MAKALAH
Oleh :
Kelas A
IAIN Kediri
Tahun Pelajaran 2023-2024
i
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul : Pengertian Jurnalistik
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi bahasa, penyusunan maupun segi lainnya. Oleh karna itu
dengan lapang dada dan tangan terbuka membuka selebar-lebaarnya bagi pembaca
sekalian yang ingin memberikan kritik dan saran.
Kami mengharapkan semoga dari karya tulis ini dapat di ambil hikmah dan
manfaatnya sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan terhadap
pembacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................................i
Kata Pengantar.................................................................................................................ii
Daftar Isi..........................................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan...........................................................................................................1
Bab II Pembahasan...........................................................................................................3
1.1 Kesimpulan...................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
i
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
Penyampaian informasi dalam bentuk berita membutuhkan saluran komunikasi
yang disebut media. Istilah media massa karena mengacu pada pemanfaatan sebagai
bacaan publik. Media massa memberikan informasi tentang perubahan, bagaimana
hal itu berkerja dan hasil yang dicapai atau akan dicapai. Fungsi utama media
massa adalah untuk memberikan informasi pada kepentingan yang menyebar luas
dan mengiklankan produk.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
JMuhammad Adhitya and Hidayat Putra, ‘“JURNALISTIK”’, 2023, 4–5.
3
media, entah media cetak ataupun elektronik. Sementara, menurut Mursito B.M.,
jurnalistik adalah kegiatan mencari,mengumpulkan, menulis, mengedit, dan
menyebarkan informasi2
Pada awalnya, jurnalistik diartikan sebagai pencatatan harian, terutama pada
jaman Julius Caesar. Setelah itu berkembang pesat, dan pada tahun 1960-an muncul
ide baru ‘Jurnalistik baru’ yakni bagaimana cara menyampaikan pesan atau berita
menuruti gaya prosa. Prosa adalah karya sastra yang bersifat fiksi atau cerita rekaan
serta bentuk ceritantya mempunyai alur dan tokoh dari hasil imajinasi. Selanjutnya
pada tahun 1970-an muncul juga apa yang disebut sebagai ‘jurnalistik presisi’, yang
merupakan metode peliputan berita dengan menggunakan riset ilmu sosial dimana
peristiwa, karakteristik, tingkah laku menjadi angka-angka untuk ditelaah dan
dianalisis dengan metode survey, analisa isi dan eksperimen lapangan. Jurnalistik
ini lebih menyusun berita yang diolah selayaknya laporan menggunakan metode
riset ilmu sosial3
Selain itu terdapat juga yang namanya bahasa jurnalistik atau biasa disebut
dengan bahasa pers, yang merupakan salah satu ragam bahasa kreatif bahasa
Indonesia di samping terdapat juga ragam bahasa akademik, ragam bahasa usaha,
ragam bahasa filosofis, dan ragam bahasa literer. Dengan demikian bahasa
jurnalistik memiliki kaidah-kaidah tersendiri yang membedakannya dengan ragam
bahasa yang lain.
Di dalam bahasa jurnalistik juga memiliki karakter yang berbeda-beda
berdasarkan tentang apa yang akan diberitakan. Bahasa jurnalistik yang digunakan
untuk menuliskan reportase tentu lebih cermat bila dibandingkan dengan bahasa
jurnalistik yang digunakan dalam penulisan features (story telling). Bahkan, bahasa
jurnalistik pun sekarang sudah memiliki kaidah khas seperti dalam penulisan
jurnalisme publik dan perdamaian. Bahasa jurnalistik yang digunakan untuk menulis
berita dan laporan utama, forum utama akan berbeda dengan bahasa jurnalistik yang
digunakan untuk menulis tajuk dan features. Sesungguhnya bahasa jurnalistik tidak
meninggalkan kaidah yang dimiliki oleh ragam bahasa Indonesia baku dalam hal
pemakaian kosakata. Tetapi, karena berbagai keterbatasan yang dimiliki surat kabar,
2
Syamsul Rijal, ‘Jurnalistik Pengelolaan Bahasa Dalam Media’, 2021.
3
Indiwan Seto Dr. Wahjuwibowo, ‘BAB I “APA ITU JURNALISTIK ?”’, 2015, 4–5.
4
maka bahasa jurnalistik memiliki sifat yang khas yaitu singkat, padat, sederhana,
lancar, jelas, lugas, dan menarik. Kosakata yang digunakan dalam bahasa jurnalistik
mengikuti perkembangan bahasa sehari-hari dalam masyarakat4
Orang yang bekerja dalam dunia jurnalistik dikenal dengan istilah jurnalis atau
wartawan. Jurnalistik memiliki ciri-ciri tertentu yang menjadi pembeda dengan jenis
tulisan lainnya. Ciri pertama adalah skeptis. Skeptis disini maksudnya, setiap
jurnalis harus memiliki sifat ingin tahu terkait dengan isu tertentu hingga
mendorongnya untuk melakukan pencarian informasi lebih lanjut. Kedua, jurnalistik
memerlukan aksi (action). Aksi di sini bermakna seorang jurnalis tidak menunggu
untuk didatangi informasi atau narasumber, namum bertindak untuk mencari
informasi-informasi atau berita-berita, khususnya yang up date dalam masyarakat.
Ketiga, jurnalistik juga tidak lepas dari perubahan, mulai dari konten yang dimuat
hingga media informasi yang digunakan dalam penyampaian berita5
Jurnalistik memiliki beberapa tugas yang sangat penting, diantaranya yaitu :
1. Menyampaikan kebenaran.
2. Memiliki loyalitas kepada masyarakat
3. Memiliki disiplin untuk melakukan verifikasi.
4. Memiliki kemandirian terhadap apa yang dikerjakan
5. Memiliki kemampuan untuk memantau kekuasaan.
6. Menjadi forum bagi kritik dan kesepakatan publik
7. Menyampaikan sesuatu secara menarik dan relevan kepada publik
8. Membuat berita secara komprehesif dan proporsional
9. Memberi keleluasaan wartawanuntuk mengikuti nurani mereka
4
M.Pd. Prof. Dr. Suroso, ‘Jurnalisme Dasar’, 2021. 64-65.
5
Communnity Development Journal and others, ‘Pelatihan Jurnalistik Dalam Menulis Buletin Dengan
Konten Budaya’, 3.2 (2022), 1258–64.
5
data berbentuk lisan maupun tulisan, statistik, ataupun dokumen yang dikeluarkan
oleh pihak yang terkait. Pertanggungjawaban, kredibilitas dan kompetensi
jurnalistik ada pada tingkat akurasi fakta yang disampaikan. Observasi yang
dilakukan, tidaklah seperti penelitian di dalam dunia akademik. Pada puncaknya,
metode yang objektiflah yang sesungguhnya harus dipraktekkan. Hal ini semata-
mata dilakukan demi sebuah jumalisme yang bersifat fungsional dan berdasarkan
fakta dan realitas sosial6
6
orang yang tidak memiliki pelatihan jurnalisme professional, pelatihan tersebut
jurnalisme dapat menggunakan alat alat teknologi modern dan distribusi global
internet untuk membuat, menambah media pengecekan fakta mereka sendiri atau
secara kolaboratif. Definisi yang diungkapkan Glasser tersebut masih terdapat
kelonggaran dan tidak ada suatu kekhususan dan sehingga definisi tersebut masih
bida untuk diperdebatkan. Tetapi melihat realitas pada saar ini definisi Glasser
tersebut terkadang dibenarkan8.
Menurut Asep Syamsul M Romli melalui bukunya ”Jurnalistik Terapan,
Pedoman Kewartawanan dan Penulisan”, definisi jurnalistik dapat dilihat dari tiga
sudut pandang, yaitu pengertian jurnalistik secara harfiyah, konseptual, dan praktis.
Secara harfiyah, jurnalistik (journalsitic) yaitu: ”Kewartawanan atau hal
pemberitaan. Namun, secara praktis, jurnalistik merupakan proses pembuatan
informasi atau berita dan proses penyebarluasannya melalui media massa9.
Peters dan Tandoe menyebutkan, jurnalistik adalah pekerjakan untuk
mengumpulkan, memproses dan menyebarluaskan informasi akurat secara reguler
untuk melayani kepentingan masyarakat atau public. Poin penting dari definisi
tersebut adalah adanya unsur hubungan sosial dan fungsi sosial dari seorang penulis
jurnalistik atau biasa disebut dengan jurnalis. Saat jurnalis didefinisikan sebagai
orang yang bekerja mencari berita untuk menyampaikan informasi secara reguler,
maka jurnalis masuk dalam hubungan kontrak kerja tertentu dengan pemilik media
massa.
Dalam kaitannya dengan itu, McNair mengatakan, jurnalis mempunyai fungsi
sosial karena ia diharapkan memiliki peran penting untuk mengembangkan
masyarakat yang plural dan liberal, serta menjaga proses demokrasi tetap berjalan
dengan memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat. Penyampaian
informasi itu penting karena dianggap sebagai bahan pertimbangan masyarakat
8
A Darmanto, ‘Aplikasi Nilai-Nilai Jurnalisme Warga Pada Radio Komunitas’, Jurnal Komunikasi, 2007,
97–188 <https://journal.uii.ac.id/jurnal-komunikasi/article/view/5240>.
9
Mochamad Sinung Restendy, ‘DAYA TARIK JURNALISTIK, PERS, BERITA DAN PERBEDAAN
PERAN DALAM NEWS CASTING’, Al-Hikmah, 4.2 (2016), 1–12.
7
untuk mengambil keputusankeputusan di bidang politik maupun ekonomi maupun
yang lainnya10.
Cutlip mengatakan bahwa tak ada yang lebih menjengkelkan bagi seorang
jurnalis, editor, dan direktur berita selain praktisi Humas yang mengemis agar
beritanya dimuat atau keluhannya tentang pemuatan berita. Jurnalis telah
mengembangkan obyektivitas informasi dan berita. Jika informasi tidak layak
diberitakan karena tidak menarik bagi khalayak, maka sebanyak apapun atau
sesering apapun praktisi menghubungi media tetap tidak akan mengubah kualitas
informasi yang disampaikan tersebut. Karena informasi tersebut sudah tidak laris
lagi atau sudah terlewatkan.
Jurnalis dan Hubungan Masyarakat (Humas) merupakan dua profesi yang
memiliki tugas dan tanggung jawab sama, yaitu sebagai mengelola informasi untuk
masyarakat atau publik untuk saling berhubungan. Jurnalis memainkan berbagai
peranan dalam masyarakat. Peran umum yang biasanya dijalankan oleh jurnalis di
antaranya sebagai pelapor informasi, yaitu bertindak sebagai mata dan telinga
publik, melaporkan peristiwaperistiwa yang di luar pengetahuan masyarakat dengan
netral dan tanpa prasangka. Jurnalis sebagai interpreter yang memberikan penafsiran
pada suatu berita. Laporan atau berita mengenai reaksi masyarakat adalah barometer
terbaik bagi berhasilnya suatu kebijaksanaan11.
Hartley mengatakan dalam kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary of
Current English definisi jurnalisme adalah: (a). The work of profession of
producing; (b) Writing that may be all right for a newspaper. Citizen Journalism
memang merupakan kerja amatir yang menawarkan diri sendiri untuk sebuah kerja
jurnalistik, yakni menginformasikan kejadian, fakta, realitas kepada masyarakat.
Sebab citizen journalism bisa dilakukan siapapun bahkan yang tidak memiliki latar
belakang jurnalistik.
10
Muhamad Ashari, ‘Jurnalisme Digital: Dari Pengumpulan Informasi Sampai Penyebaran Pesan’,
Jurnalisme Digital: Dari Pengumpulan Informasi Sampai Penyebaran Pesan, 4.1 (2019), 4–6.
11
Ni Luh Ratih Maha Rani, ‘Persepsi Jurnalis Dan Praktisi Humas Terhadap Nilai Berita’, Jurnal ILMU
KOMUNIKASI, 10.1 (2013), 83–96 <https://doi.org/10.24002/jik.v10i1.155>.
8
Berdasarkan penelitian Kurniawan citizen journalism ini berawal dari stasiun
radio Elshinta sejak tahun 2000, dan hingga kini Elshinta punya 100.000 reporter
warga. Namun, media lain seperti stasiun TV, media cetak, website di Indonesia
terlihat masih enggan untuk mengaplikasikan jurnalisme warga karena takut
kehilangan kredibilitas, reputasi dan problem etika jurnalistik. Penelitian Kurniawan
tersebut membahas tentang bagaimana Elshinta mengantisipasi masalah etik dan
hukum atas berita yang disampaikan reporter warga dengan menerapkan prosedur
operasi standar.
Kehadiran citizen journalism kental dengan semangat kebebasan berpendapat
masyarakat dan kritik media yang bernafaskan kapitalisme. Di Indonesia sendiri ada
banyak media yang merupakan perpanjangan tangan kelompok politik. Sebab
beberapa media dimiliki oleh politikus. Hal ini dijelaskan Daulay dan Zacky bahwa
citizen journalism merupakan alat pengendali yang sangat produktif bagi terciptanya
ruang publik, dan tempat partisipasi dan respon politik warga negara12.
Wartawan sering terjebak dalam pada bad news is good news syndrome. Berita
cenderung bersifat dari atas ke bawah dengan mengutip berbagai pernyataan pejabat
pemerintah. Tidak ada ruang yang cukup bagi warga masyarakat untuk menjadi nara
sumber dan mengemukakan agenda yang dimiliki oleh mereka sendiri. Mereka tidak
diberikan kesempatan untuk menyampaikan solusi mereka sendiri, tetapi mereka
selalu disuapi jalan keluar oleh pihak lain. Wartawan seperti terpisah dari realitas
yang diinginkan warga masyarakat. Sudah tidak heran lagi, jika agenda media
berbeda dengan agenda publik. Apa yang diinginkan oleh warga masyarakat tidak
mampu diakomodasi oleh pengelola media dengan baik. Sebaliknya, media lebih
senang bermain dengan kepentingan mereka sendiri. Ini diperkuat dengan temuan
penelitian oleh Lembaga Konsumen Media (Media Watch Surabaya) tahun 2001
dan Ronny H Mustamu tahun 2002. Beliau menemukan bahwa dari empat media
cetak lokal yang dikaji ; Surya, Kompas, Jawapos, dan Surabaya Post ternyata tidak
ada satu mediapun yang agenda media mereka sama dengan agenda publik.
Selain itu, para jurnalis telah kehilangan sense of humanazing yang memandu
mereka saat melaksanakan kegiatan jurnalistik. Sebagai penjabaran dari layanan
12
Vinisa Nurul Aisyah, ‘Pemberdayaan Jurnalistik Bagi Organisasi Kepemudaan Masjid Pada Forsam
Klaten Selatan’, Warta LPM, 23.1 (2020), 35–44 <https://doi.org/10.23917/warta.v23i1.8999>.
9
publik seharusnya mampu mendorong mereka untuk menempatkan kepentingan
publik sebagai prioritas utama dari kegiatan mereka. Hal ini bisa diwujudkan dengan
sajian media yang mampu merangsang masyarakat untuk merespon berita tersebut
baik secara langsung maupun tidak langsung. Media berkewajiban membuat
masyarakat lebih proaktif. Singkat kata, berita yang dibuat wartawan menjadi sangat
elitis atau terpandang dengan menggunakan narasumber yang elit dan sebagai
akibatnya menggunakan perspektif elit yang sangat berbeda jauh dengan aspirasi
dan kepentingan publik. Setting inilah yang mendorong lahirnya jurnalisme publik.
Keadaan seperti ini pula yang mendesak segera dilaksanakannya konsep jurnalisme
public. .Nilai penting jurnalisme publik ini kian mendapatkan momentum dengan
hadirnya jurnalism warga akibat perkembangan teknologi informasi. Menurut
Minha Kim nilai penting jurnalisme publik semakin berlipat ganda dengan
pemanfaatan teknologi komunikasi informasi yang kian interaktif13.
13
Dodot Sapto Adi, ‘Jurnalisme Publik & Jurnalisme Warga Serta Perannya Dalam Meningkatkan
Partisipasi Warga Dalam Proses Demokrasi’, Jurnal Nomolesca, 2.1 (2016), 2–3.
14
Abstrak Tujuan and others, ‘Peran Jurnalis Mctv Ajatappareng Dalam Menangkal Pemberitaan Hoax
Lokal Di Kabupaten Sidrap’, 7.3 (2020), 271–79.
10
Jurnalistik berperan sebagai penyebar informasi dalam perjuangan kemerdekaan
Indonesia. Jurnalistik dapat berbentuk teks dan visual tidak hanya dalam media
cetak, sekarang telah beradaptasi dengan media komunikasi baru yaitu media online.
Sehingga, informasi yang terbaru dan hangat menjadi sangat mudah disebarkan dan
dilihat oleh masyarakat. Informasi yang disodorkan kepada masyarakat begitu
banyak karena proses pembuatan informasi tersebut yang semakin cepat dan mudah.
Indonesia merupakan negara hukum dan pastinya memiliki sistem pemerintahan
berbentuk demokrasi berkeadilan sosial. Jurnalistik atau dapat disebut dengan pers
ini dapat menjadi bentuk kebebasan dalam mendapatkan informasi untuk rakyat
Indonesia. Perkembangan jurnalistik di Indonesia pada umumnya tidak terlepas dari
kerangka politik di tanah air. Sejarah perkembangan jurnalistik atau pers tidak bisa
terlepas dari sejarah politik nrgara Indonesia15.
Peran jurnalistik Pada awalnya sebagai salah satu media komunikasi cetak di
Indonesia adalah sebagai penyebaran informasi-informasi yang dibutuhkan oleh
para pejuang kemerdekaan Indonesia. Seperti yang dilakukan oleh tiga serangkai
Indische Partij, yaitu Douwes Dekker, Tjipto Mangoenkoesoemo, dan Soewardi
pada tahun 1913, dengan mendirikan sebuah bumi putera untuk menentang rencana
yang dibuat pemerintah kolonial tentang penarikan pajak tanah. Hal yang dilakukan
Soewardi saat itu adalah dengan menulis artikel dengan judul “Als Ik Een
Nederlander” atau “Seandainya Saya Seorang Belanda”. Selain itu, pemerintahan
kolonialisme juga menggunakan jurnalistik media cetak sebagai alat propaganda
untuk penyampaian informasi. Bataviase Nouvelles adalah surat kabar cetak yang
pertama kali terbit pada era Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron von Imhoff,
yang diisi oleh berita iklan, lelang, pesta, jamuan, obituari, dan sebagainya16.
Jurnalisme kemudian dikenal sebagai elemen yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Di zaman modern, pembicaraan tentang jurnalisme terutama
akan dikaitkan dengan pembangunan atau penguatan demokrasi. Karena itulah,
BrianMcNair mendefinisikan pengertian jurnalisme sebagai suplai informasi untuk
15
Universitas Negeri Semarang, ‘Sejarah Perkembangan Pers Dan Pemanfaatan Museum Pers Nasional
Sebagai Media Pembelajaran Sejarah Masa Pergerakan Nasional’, Jurnal Pendidikan Sejarah & Sejarah
FKIP UNJA, 3.1 (2023), 27–39.
16
Until Digital Era and others, ‘PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI SEJARAH SINGKAT
JURNALISTIK’, 5.3 (2018), 1482–1512.
11
individu dan kelompok untuk memonitor lingkungan sosialnya. Bagi McNair,
jurnalisme merupakan sumber daya untuk mendukung dan berpartisipasi dalam
kehidupan publik masyarakat demokratis. Jurnalisme memiliki peran yang
signifikan dalam sejarah manusia. Hingga kini dipercaya menjadi bagian penting
dalam proses demokrasi di sebuah negara, di samping penegakan hukum,
penyelenggaraan pemerintahan maupun kontrol yang dijalankan parlemen. Jika
bukan yang terpenting dari ketiganya, jurnalisme atau dengan kata lain, pers,
merupakan pihak yang berdiri mengawasi ketiga elemen tersebut17
Jika dilihat dari sudut pandang islam, Banyak ilmuwan yang berpendapat bahwa
Nabi Nuh adalah orang pertama kali yang melakukan pencarian dan penyampaian
berita, sehingga dapat diasumsikan bahwa Nabi Nuh adalah wartawan pertama di
dunia. Diceritakan bahwa pada waktu itu sebelum Allah SWT menurunkan banjir
besar, maka perintahlah malaikat menemui dan mengajarkan cara membuat kapal
kepada Nabi Nuh. Kapal tersebut dibuat di atas bukit dan bertujuan menyelamatkan
Nabi Nuh bersama anak keluarganya dan seluruh pengikutnya yang saleh dan segala
macam hewan yang berpasangan. Setelah semua dilakukan, turunlah hujan selama
berhari-hari dengan angin kencang yang mengakibatkan banjir besar. Lalu, Nabi
Nuh bersama orang beriman lainnya dan hewan-hewan di dalam kapal berlayar
diatas gelombang banjir yang sangat dahsyat dan selamat18.
Dalam pengkalsifikasiannya, jurnalistik terbagi menjadi beberapa macam salah
satunya yaitu jurnalistik foto. Jurnalistik foto telah menjadi bagian penting dari
sebuah suratkabar atau majalah sejak awal abadke-20, walaupun sejarahnya bisa
diketahui hingga pertengahan abad ke-19 dengan adanya fotografi perang Eropa,
ditandai pula dengan pengembangan kamera Leica 35mm. Penemuan istilah
jurnalistik foto (photojournalism) didedikasikan untuk Cliff Edom (1907-1991),
dosen Universitas Missouri, yang berlatarbelakang di Sekolah Ilmu Jurnalistik 29
tahun lamanya. Tetapi, Beberapa orang mengatakan bahwa istilah tersebut
ditemukan oleh Frank Mott, dekan di Universitas yang sama, beliau juga membantu
mendirikan program pendidikan khusus jurnalistik foto pada tahun 1942. Pada era
17
Nanang Haroni and Zakaria L. Sukirno, ‘Jurnalisme Online Sebagai Komunikasi Pariwisata’, Journal
of Tourism and Creativity, 2.1 (2018), 69–83.
18
M.Si Dr. H. Mahi M. Hikmat, ‘Jurnalistik : Literary Jurnalism’, 1, 2018, 95–97.
12
keemasan jurnalistik foto (sekitar tahun 1930 - 1950), beberapa majalah seperti
Picture Post (London), Paris Match (Paris), Life (USA), Sports Illustrated (USA))
dan beberapa suratkabar seperti The Daily Mirror (London), The Daily Graphic
(New York) mampu merangkul pembaca yang besar melalui program penggunaan
fotografi19.
Selanjutnya terdapat juga Jurnalisme Kuning, yang dimana merupakan
jurnalisme yang mengaburkan makna. Dikatakan seperti itu karena berita ini
didominasi oleh aspek-spek bersifat sensasi, sadis, vulgar dan bahkan cabul yang
didramatisir begitu rupa, jauh dari realita yang sesungguhnya. Jurnalisme kuning di
Indonesia telah berlangsung sejak era Demokrasi Liberal dan berlanjut di era Orde
Baru seiring dengan kemunculan koran Pos Kotadengan trilogi informasi yang
disajikan: kriminalitas, kekerasan dan seksualitas. Pasca diberlakukannya Undang-
Undang Pers No. 40 Tahun 1999, praktik jurnalisme demikian semakin
memperlihatkan peningkatan dengan munculnya berbagai pemberitaan yang
bombastis penuh sensasi, vulgar, bahkan cenderung sadistis. Kondisi ini yang
kemudian juga berlangsung pada media berita online di era milenial saat ini.
Persoalan etika dalam menghasilkan karya jurnalistik penting menjadi perhatian
para jurnalis. Kepentingan ekonomi politik media sebagai sesuatu yang tidak bisa
dihindarkan di era industri media saat ini, jadi harus tetap mengedepankan aspek
etis, yakni kesadaran dan tanggung jawab etis. Kebebasan pers yang telah berhasil
diraih tidak bisa dimaknai untuk melegitimasi praktikpraktik jurnalisme kuning.
Sebaliknya kebebasan itu harus senantiasa ditujukan untuk mencapai kemerdekaan
pers guna mewujudkan kedaulatan rakyat yang berasaskan demokrasi, keadilan, dan
hukum, sesuai dengan UndangUndang No. 40 Tahun 199920.
13
informasi yang dicari haruslah factual (nyata), karena jika informasi tersebut tidak
nyata akan berdampak negative bagi pembacanya. Jika informasi yang disampaikan
berdasarkan fakta maka akan membuat nyaman kepada pembacanya dan
memberikan pengetahuan yang fakta. Akan tetapi, dibalik kemajuan teknologi yang
pesat ini terdapat juga sisi negative salah satunya yaitu berita hoax yang sudah
marak pada zaman ini. Berita hoax dapat diketahui membuat masayarakat resah
karena informasi yang tidak jelas kebenaranya. Maka dari itu, kelompok kami akan
menampilkan beberapa berita atau informasi hoax. Salah satunya sebagai berikut :
Pada bulan Mei 2021, muncul berita viral muncul di media sosial yang
menyatakan bahwa vaksin COVID-19 dapat membuat masyarakat menjadi
magnet. Berita ini melaporkan beberapa kasus di mana orang yang baru saja
divaksinasi mengklaim bahwa benda logam kecil seperti sendok atau koin bisa
menempel pada kulit mereka setelah divaksinasi.
Penyelidikan:
14
Fakta-Fakta Medis: Pihak berwenang segera melakukan penyelidikan medis atas
tuduhan ini. Mereka menemukan bahwa tidak ada dasar medis yang kuat atas
klaim bahwa vaksin COVID-19 dapat membuat manusia menjadi magnet.
Vaksin tidak mempunyai kemampuan untuk mengubah sifat fisik tubuh manusia
seperti itu. dan tentang logam, logam dapat menempel dipermukaan kulit yang
lembab, biasanya disebabkan oleh keringat. Pecahan uang logam seribu rupiah
terbuat dari bahan nikel, dan nikel ini bukan logam yang bisa menempel karena
daya magnet.
Penyebaran Informasi Palsu : berita ini dianggap sebagai contoh yang sangat
menonjol dari berita palsu atau hoax yang banyak tenyebar secara luas di media
sosial. Hal ini menimbulkan kebingungan di antara masyarakat dan
menyebabkan kekhawatiran yang tidak perlu terhadap vaksin COVID-19.
Dampak : Berita hoax ini telah menebar ketakutan dan kebingungan di kalangan
masyarakat mengenai vaksinasi COVID-19. Hal ini dapat menghambat upaya
pemerintah untuk mencapai kekebalan kelompok yang diperlukan untuk
mengendalikan penyebaran virus.
Solusi : Untuk mengatasi berita hoax yang seperti ini, pihak berwenang perlu
meningkatkan literasi digital, serta mengedukasi tentang pentingnya sumber
informasi yang factual dan terpercaya. Selain itu, perlunya dilakukan tindakan
yang tegas terhadap penyebaran berita palsu untuk mengurangi dampaknya pada
masyarakat umum. Berita ini menunjukkan perlunya mengandalkan sumber
informasi kesehatan yang terpercaya dan teruji kebenaranya. Pemerintah dan
organisasi kesehatan harus berperan aktif dalam memberikan informasi yang
15
akurat dan memberikan respon yang cepat terhadap suatu berita palsu. Selain itu,
literasi media yang kuat dalam masyarakat sangat penting agar individu dapat
menghindari berita hoax yang merugikan. Dan untuk masyarakat sendiri perlu
berhati hati dalam menyebarkan informasi dan memeriksa kebenaran informasi
tersebut sebelum membagikannya. Jika merasa ragu dengan informasi yang
disampaikan tersebut, sebaiknya agar tidak membagikan informasi tersebut dan
mencari sumber informasi yang lebih terpercaya
BAB III
PENUTUP
16
1.1 Kesimpulan
Berikutnya perihal tentang asal-usul jurnalistik sendiri awalnya salah satu media
komunikasi cetak pertama kali di Indonesia,waktu itu jurnalistik berperan sebagai
penyebaran informasi-informasi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada zaman itu
jurnalisitk berbentuk teks (media cetak), dan juga berbentuk audio (radio).Tetapi setelah
kemerdekaan terjadi di negara Indonesia perkembangan jurnalistik cukup mengesankan
mulai bermunculnya Televisi hingga sekarang banyak nya media-media termasuk dunia
internet yang membuat jurnalisitik berkembang pesat. Tetapi sayangnya jurnalisitk di
era sekarang Cuma memikirkan besarnya penghasilan atas apa yang ia kerjakan sebagai
seorang jurnalis tanpa meikirkan apakah berita yang mereka seabr benar adanya, fakta
atau tidak, hoax atau Cuma mencari sensasi agar views bertambah. Tidak seperti dulu
yang mana mereka memperhatikan kejujuran, berita yang fakta bisa di fahami oleh
orang-orang (komunikan), sehingga apa yang mereka sebarkan pada zaman itu jarang
membuat perpecahan antar masyarakat. Persaingan ekonomi yang membuat mereka
mengambil langkah yang salah dan memikirkan diri sendiri daripada mengedepankan
kejujuran. Ada satu contoh yang mana ada keterkaitan dengan masalah jurnalistik yang
terjadi di sekarang ini, tentang presisen jokowi tentang peresmian bendera Indonesia
17
yang baru, padahal berita oitu sama sekali tidak benar adanya, bahkan bukan fakta, yang
mana presiden tidak pernah merasa meresmikan bendera Indonesia yang terbaru, karena
sebagai bentuk penghargaan pahlawan-pahlawan terdahulu terkhusus penjahit bendera
Indonesia sendiri yakni ibu fatmawati. Dimana bendera Indonesia terdiri atas warna
merah yang berada diatas sebagai bentuk arti keberanian dan warna putih yang ada di
bawah sebagai bentuk kesucian. Namun malah ada oknum yang membeberkan berita
hoax dimana malah presiden jokowi dodo meresmikan bendera baru untuk negara
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
18
Adhitya, Muhammad, and Hidayat Putra, ‘“JURNALISTIK”’, 2023, 4–5
Adi, Dodot Sapto, ‘Jurnalisme Publik & Jurnalisme Warga Serta Perannya Dalam
Meningkatkan Partisipasi Warga Dalam Proses Demokrasi’, Jurnal Nomolesca, 2.1
(2016), 2–3
Darmawan, Ferry, ‘Jurnalistik Foto Di Era Digital : Antara Teknologi Dan Etika’, 6.1
(2005), 27–28
Dr. Wahjuwibowo, Indiwan Seto, ‘BAB I “APA ITU JURNALISTIK ?”’, 2015, 4–5
Era, Until Digital, Syahzanan Haunan Fatharani, Fakultas Industri Kreatif, and
Universitas Telkom, ‘PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI SEJARAH
SINGKAT JURNALISTIK’, 5.3 (2018), 1482–1512
19
“Lampu Kuning” Etika Komunikasi Massa’, Jurnal AJUDIKASI, 1.2 (2017), 1–14
Maha Rani, Ni Luh Ratih, ‘Persepsi Jurnalis Dan Praktisi Humas Terhadap Nilai
Berita’, Jurnal ILMU KOMUNIKASI, 10.1 (2013), 83–96
<https://doi.org/10.24002/jik.v10i1.155>
Silviana Dwi Pangesti, ‘Pandangan Islam Dalam Praktik Etika Jurnalistik Menurut Al-
Qur’an Surat Saba’’, Busyro : Jurnal Dakwah Dan Komunikasi Islam, 4.1 (2022),
09–15 <https://doi.org/10.55352/kpi.v4i1.661>
Tujuan, Abstrak, Kata Kunci, Pemberitaan Submisi, and Pendahuluan Sejak, ‘Peran
Jurnalis Mctv Ajatappareng Dalam Menangkal Pemberitaan Hoax Lokal Di
Kabupaten Sidrap’, 7.3 (2020), 271–79
20