perdagangan.

3. Surat Izin Tempat Usaha (SITU)

SITU digunakan penanda bahwa tempat usaha yang digunakan sudah bisa dalam
menjalankan usaha Anda dan sesuai dengan tata ruang wilayah yang diperlukan.
Sama seperti SIUP, SITU juga dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) dan
memiliki peraturan yang berbeda di masing-masing daerah.

4. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

NPWP digunakan sebagai salah satu izin usaha dimana digunakan untuk administrasi
pajak dan sekaligus identitas bagi pelaku usaha.NPWP dikeluarkan oleh petugas pajak
dan diberikan kepada para wajib pajak baik perorangan maupun badan hukum.

5. Surat Keterangan Domisili Usaha (SKDU)

SKDU merupakan salah satu dokumen yang diperlukan dalam pengurusan izin usaha
dimana menandakan kejelasan tempat usaha Anda. SKDU diperlukan untuk membuat
dokumen lainnya seperti NPWP, SIUP, TDP dan surat pendukung pendirian usaha.
SKDU dikeluarkan oleh Kelurahan ataupun Kecamatan setempat. Untuk proses
pembuatan SKDU juga tidak memerlukan waktu yang lama cukup sehari Anda sudah
bisa mendapatkan SKDU asalkan semua persyaratan yang dibutuhkan terpenuhi.

6. Nomor Register Perusahaan (NRP)

NRP disebut juga dengan TDP (Tanda Daftar Perusahaan). NRP sendiri wajib
dipasang di tempat usaha sebagai pertanda kalau usahanya sudah terdaftar secara sah.

7. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

AMDAL merupakan izin usaha yang digunakan untuk mengkaji dampak lingkungan
yang ditimbulkan oleh usaha Anda. AMDAL juga digunakan dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh
izin usaha.
8. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

IMB digunakan sebagai penanda bahwa tempat usaha yang sudah dibangun sudah
resmi terdaftar. IMB juga wajib dimiliki oleh pelaku usaha dan dikeluarkan oleh
Pemerintah Daerah.

9. Izin BPOM

Izin BPOM merupakan izin edar untuk produk usaha makanan ataupun produk lain
yang layak dikonsumsi. Izin BPOM digunakan sebagai jaminan bahwa produk
tersebut aman dan terjaga untuk digunakan oleh masyarakat.

10. Surat Keputusan Pengesahan Badan Hukum

Surat Keputusan Pengesahaan Badan Hukum dikeluarkan oleh Menteri Hukum dan
HAM dan digunakan untuk mengesahkan badan hukum seperti Perseroan Terbatas
(PT). Surat ini sebagai penanda bahwa perusahaan tersebut berdiri dan sah di mata
hukum Indonesia.

11. Akta Pendirian Perseroan Terbatas

Akta Pendirian Perseroan Terbatas wajib dimiliki pelaku usaha dan digunakan untuk
mendukung keberlangsungan usaha agar tidak mendapatkan masalah di masa
mendatang.

12. Izin Gangguan

Izin gangguan digunakan untuk usaha-usaha yang berpotensi menimbulkan bahaya,


ketertiban, kerugian ataupun gangguan lainnya yang bisa muncul kapan pun. Biasanya
izin ini diberikan kepada para pelaku usaha dunia malam.

 Izin Usaha Berdasarkan Risiko

Itulah beberapa jenis perizinan usaha di Indonesia. Selain itu, jenis perizinan berusaha
juga bisa didasarkan pada risiko kegiatan usaha. Berikut penjelasannya:

a. Usaha dengan tingkat resiko rendah cukup memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB)
sebagai perizinan tunggal. Dengan NIB dapat memudahkan UMK untuk mengakses
pembiayaan dari perbankan untuk mendapatkan modal usaha, mengakses program
bantuan pemerintah dan memiliki kepastian atau perlindungan hukum terhadap
usahanya.
b. Usaha dengan tingkat resiko menengah rendah memerlukan NIB dan Sertifikat
Standar (SS) berupa pernyataan mandiri.

c. Usaha dengan tingkat resiko menengah tinggi memerlukan NIB dan SS yang
diverifikasi oleh kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah.

d. Usaha dengan tingkat resiko tinggi memerlukan NIB, izin yang harus disetujui oleh
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah dan SS jika dibutuhkan.

 Proses Perolehan Perizinan

1) Pengajuan Permohonan

Pemohon mengajukan permohonan dengan format dan dokumen pendukung yang


dibutuhkan.

2) Evaluasi Kelengkapan

Permohonan izin dan dokumen pendukung dievaluasi kelengkapan dan kesesuaiannya


oleh Unit Pelayanan Perizinan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Permohonan
yang tidak lengkap akan dikembalikan kepada pemohon.

3) Verifikasi

Tim Verifikasi perizinan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air memeriksa


rekomendasi teknis, kesesuaian antara permohonan izin dengan rekomendasi teknis
dan kelayakan teknis pemberian izin.

4) Penetapan Pemberian Izin / Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan


Perumahan Rakyat

Hasil verifikasi dijadikan dasar bagi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
cq Direktur Jenderal Sumber Daya Air untuk merumuskan pertimbangan dan saran
dalam penetapan keputusan yang berupa penolakan permohonan izin atau persetujuan
permohonan izin.

BAB 4

INOVASI DAN TEKONOLOGI UNTUK UMKM

4.1 Inovasi dalam UMKM


 Pentingnya Inovasi

Pembangunan sektor UMKM adalah langkah yang sangat positif untuk


membawa Indonesia mencapai kesejahteraan. Dengan pertumbuhan UMKM yang
meningkat, ada kesempatan untuk memperluas lapangan kerja dan memaksimalkan
potensi sumber daya alam dan manusia, sehingga meningkatkan pertumbuhan
ekonomi suatu negara (Undari dan Lubis, 2021). Sunariani et al. (2017) menyatakan
bahwa UMKM tidak hanya berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi, tetapi
juga berperan penting dalam mengurangi pengangguran di Indonesia. Namun, Astuti
et al. (2019) juga mengemukakan bahwa beberapa UMKM masih menghadapi
beberapa kendala eksternal, seperti kurangnya adaptasi terhadap lingkungan strategis,
kurang fleksibel dalam mencari peluang usaha, serta kekurangan kreativitas dan
inovasi dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. Kendala internal juga
ditemui pada sebagian UMKM, seperti kurangnya keterampilan dan kemampuan
manajerial, akses terbatas ke teknologi informasi, modal, dan pasar. Kendalakendala
ini disebabkan oleh kurangnya kemampuan beberapa pengelola UMKM dalam
mengantisipasi masalah yang dihadapi. Inovasi kewirausahaan memiliki peran
penting dalam kinerja UMKM Putri et al. (2018). Persaingan dalam bisnis mendorong
pengusaha memahami pasar dan kebutuhan konsumen.
Inovasi menjadi faktor kunci bagi perusahaan dalam menciptakan terobosan
baru untuk meningkatkan kinerja usaha. Oleh karena itu, pelaku UMKM harus
berfokus pada kegiatan inovasi karena ini memiliki kontribusi yang signifikan
terhadap kinerja perusahaan (Simorangkir et al., 2020). Agar mampu
mengembangkan usaha dan mencapai kinerja yang baik, pelaku UMKM harus kreatif
dan inovatif dalam merumuskan strategi pemasaran yang efektif. Penelitian
sebelumnya juga menunjukkan bahwa kemampuan inovasi berpengaruh kinerja
perusahaan (Agyapong et al., 2018). Di era pasar bebas saat ini, persaingan bisnis
semakin meningkat dan menjadi lebih sengit, terutama bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM). Namun saat menghadapi persaingan global, UMKM seringkali
dihadapkan pada tantangan besar, khususnya dalam hal daya saing. Salah satu faktor
utama yang berkontribusi pada peningkatan daya saing UMKM adalah kreativitas dan
inovasi. Kreativitas dan inovasi menjadi kunci sukses bagi UMKM untuk tetap eksis
dan mengalami perkembangan di tengah persaingan yang semakin sengit. Peluang
UMKM untuk menarik perhatian dan minat konsumen menjadi lebih baik ketika
mereka mampu menciptakan produk atau layanan yang kreatif dan inovatif,
membedakan diri dari pesaing, dan meningkatkan jangkauan pasar mereka.

 Strategi Untuk Mendorong Inovasi


Industri kreatif, yang ditandai dengan fokus mereka pada kreativitas,
orisinalitas, dan inovasi, telah muncul sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi dan
perkembangan budaya yang signifikan di banyak kota di seluruh dunia (Nurfitrah et
al., 2022; Widjajanti &Sugiyanto, 2018). Industri ini mencakup berbagai sektor,
antara lain desain, periklanan, arsitektur, mode, film, musik, dan multimedia. Industri
kreatif tidak hanya menghasilkan kekayaan intelektual yang berharga, tetapi juga
mendorong ekosistem yang dinamis yang mempromosikan kolaborasi lintas disiplin
dan pertukaran budaya (Hidayat & Handoyo, 2022).

Inovasi adalah pilar utama industri kreatif, dan kesuksesan mereka terkait erat

dengan kemampuan mereka untuk terus menghasilkan ide, produk, dan layanan baru
dan imajinatif (Ariadne Muller, 2021; Hajad Priyadi et al., 2023; Hidayat & Handoyo,
2022). Kreativitas adalah mesin yang mendorong inovasi di sektor ini, karena
mendorong terciptanya solusi unik untuk masalah yang kompleks dan eksplorasi
pendekatan yang tidak konvensional. Para peneliti menyoroti peran penting industri
kreatif dalam menggerakkan perekonomian daerah dan nasional. Mereka mendorong
kewirausahaan dan penciptaan lapangan kerja, berkontribusi pada pariwisata dan
pertukaran budaya, dan meningkatkan daya tarik dan daya saing kota dalam skala
global. Oleh karena itu, memahami faktor-faktor yang memungkinkan dan
meningkatkan inovasi dalam industri kreatif sangat penting untuk pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan (Ayu & Sulistyowati, 2021; Fitrihana,
2017; Hakim, 2021; Harly & Octavia, 2014; Iskandar, 2022). 2.2 Strategi Kolaborasi
di Industri Kreatif Kolaborasi telah diakui sebagai faktor kunci dalam mendorong
inovasi di industrikreatif. Kolaborasi memiliki banyak bentuk, termasuk kemitraan
antar organisasi, inisiatif

kreasi bersama, dan membangun jaringan dengan pemangku kepentingan eksternal


(Nooret al., 2023; Rudi Suprianto, Nining Harnani, 2020). Dengan berkolaborasi,
bisnis kreatifdapat menyatukan sumber daya, keahlian, dan perspektif, yang mengarah
ke pemahaman yang lebih komprehensif tentang tantangan kompleks dan solusi
inovatif. Kolaborasi antar organisasi antara perusahaan kreatif dan industri lain telah
terbukti memfasilitasi transfer pengetahuan dan pertukaran praktik terbaik (Hakim,
2022). Misalnya, kemitraan antara perusahaan desain grafis dan perusahaan teknologi
telah memungkinkan integrasi alat digital mutakhir ke dalam proses desain, yang
menghasilkan desain yang lebih inovatif dan interaktif. Inisiatif kreasi bersama, di
mana para profesional kreatif berkolaborasi dengan klien dan pengguna akhir, juga
terbukti efektif dalam menghasilkan produk dan layanan inovatif yang memenuhi
permintaan pasar tertentu. Melibatkan klien dalam proses desain akan menumbuhkan
rasa kepemilikan dan memastikan bahwa hasil akhirnya sesuai dengan kebutuhan dan
preferensi mereka (Berenguer-Contrí et al., 2020; Chen et al., 2022; NájeraSánchez et
al., 2020; Soltanzadeh, 2014). Berjejaring dengan pemangku kepentingan eksternal,
seperti lembaga akademik, lembaga pemerintah, dan organisasi budaya, dapat
memberi bisnis kreatif akses ke sumber daya, peluang pendanaan, dan khalayak yang
lebih luas. Kolaborasi semacam itu memiliki potensi untuk mengkatalisasi proyek-
proyek inovatif dengan dampak sosial yang positif (Littlewood & Khan, 2018;
Mohamad, 2018; Widjajanti & Sugiyanto, 2018).

4.2 Pemanfaatan Teknologi

 Peran Teknologi dalam pengembangan UMKM

Teknologi telah membuat proses produksi, pemasaran, distribusi, dan bisnis


secara keseluruhan menjadi lebih efisien dan efektif. Konektivitas yang dibangun pun
memampukan banyak pelaku bisnis terhubung dengan akses-akses modal dan pasar
yang baru. Dalam konteks ini, Philip Kottler menjelaskan sebuah teori Pemasaran 4.0
atau Pemasaran Digital dengan pendekatan pemasaran baru untuk membantu pemasar
dalam mengatisipasi dan mengelola dampak teknologi. Konsep tersebut
mengkombinasikan interaksi online dan interaksi offline antara perusahaan dengan
pelanggan karena pada kenyataannya, justru di saat dunia online berkembang,
sentuhan offline menjadi titik diferensiasi yang kuat.

Pemasaran digital dapat diartikan sebagai pemasaran di mana pesan dikirim


menggunakan media yang tergantung pada tekonologi digital. Namun sejauh ini,
internet menjadi media teknologi digital paling signifikan. (Bird, 2007). Digital
marketing banyak dipilih sebagai strategi peningkatan usaha karena biayanya yang
murah dan efektif. Karena dapat diakses oleh siapa saja dan dimana saja selagi
terhubung dengan internet. Para pelaku usaha dapat lebih mudah dan cepat
mendapatkan informasi mengenai keadaan pasar dan dapat berkomunikasi dengan
mudah dengan relasi untuk menambah jaringan dimanapun dengan kemudahan
teknologi internet. Selain itu, keuntungan dari digital marketing menggunakan
internet adalah lebih mudah, lebih murah atau lebih cepat untuk berkomunikasi (Ryan
& Jones, 2009 ; Chaffey dan Smith, 2002).

Strategi mencapai hasil dari digital marketing harus diupayakan oleh para
pelaku usaha dengan baik. Seperti pada penelitian Yasmin, et.al (2015) dan Gibson
(2018) yang mengatakan bahwa pemasar harus memiliki strategi bisnis dalam
pemasaran digital untuk dapat mencapai hasil yang maksimal. Yasmin et.al (2015)
juga mengemukakan bahwa diperlukan upaya, percobaan dan kesalahan. Dengan
berbagai proses tersebut, pemasar atau pelaku usaha tentu mendapat berbagai
pengalaman yang berguna untuk terus membenahi strategi penjualan mereka.

 Aplikasi dan platform digital untuk UMKM

Menurut Musnaini (2020), Digital Marketing atau bisa disebut pemasaran


digital adalah suatu usaha atau metode untuk memasarkan sebuah merek atau produk
dengan menggunakan media pendukung dalam bentuk digital. Era revolusi industry
4.0 dan society 5.0 strategi pemasaran digital sangat berperan dalam membangun
jaringan, komunikasi dengan konsumen dan memperkenalkan produk.

Adapaun platform digital yang umum diakses dalam mengimplementasikan


strategi pemasaran digital yaitu website, blog dan juga social media (Facebook,
Instagram, Whatsapp, dsb), SEO, SEM, Email Marketing, Content Marketing,
branding dan App Development. Berikut beberapa platform digital yang dapat
digunakan untuk melakukan pemasaran digital :

a. Whatsapp Bisnis
b. Website atau blog UMKM
c. Social Media Marketing (Facebook, Instagram, dsb)
d. E-commerce (Bukalapak, tokopedia, dsb) Berdasarkan hasil wawancara dengan
beberapa pelaku UMKM yang ada, pemasaran digital yang saat ini paling mungkin
untuk diterpakan adalah dengan menggunakan social media facebook karena pelaku
UMKM sudah memiliki akun facebook dan terbiasa mengoperasikannya.
BAB 5

KEBERLANJUTAN DAN PENGEMBANGAN UMKM

5.1 Keberlanjutan Bisnis


Keberlanjutan bisnis, atau sering disebut juga sebagai "sustainability" dalam
konteks bisnis, merujuk pada pendekatan atau praktik bisnis yang berfokus pada
keberlanjutan jangka panjang. Ini mencakup upaya untuk memastikan bahwa operasi
bisnis tidak hanya memenuhi kebutuhan saat ini, tetapi juga tidak merugikan
kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Aspek keberlanjutan bisnis dapat mencakup berbagai hal, termasuk:

 Pertimbangan Lingkungan: Menilai dampak lingkungan dari kegiatan bisnis,


dengan memperhatikan penggunaan sumber daya alam, emisi karbon, dan polusi.
 Aspek Sosial: Memperhatikan dampak sosial dari operasi bisnis, termasuk
hubungan dengan masyarakat setempat, hak asasi manusia, dan keadilan sosial.
 Efisiensi Ekonomi: Memastikan bahwa bisnis beroperasi secara ekonomis efisien
dan dapat bertahan dalam jangka panjang, tanpa mengorbankan keberlanjutan
ekonomi.
 Tanggung Jawab Korporat: Menerapkan prinsip-prinsip etika dan tanggung jawab
korporat, termasuk transparansi dalam pelaporan keuangan dan operasional.
 Inovasi Berkelanjutan: Mengembangkan dan menerapkan inovasi yang
mendukung keberlanjutan, baik dalam produk dan layanan maupun dalam proses
operasional.
 Keterlibatan Pemangku Kepentingan (Stakeholders): Berinteraksi dan
berkomunikasi dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pelanggan,
karyawan, pemasok, dan masyarakat setempat.

Keberlanjutan bisnis bukan hanya tentang mematuhi peraturan, tetapi juga


tentang mengadopsi praktik bisnis yang menghormati dan memperhatikan dampaknya
terhadap lingkungan, masyarakat, dan ekonomi. Pendekatan keberlanjutan ini muncul
sebagai respons terhadap tantangan global, seperti perubahan iklim, peningkatan
ketidaksetaraan, dan pengekangan sumber daya alam, dengan tujuan memastikan
bahwa bisnis dapat beroperasi secara berkelanjutan dalam jangka panjang.

 Manajemen Resiko

Manajemen risiko adalah proses identifikasi, penilaian, pengendalian, dan


pemantauan risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan suatu organisasi atau
proyek. Tujuan utama dari manajemen risiko adalah untuk mengurangi dampak risiko
negatif dan memaksimalkan peluang positif. Berikut adalah langkah-langkah umum
dalam manajemen risiko:

1. Identifikasi Risiko:

Identifikasi risiko adalah langkah pertama dalam manajemen risiko. Organisasi atau
tim proyek harus mengidentifikasi potensi risiko yang dapat mempengaruhi
pencapaian tujuan. Risiko dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk lingkungan
eksternal, kebijakan internal, perubahan pasar, teknologi, atau kegagalan sistem.

2. Penilaian Risiko:

Setelah risiko diidentifikasi, langkah berikutnya adalah menilai dampak dan


probabilitas terjadinya masing-masing risiko.

Ini membantu dalam menentukan risiko mana yang perlu mendapatkan perhatian
lebih besar dan apa langkah-langkah yang perlu diambil.

3. Pengembangan Strategi Pengelolaan Risiko:

Organisasi atau tim proyek perlu mengembangkan strategi untuk mengelola risiko
yang telah diidentifikasi. Strategi ini dapat mencakup pencegahan, mitigasi, transfer,
atau penerimaan risiko. Pencegahan melibatkan langkah-langkah untuk mengurangi
probabilitas terjadinya risiko. Mitigasi melibatkan langkah-langkah untuk mengurangi
dampak jika risiko terjadi. Transfer melibatkan mengalihkan risiko kepada pihak lain,
seperti melalui asuransi.

4. Implementasi Strategi:

Setelah strategi pengelolaan risiko dikembangkan, langkah selanjutnya adalah


menerapkannya. Ini dapat melibatkan perubahan dalam proses bisnis, penerapan
teknologi baru, atau pengadaan asuransi.

5. Pemantauan dan Pengendalian Risiko:

Manajemen risiko bukanlah tugas satu kali. Organisasi atau tim proyek perlu secara
terus-menerus memantau risiko dan efektivitas strategi pengelolaan risiko. Jika ada
perubahan dalam lingkungan atau kondisi bisnis, strategi pengelolaan risiko mungkin
perlu disesuaikan.

Manajemen risiko merupakan bagian integral dari manajemen umum suatu


organisasi atau proyek. Dengan memahami dan mengelola risiko dengan baik, sebuah
entitas dapat meningkatkan kemungkinan sukses dalam mencapai tujuannya.
5.2 Pengembangan UMKM

 Ekspansi Bisnis

Ekspansi bisnis merujuk pada upaya perluasan atau pengembangan suatu


usaha untuk mencapai pertumbuhan yang lebih besar. Proses ini melibatkan berbagai
strategi dan langkah-langkah untuk meningkatkan cakupan pasar, peningkatan
pendapatan, dan memperluas aktivitas bisnis. Berikut adalah beberapa konsep penting
yang terkait dengan ekspansi bisnis:

1. Pengembangan Produk atau Layanan:

-Melibatkan penambahan produk atau layanan baru ke dalam portofolio bisnis untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan yang beragam.

-Inovasi produk juga dapat menjadi bagian dari pengembangan, di mana perusahaan
menciptakan solusi baru atau meningkatkan fitur produk yang sudah ada.

2. Pembukaan Cabang atau Lokasi Baru:

-Perluasan fisik bisnis dengan membuka cabang baru atau memasuki pasar baru.

-Strategi ini dapat meningkatkan cakupan geografis dan mencapai pangsa pasar yang
lebih luas.

3. Aliansi Strategis atau Kemitraan:

-Melibatkan kerjasama dengan perusahaan lain untuk mencapai tujuan bersama,


seperti aliansi pemasaran, kemitraan teknologi, atau kolaborasi lainnya.

4. Ekspansi Internasional:

-Membuka pasar di luar wilayah domestik untuk mencapai pelanggan internasional.

-Perlu mempertimbangkan perbedaan budaya, hukum, dan regulasi di negara yang


dituju.

5. Akuisisi:
-Membeli perusahaan lain untuk mendapatkan sumber daya, teknologi, atau keahlian
tertentu.

-Akuisisi dapat membantu perusahaan mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar
atau memasuki industri yang berbeda.

6. Diversifikasi:

-Membuka lini bisnis baru yang tidak terkait dengan produk atau layanan yang sudah
ada.

-Bertujuan untuk mengurangi risiko dengan memiliki portofolio bisnis yang beragam.

7. E-commerce dan Ekspansi Online:

-Memanfaatkan internet untuk mencapai pelanggan lebih luas melalui penjualan


online dan pemasaran digital.

-Perluasan online dapat mencakup penetrasi pasar global atau peningkatan kehadiran
digital.

8. Penetrasi Pasar:

-Fokus pada peningkatan pangsa pasar di segmen atau wilayah yang sudah ada.

-Upaya ini dapat melibatkan strategi harga, promosi, atau peningkatan kualitas
produk.

9. Pengembangan Sumber Daya Manusia:

-Memperkuat tim dan kapasitas internal perusahaan untuk mendukung pertumbuhan.

-Pelatihan dan pengembangan karyawan, perekrutan tenaga kerja berkualitas, dan


perluasan struktur organisasi dapat menjadi bagian dari ini.

10. Analisis Risiko dan Perencanaan Keuangan:

-Penting untuk melakukan analisis risiko yang cermat dan merencanakan sumber daya
keuangan untuk mendukung proses ekspansi.

-Perusahaan perlu memahami risiko potensial dan menyusun strategi mitigasi.

Ekspansi bisnis membutuhkan perencanaan yang matang, riset pasar, analisis


keuangan, dan pelaksanaan yang efektif. Sebuah strategi ekspansi yang baik dapat
membantu perusahaan untuk tumbuh dan bersaing lebih baik di pasar yang semakin
kompetitif.

Anda mungkin juga menyukai