Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH PROMKES

Istilah Health Promotion, di dunia : 1980-an,


di Indonesia : 1990-an. Sebelumnya dikenal
istilah : Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan
Kesehatan, Komunikasi-lnformasi-Edukasi,
Pemasaran Sosial Bidang Kesehatan,
Penggerakan Peran Serta Masyarakat, dan
lain-lain.
Perkembangan promosi kesehatan :
1945-1965 (awal merdeka)
1965-1975
1975-1995
1995-sekarang (pasca Deklarasi Jakarta)
Kurun Waktu 1945-1965 (Awal Merdeka) :
Peletakan Dasar
Sebelum merdeka, dibentuk Medische Hygiene Propaganda
(MHP) dan diadakan daerah percontohan untuk pemberantasan
cacing tambang di Banyumas

1948, didirikan sekolah penyuluh kesehatan di Magelang, dibuat


dua daerah percontohan di Magelang dan Yogyakarta,
dikembangkan Usaha Pembangunan Masyarakat Desa yang
antara lain melakukan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat, Gerakan Kebersihan, Pekan Kerja Bakti, Usaha
Kesehatan Sekolah, dan dikenalkan semboyan "Empat Sehat
Lima Sempurna" oleh Prof. Dr. Poerwo Soedarmo.

1951 dikenalkan "Konsep Bandung" (Bandung Plan) oleh Dr. J.


Leimena dan Dr. Patah yang memadukan upaya kuratif dan
preventif, meletakkan dasar konsep Puskesmas, yang kemudian
menjadi pembuka program kesehatan masyarakat desa dan
upaya pendidikan kesehatan masyarakat secara luas.
Lanjutan
1956 dibentuk Unit Kesehatan Desa dan Pendidikan Kesehatan,
dan dikembangkan balai latihan Pendidikan Kesehatan pada
Rakyat (PKR) bagi tenaga kesehatan di Lemah Abang (Bekasi),
Bojongloa (Bandung), Salaman (Magelang), Godean
(Yogyakarta), Mojosari (Surabaya), Metro (Lampung), Kasemen
(Denpasar), Kotaraja (Banda Aceh), Indrapura (Medan), dan
Barabai (Banjarmasin).

1960 terbit Undang-undang No.9 Tahun 1960 tentang Pokok-


pokok Kesehatan yang antara lain menyatakan dalam bab 1
pasal 1 bahwa : "Tiap-tiap warganegara berhak memperoleh
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dan perlu diikut
sertakan dalam usaha-usaha kesehatan Pemerintah".

12 November 1964 Bung Karno melakukan penyemprotan


nyamuk malaria secara simbolis di Yogya. Peristiwa ini kemudian
dikenal sebagai Hari Kesehatan Nasional (HKN) yang pertama.
Program ini dibarengi kegiatan penyuluhan masyarakat. Sejak
itu HKN dijadikan momentum melakukan pendidikan kesehatan
masyarakat.
Kurun waktu 1965 -1975 :
Era Pendidikan Kesehatan
Berkembang pemikiran :masalah kesehatan terkait dengan masalah
sosial. Disiapkan tenaga Ahli Pendidikan Kesehatan (Health Education
Specialist) dari berbagai disiplin (dokter, pendidik, ekonomi, sosiologi,
hukum, dll). Tokohnya antara lain Prof. Drajat Prawiranegara, Dr.
Wiryawan Djojosugito dan Dr. Soeharto Wiryowidagdo.

Tenaga tersebut dilatih intensif kemudian dikirim pendidikan khusus di


luar negeri (sebagian di dalam negeri). Latihan intensif tersebut
dilakukan di Bandung maka terkenal dengan Bandung Model.
Selanjutnya model tersebut kemudian berkembang menjadi Pendekatan
Edukatif dan pendekatan PKMD (pembangunan Kesehatan Masyarakat
Desa).
Lanjutan

di setiap provinsi dikembangkan daerah percontohan,


yang disebut Daerah Kerja Intensif Pendidikan
Kesehatan Masyarakat (DKI-PKM, selanjutnya nanti
berkembang menjadi daerah binaan PKMD).

Pada Biro Pendidikan Departemen Kesehatan dibentuk


Bagian Pendidikan Kesehatan Masyarakat, nantinya
berkembang menjadi Direktorat.

1965 berdiri FKM UI, yang sebelumnya merupakan


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran UI dan Jurusan Pendidikan Kesehatan dan
Ilmu Perilaku
Kurun waktu 1975 -1995 :
Era Penyuluhan Kesehatan
Berkembang istilah : "Penyuluhan Kesehatan Masyarakat"(PKM), meskipun
konsepnya tetap sama dengan Pendidikan Kesehatan.

Sementara itu BKKBN mengembangkan "Komunikasi-Informasi-Edukasi" (KIE).


Sebenamya istilah Health Promotion di dunia mulai diperkenalkan sejak 1986,
namun konsep tersebut belum bergema di Indonesia

Di Depkes dibentuk Direktorat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat di lingkungan


Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat (1975-1984), kemudian
menjadi : Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat di lingkungan Sekretariat
Jenderal, dan ada Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat di lingkungan
Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat (1985-2000).

Di daerah pada umumnya ada Sub Dinas PKM di Daerah Tingkat I dan Seksi PKM
di Daerah Tingkat II. Pelatihan bagi tenaga penyuluh kesehatan di Daerah Tingkat
I dan II berjalan secara rutin dan memperoleh anggaran dan sarana penyuluhan
dari APBN. Di beberapa daerah juga didirikan FKM/Program studi Kesehatan
Masyarakat seperti di USSU, UNOIP. UNAIR. dan UNHAS (1990-1991).
Lanjutan

Sejalan dengan dicanangkannya Primary Health Care di Alma Ata (1978)


daerah yang dikembangkan meluas menjadi daerah binaan
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)
1984 dibentuk Posyandu.
1978-1980 ada proyek "Nutrition Education" yang diteruskan dengan
proyek "Nutrition & Community Health II (1988-1992) yang antara lain
menghasilkan model penyuluhan gizi dan kesehatan yang rnenggunakan
metode pemasaran sosial. Pada kurun waktu ini diproduksi sinetron
berseri (39 seri) "Dr. Sartika" yang cukup mendominasi layar kaca pada
waktu itu (1989- 1992).
Lahirnya Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang rnerupakan pemikiran
komprehensif tentang pembangunan kesehatan secara kesisteman.
Terbit UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 3 menyebutkan
bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan
kesadaran. kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Tujuan
pembangunan kesehatan tersebut adalah identik dengan bidang garapan
penyuluhan kesehatan, yang berarti menempatkan penyuluhan
kesehatan pada "mainstream" pembangunan kesehatan.
Kurun waktu 1995 - sekarang :
Era Promosi Kesehatan
Istilah yang dipergunakan mulai bervariasi. Penyuluhan Kesehatan, KIE,
Pemasaran Sosial, Mobilisasi Sosial, dll. Sementara itu konsep Health
Promotion (Promosi Kesehatan) sudah mulai bergema di Indonesia.

1995 diperkenalkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) yang merupakan
embrio promosi kesehatan di Indonesia, yang juga mengacu pada paradigma
sehat. Pendekatan / strategi yang menonjol adalah : Advokasi, Bina Suasana
dan Gerakan / pemberdayaan masyarakat dan pendekatan melalui tatanan /
kawasan.

April 2000 dilebur unsur-unsur di Depkes menjadi Direktorat Promosi


Kesehatan, di lingkungan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat

Kemudian berubah lagi menjadi Direktorat Promosi Kesehatan dan


Penyuluhan Sosial serta Direktorat Peningkatan Peran Masyarakat, yang
kedua-duanya ada di Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial (diperkirakan
mulai Juni 2001).

Sedangkan organisasi di daerah bervariasi. Di Provinsi : ada yang menjadi Sub


Dinas Promosi Kesehatan, ada yang bergabung dengan program lain menjadi
Sub Dinas Pemberdayaan Sumber Daya, dll. Di kabupaten / kota : Ada yang
menjadi Sub Dinas, tetapi juga ada yang menjadi seksi.
Lanjutan

Di Perguruan Tinggi berkembang FKM swasta, seperti UnMuh Uhamka dan Univ.
Indonesia Esa Unggul di Jakarta. Sementara di FKM UI dimulai Program Diploma III
Promosi Kesehatan (1998) dan di UGM ada program S2 Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku.

Melalui proyek CHN3 dikembangkan tenaga PKM (magister) melalui pendidikan formal
dan pelatihan-pelatihan jangka pendek di luar dan di dalam negeri. Pengembangan
tenaga melalui pendidikan formal juga dibantu melalui proyek FHN dan KIE GAKY.

Kerjasama lintas sektor semakin meningkat dan peran masyarakat melalui LSM dan
organisasi kemasyarakatan semakin berkembang pesat,misalnya Forum Komunikasi
Promosi Kesehatan dan Koalisi Indonesia Sehat, sedangkan di tingkat dunia ada Mega
Country Health Promotion Network

1997 Indonesia dipercaya sebagai penyelenggara Konferensi Intemasional dan


menghasilkan Deklarasi Jakarta tentang Promosi Kesehatan yang cukup monumental
yang kemudian dikukuhkan dalam suatu Resolusi WHO pada tahun 1998.

Agustus 2000 Meneg PANegara menetapkan Jabatan Fungsional tenaga Penyuluh


Kesehatan

Dikembangkan Paradigma Sehat dan dicanangkan Gerakan Pembangunan


Berwawasan Kesehatan dan visi Indonesia Sehat 2010 pada 1 Maret 1999 oleh
Presiden RI.
Deklarasi Jakarta
tentang Promosi Kesehatan

Juli 1997, Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Internasional keempat


tentang Promosi Kesehatan, yang menghasilkan Deklarasi Jakarta.

Deklarasi Jakarta menyebutkan bahwa :


prasyarat sehat adalah adanya : perdamaian, perumahan, pendidikan,
perlindungan sosial, hubungan kemasyarakatan, pangan, pendapatan,
pemberdayaan perempuan, ekosistem yang mantap, pemanfaatan
sumber daya yang berkelanjutan, keadilan sosial, penghormatan terhadap
hak-hak asasi manusia, dan persamaan.
kemiskinan merupakan ancaman terbesar terhadap kesehatan.
kecenderungan demografi seperti urbanisasi. meningkatnya jumlah lansia,
transisi epidemiologi penyakit dan meningkatnya prevalensi penyakit
kronis.
Perubahan perilaku sosial dan biologis seperti kebiasaan kurang gerak,
kebal terhadap anti biotik dan obat-obatan, penyalahgunaan obat,
kekerasan di masyarakat bahkan di rumah, merupakan ancaman
terhadap kesehatan dan kesejahteraan umat manusia.
penyakit infeksi baru dan yang baru muncul, serta meningkatnya
kesadaran terhadap kesehatan jiwa juga memerlukan jawaban mendesak.
lanjutan Deklarasi Jakarta ...

Deklarasi jakarta juga menyebutkan :


Promosi kesehatan dapat mengembangkan dan mengubah gaya hidup,
kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan yang mempengaruhi kesehatan.
Promosi kesehatan diakui merupakan pendekatan yang praktis untuk
mencapai pemerataan yang lebih baik dalam kesehatan.
Pendekatan yang dilakukan :
- Pendekatan komprehensif dalam pembangunan kesehatan paling efektif
- Pendekatan melalui tatanan memudahkan implementasi promosi
- Peranserta masyarakat sangat penting untuk melestarikan setiap upaya;
- Pembelajaran kesehatan mendorong partisipasi.
- Perlunya kerjasama yang erat, mengembangkan kemitraan
Mengenai prioritas Promosi Kesehatan pada abad 21, disebutkan :
1) Meningkatkan tanggungjawab sosial dalam kesehatan;
2) Meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan;
3) Meningkatkan kemitraan untuk kesehatan;
4) Meningkatkan kemampuan perorangan dan pemberdayaan masyarakat
5) Mengembangkan infra struktur promosi kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai