Anda di halaman 1dari 2

Perempuan Merokok Sudah Pasti Nakal?

Kini sudah banyak perempuan menjadi perokok. Mereka banyak terlihat di berbagai tempat. Kita
bisa menemukan perempuan merokok di kafe, di taman, atau area publik mana pun.

Fenomena perempuan merokok tentu bukan hal baru. Sebenarnya sudah dari lama ada. Namun,
fenomena ini tetap menimbulkan pertanyaan di benak banyak orang. Apa alasan para perempuan
tersebut mengisap rokok? Apa tujuannya? Stigma negatif pun banyak disematkan pada
perempuan-perempuan ini. Stigma ini muncul mendahului kehendak untuk mencari tahu.

Beberapa orang menuduh perempuan menjadikan sebats sebagai ajang keren-kerenan. Ada pula
yang melabel bahwa perempuan-perempuan tersebut nakal, binal, dan segudang label negatif
lain. Keji memang. Tapi, itu faktanya; cara pandang sebagian masyarakat kita memang masih
diskriminatif.

Padahal, tidak pernah ada sejarah atau literatur yang menyebutkan bahwa merokok adalah
aktifitas khusus laki-laki. Maksudnya, tidak ada kriteria gender bagi perokok. Laki-laki dan
perempuan sama-sama boleh mengonsumsi rokok, asal sudah berusia di atas 18 tahun dan sadar
akan faktor risiko.

Stigma negatif pada perempuan merokok selama ini lahir dan lestari akibat kampanye busuk
antirokok. Kelompok inilah yang membangun narasi buruk soal rokok. Mulai dari isu
kesehatan ‘rokok biang keladi segala macam penyakit’, isu ekonomi ‘rokok biang keladi
kemiskinan’, hingga yang berkaitan dengan gender seperti stigma negatif bahwa perempuan
merokok pasti nakal, adalah hasil karya kampanye antirokok.

Bagaimana bisa perokok perempuan dianggap nakal sedang perokok laki-laki masih mungkin
baik? Pola pikir macam apa yang sebenarnya mewabah di masyarakat kita?

Rokok kerap dijadikan indikator baik buruk seseorang, terutama perempuan. Balik lagi, ini hasil
dari kampenye busuk antirokok. Sialnya, cara pandang biadab ini juga kerap dipakai oleh laki-
laki yang merokok. Harus kita akui, sebagian perokok juga belum mampu adil sejak dalam
pikiran. Perokok laki-laki juga terkadang memandang miring perempuan yang merokok. Tak
jarang pula pandangan miring ini termanifestasikan dalam perbuatan.

Untuk para laki-laki yang begitu, kalian bisa cari pacar yang tidak merokok. Siapa pun berhak
menentukan kriteria pasangan tanpa intervensi pihak luar. Tapi, bersikap diskriminatif adalah
persoalan lain. Untuk yang terakhir itu tak bisa dibenarkan.

Dari beberapa narasi soal perokok perempuan, ada satu yang menggelitik. Aktifitas merokok
yang dilakukan perempuan sering dianggap sebagai pelarian dari problem domestik seperti
masalah keluarga dan masalah mental. Hebat sekali manusia-manusia ini, bisa mendikte
kehidupan manusia lainnya.

Kaum hawa yang merokok tak jauh dari dugaan broken home, putus cinta, depresi dan citra
buruk sejenisnya. Padahal, ada banyak perempuan yang memilih jadi perokok ya karena memang
suka saja. Mereka ingin, dan mereka lakukan, sekalipun dalam suasana hati riang. Sudah, itu
saja.

Oleh: Fersi Agustina, Mahasiswa Jurnalistik Fisip Universitas Bengkulu.

Anda mungkin juga menyukai