Disusun Oleh:
Dalam perekonomian Indonesia, peran dan kontribusi pelaku usaha dari skala
usaha kecil dan menengah sangat besar, tidak hanya dalam hal penyerapan tenaga
kerja yang melebihi 90%, namun juga kontribusinya bagi GDP Indonesia yang lebih
dari 50% (Kementerian Koperasi dan UMKM, 2012). UMKM dipandang sebagai
pelaku ekonomi yang cukup fleksibel di dalam menyesuaikan dengan berbagai
perubahan iklim usaha yang terjadi, sehingga tetap mampu memberikan kontribusi
positif bagi perekonomian negara. Kontribusi tersebut akan semakin baik apabila
berbagai permasalahan yang masih dihadapi UMKM dapat diatasi, dan salah satunya
adalah permasalahan dalam memanfaatkan informasi akuntansi dalam berbagai
pengambilan keputusan usahanya.
Eksistensi UMKM memang tidak dapat diragukan lagi karena terbukti mampu
bertahan dan menjadi roda penggerak ekonomi, terutama pasca krisis ekonomi. Disisi
lain, UMKM juga menghadapi banyak sekali permasalahan, yaitu terbatasnya modal
kerja, Sumber Daya Manusia yang rendah, dan minimnya penguasaan ilmu
pengetahuan serta teknologi (Sudaryanto dan Hanim, 2002). Kendala lain yang
dihadapi UMKM adalah keterkaitan dengan prospek usaha yang kurang jelas serta
perencanaan, visi dan misi yang belum mantap. Hal ini terjadi karena umumnya
UMKM bersifat income gathering yaitu menaikkan pendapatan, dengan ciri-ciri
sebagai berikut: merupakan usaha milik keluarga, menggunakan teknologi yang masih
relatif sederhana, kurang memiliki akses permodalan (bankable), dan tidak ada
pemisahan modal usaha dengan kebutuhan pribadi.
BAB 1
PENGENALAN UMKM
Arus kas pada periode waktu tertentu juga akan menjadi penentu langkah yang
diambil perusahaan di masa depan. Evaluasi terhadap arus kas ini sangat penting
untuk dilakukan supaya perusahaan bisa terus berkembang. Jika hasilnya negatif,
maka dibutuhkan langkah tepat untuk mengatasinya dan jika hasilnya positif maka
harus ada inisiatif untuk meningkatkannya.
Dalam praktik sebuah bisnis, arus kas ini terbagi menjadi beberapa jenis. Sebelum
menyusun laporan arus kas, maka penting sekali untuk memahami apa saja jenis-
jenisnya karena akan dimasukkan dalam perhitungan akhir. Berikut adalah 3 jenis
arus kas atau cash flow yang penting untuk dipahami:
merupakan jenis cash flow yang mengacu pada kas bersih. Kas bersih ini
didapatkan dari hasil operasi bisnis normal sebuah perusahaan. Dalam hal ini akan
dibutuhkan arus kas yang positif sehingga bisnis bisa berkembang secara aktif.
Berikutnya ada arus kas investasi. Hal ini mengacu pada aktivitas investasi
dari perusahaan. Bentuk investasinya bervariasi mulai dari investasi dalam sekuritas,
properti, dan aset lainnya. Jika perusahaannya sehat, maka aktivitas investasi akan
berjalan lancar sehingga cash flow-nya seringkali negatif.
Kemudian ada cash flow pembiayaan atau financing. Ini mengacu pada kas
bergerak antara perusahaan, investor, pemilik, juga kreditur. Kas bersih ini didapatkan
dengan tujuan agar bisa membiayai perusahaan, termasuk di dalamnya untuk
membayar utang, dividen, juga ekuitas.
Semua jenis arus kas ini memegang peran penting yang akan berpengaruh pada
kondisi perusahaan. Oleh sebab itu pembukuan di setiap bagian harus dilakukan
dengan benar. Jika dilakukan secara tepat, maka proses penyusunan laporan arus kas
utama akan berjalan jauh lebih mudah dan akurat.
Perlu diingat kembali bahwa cash flow ini menjadi poin pokok dalam proses
pelaporan keuangan perusahaan. Jadi sangatlah penting untuk memahami
pengertiannya sekaligus cara menyusun laporannya. Umumnya, arus kas ini akan
dilaporkan dalam bentuk dokumen keuangan yang terperinci selama periode waktu
tertentu.
Metode pembuatan laporan cash flow ini terbagi menjadi 2. Berikut adalah 2 metode
yang bisa dipakai untuk menyusun laporan arus kas yang benar bagi perusahaan:
1.Langsung
Pertama ada metode langsung dimana laporan arus kas ini akan
dikelompokkan dalam berbagai bentuk kategori. Penggolongannya dilakukan sesuai
jenis beban yang ditanggung oleh finansial perusahaan. Bisa berupa hutang, beban
sewa, beban gaji, dan masih banyak lagi.
2.Tidak Langsung
Selanjutnya ada metode penyusunan laporan cash flow secara tidak langsung.
Di sini pembuatan laporan lebih berpusat pada perbedaan laba bersih dan arus kas dari
aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan.
Setiap perusahaan bisa saja memakai metode langsung maupun tidak langsung
tergantung pertimbangan masing-masing. Namun pada akhirnya hasil perhitungan dan
penyusunan laporan tetap akan mengarah ke kesimpulan yang sama. Hanya saja
metode dan faktor-faktor yang dilibatkan berbeda.
Setelah mendapatkan 2 sumber data tadi maka bisa langsung dipilih metode mana
yang akan digunakan. Untuk metode tidak langsung, bisa dibandingkan laporan laba
dan rugi pada periode waktu yang ingin dilaporkan.
Sementara itu untuk penyusunan laporan cash flow dengan metode langsung harus
dibuat kelompok-kelompok penerimaan dan pengeluaran kas. Kelompok-kelompok
ini dibuat sesuai dengan kegiatan operasional yang dijalankan oleh perusahaan.
Supaya lebih mudah dipahami, mari simak langkah-langkah penyusunan laporan arus
kas secara ringkas berikut ini:
Buat perbandingan jumlah kenaikan dan penurunan yang ada di dalam kas
perusahaan atau bisnis Anda selama periode yang diinginkan
Selesai dihitung, laporkan kas netto yang merujuk ke aktivitas operasional
(bisa pakai metode langsung atau tidak langsung)
Hitung bagian kas netto yang sudah dipakai di aktivitas investasi
Selesaikan perhitungan kas netto pada bagian aktivitas pendanaan
Lakukan perhitungan dan jumlahkan semua bagian mulai dari aktivitas
operasi, investasi, serta pendanaan dengan jumlah saldo awal dari kas
perusahaan
Jika semua perhitungan sudah Anda lakukan, Anda bisa langsung mengetahui cash
flow bisnis periode yang diinginkan. Proses penyusunan laporan arus kas ini nantinya
perlu dibuat secara berkala untuk dapat mengetahui bagaimana kondisi keuangan
perusahaan.
Dari hasil perhitungan tersebut, akan didapatkan hasil arus kas negatif atau positif.
Hasil inilah yang akan menjadi acuan bagi perusahaan dalam mengambil langkah ke
depannya. Itulah mengapa pembukuan dan perhitungan arus kas adalah hal penting
bagi perusahaan.
Sumber Pendanaan Untuk UMKM
1. Tabungan sendiri
Pendanaan UMKM berasal dari dana pribadi. Tak hanya tabungan saja,
penjualan aset pribadi pun dapat kamu lakukan untuk memenuhi kebutuhan modal
usaha UMKM. Umumnya, investasi pribadi mutlak diperlukan. Kebanyakan UMKM
di Indonesia pasti menggunakan sumber pendanaan ini untuk modal usaha UMKM
awal.
Kehadiran pandemi COVID-19 sangat berdampak bagi UMKM. Dampak ini berupa
penurunan produktivitas usaha mikro, kecil, dan menengah dan bahkan ada yang
gulung tikar. Untuk membantu mengatasi hal tersebut, pemerintah menyalurkan
Bantuan Langsung Tunai (BLT) UMKM atau Bantuan Pemerintah untuk Usaha
Mikro (BPUM) sejak 24 Agustus 2020.
4. Angel Investor
Sosok angel investor biasanya dianggap sebagai penyelamat sumber modal UMKM
yang berbasis kekerabatan. Namun, perlu diketahui bahwa angel investor menyimpan
saham dalam bentuk ekuitas perusahaan di bisnis yang telah ia dukung secara
finansial.
Terakhir, alternatif sumber pendanaan untuk modal usaha UMKM yang perlu
kalian ketahui adalah pinjaman yang diberikan oleh lembaga keuangan bukan bank.
Apa saja lembaga keuangan bukan bank di Indonesia?
Lembaga keuangan bukan bank merupakan lembaga yang dikelola oleh pemerintah,
seperti pegadaian, koperasi simpan pinjam, pasar modal, asuransi, dan lembaga
penyelenggara dana pensiun. Meskipun bukan bank, tidak berarti kamu bisa bebas
dari bunga.
BAB 3
Pendaftaran Usaha
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) adalah usaha milik perorangan atau
badan usaha dimana dalam usahanya pelaku usaha memproduksi suatu produk
sendiri. Produk tersebut perlu mendapat perlindungan hukum. Namun, perlindungan
produk yang beredar, khusunya mengenai merek masih lemah. Hal ini dapat dilihat
dari data jumlah produk UMKM yang mereknya terdaftar di Direktorat Jenderal
Kekayaan Intelektual (DJKI) tergolong masih rendah. Padahal merek adalah kekayaan
immateriil atau aset ekonomi bagi pelaku usaha. Selain itu, merek yang tidak
didaftarkan di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual juga rentan akan
penyalahgunaan oleh pihak lain yang akan berakibat pada kerugian pelaku usaha itu
sendiri.
Berdasarkan hasil diskusi dan tanya jawab terhadap peserta, disampaikan mekanisme
dan proses pendaftaran merek berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis yaitu :
dibongkar pasang, baik yang menetap maupun tidak menetap dan Wajib Pajak Orang
Pribadi yang menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum
yang tidak diperuntukkan bagi tempat usaha atau berjualan. (2) Wajib Pajak Badan
yang bukan kriteria Peraturan Pemerintah ini adalah: Wajib Pajak badan yang belum
beroperasi secara komersial atau Wajib Pajak badan yang dalam jangka waktu satu
tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto melebihi
Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah). Besarnya pajak yang
ditetapkan dalam PP No 46 tahun 2013 ini adalah tarif final sebesar 1%. Pengenaan
PPh yang bersifat final bermakna bahwa setelah pelunasan PPh 1 % yang dihitung
dari peredaran bruto setiap bulan, kewajiban pajak atas penghasilan tersebut telah
dianggap selesai dan final. Tarif tersebut beralaku untuk batas penghasilan usaha
seperti dijelaskan pada paragraph sebelumnya, dan bila objek pajak telah melebihi
Rp4.800.000.000,00 tidak dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final berdasarkan
Peraturan Pemerintah ini tetapi mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang mengatur mengenai pengenaan pajak atas penghasilan tersebut.
Untuk dapat menjelaskan pengelompokan dari penghasilan bruto, dalam
peraturan pemerintah ini mengelompokkan penghasilan menjadi:
(1) Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas seperti gaji,
honorarium, penghasilan dari praktek dokter, notaris, aktuaris, akuntan, pengacara,
dan sebagainya.
(2) Penghasilan dari usaha dan kegiatan.
(3) Penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak ataupun harta tak gerak, seperti
bunga, dividen, royalti, sewa, dan keuntungan penjualan harta atau hak yang tidak
dipergunakan untuk usaha.
(4) Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang dan hadiah.
(1) Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.
(2) Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron,
bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama,
dan penari.
(3) Olahragawan.
(4) Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.
(5) Pengarang, peneliti, dan penerjemah.
(6) Agen iklan.
(7) Pengawas atau pengelola proyek.
(8) Perantara.
(9) Petugas penjaja barang dagangan.
(10) Agen asuransi.
Apabila Wajib Pajak mempunyai penghasilan dari luar negeri dan terutang,
maka Wajib Pajak dapat mengkreditkan terhadap pajak penghasilan yang terutang.
Apabila perusahaan menderita kerugian maka dapat melakukan kompensasi kerugian
dengan penghasilan yang tidak dikenakan PPh Final dengan ketentuan sebagai
berikut: (1) Kompensasi kerugian dilakukan mulai Tahun Pajak berikutnya berturut-
turut sampai dengan lima Tahun Pajak.
(2) Tahun Pajak dikenakannya Pajak Penghasilan yang bersifat final ini tetap
diperhitungkan sebagai bagian dari jangka waktu lima tahun.
(3) Kerugian pada suatu Tahun Pajak dikenakannya Pajak Penghasilan yang bersifat
final berdasarkan Peraturan Pemerintah ini tidak dapat dikompensasikan pada Tahun
Pajak berikutnya.
NIB merupakan identitas pelaku usaha baik itu usaha perorangan, badan usaha dan
badan hokum. Proses pembuatan NIB sangat mudah karena pemerintah mengklaim
hanya perlu waktu 30 menit dalam proses pembuatannya. NIB sendiri diterbitkan oleh
lembaga OSS setelah pelaku usaha melakukan pendaftaran. Selain sebagai identitas
pelaku usaha, NIB juga berlaku sebagai Tanda Daftra Perusahaan (TDP), Angka
Pengenal Impor (API) dan Akses Kepabeanan.
2. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
SITU digunakan penanda bahwa tempat usaha yang digunakan sudah bisa dalam
menjalankan usaha Anda dan sesuai dengan tata ruang wilayah yang diperlukan.
Sama seperti SIUP, SITU juga dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) dan
memiliki peraturan yang berbeda di masing-masing daerah.
NPWP digunakan sebagai salah satu izin usaha dimana digunakan untuk administrasi
pajak dan sekaligus identitas bagi pelaku usaha.NPWP dikeluarkan oleh petugas pajak
dan diberikan kepada para wajib pajak baik perorangan maupun badan hukum.
SKDU merupakan salah satu dokumen yang diperlukan dalam pengurusan izin usaha
dimana menandakan kejelasan tempat usaha Anda. SKDU diperlukan untuk membuat
dokumen lainnya seperti NPWP, SIUP, TDP dan surat pendukung pendirian usaha.
SKDU dikeluarkan oleh Kelurahan ataupun Kecamatan setempat. Untuk proses
pembuatan SKDU juga tidak memerlukan waktu yang lama cukup sehari Anda sudah
bisa mendapatkan SKDU asalkan semua persyaratan yang dibutuhkan terpenuhi.
NRP disebut juga dengan TDP (Tanda Daftar Perusahaan). NRP sendiri wajib
dipasang di tempat usaha sebagai pertanda kalau usahanya sudah terdaftar secara sah.
AMDAL merupakan izin usaha yang digunakan untuk mengkaji dampak lingkungan
yang ditimbulkan oleh usaha Anda. AMDAL juga digunakan dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh
izin usaha.
8. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
IMB digunakan sebagai penanda bahwa tempat usaha yang sudah dibangun sudah
resmi terdaftar. IMB juga wajib dimiliki oleh pelaku usaha dan dikeluarkan oleh
Pemerintah Daerah.
9. Izin BPOM
Izin BPOM merupakan izin edar untuk produk usaha makanan ataupun produk lain
yang layak dikonsumsi. Izin BPOM digunakan sebagai jaminan bahwa produk
tersebut aman dan terjaga untuk digunakan oleh masyarakat.
Surat Keputusan Pengesahaan Badan Hukum dikeluarkan oleh Menteri Hukum dan
HAM dan digunakan untuk mengesahkan badan hukum seperti Perseroan Terbatas
(PT). Surat ini sebagai penanda bahwa perusahaan tersebut berdiri dan sah di mata
hukum Indonesia.
Akta Pendirian Perseroan Terbatas wajib dimiliki pelaku usaha dan digunakan untuk
mendukung keberlangsungan usaha agar tidak mendapatkan masalah di masa
mendatang.
Itulah beberapa jenis perizinan usaha di Indonesia. Selain itu, jenis perizinan berusaha
juga bisa didasarkan pada risiko kegiatan usaha. Berikut penjelasannya:
a. Usaha dengan tingkat resiko rendah cukup memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB)
sebagai perizinan tunggal. Dengan NIB dapat memudahkan UMK untuk mengakses
pembiayaan dari perbankan untuk mendapatkan modal usaha, mengakses program
bantuan pemerintah dan memiliki kepastian atau perlindungan hukum terhadap
usahanya.
b. Usaha dengan tingkat resiko menengah rendah memerlukan NIB dan Sertifikat
Standar (SS) berupa pernyataan mandiri.
c. Usaha dengan tingkat resiko menengah tinggi memerlukan NIB dan SS yang
diverifikasi oleh kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah.
d. Usaha dengan tingkat resiko tinggi memerlukan NIB, izin yang harus disetujui oleh
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah dan SS jika dibutuhkan.
1) Pengajuan Permohonan
2) Evaluasi Kelengkapan
3) Verifikasi
Hasil verifikasi dijadikan dasar bagi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
cq Direktur Jenderal Sumber Daya Air untuk merumuskan pertimbangan dan saran
dalam penetapan keputusan yang berupa penolakan permohonan izin atau persetujuan
permohonan izin.
BAB 4
Inovasi adalah pilar utama industri kreatif, dan kesuksesan mereka terkait erat
dengan kemampuan mereka untuk terus menghasilkan ide, produk, dan layanan baru
dan imajinatif (Ariadne Muller, 2021; Hajad Priyadi et al., 2023; Hidayat & Handoyo,
2022). Kreativitas adalah mesin yang mendorong inovasi di sektor ini, karena
mendorong terciptanya solusi unik untuk masalah yang kompleks dan eksplorasi
pendekatan yang tidak konvensional. Para peneliti menyoroti peran penting industri
kreatif dalam menggerakkan perekonomian daerah dan nasional. Mereka mendorong
kewirausahaan dan penciptaan lapangan kerja, berkontribusi pada pariwisata dan
pertukaran budaya, dan meningkatkan daya tarik dan daya saing kota dalam skala
global. Oleh karena itu, memahami faktor-faktor yang memungkinkan dan
meningkatkan inovasi dalam industri kreatif sangat penting untuk pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan (Ayu & Sulistyowati, 2021; Fitrihana,
2017; Hakim, 2021; Harly & Octavia, 2014; Iskandar, 2022). 2.2 Strategi Kolaborasi
di Industri Kreatif Kolaborasi telah diakui sebagai faktor kunci dalam mendorong
inovasi di industrikreatif. Kolaborasi memiliki banyak bentuk, termasuk kemitraan
antar organisasi, inisiatif
Strategi mencapai hasil dari digital marketing harus diupayakan oleh para
pelaku usaha dengan baik. Seperti pada penelitian Yasmin, et.al (2015) dan Gibson
(2018) yang mengatakan bahwa pemasar harus memiliki strategi bisnis dalam
pemasaran digital untuk dapat mencapai hasil yang maksimal. Yasmin et.al (2015)
juga mengemukakan bahwa diperlukan upaya, percobaan dan kesalahan. Dengan
berbagai proses tersebut, pemasar atau pelaku usaha tentu mendapat berbagai
pengalaman yang berguna untuk terus membenahi strategi penjualan mereka.
a. Whatsapp Bisnis
b. Website atau blog UMKM
c. Social Media Marketing (Facebook, Instagram, dsb)
d. E-commerce (Bukalapak, tokopedia, dsb) Berdasarkan hasil wawancara dengan
beberapa pelaku UMKM yang ada, pemasaran digital yang saat ini paling mungkin
untuk diterpakan adalah dengan menggunakan social media facebook karena pelaku
UMKM sudah memiliki akun facebook dan terbiasa mengoperasikannya.
BAB 5
Manajemen Resiko
1. Identifikasi Risiko:
Identifikasi risiko adalah langkah pertama dalam manajemen risiko. Organisasi atau
tim proyek harus mengidentifikasi potensi risiko yang dapat mempengaruhi
pencapaian tujuan. Risiko dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk lingkungan
eksternal, kebijakan internal, perubahan pasar, teknologi, atau kegagalan sistem.
2. Penilaian Risiko:
Ini membantu dalam menentukan risiko mana yang perlu mendapatkan perhatian
lebih besar dan apa langkah-langkah yang perlu diambil.
Organisasi atau tim proyek perlu mengembangkan strategi untuk mengelola risiko
yang telah diidentifikasi. Strategi ini dapat mencakup pencegahan, mitigasi, transfer,
atau penerimaan risiko. Pencegahan melibatkan langkah-langkah untuk mengurangi
probabilitas terjadinya risiko. Mitigasi melibatkan langkah-langkah untuk mengurangi
dampak jika risiko terjadi. Transfer melibatkan mengalihkan risiko kepada pihak lain,
seperti melalui asuransi.
4. Implementasi Strategi:
Manajemen risiko bukanlah tugas satu kali. Organisasi atau tim proyek perlu secara
terus-menerus memantau risiko dan efektivitas strategi pengelolaan risiko. Jika ada
perubahan dalam lingkungan atau kondisi bisnis, strategi pengelolaan risiko mungkin
perlu disesuaikan.
Ekspansi Bisnis
-Melibatkan penambahan produk atau layanan baru ke dalam portofolio bisnis untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan yang beragam.
-Inovasi produk juga dapat menjadi bagian dari pengembangan, di mana perusahaan
menciptakan solusi baru atau meningkatkan fitur produk yang sudah ada.
-Perluasan fisik bisnis dengan membuka cabang baru atau memasuki pasar baru.
-Strategi ini dapat meningkatkan cakupan geografis dan mencapai pangsa pasar yang
lebih luas.
4. Ekspansi Internasional:
5. Akuisisi:
-Membeli perusahaan lain untuk mendapatkan sumber daya, teknologi, atau keahlian
tertentu.
-Akuisisi dapat membantu perusahaan mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar
atau memasuki industri yang berbeda.
6. Diversifikasi:
-Membuka lini bisnis baru yang tidak terkait dengan produk atau layanan yang sudah
ada.
-Bertujuan untuk mengurangi risiko dengan memiliki portofolio bisnis yang beragam.
-Perluasan online dapat mencakup penetrasi pasar global atau peningkatan kehadiran
digital.
8. Penetrasi Pasar:
-Fokus pada peningkatan pangsa pasar di segmen atau wilayah yang sudah ada.
-Upaya ini dapat melibatkan strategi harga, promosi, atau peningkatan kualitas
produk.
-Penting untuk melakukan analisis risiko yang cermat dan merencanakan sumber daya
keuangan untuk mendukung proses ekspansi.