Anda di halaman 1dari 5

Komunikasi Massa pada Pelayanan Kesehatan

Oleh Syechan Ari Rinaldo


Komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang diberikan melalui
media massa cetak ataupun elektronik yang sedang berkembang saat ini.
Komunikasi massa menurut Nurudin (2007) adalah komunikasi yang dikhususkan
kepada masyarakat atau khalayak yang banyak dengan istilah massa. Istilah massa
di sini tidak selalu berarti sebagai orang yang melihat informasi melalui media
massa seperti orang yang menonton televisi atau orang yang membaca majalah
ataupun koran. Massa di sini dapat didefinisikan sebagai masyarakat luas.
Penggunaan berbagai macam media dalam berkomunikasi dinilai dapat membuat
pesan lebih mudah untuk tersampaikan. Dapat disimpulkan bahwa komunikasi
massa merupakan salah satu bentuk komunikasi yang disampaikan melalui media
massa sebagai wadah atau alat, disampaikan secara terbuka kepada masyarakat
yang sangat luas melalui beragam unsur.
A. Fungsi Komunikasi Massa
Komunikasi massa memiliki beberapa fungsi, antara lain sebagai penafsiran
(interpretation), pertalian (linkage), pengawasan (surveillance), penyebaran nilai-
nilai (transmission of values), dan hiburan (entertainment). Menurut Effendi
(1993), fungsi komunikasi massa dapat dibedakan menjadi fungsi pendidikan,
fungsi informasi dan fungsi memengaruhi. Media massa merupakan salah satu
sarana atau alat pendidikan karena dalam media massa diajarkan nilai, etika, serta
pengenalan terhadap aturan-aturan yang berlaku. Selain terdapat informasi, dalam
komunikasi massa secara implisit memengaruhi pembaca atau penonton seperti
iklan, artikel, tajuk dan yang lainnya.
B. Unsur-Unsur Komunikasi Massa
1. Komunikator
Komunikator merupakan pihak yang menggunakan media untuk
menyebarkan informasi kepada publik. Dalam komunikasi massa, komunikator
juga menyebarkan wawasan dan solusi. Komunikator berkomunikasi dengan
masyarakat yang lebih luas, yang sifatnya heterogen (terbuka untuk umum atau
tidak diarahkan kepada kelas-kelas tertentu saja) dan anonim (anggota-anggota
khalayak secara individual tidak dikenal atau diketahui oleh komunikatornya) serta
disampaikan secara umum.
2. Media
Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang menjadi penghubung
antara komunikator dan masyarakat yang menerima informasi yang sifatnya
terbuka. Sifat terbuka berarti setiap orang dapat melihat, membaca dan
mendengarnya. Media dalam komunikasi massa dibedakan menjadi dua macam,
yaitu media cetak (misalnya surat kabar dan majalah) dan media elektronik
(misalnya radio dan televisi) yang memiliki peran diantaranya :
 media edukasi
 media informasi
 media hiburan.
 media institusi budaya (institusi yang menjadi corong kebudayaan)
3. Informasi
Informasi adalah pesan atau sesuatu hal yang diperuntukkan untuk
masyarakat. Dalam komunikasi massa, komunikasi bersifat umum (bukan bersifat
pribadi), sehingga pesan yang disampaikan bersifat terbuka bagi seluruh
masyarakat. Pesan dalam komunikasi massa berjalan secara cepat (pesan
didapatkan khalayak dengan waktu yang relatif singkat) dan selintas (pesan dibuat
agar dapat segera dikonsumsi, bukan untuk dihafalkan).
4. Gatekeeper
Gatekeeper adalah penyeleksi informasi. Komunikasi massa di jalankan
dalam organisasi media massa, terdapat orang-orang yang tugasnya meyeleksi
setiap informasi yang wajar untuk disiarkan atau diinformasikan. Gatekeeper, juga
memiliki kewenagan untuk memperluas atau membatasi informasi yang akan
disiarkan.
5. Khalayak
Khalayak adalah massa penerima informasi yang disebarkan oleh komunikator
melalui media massa. Khalayak terdiri dari publik pendengar atau pemirsa sebuah
media massa.
6. Umpan Balik
Umpan balik dalam komunikasi massa umumnya bersifat tertunda (berbeda
dengan umpan balik pada komunikasi tatap muka yang bersifat langsung). Namun,
seiring perkembangan teknologi, umpan balik yang bersifat tertunda pada
komunikasi massa sudah ditinggalkan.
C. Ciri-Ciri Komunikasi Massa
Komunikasi massa memiliki ciri-ciri, diantaranya :

 Menggunakan media massa, bersifat tidak langsung


 Lembaga media bersifat jelas
 Komunikator memiliki keahlian tertentu
 Pesan bersifat terbuka, searah dan umum
 Pesan dibuat melalui proses produksi yang terencana dan teratur
 Khalayak yang dituju bersifat heterogen dan anonim
 Kegiatan media masa teratur dan berkelanjutan
 Ada pengaruh yang dikehendaki
 Dalam konteks sosial, antara media dan kondisi masyarakat saling
memengaruhi, begitu pula sebaliknya
 Hubungan antara komunikator dan khalayak tidak bersifat pribadi
D. Pengaruh dan Pelaksanaan Komunikasi Massa
Penggunaan media massa dalam komunikasi massa memungkinkan sasaran
yang pencapaian sasaran yang lebih banyak dengan waktu, tenaga, yang lebih
hemat dibandingkan dengan jenis komunikasi lain. Komunikasi massa dalam
Sendjaja (2007), memiliki pengaruh terhadap individu, masyarakat dan budaya.
Dalam pelaksanaannya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
penyampaian komunikasi massa. Menurut Shoemaker dan Reese (1991), dalam
komunikasi massa harus memperhatikan sikap tanggung jawab, menerapkan
kebebasan pers, persoalan etis, ketepatan dan objektivitas, serta berlaku adil.
Tanggung jawab disini adalah suatu hal dimana dalam penyampaian informasi
harus dipertanggung jawabkan kebenerananya dan berdasarkan sumber yang
terpercaya. Kebebasan pers disini dimaksudkan pada profesionalitas sebagai tenaga
kesehatan. Kita sebagai tenaga kesehatan juga harus menjunjung tinggi pengabdian
kepada masyarakat dalam hal etis profesi. Ketepatan informasi dan objektivitas
merupakan hal penting dimana dalam penyampaian informasi disertakan bukti-
bukti kuat, bukan opini. Terakhir adalah berlaku adil, dimana kita sebagai pihak
netral bukan mengabdi pada suatu lembaga komersil mana pun.
E. Bentuk-bentuk komunikasi massa:
1. Bentuk Perintah (The Command Mode)
Terdapat perbedaan kekuasaan dan otoritas antara pengirim dengan
penerima. Penerima berada pada posisi lebih rendah dan bergantung, yang
tujuannya untuk melakukan kontrol dan perintah, hubungannya bersifat satu arah,
tidak setara, dan tidak berdasar sukarela.
2. Bentuk Pelayanan (The Service Mode)
Bentuk komunikasi yang hubungan antara pengirim dan penerima diikat
dengan kepentingan bersama dalam suatu situasi.
3. Bentuk Asosiasi (The Association Mode)
Bentuk komunikasi massa yang memiliki ikatan normatif atau nilai-nilai
yang disepakati bersama, yang mendekatkan kelompok atau publik tertentu
terhadap sumber media tertentu.
F. Komunikasi Massa pada Pelayanan Kesehatan
Komunikasi massa pada bidang kesehatan dapat dilihat dari adanya promosi
kesehatan. Kesehatan adalah hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal
maupun eksternal. Henrik L. Blum (1974), seperti yang dikutip Azwar (1983)
menggambarkan faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan berdasarkan besarnya
pengaruh meliputi secara berurutan, faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor
pelayanan kesehatan, dan faktor keturunan. Status kesehatan akan tercapai dengan
baik jika keempat faktor secara bersama-sama memiliki kondisi yang baik juga.
Tujuan adanya promosi kesehatan adalah memusatkan langsung masyarakat
dalam menetapkan kepentingan kesehatan mereka sendiri. Promosi kesehatan
merangkum istilah pendidikan kesehatan, penyuluhan kesehatan, komunikasi,
informasi, dan edukasi. Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan atau
memandirikan masyarakat agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya
(Ottawa Charter, 1986). Sasarannya adalah individu/ keluarga, masyarakat,
pemerintah/ lintas sektor/ politisi, swasta, dan petugas atau pelaksana program.
Strategi yang digunakan dari WHO (1984) dikenal dengan nama ABG (Advokasi
kesehatan, Bina suasana dan Gerakan masyarakat). Promosi kesehatan dapat melaui
poster, televisi, dll.
Hal-hal yang harus dilakukan dalam melakukan komunikasi massa:
o Mencari tahu tentang jurnalis yang bekerja di bidang kesehatan,
o Membuat hubungan baik dengan jurnalis, reporter, yang bekerja di bidang
kesehatan,
o Menggunakan alat peraga berupa poster,spanduk, dan sebagainya,
o Menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat,
o Mempromosikan suatu lembaga bidang kesehatan dengan secukupnya
tanpa ada unsur pemaksaan dan menjatuhkan lembaga yang lain,
o Menyiapkan waktu luang beberapa hari setelah menyampaikan
komunikasi massa,
o Memersiapkan anggota tim yang mengetahui dan bisa bekerja sesuai
dengan tugasnya,
o Membaca dan meihat kembali berita atau informasi yang telah
disampaikan melalui media itu.
Hal-hal yang tidak boleh dilakukan dalam melakukan komunikasi massa :
 Jangan membuang waktu reporter atau jurnalis dengan menghubunginya
tanpa tujuan yang jelas,
 Jangan berulang kali meninggalkan pesan suara, menelfon atau
mengirimkan email tentang hal yang sama,
 Jangan terlalu membuka informasi pribadi kepada reporter karena
biasanya informasi tersebut juga akan dimuat di media massa.
Jadi, komunikasi massa dalam bidang kesehatan sangat bermanfaat untuk
masyarakat luas karena informasi kesehatan disampaikan secara terbuka dan umum
menggunakan media dan sumber terpercaya serta dapat meningkatkan pengetahuan
sebagai masyarakat yang peduli akan kesehatan.
Daftar Pustaka
Adler, R & Rodman, G. (2006). Understanding Human Communication 9th ed.
New York. Oxford University
Barr, H. (2002). Interprofessional education. John Wiley & Sons, Ltd.
Basuki, Endang. Komunikasi antar Petugas Kesehatan. Majalah Kedokteran
Indonesia, Volume: 58, Nomor: 9, September 2008
Claramita M, Sedyowinarso M, Huriyati E, Wahyuningsih MS. (2012).
Interprofessional Communication Guideline using principle of “Greet-
Invite-Discuss”
De Fleur, Melvin. (1972). Theories of Mass Communications. David Mckay
Company.Inc. Newyork. dalam Effendy, Onong. 2009. Ilmu Komunikasi
Teori dan Praktek. Bandung. PT. Rosda Karya
Effendy, Onong. (2009). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung. PT.
Rosda Karya Remaja Rosdakarya.
Effendy, Onong Uchjana. (1986). Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung: Rosda
Karya
Maulana, Heri D. J. (2007). Promosi Kesehatan. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
McQuail, D. (2005). McQuail's Mass Communication Theory. (5th edition).
London. Sage Publications.
Northouse, L. & Northouse P. (1997). Health Communication Strategies for
Health Professionals 3rd Edition. Appleton & Lange. Stamford,
Connecticut
Berry, D. (2007). Health communication theory and practice. Berkshire. Open
University Press.
Schiavo, R. (2007). Health communication from theory to practice. San
Francisco. Jossey-Bass.

Anda mungkin juga menyukai