Anda di halaman 1dari 14

Ameliyatun Alnafilah

1608302089

PROPOSAL

Penerapan Penulisan Bahasa Jurnalistik Di Surat Kabar Cetak Radar Cirebon (Studi Kasus Berita
Utama Edisi Februari 2018)

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi dewasa ini memberikan dampak yang luas bagi masyarakat.
Baik dampak positif maupun dampak negatif. Terlebih dalam hal penyampaian informasi dan
berita, masyarakat bisa dengan mudah memperoleh serta mencari informasi yang dibutuhkan.

Berdasarkan perkembangan yang ada saat ini, jurnalistik dapat diartikan sebagai seluk
beluk mengenai kegiatan penyampaian pesan atau gagasan kepada khalayak atau massa melalui
media komunikasi yang terorganisasi seperti surat kabar/majalah (media cetak), radio, televisi,
internet (media elektronik), dan film (news-reel).

Sebelum ilmu komunikasi masa atau publisstik diperkenalkan, akademisi menyebut


jurnalistik sebagai suatu studi dalam pernyataan umum melalui surat kabar dengan sebutan
‘pengetahuan di bidang persuratkabaran’. dalam bahasa Jerman dinamakan Zeitungskunde, yang
termasuk kali pertama diajarkan di perguruan tinggi, antara lain di Universitas Bazel, Swiss
(1884). Kunde berarti suatu pengetahuan yang ditujukan tujuan praktik, sedangkan die zeitungs
berarti suratkabar. Zeitungskunde diperkenalkan oleh seorang pakar ekonomi bernama Karl
Bucher (1847-1930). setelah sisteatika, metode, riset, dan peristilahannya disempurnakan, objek
studinya dipertajam dan mulai diajarkan secara luas di banyak universitas sehingga namanya
diubah menjadi Zeitungswissschafti.

Setelah Karl Bucher, orang yag dinilai berjasa dalam memajukan ilmu persuratkabaran
adalah sosiolog berkebangsaan Jerman, Max Weber (1864-1920). hasil penyelidikan Weber
sebelumnya menegnai aspek sosiologis dari pemberitaan surat kabar dinilai cukup kuat
mendukung persuratkabran sebagai ilmu. Dua analisis Weber yang penting, yaitu soal pengaruh
modal dalam keredaksian dan soal sifat kelembagaan surat kabar.

Sebagai bagian dari kegiatan komunikasi massa yang menyangkut bidang studi yang
sagat luas dan mendalam, jurnalistik juga sesungguhnya menyangkut kajian mengenai proses
komunikasi massa, analisis pesan, metodologi, riset media, audiens, dan sebagainya1.

1
Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik teori dan praktik ?(Bnaudng:PT Remaja Rosdakarya. 2005) hl 15
Oleh sebab itu, sesungguhnya jurnalistik sebagai cikal bakal ilmu komunikasi massa
tidak terlepas dari kajian seluruh aspek media massa. Tidak hanya terbatas pada kajian media
cetak surat kabar atau majalah sebagaimana terlihat dari awal perkembangannya. Pengaruh
terbesar dari perkembangan ilmu di bidang ini terutama disebabkan oleh perkembangan
teknologi media.

Radar Cirebon adalah surat kabar harian pagi yang terbit di Cirebon , Jawa Barat . Harian
ini masih satu grup dengan Jawa Pos . Lahir dan terbentuk 20 Desember 1999. Radar Cirebon
memiliki sirkulasi di Cirebon , Indramayu, Kuningan, dan Majalengka . Saat ini memiliki 28
halaman, terbit setiap hari. kecuali hari minggu terbit dengan 20 halaman. Tahun 2011, Radar
Cirebon membangun kantor baru dengan sebutan Grha Pena yang bermarkas di Jalan Perjuangan
No 9 Kota Cirebon. Saat ini Radar Cirebon mengembangkan Radar Indramayu, Radar Kuningan
dan Radar Majalengka, guna menyajikan berita-berita lokal yang lebih banyak. Selain koran
harian Radar Cirebon juga memiliki stasiun tv lokal dengan sebutan Radar Cirebon TV atau
lebih dikenal dengan RCTV , dengan jangkauan wilayah siar Kota/Kabupaten Cirebon dan
Indramayu. Untuk masyarakat yang berada di luar wilayah edar Radar Cirebon dapat juga
membaca berita-berita wilayah Cirebon dan sekitarnya secara online di www.radarcirebon.com2.

Jurnalistik media yang dijadikan sarana oleh masyarakat untuk mengeluarkan pendapat,
mendapatkan dan berbagi informasi. Media jurnalistik yang banyak bentuknya seperti surat
kabar, televisi, dan radio menjadi santapan sehari-hari masyarakat di negeri ini yang haus akan
informasi terbaru maupun yang sudah terjadi.

Kesuksesan suatu media senantiasa membawa reaksi dan kritik yang keras dari
masyarakat. Sehinga setiap teknologi media yang baru berkembang sebagai konsekuensinya
memunculkan kegelisahan akademis untuk melihat pengaruhnya di masyarakat. Hal ini
mengembangkan sebuah diskusi mengenai bagaimana persitiwa yang ada di dunia ini
mempengaruhi pikiran orang tentang media. Pada akhirnya dapat menunjukkan dan dapat
membantu dalam menghubungkan berbagai peristiwa yang ada di dunia ini memengaruhi pikiran
orang tentang media.

Seorang jurnalis harus sepandai mungkin meramu kata-kata dari data yang diperoleh di
lapangan menjadi tulisan yang bisa mencampur adukkan emosi khalayak. Jurnalis menggunakan
penerapan bahasa jurnalistik agar setiap kata menjadi kalimat-kalimat yang pas dan indah untuk
dinikmati.

2
Harry Hidayat “Tentang radar Cirebon” 27 februari 2017. Dikutip dari laman
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Radar_Cirebon. pada tanggal 22 februari 2018 12:12 WIB.
Namun, jurnalis tetap manusia. Sewaktu-waktu mereka bisa melakukan kesalahan. Entah
kesalahan yang disengaja atau tidak. Dengan adanya proposal ini, penulis merasa tertarik untuk
mengetahui bagaimana prinsip penerapan penggunaan bahasa jurnalistik di radar cirebon. Serta
tertarik untuk mengetahui seberapa banyak kesalahan dalam penulisan berita dengan penerapan
bahasa jurnalistik sebagai pedoman penulisan.

2. fokus penelitian

Penelitian ini difokuskan pada penerapan penulisan bahasa jurnalistik di surat kabar cetak radar
cirebon pada berita utama edisi februari 2018.

3. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan merumuskan masalah penelitian sebagai
berikut:

1. Bagaimana penerapan bahasa jurnalistik di radar cirebon?

2. Seberapa banyak ketidaksesuaian ciri bahasa jurnalistik dalam penulisan berita di surat
kabar radar Cirebon?

4. Tujuan penelitian
a. Tujuan teoritis
Penelitian ini merupakan syarat untuk pengajuan proposal.
b. Tujuan praktis

Untuk mengetahui penulisan berita dalam surat kabar radar Cirebon dan penerapan
bahasa jurnalistiknya.

5. Manfaat
1). Manfaaat teoritis
Sebagai referensi tambahan studi tentang jurnalistik dan bahasa jurnalistik.
2). Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan untuk menambah wawasan akademi praktisi,
wartawan, pihak-pihak yang terlibat dalam jurnalistik maupun orang-orang yang minat dengan
dunia jurnalistik.
B. KERANGKA KONSEP
1. Bahasa jurnalistik

a. Arti bahasa
Secara literatur, bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh
anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentitaskan diri. Enurut
Chaedar Alwasilah, terdapat 5 pengertian penting mengenai bahasa, yaitu sebagai berikut.
1). Manusiawi
Selain manusia, hewan juga berkomunikasi, tetapi hanya manusia yang memiliki system
symbol untuk berkomunikasi. Hewan berkomunikasi tidak dengan kata-kata. Oleh sebab itu,
mereka tidak memiliki bahasa. Manusia berbahasa sejak dini hingga ia berkembang. Hal iniliah
yang membedakaan manusia dnegan makhluk lain yang membuatnya mampu berpikir.
1. Dipelajari

Ketika manusia dilahirkan, mereka tidak dapat langsung berbicara. Bahasa dipelajari
seiring dengan perkembangan dirinya. Bahasa dianggap tidak akan memiliki arti jika hanya
digunakan sendiri. Oleh karena itu, bahasa digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain.

2. Sistem

Bahasa memiliki seperangkat aturan yang dikenal para penuturnya. Adanya kesepakatan
antara para penuturnya membuat bahasa yang digunakan memiliki arti. Kesepakatan inilah yang
embuat kita dapat berbicara dalam bahasa apapun.

3. Arbitrer

Manusia mempergunakan bunyi-bunyi tertentu dan disusun dalam cara tertentu pula. Hal
itu dilakukan secara kebetulan. Sebagai contoh, orang-orang menggunakan suatu kata untuk
melambangkan suatu benda, hal ini dilakukan secara kebetulan.

4. Simbol

Bahasa terdiri dari rentetan symbol arbitrer yang meiliki arti. Kita dapat menggunakan
simbol-simbol ini untuk berkomunikasi dengan sesame manusia. Kita menerjemahkan ucapan
orang lain berdasarkan acuan pada pengalaman diri sendiri. Kita dapat membicarakan sesuatu
peristiwa yang sudah terjadi atau yang akan terjadi. Hal ini karena bahasa memiliki daya
simbolik3.

b. Arti jurnalistik

Jurnalistik atau journalism berasal dari perkataan journal, artinya catatan harian, atau
catatan mengenai kejadian sehari-hari, atau bisa juga berarti surat kabar. Journal berasal dari
perkataan Latin diurnalis, artinya harian atau tiap hari. Dari perkataan itulah lahir kata jurnalis,
yaitu orang yang emalkuakan pekerjaan jurnalistik.

MacDougal meneybutkan bahwa journalisme adalah kegiatan menghimpun berita,


mencari fakta, dan melaporkan peristiwa. Jurnalisme sangat penting di mana pun dan kapan pun.
Jurnalisme sangat diperlukan dalam suatu Negara demokratis. Tak peduli apa pun perubahan-
perubahan yang terjadi di masa depan – baik social, ekonomi, politik maupun yang lain-lainnya.

3
Nugroho Trisnu Barata. Antropologi Budaya ( Jakarta: PT. Erlangga) hlm 12
Tak dapat dibayangkan, akan pernah ada ssaatnya ketika tiada seorang pun yang fungsinya
mencari berita tentang peristiwa yang terjadi dan menyampaikan berita tersebut kepada khalyak
ramai, dibarengi dengan penjelasan tentang peristiwa itu.

Sejarah jurnalistik dimulai ketika tiga ribu tahun yang lalu, Firaun di Mesir, Amenhotep
III, mengirimkan ratusan pesan kepada para perwiranya di provinsi-provinsi untuk
memberitahukan apa yang terjadi di ibukota. Di Roma 2000tahun yang lalu Aacta diurnal
(tindakan-tindakan harian) – tindakan-tindakan senat, peraturan-praturan peerintah, berita
kelahiran dan kematian – ditempelkan di tempat-tempat umum. Selama abada pertengahan di
Eropa, siaran berita yang ditulis tangan merupakan media informasi yang penting bagi para
usahawan.

Keperluan untuk mengetahui apa yang terjadi merupakan kunci lahirnya jurnalisme
selama berabad-aba. Tetapi, jurnalisme itu sendiri baru benar-benar dimulai ketika huruf-huruf
lepas untukpercetakan mulai digunakan di Eropa pada sekitar tahun 1440 dapat dicetak dengan
kecepatan yang lebih tinggi, dalam jumlah yang lebih banyak, dan dengan ongkos-ongkos yang
lebih rendah.

Surat kabar pertama yang terbit di eropa secara teratur dimulai di Jerman pada tahun
1609. Aviso di Wolvenbüttel dan Relation di Strasbourg. Tak lama kemudian, suratbkabar-
suratkabar lainnya muncul di Belanda (1618), Perancis (1620), Inggris (1620), Italia
(1636).suratkabar-suratkabar abad ke-17 ini bertiras sekitar 100 sampai 200 eksemplar sekali
terbit, meskipun Frankfrurter Journal pada tahun 1680 sudah memiliki tiras 1500 sekali terbit.

Pada tahun 1650, surat kabar pertama yang terbit sebagai harian adalah Einkommende
Zeitung di Leipzig, Jerman. Pada tahun 1702 menyusul Daily Courant di London yang menjadi
harian pertama di Inggris yang berhasil diterbitkan. Ketika lebih banyak penduduk memperoleh
pendapatan lebih besar dan lebih banyak di antara mereka yang belajar membaca, maka semkain
besarlah permintaan suratkabar. Bersamaan dengan itu, terjadilah penemuan mesin-mesin yang
lebih baik dalam mempercepat produksi Koran dan memperkecil ongkos.

Pada tahun 1833, di New York City, Benjamin H. Day, menerbitkan untuk pertama
kalinya apa yang disebut penny newspaper (suratkabar yang harganya satu penny). Ia memuat
berita-berita pendek yang ditulis dnegan hidup, termasuk peliputan secara rinci tentang berita-
berita kepolisisan untuk pertama kalinya. Berita-berita human-interest dengan ongkos murah ini
menyebabkan bertambah secra cepat sirkulasi tersebut. Kini idi Amerika Serikat beredar
60.000.000 eksemplar harian setiap harinya. Jurnlisme kini telah tumbuh jauh melampaui
suratkabar pada awal kehadirannya4.

4
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistiik Teori dan Praktik, (Bandung:PT Remaja
Rosdakarya). Hlm 15-17.
c. Pengertian bahasa jurnalistik

Setiap hari kita membaca berita surat kabar, tabloid, dan majalah. Setiap setengah jam,
kita mengikuti siaran berita yang melaporkan berbagai peristiwa yang terjadi diberbagai belahan
bummi. Semua berita dan laporan itu, disajikan dalam bahasa yang mudah kita pahami, yang
lazim disebut bahasa jurnalistik.

Dengan demikian, bahasa yang digunakan para artis kita dalam tayangan-tayangan acara
sinetron atau kuis pada televisi, tidak termasuk ke dalam bahasa jurnalistik. Untuk mudahnya,
sebut saja bahasa sinetron. Kita tahu, bahasa sinetron Indonesia sangat buruk dan cenderung
asosial, karena hampir semua percakapan menggunakan kata lu dan gue. Mereka lupa, jakarta
hanyalah salah satu dari sekitar 9600 kota besar dan kecil yang terdapat di seluruh Indonesia.
Mereka memaksakan, dialek Betawi harus diikuti dan dipahami di seluruh Indonesia. Mereka
memaksakan, dialek Betawi harus diikuti dan dipahami oleh seluruh penduduk yang terdapat di
600 kota di Indonesia.

Berbeda dengan bahasa sinetron yang sering asosial, akultural, egois, dan elitis, bahasa
jurnalistik justru sangat demokratis dan populis. Disebut demokratis karena dalam bahasa
jurnalistik tidak dikenal istilah guru makan, gubernur makan, menteri makan., semua
diperlakukan sama, tidak ada yang diistimewakan atau ditinggikan derajatnya. Disebut populis,
karena bahasa jurnalistik menolak semua kalaim dan paham yang ingin membedakan si kaya dan
si miskin, si tokoh dan si awam, si pejabat dan si jelata, si pintar dan si bodoh, si terpelajar dan si
kurang ajar. Bahasa jurnalistik diciptakan untuk semua lapisan masyarakat dikota dan di desa, di
gunung dan di lembah, di darat dan di laut. Tidak ada satu pun kelompok masyarakat yang
diaankemaskan atau dianaktirikan oleh bahasa Jurnalistik.

Menurut Daryl L. Frazel dan George Tuck, dua pakar pers Amerika dalam principles of
editing, A comprehensive Guide for student and journalist (1996:122-123), pembaca berharap,
wartawan dapat menjelaskan ilmu pengetahuan kepada mereka yang bukan ilmuwan, perihal
hubungan-hubungan internasional kepada para pemilih yang awam (to explain science to no
scientictists, international relations to nondiplomatis, and politics to ordinary coters)
(Dewabrata 2004:20)5.

Bahasa berita atau laporan surat kabar, tabloid, majalah, radio, televisi dan media online
internet yang tidak akrab di mata, telinga, dan benak khalayak, tidak layak disebut bahasa
jurnalistik, bahkan harus jelas-jelas ditolak sebagai bahasa jurnalistik. Sudah saatnya lembaga-
lembaga pemantau media massa lebih vocal dalam menyuarakan dan memeperjangkan hak-hak
dasar masyarakat dalam menerima informasi yang aktual, benar, lengkap, akurat, jelas-jernih dan
terpercaya dari media. Apa yang disebut kekuatan negatif kapitalisme media dengan segala
dimensi dan implikasinya, harus dilawan secara intelektual, kultural, dan bahkan institusional.

5
AS Haris Sumadiriria. Bahasa Jurnalistik. (Bandung: PT Simbiosa Rekatama Media, 2016) hl 2-3.
Dalam pemahaman wartawan senior terkemuka Rosihan Anwar, bahasa yang digunakan
oleh wartawan dinamakan bahasa pers atau bahasa jurnalistik. Bahasa pers ialah salah saturagam
bahasa yang memiliki sifat-sifat khusus yaitu: sengkta, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan
menarik. Bahasa jurnalistik harus didasarkan pada bahasa baku. Dia tidak dapat menganggap
sepi kaidah-kaidah tata bahasa. Dia juga harus memperhatikan ejaan yang benar. Dalam kosa
kata, bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan dalam masyarakat (Anwar. 1991:1).

Menurut S. Wojowasito dari IKIP Malang dalam karya Latihan Wartawan Persatuan
Wartawan Indonesia (KLW PWI) di Jawa Timur (1978). Bahasa jurnalistik adalah bahasa
komunikasi massa sebagai tampak dalam harian-harian dan majalah-majalah. Dengan fungsi
yang demikian itu bahasa tersebut haruslah jelad dan mudah dibaca oleh mereka dengan ukuran
intelek yang minimal, sehingga sebagian besar masyarakat yang melek huruf dapat menikmati
isinya. Walaupun demikian, bahasa jurnalistik yang baik haruslah sesuai dnegan norma-norma
tata bahasa yang antara lain terdiri atas susunan kalimat yang benar dan pilihan kata yang cocok
(Anwar, 1991:1-2).

d. Ciri-ciri bahasa jurnalistik


Menurut Kurjana Rahardi menyebutkan beberapa ciri bahasa jurnalistik. Ciri bahasa
jurnalistik tersebut adalah:
a. Komunikatif, artinya bahasa jurnalistik berciri tidak berbelit-belit, tetapi terus
langsung pada pokok permasalahannya.
b. Spesifik, artinya bahasa jurnalistik disusun dengan kalimat-kalimat pendek.
c. hemat kata
d. Jelas makna, artinya sedapat mungkin menggunakan kata-kata yang bermakna
denotatif (makna sebenarnya).
e. tidak mubadzir dan tidak klise6

Selain itu, menurut Haris Sumadiria, cirri-ciri bahasa jurnalistik adalah:

a. Sederhana i. Logis

b. Singkat j. Gramatikal

c. Padat k. Menghindari kata tutur


d. Lugas l. Menghindari kata dan istilah asing
e. Jelas m. Pilihan kata (diksi) yang tepat
f. Jernih n. Mengutamakan kalimat aktif
g. Menarik o. Menghindari kata aatau istilah teknis
h. Demokratis p. Tunduk kepada kaidah etika7.

6
Kunjana Rahardi, Asyik Berbahasa Jurnalistik, (Yogyakarta: santusa, 2006) h.18
7
Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis (Bandung:Simbiosa Rekatama Media,
2006) h.14
i. Populis

2. Surat kabar

Surat kabar adalah “media komunikasi massa yang memuat serba-serbi pemberitaan,
meliputi bidang politik, konomi, social budaya, maupun pertahanan dan keamanan. Fungsinya
sebagai penyebar informasi pendidikan, menghibur, mengawasi, atau mengatur massa;.

Adapun karakteristik dari surat kabar adalah :

1. Publisitas
Penyebaran pesan melalui publik.
2. Periodisitas
Keteraturan terbit
3. Universalitas
Menyempaikan pesan yang beragam dan dapat diakses secara umum.
4. Aktualitas
Baru saja terjadi atau sedang terjadi, untuk setiap media bersifat reatif karena tergantung
periodisitas media. Misalnya, surat kabar pagi, atau surat kabar sore.
5. Terdokumentasi (bisa diarsip).
6. Faktualitas (sesuai dengan fakta).
Jenis surat kabar umum biasanya diterbitkan setiap hari, kecuali pada hari-hari libur.
Surat kabar sore juga umum dibeberapa Negara. Selain itu, juga terdapat surat kabar mingguan
(weekly newspaper) yang biasanya lebih kecil dan kurang prestisius dibandingkan dengan surat
kabar harian (daily newspaper) dan isinya biasanya lebih bersifat umum dan hiburan.

Dalam penerbitan sebuah surat kabar, biasanya terdiri dari beberapa bagian ataupun
divisi, yang bertanggungjawab langsung maupun tidak langsung terhadap sebuah penerbitan
surat kabar, adapun susunan tim redaksi surat kabar adalah sebagai berikut.

 Penanggung jawab surat kabar


Yaitu,pemimpin dari lembaga penerbit surat kabar.
 Pemimpin redaksi
Pemimpin redaksi adalah salah satu dari tim redaksi yang bertigas memimpin rapat
redaksi untuk menentukan tema dan topik-topik tulisan setiap edisi surat kabar8.
 Tim redaksi
Tim redaksi terdiri dari beberapa orang (2-3 orang atau lebih) yang bertugas
menyeleksi, mengolah, dan menyunting tulisan yang masuk agar cocok untuk dimuat
di surat kabarnya (dari segi topic dan panjang tulisan). Tim redaksi juga mnejdai
reporter yang mencari bahan tulisan dan narasumber untuk ditulis sesuai kebutuhan

8
Khomsahrial Romli. Komunikasi Massa. (Jakarta : PT Grasindo, 2016) hl 74
materi edisisurat kabar juga melakukan pemotretan dan mengumpulkan/menyusunnya
menjadi stok foto yang sewaktu-waktu siap digunakan.
 Tim reporter
Tim reporter adalah wartawan yang bekerja untuk mencari berita dilapangan,
mewawancarai seseorang, dan membuat tulisan hasil lapangan/wawancara tersebut.
Hasil laporannya kemudian diolah (diedit) tim redaksi menjadi tulisan yang siap
dimuat. Selain itu, reporter juga dapat melakukan pemotretan yang diperlukan.
 Layouter/type setter
Iniadalah orang yang bertugas melakukan tata letak (layout) naskah, gambar, dan
bagian-bagian lain di dalam surat kabar. Dapat juga disebut sebagai tata aksara
(setting), yaitu memeilih jenis dan ukuran huruf yang sesuai dengan kebutuhan (jelas
dan artistik).
 Ilustrator
Ilustrator adalah orang yang membuat gambar ilustrasi untuk melengkapi suatu naskah
(cerita/catatan pengalaman, cerpen, puisi, dan sebagainya).
 Kontributor tulisan
 Adalah seseorang yang punya kepandaian menulis, tetapi tidak masuk ke dalam
struktur organisasi media. Beberapa orang seperti ini dapat diperoleh dari (kompetensi)
tertentu, misalnya: guru (menulis tentang isu pendidikan), petugas puskesmas (menulis
isu-isu tentang kesehatan) petani maju (menulis tentang inovasi pertanian), staf
pemerintah (menulis tentang isu-isu otonomi daerah), dan sebagainya. Juga terdapat
perorangan yang memang merupakan pemerhati dan bersedia menuliskan hasi
lpengamatan atau pemikirannya.

Adapun faktor yang menyebabkan masyarakat membaca surat kabar adalah sebagai salah
satu sumber informasi dan hiburan. Terlebih dahulu media informasi cetak ini mudah dibawa
kemana-mana dan dapat dibaca pada saat waktu senggang. Surat kabar pula memiliki
penyampaian yang sistematis dalam hal pembagian sub-sub pokok pemberitaan, berbagai macam
surat kabar telah bermunculan dari berbagai macam jenis hingga surat kabar yang
mengkhususkan daripada bagia gaya hidup.

Membaca surat kabar merupaan bagian penting dalam gaya hiduap masyarakat yang
intelek, khususnya di daerah perkotaan yang haus akan informasi dan berita terkini. Membaca
surat kabar pula adalah salah satu sarana pembelajaran masyarakat luas agar kritis dalam
menanggapi suatu fenomena berita yang terjadi di masyarakat yang sedang berkembang. Dalam
hal ini, sebagai sebuah media yang bisa menjangkau masyarakat secara luas.

Salah satu contohnya adalah surat kabar progresif Jaya yang memposisikan diri sebagai
surat kabar yang mmeberitakan berita politik, hukum, dan daerah. Surat kabar inimerupakan
salah satu surat kabar yang dalam kenyataan dan eksistensi penerbitannya merupakan jenis surat
kabar weekly newspaper (surat kabar yang terbit satu minggu satu kali)9.

3. Radar Cirebon

Radar Cirebon adalah surat kabar harian pagi yang terbit di Cirebon , Jawa Barat . Harian
ini masih satu grup dengan Jawa Pos . Lahir dan terbentuk 20 Desember 1999. Radar Cirebon
memiliki sirkulasi di Cirebon , Indramayu, Kuningan, dan Majalengka . Saat ini memiliki 28
halaman, terbit setiap hari. kecuali hari minggu terbit dengan 20 halaman. Tahun 2011, Radar
Cirebon membangun kantor baru dengan sebutan Grha Pena yang bermarkas di Jalan Perjuangan
No 9 Kota Cirebon. Saat ini Radar Cirebon mengembangkan Radar Indramayu, Radar Kuningan
dan Radar Majalengka, guna menyajikan berita-berita lokal yang lebih banyak. Selain koran
harian Radar Cirebon juga memiliki stasiun tv lokal dengan sebutan Radar Cirebon TV atau
lebih dikenal dengan RCTV , dengan jangkauan wilayah siar Kota/Kabupaten Cirebon dan
Indramayu. Untuk masyarakat yang berada di luar wilayah edar Radar Cirebon dapat juga
membaca berita-berita wilayah Cirebon dan sekitarnya secara online di www.radarcirebon.com.

Redaksi

PT Wahana Multi Media Cirebon (WMMC)

Direktur Utama : Toto Suwarto


Penanggung Jawab : Harry Hidayat
Pimpinan Redaksi : Iman Sudarman
Editorial : Abdul Malik, Husain
IT/Development : Dedi Darmawan, Juli
Kontributor : Agus Sugiharto, And Wiguna, Ida Ayu Ko Mike Dwi Setiawati, Junaedi, Deny
Ham Kholil Ibrahim, Taufiqurrahman, Ab Hamid, Abdurrahma Suteja, Cecep Nacepi Mohamad
Taufik, Fazri.
Advertising/Marketing : Rahman Sunandi, + 853-243-243-45
Toto, +62 822-4090 +62 877-2810-1631 (WA)
email : iklanweb@radarcirebon.com
marketing@radarcirebon.com
9
Ibid, hlm 76
Alamat Redaksi : Grha Pena Radar Cirebon Jl. Perjuangan No 9 Kota Cirebon 45135
Kontak : Telp: (0231) 483531 Fax: (0231) 483533
Email :online@radarcirebon
Twitter: @radar_cirebon
Facebook : http://www.facebook.com/RadarCirebon/
Instagram :@radarcirebon10.
D. PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian tentang penerapan bahasa jurnalistik lainnya adalah penelitian Aritsta Komala dari
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsinya berjudul “Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama
Surat Kabar Republika Edisi Desember 2008” yang meneliti tentang ciri komunikatif, spesifik,
hemat kata, jelas makna, dan tidak mubadzir, dan tidak klise.

Sebuah skripsi dari mahasiswa UIN Jakarta bernama Rahmah berjudul “Analisis Penerapan
Bahasa Jurnalistik terhadap berita kriminal” Cirebon timur yang memfokuskan pada penyajian
penulisan berita yang singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, dan menarik.

Sementara penelitian yang peneliti lakukan adaalah peneltian proposal berjudul penerapan
bahasa jurnaltisik di surat kabar radar Cirebon edisi februari 2018. peneliti memfokuskan
penelitian tentang prinsip penerapan penulisan bahasa jurnalistik di surat kabar radar cirebon dan
fokus pada penerapan bahasa jurnalitik berdasarkan prinsip ekonomi kata dan tidak mubadzir

E. METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang
berusaha memecahkan masalah berdasarkan data-data yang ada, yakni dengan menyajikan,
menganalisis dan menginterpretasikan data (Narbuko, 1977:44). Penelitian ini mendeskripsikan
secara kualitatif tentang analisis penerapan bahasa jurnalistik di surat kabar Radar Cirebon.

2. Objek penelitian
Objek penelitian ini adalah penulisan berita utama dalam surat kabar Radar Cirebon edisi
februari 2018.

10
Harry Hidayat “Tentang radar Cirebon” 27 februari 2017. Dikutip dari laman
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Radar_Cirebon. pada tanggal 22 februari 2018 12:12 WIB.
3. Sumber data pada penelitian ini adalah berita utama dalam surat kabar Radar Cirebon
edisi februari 2018 yang berjudul “Rindu Terbesar, Asyik Terkecil”.
1. Data primer.
Data utama penelitian ini adalah teks dari berita utama surat kabar radar Cirebon. Selain
itu, data-data yang dinilai memiliki hubungan dengan objek penelitian.
2. Data sekunder.
Data sekunder dibutuhkan untuk mendukung data primer. Data ini diperoleh dari
sejumlah literatur pustaka seperti buku, situs internet, dan lainnya yang berkaitan dengan
objek penelitian.
4. Metode Pengumpulan Data.
Untuk memperoleh data dalam penelitian digunakan beberapa metode,
yaitu sebagai berikut :
1. Wawancara.
2. Studi literatur.
Mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penerapan bahasa jurnalistik berita
utama surat kabar radar Cirebon edisi februari 2018 melalui buku dan situs internet yang
berkaitan dengan penelitian ini.
5. Teknik Pengolahan Data.
1. Unit Analisis
Unit analisis penelitian ini adalah potongan-potongan gambar dan teks yang terdapat
dalam penerapan bahasa jurnalistik berita utama di surat kabar radar Cirebon edisi
februari 2018.
2. Jenis Data
Jenis data objek penelitian ini ialah data primer dan data sekunder.
6. Teknik Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari sumber data
yang dikumpulkan. Setelah data primer dan data sekunder terkumpul, kemudian
diklarifikasi sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah ditentukan. Analisis yang
berarti menguraikan atau memisah-misahkan, jadi menganalisis data berarti mengurai
data atau menjelaskan data. Sehingga berdasarkan data itu dapat ditarik pengertian dan
kesimpulan.
7. Pendekatan penelitian
Pendekatan pada penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus. Studi kasus adalah
salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial. Selain studi kasus masih ada beberapa
metode yang lain seperti eksperimen, survei, historis, dan analisis informasi dokumenter
(seperti dalam studi-studi ekonomi). Penggunaan setiap metode memiliki keuntungan dan
kerugian tersendiri, tergantung kepada tiga hal yaitu: 1). Tipe pertanyaan penelitiannya,
2) kontrol yang dimiliki peneliti terhadap peristiwa perilaku yang akan ditelitinya, 3)
fokus terhadap fenomena penelitiannya (fenomena kontemporer ataukah fenomena
historis).
Secara umum, studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan
suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti hanya memiliki sedikit
peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus
penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks
kehidupan nyata. Selain itu, penelitian studi kasus dapat dibedakan menjadi tiga tipe,
yaitu studi-studi kasus eksplanatoris, eksplanatoris dan deskriptif. Dalam penggunaanya,
penelitian studi kasus perlu memusatkan perhatian pada aspek pendekatan dan
penyelenggaraannya agar lebih mampu menghadapi kritik-kritik tradisional tertentu
metode atau tipe pilihannya11.

F. PENUTUP

SIMPULAN

Seperti yang disinggung sebelumnya, bahwa dalam menulis sebuah berita, wartawan juga
bisa melakukan kesalahan. Entah itu dilakukan secara sengaja atau tidak sengaja. Sehingga
akhirnya peneliti melakukan penelitian terhadap penerapan bahasa jurnalistik di surat kabar
Radar Cirebon.

Dari hasil data yang diperoleh dalam penelitian terhadap surat kabar Radar Cirebon edisi
februari 2018, terdapat banyak kata yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan bahasa jurnalistik.
Seperti melanggar cirri kata tidak mubadzir, melanggar prinsip ekonomi kata, melanggar
penulisan kalimat aktif.

DAFTAR PUSTAKA

11
Robert K Yen, Studi kasus desain dan metode, (Bandung: PT. Rajagrafindo Persada, 2011)
Kusumaningrat Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. Jurnalistiik Teori dan Praktik,
(Bandung:PT Remaja Rosdakarya).
Rahardi Kunjana. Asyik Berbahasa Jurnalistik. (Yogyakarta: santusa, 2006) h.18
Trisnu Barata, Nugroho. Antropologi Budaya ( Jakarta: PT. Erlangga)

Romli Khomsahrial. Komunikasi Massa. (Jakarta : PT Grasindo, 2016)


Sumadiria Haris. Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis. (Bandung:Simbiosa
Rekatama Media, 2006)
Hidayat, Harry “Tentang radar Cirebon” 27 februari 2017. Dikutip dari laman
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Radar_Cirebon. pada tanggal 22 februari 2018 12:12 WIB.

Anda mungkin juga menyukai