Anda di halaman 1dari 36

Abstrak

Paper ini bertujuan untuk menganalisis komponen dan model komunikasi massa dengan
menerapkan studi kasus pada media cetak koran. Media cetak koran telah menjadi salah satu
saluran komunikasi massa yang penting dan berpengaruh dalam menyampaikan informasi
kepada masyarakat. Dalam paper ini, kami fokus pada komponen- komponen utama dalam
komunikasi massa yang terdapat dalam konteks media cetak koran. Kami juga menerapkan
beberapa model komunikasi massa yang relevan untuk menganalisis bagaimana media cetak
koran beroperasi.
Dalam paper ini, kami mengulas komponen-komponen utama dalam konteks media cetak
koran, seperti sumber informasi, pesan, dan saluran komunikasi. Kami juga menerapkan
beberapa model komunikasi massa untuk memahami proses komunikasi massa dalam produksi
dan penyampaian berita. Analisis ini memberikan wawasan mendalam tentang operasi media
cetak koran, pengaruh komponen dan model komunikasi massa pada pembaca dan masyarakat
secara keseluruhan, serta strategi yang digunakan dalam distribusi dan pemasaran koran untuk
mencapai audiens yang lebih luas.
I. PENDAHULUAN
Komunikasi massa adalah prosespenyampaian pesan dan informasi kepada khalayak yang
luas melalui media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan internet. Komunikasi
massa memiliki peran penting dalam membentuk opini publik, menyebarkan informasi,
mempengaruhi perilaku, dan membentuk budaya. Dalam pengertian ini, pemahaman tentang
komponen dan model komunikasi massa menjadi sangat penting untuk memahami dan
menganalisis proses komunikasi yang terjadi melalui media massa.
Komunikasi massa adalah bidang yang signifikan dalam studi komunikasi dan media, yang
melibatkan proses penyampaian informasi, pesan, dan ide kepada masyarakat luas melalui
berbagai saluran komunikasi. Komunikasi massa memiliki peran penting dalam membentuk
opini publik, mempengaruhi perilaku, dan membangun kesadaran tentang isu-isu sosial,
politik, dan budaya.
Studi tentang komponen dan model komunikasi massa sangat penting untuk memahami
bagaimana informasi disampaikan melalui media massa dan bagaimana hal itu mempengaruhi
audiens dan masyarakat pada umumnya. Komponen-komponen utama dalam komunikasi
massa meliputi sumber informasi, pesan, saluran komunikasi, penerima, dan pengaruh sosial.
Memahami karakteristik dan peran setiap komponen ini membantu dalam memahami
kompleksitas proses komunikasi massa.
Selain komponen-komponen, pemahaman tentang model komunikasi massa juga penting.
Model-model ini adalah kerangka kerja yang membantu menjelaskan bagaimana informasi
disampaikan, diterima, dan diproses dalam komunikasi massa. Beberapa model yang dikenal
dalam studi komunikasi massa termasuk Model Lasswell, Model Shannon-Weaver, Model
Gerbner, dan banyak lagi. Studi tentang model-model ini membantu dalam menganalisis dan
menjelaskan efek komunikasi massa pada audiens.
Penelitian dan analisis terkait komponen dan model komunikasi massa memberikan
wawasan tentang dinamika media massa, pengaruhnya terhadap masyarakat, serta
perkembangan dan perubahan dalam industri media. Ini juga membantu para profesional di
bidang komunikasi, jurnalis, dan pengambil keputusan untuk memahami bagaimana
meningkatkan efektivitas komunikasi dan menyampaikan pesan yang relevan kepada publik.
Dalam paper dengan tema komponen dan model komunikasi massa, fokus utama adalah untuk
membahas komponen-komponen utama dalam komunikasi massa dan analisis model-model
yang relevan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang
pentingnya komunikasi massa dalam masyarakat modern, serta dampaknya dalam membentuk
persepsi, sikap, dan perilaku audiens.

II. METODOLOGI
Penelitian ini bertujuan untuk memahami cara koran sebagai media cetak menyampaikan
berita kepada pembaca dan bagaimana hal tersebut memengaruhi persepsi masyarakat. Kami
akan mengumpulkan data melalui analisis konten, mencakup identifikasi, kategorisasi, dan
analisis berita yang ada dalam koran. Kategori yang akan kami tinjau mencakup genre berita,
gaya penulisan, penggunaan gambar, dan aspek lain yang relevan. Data yang terkumpul akan
dianalisis menggunakan pendekatan kualitatif, yang melibatkan pembacaan dan interpretasi
teks berita, serta pengidentifikasian pola, tema, dan tren dalam peliputan berita.
 Analisis konten: Metode analisis konten digunakan untuk menganalisis isi koran. Peneliti
akan mengumpulkan data berupa artikel, editorial, atau iklan dalam koran yang berkaitan
dengan komunikasi massa. Data ini kemudian akan dianalisis untuk mengidentifkasi dan
mengkategorikan komponen komunikasi massa yang terdapat dalam koran tersebut.
Metode analisis konten juga dapat membantu dalam memahami tren atau pola yang ada
dalam media massa terkait komunikasi massa
 Observasi: Metode observasi digunakan untuk mengamati perilaku komunikan yang
terhubung dengan komunikasi massa. Peneliti dapat melakukan pengamatan langsung
terhadap kelompok tertentu yang terpengaruh oleh media massa atau dapat pula
menggunakan teknik observasi tak langsung, seperti melalui survei atau wawancara.
Observasi ini akan membantu peneliti untuk mendapatkan pemahaman tentang bagaimana
komunikasi massa mempengaruhi perilaku komunikan.

Kombinasi dari kedua metode tersebut (analisis konten dan observasi) akan membantu
peneliti untuk menjelaskan komponen dan model komunikasi massa yang ada dalam koran
serta memahami dampaknya terhadap perilaku komunikan.
III. PEMBAHASAN
3.1 Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah istilah yang berasal dari Bahasa Inggris dan merupakan
singkatan dari "mass media communication," yang mengacu pada komunikasi yang
menggunakan media massa modern seperti radio, televisi, film, dan surat kabar. Penting
untuk memahami bahwa istilah "massa" dalam komunikasi massa berbeda dari maknanya
dalam konteks umum. Secara sosial, "massa" merujuk pada sekelompok individu yang
berada di lokasi tertentu. Namun, dalam konteks komunikasi massa, istilah "massa" lebih
terkait dengan mereka yang menjadi target dari media massa atau penerima pesan media
massa. Mereka digambarkan sebagai sekelompok besar yang tidak perlu berada di lokasi
yang sama, tetapi dapat tersebar di berbagai lokasi yang berbeda, menerima pesan
komunikasi massa yang sama. Istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan "massa"
sesuai dengan media yang digunakan, seperti penonton/pemirsa untuk media televisi dan
film, pembaca untuk media cetak, dan pendengar untuk media radio.
Berikut adalah beberapa definisi komunikasi massa yang diberikan oleh ahli-ahli
komunikasi massa:
1. George Gerbner (1967): "Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi berbasis
teknologi dan lembaga dari aliran pesan yang berkelanjutan serta paling luas dibagikan
dalam masyarakat industri.". Gerbner mengemukakan bahwa media massa memiliki
peran yang sangat penting dalam membentuk persepsi, nilai-nilai, dan sikap
masyarakat. Ia juga menekankan bahwa media massa tidak hanya mentransfer
informasi, tetapi juga secara aktif menghasilkan konten yang dapat memengaruhi
persepsi dan konstruksi sosial khalayaknya. Dalam pandangan Gerbner, komunikasi
massa berfungsi sebagai alat untuk menyebarkan budaya, mempengaruhi aspek-aspek
kehidupan sosial, dan memainkan peran penting dalam pembentukan opini publik. Ia
juga mengemukakan konsep “cultivation theory” yang menyatakan bahwa paparan
yang berkelanjutan terhadap pesan-pesan media massa dapat membentuk persepsi dan
realitas sosial khalayaknya.
2. Janowitz (1968): "Komunikasi massa terdiri atas lembaga dan teknik dari kelompok
tertentu yang menggunakan alat teknologi (pers, radio, film, dan sebagainya) untuk
menyebarkan konten simbolis kepada khalayak yang besar, heterogen, dan sangat
tersebar.". Menurut Janowitz, komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses
penyampaian pesan atau informasi kepada khalayak yang sangat luas melalui media
massa, seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, dan internet. Komunikasi massa
membantu menyebarkan ide, opini, fakta, dan hiburan kepada masyarakat secara
massal. Hal ini melibatkan produksi, distribusi, dan konsumsi konten media untuk
mencapai efek yang diinginkan pada khalayak yang luas.
3. John R. Bittner (1980): "Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan
melalui media massa pada sejumlah besar orang."
4. Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988): "Komunikasi massa adalah sebuah proses
dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada
massa penerima pesan yang luas, anonim dan heterogen."
5. Onong Uchjana Effendy (2000): "Komunikasi massa ialah penyebaran pesan dengan
menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak, yakni sejumlah orang
yang tidak tampak oleh si penyampai pesan."
6. Apriadi Tamburaka (2010): "Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang
dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk
menyampaikan informasi kepada khalayak luas."
7. Alex Sobur (2014): "Proses dimana para komunikator professional menggunakan
media secara cepat dan periodik menyebarluaskan pesan untuk menginformasikan,
mempengaruhi, atau memacu perubahan di antara hadirin yang beragam."

Dari berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah
jenis komunikasi yang menggunakan media massa modern untuk menyampaikan pesan
kepada khalayak yang luas, anonim, dan heterogen.

3.2 Komponen Komunikasi Massa


3.2.1 KOMUNIKATOR
 Definisi Komunikator
Komunikator adalah pihak yang bertindak sebagai pengirim pesan kepada
komunikan (penerima pesan) dalam sebuah proses komunikasi.[1] Dengan kata
lain, komunikator merupakan seseorang atau sekelompok orang yang berinisiatif
untuk menjadi sumber dalam sebuah hubungan.[2] Seorang komunikator tidak
hanya berperan dalam menyampaikan pesan kepada penerima, tetapi juga
memberikan respons dan tanggapan, serta menjawab pertanyaan dan masukan yang
disampaikan oleh penerima, dan publik yang terkena dampak dari proses
komunikasi yang berlangsung, baik secara langsung maupun tidak
langsung.Komunikator adalah pihak yang memulai proses komunikasi. Sumber
pernyataan umum, pihak yang menyampaikan pesan kepada orang lain. Secara garis
besar terdapat dua jenis komunikator. Pertama, komunikator
individual/perseorangan, yaitu komunikator yang bertindak atas nama dirinya
sendiri, tidak mewakili orang lain, lembaga, organisasi, atau institusi. Komunikator
jenis ini dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis, menyampaikan
informasi, dan lain-lain. Kedua, komunikator yang mewakili lembaga
(institutionalized person), yaitu komunikator yang menjalankan fungsinya sebagai
wakil, atau yang mewakili kelompok orang organisasi komunikasi seperti wartawan
surat kabar, penyiar radio, televisi, pembicara yang mewakili institusinya, pemeran
film, dan sebagainya.
Untuk menjadi seorang komunikator yang baik, terdapat beberapa hal yang
perlu dipahami yakni seorang komunikator yang baik perlu menyusun dengan baik
isi pesan yang akan disampaikan, sehingga pesan tersebut mudah dimengerti oleh
pihak penerima.[1] Komunikator yang baik juga harus mengetahui mana media
yang paling tepat untuk mengirimkan pesan kepada penerima dan harus tahu
bagaimana cara mengantisipasi gangguan yang akan muncul pada proses
pengiriman pesan.[1] Selain itu, komunikator yang baik akan bertanggung jawab
memberikan tanggapan terhadap umpan balik (feedback) yang disampaikan oleh
pihak penerima (receiver).[1]Seorang komunikator tidak hanya berperan dalam
menyampaikan pesan kepada penerima, namun juga memberikan tanggapan, serta
menjawab pertanyaan dan masukan yang disampaikan oleh penerima dan publik
yang terkena dampak dari proses komunikasi yang berlangsung, baik secara
langsung maupun tidak langsung (Wiryanto, 2000:63).6 Apr 2020.
1) Menurut Lasswell (1948) definisi komunikator adalah pihak yang
menyampaikan atau mengirim pesan kepada penerima.
2) Menurut Hardiyansyah (2015) definisi komunikator adalah orang atau pihak
yang bertindah sebagai pengirim atau penyampai pesan dalam proses
komunikasi. Dengan kata lain, komunikator merupakan seseorang atau
sekelompok orang yang berinisiatif untuk menjadi sumber pesan dalam sebuah
proses komunikasi.
3) Menurut Hermawan (2012), definisi komunikator adalah yang mempunyai
maksud berkomunikasi dengan orang lain, mengirimkan suatu pesan kepada
orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikan dapat berupa informasi dalam
bentuk bahasan ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti oleh kedua
belah pihak.
4) Menurut Joseph R. Dominick dalam Indardi (2016), definisi komunikator
adalah pihak (perorangan, kelompok maupun lembaga) yang berbicara untuk
menyampaikan pesan di dalam suatu proses komunikasi.
5) Menurut Pratminingsih (2006) definisi komunikator adalah orang yang
menyampaikan pesan.
Dari definisi komunikator menurut para ahli di atas dapat kita ambil kesimpulan
pengertian komunikator adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan
kepada seseorang dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan
sesuai dengan yang dimaksudkan. Dikutip dari buku Business Communication:
Konsep dan Praktek Berkomunikasi (2020) karya Alvian Hardianto, dkk,
pengalaman, sikap, pengetahuan, keterampilan, persepsi, serta budaya milik
komunikator akan mempengaruhi pesan yang akan dikirimkan.Komunikator bisa
berupa perseorangan, kelompok, atau organisasi. Komunikator bisa ditemui dalam
berbagai proses komunikasi. Mulai dari interpersonal hingga komunikasi massa.
Menurut Hafied Cangara dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi (2016),
sebagai pelaku utama dalam proses komunikasi, komunikator berperan sangat
penting, terutama dalam mengendalikan jalannya komunikasi.
Maka dari itu, seorang komunikator harus terampil berkomunikasi, serta punya
ide dan daya kreativitas yang baik.Menurut KBBI, komunikator adalah orang atau
kelompok orang yang menyampaikan pesan kepada komunikan.
IstilahNkomunikator pasti sudah tak asing lagi dalam dunia komunikasi. Secara
sederhana, komunikator adalah orang atau pihak yang menyampaikan pesan.
Karakteristik komunikator yang kyat biasanya tegas dengan perasaan dan sudut
pandang mereka, tetapi mereka juga terbuka untuk saran dari orang lain. Saat
mendengarkan, komunikator yang efektif melakukan kontak mata dan
menggunakan bahasa afirmatif. Cara menjadi komunikator yang efektif. Melansir
Indeed, menjadi komunikator yang efektif membutuhkan latihan terus menerus.
Berikut cara melatih diri menjadi komunikator yang efektif: Tujuan bagi
komunikator adalah kunci utama saat berkomunikasi. Mengetahui apa yang ingin
dicapai dalam komunikasi dapat membantu merencanakan strategi. Jika kamu
berharap untuk memberi tahu audiens, kamu dapat memasukkan data atau fakta
untuk memberikan kredibilitas pesan.

 Analisis Korelasi pada berita


Dalam berita terdapat beberapa komunikator yang dapat diidentifikasi:
1. Komunikator : Pihak Media (Koran Victory News)
Koran Victory News adalah sumber berita atau media yang mengumpulkan,
menyusun, dan mempublikasikan informasi tentang aksi mogok pelayanan
dokter ASN di RSUD Soe. Sebagai komunikator dari pihak media, tugas
mereka adalah menyampaikan informasi ini kepada audiens mereka. Mereka
bertanggung jawab untuk memberikan laporan yang akurat, berimbang, dan
informatif tentang peristiwa tersebut.
2. Komunikator :
Kepala Ombudsman Darius Beda Daton:Darius Beda Daton, sebagai kepala
Ombudsman RI Perwakilan NTT, merupakan komunikator yang memberikan
pandangan dan tanggapan terhadap aksi mogok pelayanan dokter ASN RSUD
Soe. Dia menyatakan bahwa tindakan tersebut dianggap tidak profesional dan
menyayangkan aksi tersebut karena menurutnya, dokter harus selalu ada untuk
membantu pasien. Sebagai kepala Ombudsman, peran Darius adalah
memberikan pemahaman hukum dan perspektif etika terkait aksi tersebut.
3. Komunikator :
Bupati TTS, Egusem Piether Tahun:Bupati TTS, Egusem Piether Tahun,
adalah komunikator yang memberikan pandangan dari pemerintah daerah
terkait situasi ini. Dia menjelaskan bahwa situasi ini terkait dengan masalah
regulasi dan bahwa dokter spesialis ASN harus bersabar karena TPP mereka
belum dibayarkan selama lima bulan. Bupati TTS juga menjelaskan perbedaan
dalam pengaturan pembayaran tunjangan tambahan penghasilan untuk dokter
ASN dan non-ASN. Sebagai pejabat pemerintah, Egusem Piether Tahun
memberikan perspektif resmi pemerintah daerah terkait isu ini.
4. Komunikator:
Para dokterKomunikator dalam isi berita adalah para dokter ASN RSUD
Soe yang melakukan aksi mogok pelayanan. Mereka adalah subjek utama dari
berita ini. Mereka menggunakan spanduk dan pesan dalam aksi protes mereka
untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat luas dan pasien bahwa mereka
tidak akan memberikan pelayanan medis sampai hak-hak mereka dibayarkan.
Komunikator dari isi berita ini adalah dokter-dokter yang terlibat dalam
tindakan mogok tersebut.
Dalam konteks berita ini, koran Victory News bertindak sebagai perantara
antara aksi mogok dokter ASN RSUD Soe dan audiens mereka dengan
menyampaikan informasi tentang peristiwa tersebut kepada khalayak luas.
Sementara dokter-dokter ASN RSUD Soe adalah subjek utama yang berkomunikasi
secara langsung melalui tindakan mereka sebagai bentuk protes terhadap situasi
mereka.
3.2.2 PESAN
 Definisi Pesan
Pesan (message) terdiri atas dua aspek, yaitu isi pesan (the content of
message) dan lambang/symbol untuk mengekspresikannya. Lambang utama pada
komunikasi umumnya adalah bahasa karena bahasa dapat mengungkapkan pikiran
dan perasaan, fakta dan opini, hal yang konkret dan abstrak, pengalaman yang
sudah lalu dan yang akan datang, dan sebagainya. Menurut ahli (Suryanto,2015).
Pesan adalah gagasan, perasaan, atau pemikiran yang akan di-encode oleh
pengirim atau di-decode oleh penerima (Liliweri,2011). Pesan seharusnya
mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengarah dalam usaha mencoba mengubah
sikap dam tingkah laku komunikan. Pesan dapat disampaikan secara panjang,
tetapi perlu diperhatikan dan diarahkan pada tujuan akhir dari komunikasi.
Dalam Buku Pengantar Ilmu Komunikasi, pengertian pesan yang dimaksud
dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada
penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau media
komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau
propaganda. Pesan pada dasarnya bersifat abstrak. Untuk membuatnya konkret
agar dapat dikirim dan diterima oleh komunikan, manusia dengan akal budinya
menciptakan sejumlah lambang komunikasi berupa suara, mimik, gerak – gerik,
bahas lisan, dan bahasa tulisan Menurut ahli Cangara, 2006 : 23.
Pesan merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh
komunikator. Pesan dapat berupa gagasan, pendapat, dan sebagainya yang sudah
dituangkan dalam suatu bentuk dan melalui lambang komunikasi diteruskan
kepada orang lain atau komunikan.
Ada dua hal utama yang terkandung dalam “makna” pesan, yaitu sebagai
berikut:
 Content meaning, merupakan makna literal suatu pesan yang sering
ditampilkan secara verbal. Makna ini mudah dipahami karena pesan selalu
diucapkan dengan menggunakan bahasa yang sama di antara pengirim dan
penerima.
 Relationship meaning, merupakan makna pesan yang harus dipahami secara
emosional (konotasi). Pesan yang dikirimkan atau yang diterima hanya
dipahami para pihak yang sudah mempunyai relasi tertentu. Pesan yang
disampaikan akan tepat sasaran apabila memenuhi syarat, yaitu : direncanakan
dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan; dapat menggunakan bahasa yang
dapat dimengerti kedua belah pihak; menarik minat dan kebutuhan penerima
serta menimbulkan kepuasaan. Dalam bentuknya, pesan merupakan gagasan
yang telah diterjemahkan dalam simbol yang dipergunakan untuk menyatakan
maksud tertentu.
Pesan adalah serangkaian isyarat yang diciptakan oleh sesorang untuk saluran
tertentu dengan harapan bahwa serangkaian isyarat atau simbol itu akan
mengutarakan atau menimbulkan makna tertentu dalam diri orang lain yang
hendak diajak berkomunikasi.Adapun karakteristik isi pesan komunikasi massa
antara lain, yaitu : (Vera, 2008)
1. Novelty (Sesuatu Yang Baru)
Kerkaitan dengan aktualitas, bahwa suatu berita akan menarik khalayak
jika merupakan hal – hal yang baru. Baru bukan berarti selalu baru terjadi,
melainkan sesuatu yang belum diketahui khalayak atau khalayak untuk
pertama kalinya mengetahui adanya fakta baru.
Karena pada dasarnya khalayak selalu ingin mengetahui tentang suatu
informasi atau peristiwa secepat mungkin, jadi jangan sampai kelewatan atau
terlambat dalam memberitakannya karena mereka akan mencari dari sumber
lain yang dapat memenuhi kebutuhannya.
2. Proximity (Kedekatan/ Jarak)
Artinya adalah kedekatan atau jarak terjadinya suatu peristiwa dengan
tempat di publikasikannya peristiwa itu mempunyai arti penting. Khalayak
akan tertarik untuk mengetahui hal – hal yang berhubungan langsung dengan
kehidupan dan lingkungannya. Kedekatan di sini bisa berarti kedekatan secara
psikologis atau fisik. Dekat secara fisik adalah peristiwa yang terjadi di
wilayah lain, misalnya peristiwa kecelakaan pesawat atau kereta api yang
menelan korban jiwa yang terjadi di Indonesia dengan di luar negeri tentu
akan lebih menarik yang terjadi di dalam negeri. Sedangkan kedekatan secara
psikologis menjadi daya tarik khalayak karena adanya pertalian etnis, agama
yang sama antara khalayak dan obyek berita.
3. Popularitas
Peliputan tentang tokoh, organisasi, tempat dan waktu yang penting dan
terkenal selalu menarik perhatian khalayak. Semakin seorang popular maka ia
selalu menjadi bahan berita yang menarik. Apapun yang dilakukan oleh
bintang film, penyanyi, presiden, menteri, wakil rakyat, atlet, semuanya yang
menarik untuk diberitakan baik yang berkaitan dengan profesinya maupun
urusan pribadi.
4. Pertentangan/ Konflik
Hal – hal yang mengungkapkan pertentangan selalu menjadi bahan berita,
peristiwa perang, pemilu, konflik peorangan, konflik antar organisasi, dan lain
– lain. Konflik memiliki nilai berita yang tinggi karena konflik selalu menjadi
bagian dari kehidupan manusia dan berita merupakan peristiwa tentang
kehidupan.Yang perlu menjadi perhatian dalam meliput tentang konflik,
seorang wartawan tidak boleh memihak atau berat sebelah dengan pihak lain,
ia tetap harus memberitakan secara objektif dan netral.
5. Komedi/ Humor
Acara – acara yang menjadi bahan perhatian para khalayak adalah hal –
hal yang menghilangkan kejenuhan. Setelah beraktivitas seharian khalayak
pastinya sangat lelah, dan membutuhkan hiburan untuk pikiran yang jenuh.
6. Seks dan Keindahan
Kedua unsur di atas sifatnya universal dan menarik perhatian khalayak.
Tidak heran jika media massa baik cetak maupun elektronik selalu
menyelipkan sesuatu yang mengandung unsur seks dan keindahan tersebut.
Seperti perihal cerita – cerita romantic, artis/ aktor seksi yang berpenampilan
menarik selalu menjadi daya tarik tersendiri. Dalam media film unsur ini
sangat terasa dalam hampir semua jenis film.
7. Bencana dan Kriminal
Hal – hal yang berkaitan dan menyentuh kebutuhan dasar manusia
seringkali bisa menimbulkan emosi dan simpati khalayak, misalnya; berita
bencana alam, pembataian, kelaparan, dan lain – lain yang menyangkut
keselamatan hidup manusia menjadi daya tarik khalayak karena keselamatan
merupakan prioritas utama manusia.
8. Nostalgia
Hal – hal yang mengungkapkan pengalaman masa lalu. Kenangan
seseorang baik yang berkesan atau yang tidak menyenangkan di masa lalu
biasanya selalu diingat. Acara – acara yang memutar lagu – lagu nostalgia
dapat menjadi pelipur lara bagi khalayak.
9. Human Interest
Menyangkut kehiudupan orang lain terutama terutama yang menyentuh
perasaan, peristiwa yang membangkitkan emosi manusia seperti sedih, lucu,
dramatis, hal – hal yang aneh semuanya menarik jika dilihat dari segi human
interest.
 Bentuk-bentuk Pesan
Menurut A.W. Widjaja dan M. Arisyk Wahab (1987: 61), terdapat tiga bentuk
pesan, yaitu sebagai berikut:
1. Informatif, yaitu untuk memberikan keterangan fakta dan data kemudian
komunikan mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri, dalam situasi
tertentu pesan informatif tentu lebih berhasil dibandingkan persuasif.
2. Persuasif, yaitu berisikan bujukan yakni membangkitkan pengertian dan
kesadaran manusia bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan sikap
berubah. Tetapi berubahnya atas kehendak sendiri. Jadi perubahan seperti ini
bukan terasa dipaksakan akan tetapi diterima dengan keterbukaan dari
penerima.
3. Koersif, yaitu menyampaikan pesan yang bersifat memaksa dengan
menggunakan sanksi-sanksi bentuk yang terkenal dari penyampaian secara
inti adalah agitasi dengan penekanan yang menumbuhkan tekanan batin dan
ketakutan dikalangan publik. Koersif berbentuk perintah-perintah, instruksi
untuk penyampaian suatu target.
 Analisis Korelasi Pada Berita
Akibat karena masalah tunjangan tambahan penghasilan (TTP) di Soe belum
di bayarkan pemerintah kabupaten TTS, para dokter Aparatur Sipil Negara (ASN)
di RSUD Soe melakukan aksi.Aksi tersebut viral dan menjadi bahan
perbincangan sehingga di bagikan di berbagai media massa yang di upload dalam
bentuk video maupun foto yang berisikan tulisan yang menjelaskan jika dokter
ASN di RSUD Soe, Kabupaten TTS enggan memberikan pelayanan terhadap
pasien yang berada di rumah sakit tersebut.Sehingga, hal tersebut dianggap tidak
profesional dan tidak sesuai dengan janji dokter yang pernah di ucapkan.Kepala
Ombudsman RI perwakilan NTT Darius Beda Daton menyebutkan aksi yang di
lakukan para dokter tersebut adalah tindakan yang tidak profesional bagi seorang
dokter.
Darius juga menyayangkan aksi tersebut karena seperti yang kita ketahui
dokter seharusnya harus tetap ada disaat pasien membutuhkan perawatan karena
hal tersebut dapat mengpengaruhi nyawa para pasien.Dengan adanya aksi ini
membuat tercorengnya citra para dokter.Adanya aksi tersebut ditanggapi juga
oleh Bupati TTS, Egusem Piether karena persoalan tersebut merupakan
permasalahan regulasi.Dan beliau juga menuturkan bahwa penyebab terjadinya
aksi tersebut karena ketidaksabaran para dokter mengenai TTP yang belum di
bayarkan selama 5 bulan. Mantan asisten II Setda Pemkab TTS mengakui bahwa
TPP untuk dokter spesialis ASN selama ini memiliki perlakuan yang sama
terhadap dokter spesialis yang masih pegawai tidak tetap (PTT).Dana tersebut
belum terbayarkan karena PNS memiliki aturan yang tersendiri dan dipisahkan
dengan yang bukan non PNS.PNS di kabupaten TTS juga mendapatkan tunjangan
perbaikan hasilnya.Jadi bukan hanya dokter yang mendapat kan tunjangan
tersebut melainkan semua tenaga medis yang sudah menjadi PNS di rumah sakit
tersebut.Para dokter juga melangsungkan aksi dalam mogok kerja dalam rangka
belum dibayarkanya intensif tunjangan tambahan penghasilan.Sebelum terjadi
aksi mogok kerja tersebut mereka juga melayangkan surat dari rumah sakit umum
daerah Soe dengan nomor 05/IX/KOMDIK/RSUD/2023 pada 12 September 2023
mengenai pembayaran intensif dokter ASN di RSUD Soe.Dalam surat tersebut
para dokter meminta hak merrka di bayarkan dan apabila tidak di bayar mereka
akan melaksanakan aksi mogok kerja tersebut pada 13 September 2023 sampai
hak mereka di bayarkan.
3.2.3 KOMUNIKAN
Komunikan adalah salah satu unsur dari komunikasi yang sangat penting
perannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), komunikan adalah
penerima pesan dalam komunikasi. Secara sederhana, komunikan adalah pendengar.
Sementara, secara umum, pengertian komunikan adalah pihak penerima pesan dari
komunikator dalam sebuah proses komunikasi. Komunikan adalah pihak yang
menerima pesan atau informasi dari komunikator. Dalam komunikasi, peran
komunikan adalah menerima dan merespons pesan yang diterima dari komunikator.
Komunikan adalah para pendengar, pembaca, pemirsa, hingga penerima pesan.
Dipandang dari komponen komunikan, komunikasi yang efektif akan terjadi jika
komunikan mengalami seperti internalisasi (internalization, identifikasi-diri (self
identification) dan ketundukan (compliance). Komunikasi mengalami proses
internalisasi, jika komunikan menerima pesan yang sesuai dengan sistem nilai yang
dianut. Komunikan merasa memperoleh sesuatu yang bermanfaat jika pesan yang
disampaikan memiliki rasionalitas yang dapat diterima. Internalisasi bisa terjadi jika
komunikatornya memiliki ethos atau credibility (ahli dan dapat dipercaya), karenanya
komunikasi bisa efektif.
Identifikasi terjadi pada diri komunikan, jika komunikan merasa puas dengan
meniru atau mengambil pikiran atau perilaku dari orang atau kelompok lain
(komunikator). Identifikasi akan terjadi pada diri komunikan jika komunikatornya
memiliki daya tarik (attractiveness), karenanya komunikasi akan efektif.
Ketaatan pada diri komunikan akan terjadi, jika komunikan yakin akan
mengalami kepuasan, mengalami reaksi yang menyenangkan, memperoleh reward
(balasan positif) dan terhindar dari punishment (keadaan, kondisi yang tidak enak)
dari komunikator, jika menerima atau menggunakan isi pesannya. Biasanya ketaatan
akan terjadi bila komunikan berhadapan dengan kekuasaan (power) yang dimiliki
komunikator. Hal demikian bisa menghasilkan komunikasi yang efektif.
Kajian mengenai perkembangan komunikan diawali pada studi komunikasi massa
yang memiliki pandangan bahwa komunikan atau audiens merupakan pihak yang
pasif dan mudah untuk dipengaruhi oleh informasi yang disampaikan. Hal ini telah
dibuktikan melalui teori jarum hipodermik dan teori stimulus respons. Menurut kedua
teori tersebut, media massa turut berperan kuat dalam mempengaruhi komunikan atau
penerima pesan. Teori stimulus respons menjelaskan bagaimana proses komunikasi
secara sederhana hanya melibatkan dua komponen, yaitu media massa sebagai
komunikator dan publik sebagai komunikan. Media massa dalam hal ini mengirimkan
stimulus berupa informasi yang disampaikan dan komunikan akan menerima pesan
tersebut dan memberikan respons. Teori jarum hipodermik menjelaskan bahwa
kegiatan mengirimkan pesan dipersepsikan sebagai tindakan menyuntikkan obat yang
dapat masuk ke dalam jiwa penerima pesan. Misalnya, melalui televisi terkait
tayangan kekerasan terhadap anak-anak yang mendorong anak-anak untuk melakukan
tindakan kekerasan serupa.
Komunikan adalah pihak yang menerima pesan atau informasi dari komunikator
dalam sebuah proses komunikasi. Dalam hal ini, komunikan dapat berupa seorang
individu, kelompok, atau bahkan publik yang tidak saling mengenal. Pihak
komunikan dapat diidentifikasikan berdasarkan sumber yang didapatkan oleh
pengirim pesan atau komunikator, misalnya dalam perbincangan langsung secara
interpersonal. Namun, adakalanya dalam situasi tertentu komunikan tidak dapat
menerima pesan secara langsung, misalnya dalam pemberitaan surat kabar,
komunikan dan sumber terpisah oleh ruang dan waktu.
Dalam proses komunikasi, komunikan memiliki peran penting sebagai pihak yang
menerima pesan atau informasi dari komunikator.Komunikan sering juga disebut
pendengar, penerima, pembaca, pemirsa, khalayak, atau decoder. Oleh karena itu,
dalam proses komunikasi, komunikator harus memperhatikan siapa komunikan yang
akan menerima pesan atau informasi tersebut agar pesan dapat disampaikan dengan
baik dan efektif.
Menurut Effendy, komunikan adalah pihak yang menjadi target dari suatu pesan
yang dikirimkan oleh komunikator. Komunikan sebagai pihak yang bertugas
merespon apa yang disampaikan komunikator. Meskipun begitu, komunikator juga
berhak untuk memberikan tanggapan, menjawab pertanyaan dan masukan yang
disampaikan oleh komunikan. Baik disampaikan secara langsung atau tidak.
Ada beberapa peran komunikan adalah:
1. Peran komunikan sebagai mengirim pesan atau informasi dari komunikator.
2. Peran komunikan yang lainnya yaitu menyalurkan pesan kepada orang lain.
3. Peran komunikan selanjutnya yaitu menyaring pesan yang bersifat negatif, dan
menerima pesan positif dari komunikator sebagai motivasi.
4. Peran komunikan berikutnya adalah menerima dan merespon pesan yang diterima
dari komunikator.
Karakteristik komunikan dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, termasuk
psikologi komunikasi. Berikut adalah beberapa karakteristik komunikan yang dapat
diidentifikasi berdasarkan beberapa teori psikologi komunikasi:
1. Motif ingin tahu: Komunikan memiliki keinginan untuk memahami dan
mengetahui informasi yang disampaikan oleh komunikator. Hal ini dapat
mempengaruhi cara komunikan menerima dan memproses pesan yang diterima.
2. Motif kompetensi: Komunikan ingin merasa kompeten dalam memahami dan
mengolah informasi yang diterima. Hal ini dapat mempengaruhi cara komunikan
memproses dan merespons pesan yang diterima.
3. Kepribadian: Karakteristik kepribadian komunikan dapat mempengaruhi cara
komunikan menerima, memproses, dan merespons pesan yang diterima. Beberapa
teori psikologi komunikasi mengidentifikasi beberapa aspek kepribadian yang
dapat mempengaruhi proses komunikasi, seperti id, ego, dan superego menurut
teori psikoanalisis.
4. Latar belakang budaya: Latar belakang budaya komunikan dapat mempengaruhi
cara komunikan memahami dan merespons pesan yang diterima. Hal ini dapat
mencakup perbedaan bahasa, nilai, norma, dan kepercayaan.
5. Pengalaman sebelumnya: Pengalaman sebelumnya komunikan dalam menerima
pesan atau informasi dapat mempengaruhi cara komunikan memproses dan
merespons pesan yang diterima. Hal ini dapat mencakup pengalaman sebelumnya
dalam situasi yang serupa atau pengalaman sebelumnya dengan komunikator
yang sama.
6. Konteks komunikasi: Konteks komunikasi dapat mempengaruhi cara komunikan
memahami dan merespons pesan yang diterima. Hal ini dapat mencakup faktor-
faktor seperti tempat, waktu, dan situasi komunikasi.
7. Kemampuan kognitif: Kemampuan kognitif komunikan dapat mempengaruhi cara
komunikan memproses dan merespons pesan yang diterima. Hal ini dapat
mencakup kemampuan memahami bahasa, memori, dan pemecahan masalah.
8. Emosi: Emosi komunikan dapat mempengaruhi cara komunikan memproses dan
merespons pesan yang diterima. Hal ini dapat mencakup perasaan seperti
kecemasan, kebahagiaan, atau kemarahan yang dapat mempengaruhi cara
komunikan menerima dan merespons pesan yang diterima.
Dalam sebuah proses komunikasi, karakteristik komunikan dapat berbeda-beda
tergantung pada situasi dan konteks komunikasi yang terjadi. Oleh karena itu, penting
bagi komunikator untuk memahami karakteristik komunikan agar pesan yang
disampaikan dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh komunikan.
 Analisis korelasi pada berita
Pesan dalam berita tersebut adalah sebagai berikut:
"Pemberitahuan!! Mohon Maaf Mulai Hari Ini, kami dokter ASN RSUD
Soentidak memberikan pelayanan kepada pasien sampai hak-hak kami
dibayarkan. Terima Kasih.."
Pesan ini adalah pernyataan tegas dari para dokter ASN RSUD Soe yang
menyampaikan bahwa mereka tidak akan memberikan pelayanan medis kepada
pasien sampai Tunjangan Tambahan Penghasilan (TTP) mereka dibayarkan.
Pesan ini mencakup informasi penting berikut;
1. Aksi Mogok Pelayanan : Pesan menyatakan bahwa para dokter ASN RSUD
Soe sedang melakukan aksi mogok pelayanan sebagai bentuk protes terhadap
keterlambatan pembayaran TTP.
2. Tanggal Aksi: Pesan mencantumkan tanggal dimulainya aksi tersebut, yaitu
"Mulai Hari Ini," yang menunjukkan bahwa mereka telah mengambil tindakan
sejak tanggal 13 September 2023.
3. Permintaan Pemenuhan Hak : Pesan menyatakan bahwa mereka melakukan
mogok pelayanan untuk memastikan hak-hak mereka dibayarkan. Ini
mengindikasikan bahwa mereka ingin perhatian dan tindakan dari pihak yang
berwenang untuk memenuhi tuntutan mereka.
4. Kesimpulan dengan Ucapan Terima Kasih: Pesan diakhiri dengan ucapan
terima kasih, menunjukkan bahwa ini adalah tindakan yang diambil dengan
harapan perbaikan situasi dan pembayaran hak mereka.
Pesan ini sederhana dan langsung, dengan tujuan utama menyuarakan protes
para dokter terhadap keterlambatan pembayaran TTP mereka kepada pihak yang
berwenang dan masyarakat pada umumnya.
Meninjau isi pesan dalam berita tersebut dari perspektif masing-masing peran
komunikan:
1. Mengirim Pesan atau Informasi dari Komunikator:
Para dokter ASN RSUD Soe adalah komunikan dalam hal ini. Mereka
berperan dalam mengirim pesan kepada pihak RSUD, pemerintah Kabupaten
TTS, dan masyarakat bahwa mereka melakukan aksi mogok pelayanan
sebagai bentuk protes terhadap keterlambatan pembayaran TTP. Pesan
tersebut diwujudkan dalam bentuk spanduk dan juga diposting di media sosial
seperti TikTok.
2. Menyalurkan Pesan kepada Orang Lain:
Komunikan dalam peran ini adalah para dokter yang menyalurkan pesan
protes mereka kepada pihak terkait, termasuk pihak RSUD, pemerintah
Kabupaten TTS, serta masyarakat luas melalui media sosial. Mereka
menggunakan spanduk dan media sosial sebagai alat untuk menyebarkan
pesan mereka.
3. Menyaring Pesan yang Bersifat Negatif dan Menerima Pesan Positif sebagai
Motivasi:
Dalam konteks berita ini, tidak ada indikasi bahwa komunikan (para
dokter) menyaring pesan yang bersifat negatif atau menerima pesan positif
sebagai motivasi. Mereka justru menyampaikan pesan negatif yang berupa
aksi mogok pelayanan sebagai protes terhadap keterlambatan pembayaran
TTP. Namun, reaksi netizen yang mengungkapkan kekesalan mereka terhadap
aksi ini dapat dianggap sebagai bagian dari peran komunikan yang menyaring
pesan dengan pandangan negatif.
4. Menerima dan Merespon Pesan yang Diterima dari Komunikator:
Dalam peran ini, komunikan (para dokter) menerima pesan dari pihak
RSUD, pemerintah Kabupaten TTS, dan masyarakat terkait keterlambatan
pembayaran TTP mereka. Mereka merespon dengan tindakan aksi mogok
pelayanan sebagai bentuk respon terhadap pesan yang mereka terima.
Secara umum, para dokter ASN RSUD Soe dalam berita ini berperan sebagai
komunikan yang aktif dalam menyampaikan pesan protes mereka terkait
keterlambatan pembayaran TTP. Mereka juga bertindak sebagai penerima pesan
dari pihak yang berwenang dan merespons dengan tindakan mogok pelayanan
sebagai bentuk tindakan atas pesan tersebut. Netizen yang memberikan komentar
juga berperan sebagai komunikan yang merespon pesan dengan pandangan
negatif terhadap aksi tersebut.

3.2.4 GATEKEEPER
Gatekeeper pada media massa menentukan penilaian apakah suatu informasi
penting atau tidak, ia menaikkan berita yang penting dan menghapus informasi yang
tidak memiliki nilai berita (Elvinaro, hal 36:2007). Gatekeeper adalah penjaga
gerbang, dimana dia seperti penjaga, hanya informasi yang baik dan penting yang
boleh melewati gerbang informasi menuju audiance. Ia bertanggung jawab terhadap
seluruh informasi yang disampaikan oleh media, seluruh informasi harus melalui
gatekeeper sebelum diubah menjadi pesan.
Di dalam media massa, gatekeeper memiliki jabatan sebagai pemimpin redaksi, ia
bertanggung jawab secara formal dan informal terhadap seluruh pesan yang
disampaikan oleh media, pemimpin redaksi bisa ditangkap dan dipidanakan bila
pesan yang disebarkan oleh media melanggar peraturan, dia juga memiliki taggung
jawab moral kepada seluruh khalayak yang membaca media, karena pesan tidak dapat
lolos sebelum persetujuan seorang pemimpin redaksi gatekeeper.
Menurut Khomsahrial Romli dalam buku Komunikasi Massa (2016), gatekeeper
adalah penjaga gerbang, di mana orang atau kelompok yang berperan sebagai
gatekeeper bertugas menjaga arus informasi menuju khalayak. Supaya hanya
informasi benar, baik, dan penting yang bisa disampaikan kepada khalayak.
Adapun tanggung jawab gatekeeper dalam media massa.Selain itu yang berperan
sebagai gatekeeper bertanggung jawab atas segala informasi yang disampaikan
media. Berarti informasi yang akan disebarluaskan harus melalui gatekeeper terlebih
dahulu sebelum diubah menjadi pesan berita.Dalam konteks media massa, biasanya
gatekeeper merupakan pemimpin redaksi, editor, dan wartawan. Walau begitu, tiap
perusahaan media memiliki kebijakannya masing-masing mengenai penentuan
gatekeeper. Dikutip dari Buku Ajar Komunikasi Politik (2020) karya Khoirul
Muslimin, gatekeeper juga bertanggung jawab dalam memastikan bahwa informasi
yang akan disampaikan adalah informasi yang berkualitas, diyakini kebenarannya,
layak, dan memang penting untuk disampaikan kepada masyarakat.
Teori-teori yang berkaitan dengan konsep “gatekeeper” dapat merujuk pada
beberapa konteks, tergantung pada bidang studi atau domain tertentu. Secara umum,
“gatekeeper” mengacu pada individu atau entitas yang mengontrol akses atau
pengaruh terhadap informasi atau sumber daya tertentu.
1. Teori Agenda Setting: Teori ini menyatakan bahwa media massa memiliki
kemampuan untuk mengatur agenda publik dengan menentukan topik yang
penting atau relevan dalam masyarakat.
2. Teori Framing: Teori ini berkaitan dengan bagaimana media massa dapat
memengaruhi persepsi masyarakat dengan cara mereka membingkai atau
menyajikan cerita atau isu tertentu.
3. Teori Sosial Konstruksi Realitas: Teori ini mengajukan bahwa realitas sosial
dibangun melalui interaksi sosial dan media massa. Gatekeeper, dalam konteks
ini, dapat memengaruhi bagaimana konstruksi realitas dilakukan melalui
pemilihan, penyajian, dan interpretasi informasi.
4. Teori Pintu Masuk: Teori ini berkaitan dengan pengaruh gatekeeper dalam proses
pengambilan keputusan dalam organisasi. Mereka berfungsi sebagai pengontrol
yang menentukan apakah suatu usulan atau informasi akan mencapai level yang
lebih tinggi dalam hierarki.
5. Teori Seleksi: Teori ini mengajukan bahwa individu memiliki kecenderungan
untuk memilih informasi yang sesuai dengan kepercayaan atau preferensi mereka.
Gatekeeper (misalnya, editor media) dapat mempengaruhi informasi yang tersedia
untuk dipilih oleh individu.
 Analisis korelasi pada berita : Gegara Tunjangan Dokter Pasang Aksi
Sebelum kasus tersebut disebarluaskan kepada khalayak tentunya informasi-
informasi tersebut harus terlebih dahulu disaring. Nah dari kasus tersebut orang
yang bertugas untuk menyaring informasi sebelum berita tersebut disebarluaskan
yaitu Yes Balle. Beliau adalah salah satu editor dari media Victory News dan juga
editor dari berita tersebut yang berperan sebagai gatekeeper.

3.2.5 EFEK
Terdapat tiga dimensi efek komunikasi massa yaitu: kognitif, afektif, dan konatif.
Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar, dan tambahan pengetahuan.
Efek efektif berhubungan dengan emosi, perasaan, dan attitude (sikap). Sedangkan
efek konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuyk melakukan sesuatu
menurut cara tertentu (Amri, 1988).
1. Efek Kognitif
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya
informatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif membahas tentang bagaimana media
massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat
dan mengembangkan keterampilan kognitif. Melalui media massa, seseorang
dapat memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah
dikunjungi secara langsung (Karlinah, 1999).
Menurut Mc. Luhan (Antoni, 2004), media massa adalah perpanjangan alat
indera kita (sense extention theory; teori perpanjangan alat indera (Rakhmat,
2007). Dengan media massa seseorang memperoleh informasi tentang benda,
orang atau tempat yang belum pernah kita lihat atau belum pernah kita kunjungi
secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media massa adalah realitas yang
sudah diseleksi.
Media massa tidak memberikan efek kognitif semata, namun ia memberikan
manfaat yang dikehendaki masyarakat. Inilah efek prososial.
2. Efek Afektif
Efek ini memiliki kadar yang lebih tinggi daripada Efek Kognitif. Tujuan dari
komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu kepada khalayak agar
menjadi tahu tentang sesuatu, melainkan lebih dari itu, setelah mengetahui
informasi yang diterimanya, khalayak diharapkan dapat merasakannya (Karlinah,
1999). Berikut ini faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya efek afektif dari
komunikasi massa.
a) Suasana emosional; respons kita terhadap sebuah film, iklan, ataupun sebuah
informasi, akan dipengaruhi oleh suasana emosional seseorang;
b) Skema kognitif; merupakan naskah yang ada dalam pikiran kita yang
menjelaskan tentang alur peristiwa;
c) Situasi terpaan (setting of exposure); seseorang akan sangat ketakutan
menonton film horor, misalnya, bila menontontonnya sendirian di rumah tua,
ketika hujan lebat, dan tiang-tiang rumah berderik;
d) Faktor predisposisi individual; Faktor ini menunjukkan sejauh mana orang
merasa terlibat dengan tokoh yang ditampilkan dalam media massa.
3. Efek Behavioral
Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam
bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan kekerasan dalam televisi atau
film akan menyebabkan orang menjadi beringas. Program acara memasak, akan
menyebabkan para ibu rumah tangga mengikuti resep-resep baru, dan lain
sebagainya.

Selain itu, efek komunikasi menurut Steven A. Chafee adalah sebagai berikut:

1. Efek terhadap individu


Komunikasi massa dapat memberikan efek ekonomis pada setiap individu.
Hal ini tercermin dalam jasa lowongan pekerjaan yang disediakan oleh industri
media massa. Efek kedua adalah pengaruh terhadap kebiasaan sehari-hari. Setiap
pagi orang akan memiliki kebiasaan membaca berita terlebih dahulu sebelum
memulai aktifitas. Efek ketiga adalah entertain, media massa dapat menjadi
sebuah sarana ‘pelarian’ dari rasa penat dan stress. Hal ini dapat dilakukan
melalui berbagai aplikasi online media sosial.
2. Efek terhadap masyarakat
Efek ini berkaitan erat dengan karakter yang dimiliki oleh seseorang.
Masyarakat akan menilai berdasarkan pembawaan, interaksi, serta cara berfikir
seseorang sesuai dengan apa yang ditunjukkan oleh media. Media massa secara
tidak langsung akan ‘mengajak’ masyarakat untuk memberikan penilaian yang
sama terhadap seseorang berdasarkan penilaian dari media massa itu sendiri.
3. Efek terhadap kebudayaan
Kerap kali hal yang ditampilkan dalam media, baik media cetak, media
elektronik, maupun media digital akan berbeda bagi setiap kebudayaan yang
dianut oleh masing-masing daerah. Misalnya saja mengenai cara berbusana. Gaya
berbusana di masing-masing negara tentu berbeda, namun ketika media massa
menayangkannya, hal tersebut akan mempengaruhi selera fashion di daerah lain.
 Unsur efek ini sebetulnya lekat dengan unsure khalayak. Efek adalah perubahan-
perubahan yang terjadi dalam diri khalayak sebagai akibat terpaan pesan-pesan
media. David Berlo mengelompokan efek atau perubahan ke dalam tiga kategori.
yaitu perubahan dalam ranah pengetahuan, sikap dan perilaku nyata.
 Perubahan itu biasanya berlansung secara berurutan (tapi tidak selalu). Perubahan
perilaku biasanya didahului oleh perubahan sikap, dan perubahan sikap diawali
dengan perubahan pengetahuan.

 Analisis kolerasi pada berita


Aksi mogok kerja para dokter Aparatur Sipil Negara (ASN) di Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Soe yang di akibatkan karena Tunjangan Tambahan
Penghasilan (TTP) yang belum di bayarkan Pemerintah Kabupaten Timor Tengah
Selatan (TTS) selama 5 bulan viral lewat media sosial.
Efek yang timbul dari aksi mogok kerja para dokter.
1. Efek pada para dokter
Kepala Ombudsman RI Perwakilan NTT, Darius Beda Daton menyebutkan
aksi yang dilakukan dokter ASN di RSUD Soe merupakan tindakan tidak
profesional. Dokter atau tenaga kesehatan, tidak boleh memalingkan perhatiannya
sedikitpun dari pasien yang sedang membutuhkan pertolongan. Dokter atau
tenaga kesehatan tidak boleh memalingkan perhatiannya sedikitpun dari pasien
yang sedang membutuhkan pertolongan.
2. Efek pada masyarakat
Akibat dari aksi mogok kerja para dokter RSUD Soe, masyarakat akan
mendapat kesulitan dalam bidang kesehatan. Postingan yang viral lewat media
sosial ini, mendapat tanggapan berupa komentar dari salah seorang netizen.
"Susah su dtg." tulis Niing Mone yang sebelumnya ditambah emogi sedih.
Darius Beda Daton menyayangkan aksi tersebut sebab seharusnya profesi
dokter harus selalu ada untuk membantu. Setiap detik adalah waktu yang sangat
berharga dalam upaya penyelamatan dan kebutuhan pasien.

3.2.6 HAMBATAN/GANGGUAN
Hambatan dalam komunikasi massa dikelompokan menjadi tiga hal, yakni
psikologis, sosiokultural, dan interaksi verbal. Berikut ini adalah pembahasan
mengenai ketiga hal tersebut.
1. Hambatan Psikologis
Alasan mengapa disebut hambatan psikologis karena hambatan tersebut
merupakan unsur-unsur dari kegiatan psikis manusia (Ardianto, 2014, hal. 89).
Terdiri dari subpembahasan yakni kepentingan, prasangka, stereotip, dan
motivasi.
Pemaparan dari kepentingan adalah bahwa manusia hanya akan
memperhatikan stimulus yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Jika
tidak ada kepentingan, maka itu akan dilewati begitu saja. Ditambah lagi bahwa
komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen. Sangat kompleks sekali
karena kita bisa mengelompokannya dari usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, dan lainnya. Tentu saja perbedaan itu berpengaruh terhadap
kepentingan-kepentingan mereka saat berkomunikasi massa. Karena pada setiap
pesan di dalam komunikasi massa akan mendapatkan persepsi yang berbeda-beda
dari komunikannya terutama dari segi manfaat atau kegunannya. Maka, seleksi
pun akan secara otomatis terjadi dalam kegiatan komunikasi massa.
Prasangka berkaitan dengan persepsi orang tentang seseorang atau kelompok
lain, dan sikap serta perilakunya terhadap mereka. Persepsi adalah pengalaman
tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 2003, hal. 51).
Terdapat faktor fungsional dan faktor struktural yang merupakan penentu dari
persepsi. Pada umumnya, prasangka dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat
tertentu terhadap kelompok masyarakat lainnya karena perbedaan suku ras dan
agama (Ardianto, 2014, hal. 92). Prasangka merupakan salah satu rintangan atau
hambatan bagi tercapainya suatu tujuan dalam komunikasi. Menurut (Effendy,
2002, hal. 44) prasangka melibatkan emosi yang memaksa kita untuk menarik
kesimpulan atas dasar prasangka tanpa menggunakan pikiran yang rasional.
Emosi seringkali membutakan pikiran dan pandangan kita terhadap fakta yang
nyata. Untuk mengatasi hambatan prasangka, komunikator dalam komunikasi
massa diharapkan berada di posisi yang netral. Juga harus memiliki reputasi yang
baik, artinya dia tidak pernah terlibat dalam suatu perkara yang telah menyakiti
sekelompok komunikaan tertentu. Kesimpulannya, komunikator dalam
komunikasi massa harus bersipat acceptable.
Stereotip merupakan gambaran atau tanggapan tertentu mengenai sifat-sifat
dan watak pribadi orang atau golongan lain yang bercorak negatif. Stereotip ini
merupakan hal yang harus diwaspadai komunikator komunikasi massa.
Mengingat apabila dalam proses komunikasi massa ada komunikan yang
memiliki stereotip tertentu pada komunikannya, maka dapat dipastikan pesan apa
pun tidak akan bisa diterima oleh komunikan.
Motivasi komunikan juga berpengaruh kepada efektivitas komunikasi massa.
Saking berpengaruhnya, motivasi lebih dianggap sebagai penghambat dalam
proses komunikasi massa. Setiap manusia pada hakikatnya memiliki motif
tertentu. Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak,
alasan-alasan atau dorongan-dorongan dari dalam diri manusia yang
menyebabkan manusia berbuat sesuatu. Kita mengetahui bahwa heterogenitas
manusia membentuk motif yang beraneka ragam dalam kegiatan komunikasi
massa. Melihat berbagai motif yang berbeda antara orang perorang, maka
identitas tanggapan seseorang terhadap pesan komunikasi pun berbeda sesuai
dengan jenis motifnya. Semakin sesuai pesan komunikasi dengan motivasi
seseorang, maka semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima
dengan baik oleh komunikan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu
pesan dalam komunikasi massa yang tidak sesuai dengan motivasinya (Ardianto,
2014: 94).
2. Hambatan sosiokultural
Tentunya hambatan ini melibatkan lingkungan sosial dan budaya seorang
komunikan. Ardianto (2014) membagi hambatan ini menjadi beberapa aspek,
yakni keberagaman etnik, perbedaan norma sosial, kurang mampunya berbahasa,
faktor semantik, kurang meratanya pendidikan, dan berbagai hambatan mekanis.
Perlu diperhatikan dalam proses pengkajian perbedaan norma sosial adalah
hakikat dari norma sosial itu sendiri. Norma sosial erupakan suatu cara,
kebiasaan, tata krama dan adat istiadat yang disampaikan secara turun-temurun,
yang dapat memberikan petunjuk bagi seseorang untuk bersikap dan bertingkah
laku dalam masyarakat. Beragamnya norma sosial yang berlaku di Indonesia
harus menjadi perhatian bagi komunikator komunikasi massa. Pasalnya,
kemungkinan adanya pertentangan nilai, dalam arti kebiasaan dan adat istiadat
yang dianggap baik bagi suatu masyarakat, dan sebaliknya yaitu dianggap tidak
baik bagi masyarakat. Solusinya adalah komunikator harus mengaji dengan
seksama pada setiap pesan yang akan disebarkan. Apakah pesan itu melanggar
norma sosial tertentu atau tidak? Perlu adanya kehati-hatian bagi komunikator
komunikasi massa karena komunikator yang baik adalah komunikator yang
memahami budaya masyarakatnya.
Beragamnya suku bangsa membuat bahasa daerah yang beraneka ragam.
Masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak mampu berbahasa nasional yaitu
Bahasa Indonesia. Sedangkan kita mengetahui bahwa bahasa adalah penghubung
pemikiran dan realitas.
Semantik merupakan pengetahuan tentang pengertian atau makna kata yang
sebenarnya. Jadi, alasan mengapa semantik dianggap sebagai hambatan dalam
proses komunikasi massa terletak pada bahasa yang digunakan oleh komunikan.
Hambatan semantis dalam suatu proses komunikasi dapat terjadi dalam beberapa
hal: Pertama, komunikator salah mengucapkan kata-kata atau istilah sebagai
akibat berbicara terlalu cepat. Kedua, adanya perbedaan makna dan pengertian
untuk kata atau istilah yang sama sebagai akibat aspek psikologis. Ketiga, adanya
pengertian yang konotatif. Inilah mungkin yang menjadi penghambat yang
menjadi penyebab dari berbgai aspek di atas. Yaitu kurang meratanya pendidikan
di Indonesia. Mengingat pada jumlah penduduk Indonesia saat ini sudah
mencapai 210 Juta jiwa dan tersebar di seluruh pulau dan kepualauan nusantara.
Ditinjau dari sudut pendidikan, maka tingkat pendidikan di Indonesia belum
merata. Adanya kesenjangan pendidikan antara penduduk perkotaan dan pedesaan
(misalnya) telah menjadikan penghambat dalam proses komunikasi massa.
Heterogenitas komunikan, terutama dalam tingkat pendidikan, akan menyulitkan
komunikator dalam menyusun dan menyampaikan pesan. Masalah akan timbul
manakala komunikan yang berpendidikan rendah tidak dapat menerima pesan
secara benar karena keterbatasan daya nalarnya atau daya tangkapnya.
Komunikator komunikasi massa harus mampu mengantisipasi hal-hal tersebut
dengan cara menggunakan tokoh pemuka, penerjemah, dan orang lain yang
dianggap mampu mengomunikasikan kembali supaya lebih mudah dicerna oleh
masyarakat sasaran.
Hambatan komunikasi lainnya adalah hambatan mekanis. Hambatan mekanis
adalah hambatan teknis sebagai konsekuensi penggunaan media massa.
3. Hambatan Interaksi Verbal
Jenis-jenis hambatan interaksi verbal terdiri dari polarisasi, orientasi
intensional, evaluasi statis, dan indiskriminasi. Polarisasi merupakan
kecenderungan untuk melihat dunia dalam bentuk lawan kata dan
menguraikannya dalam bentuk ekstrem, seperti baik atau buruk, positif atau
negatif, sehat atau sakit, pandai atau bodoh, dan lain-lain. Kita mempunyai
kecenderungan kuat untuk melihat titik-titik ekstrem dan mengelompokan
manusia, objek, dan kejadian dalam bentuk lawan kata yang ekstrem.
Orientasi intensional mengacu pada kecenderungan kita untuk melihat
manusia, objek dan kejadian sesuai dengan ciri yang melekat pada mereka.
Orientasi intensional terjadi bila kita bertindak seakan-akan label adalah lebih
penting daripada orangnya sendiri. Dalam proses komunikasi massa, orientasi
intensional biasanya dilakukan oleh komunikan terhadap komunikator, bukan
sebaliknya. Cara mengatasi orientasi intensional adalah dengan ekstensionalisasi,
yaitu dengan memberikan perhatian utama kita pada manusia, benda, atau
kejadian-kejadian di dunia ini sesuai dengan apa yang kita lihat.
Evaluasi statis merupakan resiko yang perlu diketahui komunikator
komunikasi massa. Pasalnya, evaluasi ini ditentukan oleh momen pertama proses
komunikasi massa. Jika pada saat pertama komunikan menganggap
komunikatornya tidak memiliki sesuatu hal yang baik, maka tanggapan dia akan
terus berkelanjutan.
Indiskriminasi terjadi bila kita memusatkan perhatian pada kelompok orang,
benda atau kejadian dan tidak mampu melihat bahwa masing-masing bersifat unik
atau khas dan perlu diamati secara individual. Indiskriminasi merupakan inti dari
stereotip. Jadi, dalam indiskriminasi, jika komunikan dihadapkan dengan seorang
komunikator, reaksi pertama komunikan itu adalah memasukan komunikator itu
ke dalam kategori tertentu, mungkin menurut kebangsaan, agama, atau disiplin
ilmu.

3.2.7 KHALAYAK
Khalayak biasa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pem baca, pendengar,
pemirsa, audience, decoder, atau komunikan. Khalayak adalah salah satu unsur dari
proses komunikasi. Oleh karena itu, khalayak tidak boleh diabaikan sebab berhasil
tidak nya suatu proses komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak (Cangara, 2010:
157). Bagi komunikator, komunikasi dikata kan berhasil apabila pesan yang
disampaikan melalui suatu saluran atau media dapat diterima, dipahami, dan ditang
gapi secara positif oleh khalayak sasaran, dalam arti sesuai dengan harapan yang
diinginkan komunikator (Sendjaja, 2005: 24). Menurut pengertian yang dipakai
secara umum dalam komunikasi, pihak yang menjadi tujuan disampaikannya suatu
pesan disebut sebagai penerima (receiver), khalayak (audience), atau komunikan.
Walaupun demikian, khalayak sebenarnya hanyalah suatu peran yang bersifat
sementara. Pada giliran beri kut nya, penerima pesan akan memprakarsai penyampai
an suatu pesan berikutnya dan pada saat itu khalayak telah berubah peran menjadi
komunikator. Pengertian yang sama berlaku pula dalam komunikasi politik. Pihak
yang tadinya dikenal sebagai komunikator atau saluran, pada saat yang lain dapat
pula diidentifikasi sebagai Khalayak adalah salah satu unsur dari proses komunikasi.
Oleh karena itu, khalayak tidak boleh diabaikan sebab berhasil tidak nya suatu proses
komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak (Cangara, 2010: 157).
 Karakteristik khalayak
Karakteristik khalayak mengacu pada sifat dan ciri-ciri yang dapat digunakan
untuk menggambarkan atau mengidentifikasi suatu kelompok orang atau audiens.
Karakteristiknya bisa mencakup berbagai hal seperti usia, jenis kelamin, latar
belakang sosial, minat, dan banyak lagi. Karakteristik khalayak ini sering digunakan
dalam bidang seperti pemasaran, media, dan komunikasi untuk memahami target
sasaran dan merancang pesan atau produk yang sesuai dengan mereka.
 Analisis korelasi pada berita
Khalayak utama adalah masyarakat luas yang mengakses berita tersebut
melalui berbagai platform media, terutama media sosial seperti TikTok,
WhatsApp, dan platform lainnya. Dalam konteks ini, masyarakat luas yang
membaca, menonton, atau mendengarkan berita ini dianggap sebagai khalayak.
Mereka adalah orang-orang yang menerima dan merespons informasi yang
disampaikan oleh para dokter ASN RSUD Soe melalui aksi mogok pelayanan
mereka.
3.2.8 MODEL KOMUNIKASI ALIR DUA TAHAP
Model alir dua tahap diperkenalkan oleh Paul Lazafield, Bernard Berelson, dan H.
Gaudet pada tahun 1944. Dalam penelitian yang mereka lakukan, mereka menemukan
bahwa terpaan media memiliki sedikit pengaruh terhadap calon presiden yang dipilih
masyarakat. Masyarakat lebih mendengarkan pendapat pemimpin opini (opinion
leader). Jadi media massa membawa pengaruh kepada pemimpin opini yang
mempengaruhi pendapat pengikutnya yang bersifat antarpribadi (Josep A. Devito,
1997)

Dalam konteks berita yang diberikan, model satu tahap atau "one step flow of
communication" menggambarkan bahwa pengaruh media massa terhadap masyarakat
lebih melalui pemimpin opini atau opinion leader daripada secara langsung
memengaruhi pendapat calon presiden yang dipilih oleh masyarakat. Mari kita
analisis bagaimana berita tersebut dapat dilihat dalam kerangka model ini:

1. Berita di Media Massa: Berita tentang aksi mogok dokter ASN di RSUD Soe
yang tersebar di media sosial seperti grup WhatsApp dan TikTok menjadi
perhatian publik. Media massa memainkan peran penting dalam
menginformasikan masyarakat tentang aksi tersebut.
2. Opinion Leader: Dalam hal ini, Opinion Leader mungkin adalah para dokter ASN
yang melakukan aksi mogok. Mereka adalah pemimpin opini di dalam profesi
medis dan memiliki pengaruh signifikan terhadap rekan-rekan mereka dan
mungkin juga pasien mereka.
3. Pengaruh Terhadap Opinion Leader: Berita ini mungkin tidak secara langsung
memengaruhi calon presiden yang dipilih masyarakat. Namun, berita ini dapat
mempengaruhi opinion leader, yaitu para dokter ASN di RSUD Soe, yang telah
mengambil sikap untuk mogok karena pembayaran tunjangan tambahan
penghasilan (TTP) mereka yang tertunda.
4. Pengaruh Opinion Leader Terhadap Pengikut: Opinion leader seperti dokter ASN
dapat mempengaruhi pendapat rekan-rekan mereka dan pasien mereka. Dalam
konteks ini, mereka mengumumkan bahwa mereka tidak akan memberikan
pelayanan kepada pasien sampai hak-hak mereka dibayarkan. Hal ini dapat
mempengaruhi pasien dan masyarakat secara lebih langsung daripada berita itu
sendiri.
5. Komunikasi Antarpribadi: Pengaruh terbesar mungkin terjadi melalui komunikasi
antarpribadi antara opinion leader (dokter ASN) dan pasien mereka atau rekan-
rekan mereka. Ketika opinion leader menjelaskan alasan-aasan mogok kepada
individu-individu ini secara langsung, hal ini dapat memengaruhi pendapat
mereka terhadap situasi tersebut dan bahkan terhadap kebijakan pemerintah yang
terkait.
Dalam model satu tahap ini, media massa berperan sebagai sarana untuk
menyebarkan informasi, tetapi pengaruh terbesar terjadi melalui pemimpin opini
(opinion leader) yang memiliki akses dan kredibilitas untuk memengaruhi orang lain
secara antarpribadi. Dalam konteks berita ini, reaksi dokter ASN terhadap
keterlambatan pembayaran TTP mereka dapat memengaruhi pandangan pasien dan
masyarakat secara lebih langsung daripada pengaruh media massa itu sendiri terhadap
pemilihan calon presiden.

3.2.9 MODEL KOMUNIKASI MODEL HUB (HUBERT UNGRAIT BOHN)


Model Hubert Ungrait Bohn, atau lebih dikenal dengan HUB, adalah model
komunikasi yang menggambarkan proses penyebaran pesan dalam media massa.
Model ini mengilustrasikan bagaimana pesan disampaikan kepada audiens dengan
bantuan media amplification (pengerasan media) dan bagaimana berbagai faktor
memengaruhi proses komunikasi massa. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut
mengenai Model HUB:
1. Model Dinamis dan Berputar:
Model HUB menggambarkan komunikasi sebagai lingkaran yang dinamis dan
terus berputar. Ini mengindikasikan bahwa proses komunikasi massa berlangsung
terus menerus.
2. Peran Komunikator:
Komunikator berperan sebagai pengirim pesan yang berada di tengah-tengah
gelombang air komunikasi. Mereka bertanggung jawab untuk menyebarkan pesan
ke luar kepada audiens.
3. Media Amplification (Pengerasan Media):
Media amplification merujuk pada perluasan dan perjelasan pesan yang
dilakukan oleh media. Misalnya, pesan di televisi diperluas oleh jangkauan
televisi dan diperjelas dengan volume televisi untuk penonton.
4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Proses Komunikasi:
Model ini mengakui sejumlah faktor yang mempengaruhi proses penyebaran
pesan media. Faktor-faktor ini mencakup komunikator, kode atau bahasa yang
digunakan, gatekeeper (penyaring), media massa itu sendiri, pengaturan,
penyaringan, audience (audiens), dan efek dari pesan itu sendiri. Semua faktor ini
berperan dalam menentukan apa yang akan disampaikan oleh media.
5. Umpan Balik (Feedback):
Proses komunikasi massa membuka kesempatan untuk umpan balik dari
audiens. Umpan balik ini berperan penting dalam proses komunikasi dan selalu
ada dalam komunikasi massa. Umpan balik dari audiens dapat memengaruhi
pesan yang akan disampaikan oleh media.
6. Gangguan dalam Proses Penyebaran Pesan:
Model HUB juga mengakui adanya gangguan dalam proses penyebaran pesan.
Gangguan ini dapat berupa gangguan saluran, seperti gambar tidak jelas,
kesalahan mencetak, atau suara tidak jelas. Gangguan lainnya dapat berupa
kesalahan komunikator atau pemutarbalikan fakta, yang dapat memengaruhi
akurasi pesan.
Dalam model HUB, komunikasi massa dianggap sebagai proses yang kompleks
dan dinamis, dengan banyak elemen yang berinteraksi satu sama lain. Proses ini
melibatkan pengiriman pesan dari komunikator kepada audiens dengan bantuan
media massa, dan berbagai faktor, termasuk umpan balik dari audiens, memengaruhi
bagaimana pesan tersebut disampaikan dan diterima oleh masyarakat. Gangguan
dalam proses ini juga dapat memengaruhi akurasi pesan yang disampaikan oleh
media massa.
 Analisis Korelasi pada berita
Dari berita yang Anda berikan, kita dapat menganalisis situasi tersebut dengan
menggunakan Model HUB (Hubert Ungrait Bohn) yang telah dijelaskan sebelumnya.
Model HUB adalah model komunikasi yang menggambarkan proses komunikasi
massa dan berbagai faktor yang memengaruhi proses tersebut. Berikut analisis
berdasarkan Model HUB:
1. Komunikator (Dokter ASN RSUD Soe):
Para dokter ASN RSUD Soe merupakan komunikator dalam situasi ini.
Mereka adalah individu atau kelompok yang memiliki pesan atau tuntutan terkait
dengan pembayaran insentif tunjangan tambahan penghasilan (TTP).
2. Pesan (Tuntutan untuk Dibayarkan TTP):
Pesan yang disampaikan oleh para dokter adalah tuntutan untuk segera
dibayarkan insentif dokter ASN RSUD Soe yang belum dibayarkan oleh
Pemerintah Kabupaten TTS.
3. Media Amplification (Pengerasan Media):
Media sosial seperti WhatsApp dan TikTok digunakan oleh para dokter untuk
memviralkan aksi mereka. Mereka mengunggah foto dan video spanduk yang
menjelaskan alasan aksi mereka, sehingga pesan mereka dapat lebih luas dan jelas
sampai kepada audiens.
4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Proses Komunikasi:
Faktor-faktor yang memengaruhi proses komunikasi mencakup
ketidakprofesionalan aksi para dokter, yang dapat memengaruhi persepsi
masyarakat terhadap mereka sebagai tenaga kesehatan.
Respons dari Kepala Ombudsman RI Perwakilan NTT dan Bupati TTS juga
merupakan faktor yang memengaruhi proses komunikasi. Mereka menanggapi
aksi dokter dan memberikan penjelasan terkait regulasi dan pembayaran TTP.
5. Umpan Balik (Feedback):
Berita ini mencatat tanggapan dari netizen di media sosial yang merasa
kesulitan karena aksi para dokter. Ini adalah contoh umpan balik dari audiens
yang dapat memengaruhi persepsi masyarakat.
6. Gangguan dalam Proses Penyebaran Pesan:
Gangguan dalam proses penyebaran pesan dalam konteks ini dapat mencakup
ketidakprofesionalan aksi para dokter, yang dapat dianggap sebagai gangguan
dalam penyediaan pelayanan kesehatan.
Dalam analisis ini, Model HUB dapat membantu kita memahami bagaimana
pesan dari para dokter disebarkan melalui media sosial, bagaimana respons dari
berbagai pihak memengaruhi persepsi masyarakat, dan bagaimana faktor-faktor
seperti ketidakprofesionalan dan regulasi memengaruhi proses komunikasi dalam
situasi tersebut.
IV. SIMPULAN
Dalam analisis komunikasi massa terhadap berita tentang aksi mogok pelayanan dokter
ASN di RSUD Soe akibat belum dibayarkannya tunjangan tambahan penghasilan (TIP),
kami melihat bahwa media massa, dalam hal ini Koran Victory News, berperan penting
dalam mengumpulkan, menyusun, dan mempublikasikan informasi kepada masyarakat luas.
Berita ini mencerminkan berbagai aspek dari berbagai model komunikasi massa, dan
melibatkan beberapa komunikator, termasuk dokter ASN yang melakukan mogok pelayanan
dan pihak kepala Ombudsman serta Bupati TTS. Dampak sosial yang dihasilkan, terutama
terkait dengan pelayanan medis kepada pasien, menyoroti kompleksitas komunikasi dalam
situasi serupa dan pentingnya komunikasi efektif dalam mencari solusi yang memadai.
Semua ini menunjukkan bagaimana komunikasi massa dapat memengaruhi persepsi dan
tindakan dalam masyarakat serta pentingnya memahami peran media dan komunikator dalam
konteks ini

Anda mungkin juga menyukai