Milna
Juharni
Maya
Muh. Arief Syafruddin
Muthmainna usman
Mutmainna
Maghfirah hamzah
Dosen pengampuh :
Di Belanda, membuang sampah memang “merepotkan”. Tetapi setelah kembali di Indonesia, lebih
memilih repot dibanding mudah buang sampah. Kenapa? Karena dengan repot itu, prosedur buang
sampah sangat jelas, orang-orang tertib, dan pastinya, lingkungan jadi bersih. Ketertiban dan kebersihan
yang dibahas dalam hal ini adalah seragam untuk satu kota. Jadi tidak bisa kita bandingkan dengan
beberapa komplek saja di tanah air. Repotnya bagaimana? Yang paling jelas, biayanya mahal. Di Kota
Groningen, untuk rumah dengan lima penghuni, iuran sampah sekitar 500 ribu rupiah (30 euro) per
bulan. Dengan biaya segitu, bukan berarti kita bebas buang sampah kapan saja. Tidak! Petugas sampah
hanya akan mengambil setiap dua minggu. Di hari dan (catat) jam yang ditetapkan. Lewat jadwal,
tumpukan sampah di rumah Anda tanggung sendiri.
Untuk setiap rumah, pemerintah menyediakan satu buah tong sampah besar. Tong itu harus di taruh di
depan rumah sebelum jadwal pengambilan. Untuk lingkungan, kami harus geret tong di lokasi penjemputan
sekitar 50 meter dari rumah. Karena bentuknya seragam, tong itu dengan mudah diangkat oleh truk, dibalik,
dan ditumpahkan isinya ke truk. Tong-tong dan bak-bak sampah dapat di mana-mana, sejak ditemukan di
pinggir-pinggir jalan sampai taman-taman. Ada kota-kota yang mendesain bentuk tong sampah sendiri,
yang menambah ciri khas kota yang bersangkutan.
Tentu saja sistem pengelolaan sampah di Belanda dilakukan secara mekanik,
tidak manual sebagaimana yang ditemukan di negara-negara berkembang.
Foto-foto yang dilampirkan di sini dapat memberi kesan tentang bagaimana
mengelola sampah di Belanda. Jadi umpamanya, untuk mengambil sampah
dari bak-bak sampah, menggunakan truk-truk sampah yang memakai
robot, yang mampu menghemat tenaga manusia. Truk-truk memiliki mesin
kompresor untuk memadatkan sampah itu sehingga banyak sampah dapat
dimasukkan ke truk.
PEMBAGIAN JENIS-JENIS SAMPAH