Anda di halaman 1dari 4

Nama : Fersi Agustina

NPM : D1C021010
Mata Kuliah : Seleksi Penyutingan Berita

1. Jelaskan perbedaan kata dan diksi! Berikan contoh dalam bentuk screen capture
untuk menunjukan penggunaan diksi dalam suatu berita!
Kata adalah dasar dari bahasa yang memiliki makna dan bisa berdiri sendiri. Kata bisa berupa
nama (nomen), kata kerja (verba), kata sifat (adjektiv), dan lainnya. Kata merupakan blok
pembangun dasar dalam kalimat atau teks.
Sedangkan diksi merujuk pada pilihan kata yang digunakan oleh penulis atau pembicara.
Diksi melibatkan pemilihan kata-kata yang tepat untuk menyampaikan nuansa makna, nada,
dan gaya yang di inginkan dalam konteks tertentu. Diksi bisa formal, informal, khusus,
umum, konotatif, atau denotatif tergantung pada apa yang ingin disampaikan penulis dan
kepada siapa. Diksi mempengaruhi bagaimana para pembaca atau pendengar merasakan
pesan yang disampaikan.

https://bengkulu.tribunnews.com/2024/03/31/kronologi-nelayan-mukomuko-hilang-di-laut-
kapal-karam-saat-hendak-masuk-ke-muara-pantai?page=1
Berita diatas menggunakan diksi untuk menyampaikan informasi yang jelas dan efektif.
Contoh beberapa diksi dalam berita ini:
Nelayan: yang mengidentifikasikan profesi korban dan memberikan konteks aktivitasnya.
Karam: menggambarkan pristiwa saat perahu tenggelam.
Muara pantai indah Muko-muko: memberikan detail spesifik lokasi agar pembaca dapat
memvisualisasikan tempat kejadian.
Hilang, menerjang, terbalik, melaporkan, ditemuka: kata-kata tersebut digunakan untuk
membuat narasi lebih hidup yang memudahkan pembaca untuk mengikuti pristiwa yang
terjadi.
Mendapatkan informasi, menerjang, hanyut, menghubungi pihak Basarnas: kata-kata ini
digunakan untuk menginformasikan dan membangkitkan rasa empati pembaca terhadap
situasi korban.
Kapal Jokong: menunjukan jenis perahu tertentu.

2. Jelaskan dalam 250 kata apa yang dimaksud Jurnalistik presisi!


Jurnalistik presisi merupakan evolusi dari praktik jurnalistik tradisional yang diadaptasi untuk
era digital, di mana akses ke data besar dan alat analitik canggih memungkinkan untuk
penyajian berita yang lebih disesuaikan dan relevan bagi audiens. Pendekatan ini berfokus
pada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengolah dan menganalisis data
secara masif dan mendalam, guna menghasilkan konten yang lebih akurat, personal, dan
menarik bagi pembaca atau penonton.
Di era di mana informasi berlimpah dan perhatian audiens semakin terfragmentasi, jurnalistik
presisi menawarkan cara untuk menangkap dan mempertahankan minat audiens dengan
menyediakan berita dan analisis yang tidak hanya tepat waktu dan relevan tetapi juga
disesuaikan dengan kebutuhan dan minat spesifik mereka. Ini dilakukan dengan mempelajari
data perilaku audiens, seperti kebiasaan browsing, interaksi dengan konten media sosial,
lokasi geografis, dan preferensi konten, yang kemudian digunakan untuk memandu pemilihan
topik, angle pemberitaan, dan cara penyajian konten.
Selain itu, jurnalistik presisi memperkaya pemberitaan dengan memanfaatkan data untuk
mengungkap pola, tren, dan wawasan yang mungkin tidak terlihat hanya dengan pengamatan
atau reportase tradisional. Hal ini memungkinkan jurnalis untuk menghasilkan cerita yang
lebih mendalam dan berbasis bukti, yang dapat memberikan perspektif baru dan memperkuat
kepercayaan audiens.
Implementasi jurnalistik presisi membutuhkan kolaborasi antardisiplin, melibatkan
wartawan, analis data, desainer grafis, dan pengembang teknologi. Tim ini bekerja bersama
untuk menginterpretasikan data, merancang visualisasi yang menarik, dan mengembangkan
narasi yang kuat. Proses ini tidak hanya meningkatkan kualitas jurnalisme tetapi juga
membantu media beradaptasi dengan perubahan cara konsumsi berita, dari cetak dan siaran
ke digital dan mobile.
Namun, tantangan etis dan privasi muncul seiring dengan pengumpulan dan analisis data
audiens. Penting bagi organisasi berita untuk memastikan bahwa mereka mematuhi hukum
dan standar etika, menjaga kerahasiaan dan privasi data pengguna, serta menggunakan data
tersebut dengan cara yang bertanggung jawab dan transparan.
Secara keseluruhan, jurnalistik presisi menawarkan potensi besar untuk menghidupkan
kembali industri berita dengan cara yang lebih interaktif, informatif, dan personal. Ini
mendorong inovasi dalam cara cerita diceritakan dan disajikan, sambil memastikan bahwa
jurnalisme tetap relevan dan berdampak dalam masyarakat yang terus berubah.
3. Capture satu berita lalu analisis menggunakan accrancy cheklist (David Yarnold)!

https://bengkulu.tribunnews.com/2024/03/31/kronologi-nelayan-mukomuko-hilang-di-laut-
kapal-karam-saat-hendak-masuk-ke-muara-pantai?page=1
Berita tentang nelayan hilang di Mukomuko pada Minggu, 31 Maret 2024, menyoroti
kejadian tragis di perairan Muara Pantai Indah.
 Fakta Dasar: Berita tersebut memberikan informasi tentang nama nelayan
yang hilang (Jaya, 40 tahun), lokasi kejadian (Muara Pantai Indah Mukomuko),
dan kronologi peristiwa (perahu karam setelah terserang ombak besar).
 Sumber Berita: Nama Kapolsek Mukomuko Utara, Iptu Yudha Ferry Wijaya, dan
Jon Herli disebutkan sebagai sumber berita, memberikan legitimasi pada laporan.
 Keterangan Waktu dan Tempat: Berita menyediakan tanggal kejadian yang
spesifik (31 Maret 2024) dan menjelaskan lokasi secara detail (Muara Pantai Indah,
Kelurahan Koto Jaya, Kecamatan Kota Mukomuko).
 Konteks dan Analisis: Meskipun tidak memberikan analisis mendalam, berita
memberikan konteks yang memadai tentang situasi kecelakaan dan upaya
pencarian yang sedang dilakukan oleh warga, TNI-Polri, dan Basarnas.
 Tidak Ada Kesalahan Faktual yang Terlihat: Tidak ada kesalahan faktual
yang terlihat dalam berita tersebut.
Berdasarkan analisis menggunakan checklist David Yarnold, berita ini cukup akurat. Ini
dikarnakan berita mencakup fakta-fakta penting, seperti menyediakan sumber diverifikasi,
memberikan keterangan waktu dan tempat yang jelas, dan tidak mengandung kesalahan
faktual yang terlihat.
4. Isi media dapat dipengaruhi oleh sosialisasi dan sikap pekerja media, jelaskan maksud dari
perspektif tersebut disertai dengan contoh (maksimal 500 kata)!
Perspektif bahwa isi media dapat dipengaruhi oleh sosialisasi dan sikap pekerja media
mencerminkan kompleksitas dalam produksi dan penyajian berita. Hal ini terkait dengan
keyakinan, nilai-nilai, dan pandangan dunia individu yang terlibat dalam proses jurnalisme,
yang dapat memengaruhi bagaimana berita dipilih, disajikan, dan diinterpretasikan. Sikap
pekerja media, termasuk wartawan, editor, dan profesional media lainnya, dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor, mulai dari latar belakang sosial, politik, budaya, hingga pengalaman
pribadi dan pemahaman profesional mereka.
Sikap politik dan ideologis seseorang dapat memainkan peran penting dalam cara berita
disajikan. Wartawan dan editor dengan orientasi politik tertentu cenderung memilih cerita dan
menginterpretasikan peristiwa sesuai dengan pandangan mereka. Misalnya, wartawan dengan
kecenderungan liberal mungkin akan memberikan liputan yang lebih positif terhadap isu-isu
sosial atau lingkungan, sementara wartawan yang lebih konservatif mungkin cenderung lebih
fokus pada isu-isu ekonomi atau keamanan.
Pengalaman pribadi juga dapat memengaruhi cara seorang wartawan meliput berita.
Pengalaman langsung atau keberadaan dalam situasi tertentu dapat menciptakan ketertarikan
pribadi yang kuat dalam meliput isu-isu terkait. Sebagai contoh, seorang wartawan yang
pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga mungkin memiliki motivasi yang kuat
untuk meliput isu kekerasan domestik dengan lebih mendalam dan empatik.
Selain itu, pengaruh budaya dan sosial juga memainkan peran dalam produksi berita. Norma-
norma yang dominan di lingkungan kerja media dapat memengaruhi cara berita dipilih dan
disajikan. Budaya organisasi yang mementingkan nilai-nilai seperti objektivitas, keadilan,
dan keseimbangan mungkin akan mendorong para profesional media untuk berupaya
memisahkan pandangan pribadi mereka dari liputan mereka. Namun, dalam konteks di mana
media lebih berorientasi pada advokasi atau opini, sikap pekerja media mungkin lebih terlibat
dalam memengaruhi cara berita disajikan.
Pemahaman profesional dan etika jurnalistik juga dapat memengaruhi isi media. Wartawan
yang sangat sadar akan standar etika jurnalistik mungkin akan berusaha untuk mematuhi
prinsip-prinsip seperti kebenaran, keadilan, dan keseimbangan dalam meliput berita. Namun,
dalam situasi di mana standar etika diabaikan atau dilemahkan, pengaruh sikap individu
terhadap isi media dapat menjadi lebih signifikan.
Dari perspektif organisasi, struktur dan budaya media juga dapat memengaruhi cara berita
disajikan. Media yang dimiliki oleh kelompok kepentingan tertentu atau yang memiliki
afiliasi politik atau korporat tertentu mungkin cenderung memberikan liputan yang
mendukung pandangan dan kepentingan mereka.
Dalam keseluruhan, pengaruh sosialisasi dan sikap pekerja media terhadap isi berita
mencerminkan kompleksitas dalam proses jurnalisme. Penting untuk menyadari bahwa
pengaruh ini dapat memiliki dampak signifikan terhadap cara berita diproduksi dan diterima
oleh publik. Oleh karena itu, menjaga transparansi, keberagaman perspektif, dan kepatuhan
terhadap standar etika jurnalistik menjadi sangat penting dalam memastikan bahwa berita
yang disajikan tetap akurat, seimbang, dan bermanfaat bagi masyarakat secara luas.

Anda mungkin juga menyukai