“LITERASI MEDIA”
DISUSUN OLEH :
Kelompok 4
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Literasi
Media” ini dengan tepat waktu.
Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknologi
promosi kesehatan. Makalah ini diharapkan dapat menjadikan sarana pembelajaran serta
dapat menambah wawasan dan pengetahuan.
Kami juga menyadari akan segala kekurangan dan ketidaksempurnaan, baik dari segi
penulisan maupun cara penyajiannya. Oleh karena itu kami dengan senang hati menerima
kritik dan saran demi perbaikan makalah dimasa yang akan datang. Akhir kata kami
sampaikan terima kasih atas perhatiaannya terhadap makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... iii
BAB 1 ......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN ...................................................................................................................................4
A. Latar Belakang .................................................................................................................................4
BAB II .....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................5
A. Definisi Literasi Media ....................................................................................................................5
B. Tujuan Literasi Media......................................................................................................................5
C. Macam-Macam Literasi Media Beserta Contohnya ........................................................................6
D. Peran Literasi Media Sebagai Strategi Promosi Kesehatan .............................................................7
E. Hubungan antara Literasi Media dengan promosi Kesehatan. ........................................................8
F. Penerapan Literasi Media Pada Generasi Milenial Di Era Digital Dalam Promosi Kesehatan ....10
BAB III ..................................................................................................................................................14
PENUTUP .............................................................................................................................................14
Kesimpulan ............................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................15
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era digital yang terus berkembang, kemudahan akses terhadap beragam sumber
informasi menjadi semakin menonjol. Namun, di tengah kelimpahan informasi tersebut,
kemampuan kritis dalam menilai, memahami, dan mengkritisi informasi menjadi krusial.
Literasi media, sebagai konsep yang melibatkan pemahaman mendalam terhadap media
massa, keterampilan analisis konten, dan keahlian dalam mengidentifikasi berita palsu atau
bias, menjadi pondasi esensial.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, diperoleh rumusan masalah yang menjadi fokus
dalam pebahasan makalah ini, antara lain :
4
BAB II
PEMBAHASAN
Literasi media dapat dikatakan sebagai suatu proses mengakses, menganalisis secara
kritis pesan media, dan menciptakan pesan menggunakan alat media (Hobbs, 1996). (Rubin
1998) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan literasi media adalah pemahaman sumber,
teknologi komunikasi, kode yang digunakan, pesan yang dihasilkan, seleksi, interpretasi, dan
dampak dari pesan tersebut. Maka dapat dikatakan bahwa adanya Internet atau media baru ini
membuat pola komunikasi manusia berubah.
5
2. Untuk melindungi konsumen yang rentan dan lemah terhadap dampak media
penetrasi budaya media baru.
3. Tujuan literasi media adalah untuk menghasilkan warga masyarakat yang“well
informed” serta dapat membuat penilaian terhadap content media berdasarkan
pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap media yang bersangkutan
(Eadie,2009).
4. Literasi media juga bertujuan agar dapat menjadi benteng bagi masyarakat agar kritis
untuk menentukan informasi yang dibutuhkan oleh media, di tengah kejenuhan
informasi, tingginya terpaan media, dan juga adanya berbagai permasalahan dalam
informasi yang disampaikan yang mengepung kehidupan sehari-hari.
5. Literasi media juga bertujuan untuk membangun personal locus, struktur
pengetahuan, dan juga kemampuan. Personal locus merupakan tujuan dan juga
kendali terhadap informasi, ketika masyarakat menyadari informasi yang dibutuhkan,
maka bisa menuntut dirinya memilih jenis informasi secara lebih cepat dan tepat, dan
sebaliknya.
Literasi media massa merupakan media yang paling berpengaruh dalam mendedikasikann informasi
terhadap masyarakat dalam mempromosikan kesehatan, literasi media massa dapat menggali
kemampuan masyarakat dalam menganalisis informasi kesehatan serta menerapkannya dalam
kehidupan. contoh dari literasi media massa ialah koran, artikel kesehatan dan lain-lain
Literasi media film merupakan kemampuan untuk memahami, menganalisis dan mengevaluasi pesan
promosi kesehatan dalam bentuk film. dalam literasi media film diharapkan penonton untuk dapat
mengenali pesan, motif dan pengaruh yang terkandung dalam film.
Literasi Media Radio merupakan kemampaun pendengar untuk memahami pesan-pesan yang
disampaikan oleh penyiar mengenai promosi kesehatan, dalam hal ini penyiar mengajak,
mengedukasi, memberikan pemahaman pendengar dalam menjaga kesehatan.
6
4. Literasi Media Video Game
Literasi Media video game merupakan cakupan mengasah kemampuan masyarakat dalam untuk dapat
mengidentifikasi pesan dan etika mengenai promosi kesehatan yang terkandung dalam sebuah
permainan.
7
E. Hubungan antara Literasi Media dengan promosi Kesehatan.
Literasi media dan promosi kesehatan memiliki hubungan yang erat dalam
mengedukasi masyarakat. Dengan literasi media yang tinggi, individu dapat memahami
informasi kesehatan dengan lebih baik, memilah fakta dari hoaks, dan membuat keputusan
yang informasional untuk meningkatkan kesehatan pribadi dan masyarakat. Promosi
kesehatan melalui media memanfaatkan literasi media untuk menyampaikan pesan yang
tepat, menciptakan pemahaman yang benar, dan membentuk perilaku positif terkait
kesehatan. Kombinasi keduanya membentuk landasan penting untuk membangun masyarakat
yang lebih sadar akan kesehatan dan mampu mengambil tindakan preventif secara efektif.
Melalui literasi media yang tinggi, masyarakat dapat mengakses informasi kesehatan dari
berbagai sumber dengan kritis. Mereka dapat menilai keandalan informasi, mengidentifikasi
sumber yang dapat dipercaya, dan menghindari penyebaran informasi yang salah. Literasi
media juga memungkinkan individu untuk memahami bahasa ilmiah dan teknis yang sering
digunakan dalam konteks kesehatan.
Dalam konteks promosi kesehatan, media menjadi alat yang efektif untuk
menyampaikan pesan-pesan edukatif. Kampanye kesehatan yang didukung oleh literasi
media dapat mencapai target audiens dengan lebih efektif, mengingat kemampuan
masyarakat dalam menginterpretasikan pesan-pesan tersebut. Selain itu, literasi media
membantu masyarakat dalam memahami risiko kesehatan, memperkuat motivasi untuk
mengadopsi gaya hidup sehat, dan meningkatkan kepatuhan terhadap anjuran medis. Promosi
kesehatan tidak dapat lepas dari media karena melalui media, pesan-pesan yang disampaikan
dapat lebih mudah dipahami dan menarik perhatian sasaran. Media promosi kesehatan dapat
mempermudah penyampaian informasi, memperjelas informasi, mempermudah pengertian,
mengurangi komunikasi yang verbalistik, dan dapat menampilkan obyek yang tidak bisa
ditangkap dengan mata. Melalui media promosi, pesan-pesan kesehatan yang akan
disampaikan dapat lebih menarik dan mudah dipahami, sehingga sasaran dapat mempelajari
pesan tersebut dengan baik. Media promosi kesehatan dapat berupa media cetak, media
elektronik, media luar ruangan, dan media sosial. Dalam proses pembuatan media promosi
kesehatan, promotor perlu melakukan beberapa tahapan persiapan, diantaranya melakukan
segmeuntasi kesehatan, agar media yang digunakan dapat tepat sasaran.
Secara keseluruhan, literasi media dan promosi kesehatan saling melengkapi untuk
menciptakan masyarakat yang berpengetahuan, berdaya, dan aktif dalam menjaga kesehatan
mereka. Keduanya bekerja bersama-sama dalam upaya meningkatkan pemahaman
8
masyarakat terhadap isu-isu kesehatan, membentuk sikap positif, dan merangsang tindakan
preventif untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
1. Pesan-pesan kesehatan yang lebih menarik dan mudah dipahami: Melalui media
promosi, pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan dapat lebih menarik dan
mudah dipahami, sehingga sasaran dapat mempelajari pesan tersebut dengan baik.
4. Menampilkan obyek yang tidak bisa ditangkap dengan mata: Media promosi
kesehatan dapat menampilkan obyek yang tidak bisa ditangkap dengan mata,
sehingga sasaran dapat mempelajari pesan tersebut dengan baik.
9
9. Mengurangi kesalahan persepsi: Media promosi kesehatan dapat membantu
mengurangi kesalahan persepsi, sehingga sasaran dapat mempelajari pesan kesehatan
dengan baik.
10. Mengurangi komunikasi yang verbalistik: Media promosi kesehatan dapat membantu
mengurangi komunikasi yang verbalistik, sehingga pesan kesehatan dapat lebih
mudah dipahami dan dipelajari oleh sasaran.
F. Penerapan Literasi Media Pada Generasi Milenial Di Era Digital Dalam Promosi
Kesehatan
Teknologi komunikasi dalam perkembangannya mencakup semua dan semakin lama
semakin mengintegrasikan layanan yang membuka kesempatan berinteraksi dari segala
penjuru dunia. Jika dulu semua terjadi dengan sederhana, maka sekarang semua terjadi
semakin kompleks dengan bantuan teknologi yang semakin cepat. Wolton (2012)
mengatakan bahwa dampak yang muncul dari telepon memang berbeda dari yang
dimunculkan oleh radio dan televisi, serta beberapa pula dari segala hal yang timbul akibat
komputer. Berbagai terminal yang berbeda-beda mengacu pada kultur yang berbeda-beda
pula. Sebaliknya kelak di kemudian hari, segalanya akan tersedia di terminal semacam itu
pula. Perubahannya bukan hanya bersifat teknik, namun juga cultural karena kita tidak akan
melihat lagi perbedaan antara berbagai aktivitas sebelumnya yang terpisah-pisah selama
berabad-abad.
Di tengah banyaknya manfaat yang diberikan oleh internet kepada peradaban manusia,
namun aspek etis selalu menjadi permasalahnya. Di satu sisi, internet membuka jalan bagi
terciptanya hubungan baru serta jaringan tidak langsung antar individu yang menyatu dan
lebih mengikat (Slevin dikutip McQuail, 2011). Di sisi lain, internet dan sifat penggunaannya
mengarah pada menciptakan perpecahan sosial (Fahrimal, 2018: 70). Internet mengubah
secara radikal cara manusia berkomunikasi dan berpikir. Dalam pemahaman Carr (2010)
internet telah mendangkalkan cara berpikir manusia. Kecepatan yang dihadirkan internet
justru membuat kita semakin mencintai sesuatu yang instan, malas untuk bergerak, dan
merasa banyak tahu.
Penerapan literasi media pada generasi milenial di era digital dalam promosi kesehatan
merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mendorong kesehatan dan
10
mengurangi risiko penyakit. Populernya media sosial di kalangan generasi milenial, telah
meningkatkan resistensi dalam dunia nyata. Media social digunakan oleh generasi milenial
untuk mengekspresikan eksistensi mereka. Dalam konstruksi pikiran mereka, sehari saja tidak
mengakses media social seperti tercabut dari peradaban (Fahrimal, 2018: 71). Eksistensi ini
ditunjukkan melalui mengunggah gambar, video, komentar, ucapan, kata-kata penghiburan,
kutipan inspirasional dan gambar yang diambil dari situs web seperti Photobucket di profil
mereka (Martinez 2010). Kebanyakan di antara mereka melakukan stalking kesetiap akun
yang menarik perhatian mereka. Beberapa pengguna media social bahkan mencaritahu
informasi tentang teman mereka meskipun mereka sudah tidak bicara untuk waktu yang lama
(Gershon, 2010).
Berdasarkan informasi yang didapat dari laman dreamgrow.com, terdapa tempat media
sosial yang paling populer dan banyak digunakan oleh generasi milenial di tahun 2017, yaitu,
(1) Facebook, pengguna media sosial yang dibangun oleh Mark Zuckerberg ini melonjak
sebesar 60 juta pengguna aktif bulanan dari 1,94 milyar pada maret 2017 menjadi 2,00 milyar
pada Juni 2017. Tingkat pertumbuhan tampaknya berlanjut pada 20 juta pengguna aktif per
bulan; (2) Youtube; (3) Instagram; dan (4) Twitter. Menurut laporan smartinsights.com
(2017) para pengguna media social ini didominasi oleh mereka yang berada dalam rentang
usia 18-34 tahun (Fahrimal, 2018: 71).
Situs media sosial sering kali disalahkan karena menyebabkan kecanduan remaja dan
mengisolasi remaja dari teman sebaya dan keluarganya. Dengan demikian, teknologi digital
baru telah menjadikan situs pertentangan utama –melibatkan orang tua, guru, media dan
negara– tentang bagaimana penggunaan teknologi digital oleh kaum muda arus diatur
(Fahrimal, 2018:71). Oleh karenanya, kecanduan tersebut telah membawa konsekuensi
pelanggaran etika dan moral di media sosial. Kondisi tidak ada etika dalam ruang virtual ini
dikarenakan euphoria manusia dalam menyambut teknologi media baru.
Media sosial menjadi ruang tempat generasi milenial menarik dirinya dari dunia nyata,
menarik diri dari tubuhnya, menarik diri dari kenyataan dan problem sosial untuk kemudian
masuk kedalam dunia yang bersifat halusinasi. Dalam ruang itu peran, ego, dan identitas
dibangun dalam wujud artifisial dan virtual. Secara kritis Piliang (2011) menyebutkan disini
sebagai disorder, yaitu, era dimana kegilaan manusia atas pemujaan berlebihan kepada ruang
virtual. Di dalam ruang virtual terjadi pengingkaran akan setiap batas, hambatan, aturan, dan
ideology sebagai perekat atau gravitasi sosial. Oleh karena itu, manusia dapat mengembara
11
secara bebas di dalam dunia fantasi, halusinasi, dan ilusinya tanpa perlu ada pengendalian
sosial, moral, spiritual, dan etika. Jika demikian, maka tidaklah heran jika media social sangat
dekat dengan hal-hal yang berkaitan dengan pelanggaran etika, moral, dan nilai-nilai spiritual
yang sifatnya universal.
Pengguna internet dan media social adalah manusia, maka seluruh transaksi informasi
yang terjadi di media social tidak dapat dipisahkan dari aspek etika. Etika di ruang siber
berbeda dengan bentuk etika lainnya dan perlu mendapat kajian khusus karena proses
komunikasi yang terjadi menggunakan teknologi untuk
berkomunikasi. Ini merupakan sebuah fenomena baru yang tidak selalu dipahami dengan
baik karena institusi utama pendidikan etika (sekolah, institusi agama, dan keluarga) belum
mengajarkan sepenuhnya etika dalam dunia siber yang termediasi computer ini (Vesna dan
Niveditha, 2012). Sama seperti aturan etika di dunia nyata, dunia siber juga mendorong para
pengguna untuk taat pada aturan etis dan moral untuk menciptakan ruang bersama yang
nyaman, tentram, dan damai. Tetapi, aturan itu terkadang sengaja diabaikan khususnya oleh
generasi milenial. Mereka merasa ingin bebas dan menjadikan ruang siber sebagai ruang
privasi.
Pelanggaran etika di dunia siber berupa penyebaran informasi palsu, transaksi ilegal,
penipuan, penyedotan data, cyber bullying, pronografi, human trafficking, ujaran kebencian,
dan lain sebagainya (Monggilo, 2016). Berdasarkan hasil riset Andina (2010)
mengungkapkan jika Facebook sebagai salah satu media sosial yang paling banyak
digunakan oleh generasi milenial dan menjadi aplikasi paling berdampak negatif terhadap
mereka. Transaksi informasi di Facebook menyebabkan konflik karena perbedaan pendapat,
prostitusi dan perjudian online, serta meningkatnya penipuan dan penculikan. Hasil penelitian
Whittaker dan Kowalski (2015) mendapatkan bahwa tren cyberbullying sangat tinggi di
media sosial. Pelaku didominasi oleh remaja yang sering menyerang teman sebaya mereka
dalam ruang komentar (Fahrimal, 2018: 73). Kedua riset ini menunjukkan pada kita bahwa
generasi milenial sangat mudah melakukan pelanggaran etika siber yang bisa berbahaya bagi
perkembangan mental baik individu maupun sosial.
Generasi milenial lahir dan berkembang dalam kepungan teknologi. Generasi ini mungkin
tidak sadar akan pentingnya etika dalam ber-media sosial (Tedre, 2006; Vesna dan Niveditha,
2012). Internet sebagai kendaraan media social memiliki kecepatan dalam menyebarkan
informasi kepada seluruh orang yang terkoneksi. Sehingga apa yang kita unggah ke akun
12
media sosial, bukan hanya orang- orang dalam jaringan kita yang akan melihat namun dapat
di-share oleh teman kita sehingga dapat dilihat oleh orang lain yang tidak berteman dengan
kita namun menjadi jaringan komunikasi teman kita.
Generasi milenial, sebagai manusia yang hidup dalam kepungan teknologi ternyata
memiliki sisi lemah. Sama dengan produk teknologi yang sering digunakannya, generasi
milenial mempunyai sisi negatif yang membuat mereka tidak lepas dari kritik tajam. Aspek
yang paling menonjol dari generasi milenial adalah etika dan moral yang mereka tampilkan
di ruang publik secara virtual. Untuk adat timur seperti Indonesia, etika dan moral merupakan
hal yang sangat penting. Pelanggaran terhadap etika dan moral sosial berarti mengingkari
system sosial yang ada dengan norma kebebasan yang dibawa oleh generasi milenial
(Tapscot, 2009), mereka sering abai terhadap etika dan moral dalam kehidupan
bermasyarakat. Hal-hal tidak etis seperti, ujaran kebencian, bullying, akses konten
pronografi, menyebar berita palsu (hoax), judi online, penipuan, dan lain sebagainya sering
dilakukan saat berselancar di internet. Karakteristik lain yang mungkin juga dilupakan
generasi milenial adalah setiap postingan di media social itu terdokumentasikan dengan baik
secara sengaja atau pun tidak. Untuk memanfaatkan media sosial sebagai alat promosi
kesehatan yang efektif, perlu dilakukan evaluasi dan peninjauan ulang untuk kualitas dan
keandalan dari informasi yang disajikan. Selain itu, perlu juga dilakukan evaluasi yang kuat
dan komprehensif, menggunakan berbagai metodologi untuk menetapkan apakah media
sosial tersebut meningkatkan praktik promosi kesehatan baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.
13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Literasi media memiliki peran penting dalam menghadapi kompleksitas dunia
informasi digital. Literasi media bukan hanya sekadar keterampilan, melainkan landasan yang
mendukung partisipasi masyarakat secara aktif dan cerdas. Dalam konteks promosi
kesehatan, literasi media membantu individu memahami, menilai, dan mengambil tindakan
berdasarkan informasi kesehatan yang diterima melalui berbagai media, termasuk media
sosial.
Makalah juga menyoroti definisi literasi media, tujuan literasi media, berbagai macam
literasi media beserta contohnya, serta hubungan literasi media dengan promosi kesehatan.
Penekanan diberikan pada peran literasi media sebagai strategi promosi kesehatan, memotret
hubungan erat antara literasi media dan pemahaman informasi kesehatan masyarakat.
Selain itu, penerapan literasi media pada generasi milenial di era digital juga menjadi
fokus, dengan penekanan pada dampak media sosial terhadap etika dan moral, serta peran
literasi media dalam menghadapi permasalahan tersebut. Keseluruhan, literasi media dan
promosi kesehatan bekerja bersama untuk membentuk masyarakat yang berpengetahuan,
berdaya, dan aktif dalam menjaga kesehatan mereka di tengah kompleksitas informasi digital.
14
DAFTAR PUSTAKA
• James Potter. 2011. Media Literacy, Fifth Edition. Los Angeles, London, New
London: Praeger
Sari, S. (2019). Literasi media pada generasi milenial di era digital. Professional: Jurnal komunikasi
dan administrasi publik, 6(2), 30-42.
15